Вы находитесь на странице: 1из 14

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155 - 168

PEMANFAATAN ZEOLIT SEBAGAI PENYERAP HG DARI AIR SUNGAI


CITAMBAL KECAMATAN CINEAM, KABUPATEN TASIKMALAYA YANG
TERCEMAR PENGOLAHAN EMAS DENGAN METODE AMALGAMASI
(THE UTILIZATION OF ZEOLIT AS HG ABSORBER IN CITAMBAL RIVER,
CINEAM SUBREGENCY, TASIKMALAYA REGENCY, POLLUTED BY GOLD
PROCESSING USING AMALGAMATION METHOD)
Widodo
Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI
Komplek LIPI, Jln. Sangkuriang Bandung 40135
Pos-el: wwwidodo01@gmail.com
(Diterima 22 Oktober 2012; Disetujui 01 Desember 2012)

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pemanfaatan zeolit asal Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya untuk menurunkan
konsentrasi air raksa (Hg) dari percontoh air sungai yang tercemar limbah dari pengolahan bijih emas
metode almalgamasi. Percontoh air sungai yang digunakan pada penelitian ini diambil dari Sungai Citambal,
Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan percontoh zeolit sebagai material penyerap diambil
dari daerah Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. Zeolit yang digunakan dalam
percobaan berukuran -10 + 14 mesh, 14 + 20 mesh, - 20 + 35 mesh, dan kolom percobaan berupa tabung
dengan diameter 10 cm dan panjang 90 cm. Zeolit dengan masing-masing ukuran dimasukkan ke dalam
tabung percobaan dengan tinggi zeolit pada kolom percobaan 20 cm. Pada bagian atas dan bawah kolom zeolit
diletakkan pasir Galunggung masing-masing 10 cm. Sementara itu percontoh air sungai yang tercemar limbah
Hg dengan konsentrasi 0,0088 mg/l dialirkan melalui bagian atas kolom yang berisi zeolit, sedangkan air yang
keluar dari kran outlet ditampung untuk dilakukan analisis kimia. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa
terjadi penurunan konsentrasi Hg sebesar 4,55 % - 45,45 %. Penyerapan optimal (45,45 %) adalah zeolit dengan
ukuran -20 + 35 mesh yang diaktivasi pada temperatur 400o C. Konsentrasi Hg turun dari 0,0088 mg/l menjadi
0,0048 mg/l, lebih kecil dari 0,0050 mg/l sebagai syarat air untuk pengairan.
Kata kunci : zeolit, aktivasi, air limbah, pengolahan emas

ABSTRACT
A Zeolite utilization research has been done at Cipatujah, regency of Tasikmalaya. The purpose of the research
is to decrease the concentration Hg in waste polluted river water sampel from ore gold processing using
almalgamation method. River water percontoh that was used in this research was taken from Citambal River,
Cineam subregency, Tasikmalaya Regency, while zeolite percontoh as absorption materials was taken from
Sindangkerta, Cipatujah subregency Tasikmalaya Regency. Zeolite used on the experiment measured -10 + 14
mesh, -14 + 20 mesh, -20 + 35 mesh, and the experiment columns were tubes with diameter 10 cm and heigth
90 cm. Each size of zeolite was put into the experiment tube with the heigh of zeolite in each experiment column
was 20 cm. Above and bottom part of zeolite column was 10 cm high of Galunggung sand was put above below
eac zeolit column. Meanwhile, waste polluted river water percontoh with Hg concentration of 0,0088 mg/l
was flowed above the zeolite column, while water came out from outlet tap was kept for chemistry analysis.
The Result of the analysis shows that is the concentration of Hg decrease as much as 4,55 % -45,45 %, where
optimal absorption (45,45 %) of zeolite of size -20 + 35 mesh which was activated in temperature 400o C. The
concentration of Hg decrease from 0,0088 mg/l to 0,0048 mg/l, smaller than 0,0050 mg/l so it fulfils the water
standard for irigation.
Keywords : zeolite, activation, waste water, gold processing

155

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi
(Widodo)

PENDAHULUAN
Zeolit terdiri sekelompok mineral aluminasilikat
terhidrasi, merupakan produk gunung berapi baik
dalam batuan beku atau sedimen (Yuliantie, 1991),
mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam
kerangka tiga dimensinya dan tidak terbatas dengan
rongga-rongga. Zeolit secara umum berwarna
kehijauan bila basah, berwarna pucat bila kering,
bertekstur kristalin, kompak namun agak lunak.
Di Jawa Barat bagian selatan terdapat potensi
sumberdaya bahan galian mineral yang hingga kini
penanganan dan pemanfaatannya belum dikelola
secara maksimal, salah satu bahan galian mineral
tersebut adalah zeolit. Zeolit dapat digunakan sebagai
penyaring, pengayak molekuler, penyerap, penukar
kation, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap
unsur lain, menyerap air dan katalis. Kegunaan
zeolit untuk menyerap katalis sebetulnya lebih cocok
menggunakan zeolit buatan (sintetis) karena sifat
katalis yang dimilikinya, dan sifat ini sangat jarang
terdapat pada zeolit alam. Berdasarkan sifat-sifat
tersebut, maka zeolit sering disebut sebagai bahan
galian atau mineral multiguna.
Zeolit alam umumnya terdapat dalam batuan
tufa bersama mineral lainnya, seperti felspar dan
kuarsa. Perbandingan Si dan Al yang bervariasi
menghasilkan banyak jenis zeolit yang terdapat di
alam. Beberapa jenis zeolit yang terdapat di alam
adalah klinoptilolit, mordenit, heulandit, ohabasit,
dll. (Suganal, 1989). Menurut Sutopo (1991),
kation-kation alkali yang dimiliki zeolit merupakan
sumber kation yang mudah dipertukarkan melalui
penyerapan. Hasil penelitian penyerapan logamlogam berat menggunakan zeolit (Sutopo, 1991)
diketahui bahwa zeolit mampu menurunkan kadar
besi (Fe) dari 1,466 mg/l menjadi 0,120 mg/l,
mangan (Mn) dari 2,220 mg/l menjadi 0,060 mg/l,
tembaga (Cu) dari 0,430 mg/l menjadi 0,030 mg/l,
dan seng (Zn) dari 0,180 mg/l menjadi 0,110 mg/l.
Percobaan dengan memanfaatkan zeolit sebagai
penyerap (absorben) air raksa (Hg) yang terdapat
dalam air hal ini dimungkinkan, karena zeolit
mempunyai sifat sebagai penyerap dan mempunyai
struktur yang berongga-rongga. Menurut Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 perairan yang
mengandung air raksa untuk bahan baku air minum
(kelas I) maksimum 0,0010 mg/l, bila angkanya
melebihi angka tersebut akan mengganggu kesehatan
pengkonsumsinya.

156

Air raksa biasanya masuk ke dalam tubuh manusia


lewat pencernaan baik melalui ikan maupun perairan
itu sendiri. Air raksa (Hg) dalam bentuk logam
sebagian besar dapat disekresikan, sisanya akan
menumpuk di ginjal dan sistem saraf yang suatu saat
akan mengganggu bila akumulasinya makin banyak.
Pada keracunan Hg tingkat awal penderita akan
merasa mulutnya kebal, sehingga tidak peka terhadap
rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah
dan sering sakit kepala. Apabila terjadi akumulasi
yang lebih dapat berakibat pada degenerasi sel - sel
saraf di otak kecil yang menguasai kondisi saraf,
gangguan pada luas pandang, degenerasi pada
sarung selaput saraf dan bagian otak kecil.
Tujuan penelitian ini adalah mengukur seberapa
jauh pemanfaatan zeolit dengan aktivasi fisika untuk
menyerap air raksa sebagai unsur pencemar dalam
air sungai karena kegiatan pengolahan bijih emas
menggunakan metode amalgamasi. Pemanfaatan
zeolit sebagai bahan penyerap ini diharapkan
dapat meningkatkan nilai tambah zeolit itu sendiri,
sekaligus sebagai salah satu cara untuk mengurangi
adannya pencemaran lingkungan.
Batasan masalah dalam penelitian adalah
pemanfaatan zeolit dengan aktivasi fisika untuk
meningkatkan mutu zeolit alam agar memiliki daya
serap maupun pertukaran ion yang lebih tinggi. Uji
kemanpuan daya serap zeolit hasil aktivasi fisika
hanya diujicobakan pada satu unsure saja, yaitu air
raksa (Hg). Unsur-unsur pencemar logam-logam
lainnya seperti Fe, Mn, Cu, Cd, Zn, Pb, Cr, As, dan
pH air tidak dibahas.
Dari penelitian ini diharapkan diperoleh spesifikasi
zeolit hasil aktivasi fisika yang sesuai dalam
penggunaannya sebagai bahan penyerap untuk
menurunkan konsentrasi Hg.

KEADAAN UMUM DAERAH


PENELITIAN
Lokasi wilayah penambangan zeolit terletak di
Desa Sindangkerta, Kecamatan Cineam, Kabupaten
Sukabumi, sedangkan lokasi penambangan bijih
emas skala kecil dan pengolahan bijih emas
metode amalgamasi terletak di Desa Karanglayung,
Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya
(Gambar 1). Secara geologi daerah Cineam termasuk
kedalam Hasil Gunung Api Tua (QTvs) sebagaimana
tercantum pada Gambar 2.

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)


Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155 - 168

Kecamatan
di Kabupaten Tasikmalaya
1. Kadipaten
2. Pagerageung
3. Ciawi
4. Sukaresik
5. Jamanis
6. Sukahening
7. Rajapolah
8. Cisayong
9. Cigalontang
10. Sariwangi
11. Leuwisari
12. Padakembang
13. Sukaratu
14. Singaparna
15. Salawu
16. Mangunreja
17. Sukarame
18. Manonjaya
19. Cineam
20. Taraju
21. Puspahiang
22. Tanjungjaya
23. Sukaraja
24. Gunungtanjung
25. Karangjaya
26. Bojonggambir
27. Sodonghilir
28. Parungponteng
29. Jatiwaras
30. Salopa
31. Culamega
32. Bantarkalong
33. Bojongasih
34. Cibalong
35. Cikatomas
36. Cipatujah
37. Karangnunggal
38. Cikalong
39. Pancatengah

Gambar 1. Lokasi Penelitian

157

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi
(Widodo)

Tmpb Formasi Bentang

Keterangan
Breksi Gunungapi
Galunggung
Qvg Hasil Gunungapi Muda
QTvs Hasil Gunungapi Tua
Tmph Formasi Halang
Qvb

Tmkl

Batugamping Kalipucung

Tomj

Formasi Jampang
Sungai
Jalan

Peta Indeks

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Cineam dan sekitarnya (Budhitrisna, 1987)

158

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)


Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155 - 168

Hasil Gunung Api Tua terdiri atas perselingan


breksi, lava, tufa, dan lahar, bersusunan andesit
sampai basal hasil kegiatan gunung api strato
Sawal (Budhitrisna, 1987). Mineralisasi di daerah
Cikondang Kecamatan Cineam dijumpai pada
lava andesit, urat kuarsa banyak dijumpai dalam
bentuk veinlets maupun urat berukuran tebal urat
berkisar 0,5-1,1 m umumnya mengandung mineral
bijih sulfida, jurus urat U 300o T -U 345o T dengan

Daerah Cineam termasuk ke dalam Anggota


Genteng Formasi Jampang (Tmjg), tersusun atas tuf
berselingan dengan breksi dasitan bersisipan dengan
batugamping (Gambar 3; Supriatna, drr.,1992).
Anggota Genteng diperkirakan berumur Oligosen Miosen Awal, hubungan dengan Formasi Jampang
adalah menjemari.

KETERANGAN

Qal Endapan Aluvium


Tmb FORMASI BENTANG
Tmkl FORMASI KALIPUCANG
Tmjg Anggota Geuleng Formasi
Jampang

Tomj FORMASI JAMPANG


Tgd GRANODIORIT
INDEKS PETA

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Cipatujah dan sekitarnya (Supriatna, drr.,1992).

Endapan zeolit di daerah penelitian terdapat pada


satuan tuf dari Formasi Jampang, Anggota Genteng,
terbentuk dari bahan asal tuf yang mengalami ubahan
karena adanya pengaruh hidrotermal, umumnya
berwarna putih kehijauan sampai putih keabu-abuan,
putih kotor, butiran pasir berukuran kasar sampai
halus, homogen, padat dan kompak, ketebalan zeolit
yang tersingkap berkisar antara 1 sampai 5 meter

(Gambar 4 dan Gambar 5), sumberdaya/potensi


zeolit di Cipatujah diperkirakan 4.158.000 ton.
Sementara bahan tambahan yang digunakan dalam
percobaan penyerapan air raksa dari air sungai
tercemar Hg karena adanya pengolahan bijih emas
metode amalgamasi adalah pasir Galunggung dari
Daerah Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya (Gambar
6).

159

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi
(Widodo)

Gambar 4. Lokasi pengambilan Percontoh Zeolit (Foto diambil di Cipatujah, 2009).

Gambar 5. Titik pengambilan Percontoh Zeolit (Foto diambil di Cipatujah, 2009)

160

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)


Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155 - 168

Gambar 6. Peta Geologi Gunung Galunggung dan sekitarnya (Sumber : Pusat Survei Geologi).

Gambar 7. Pasir Galunggung, Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya (Gambar Foto diambil di Sukaratu, tahun 2009)

161

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi
(Widodo)

Gambar 8. Penambangan bijih emas di pinggir Sungai Citambal (Foto diambil di Cineam, tahun 2009)

Kegiatan Pertambangan
Penambangan bijih emas skala kecil di Desa
Karanglayung, Kecamatan Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya,
dilakukan
dengan
membuat
terowongan (adit) dan sumuran (shaft). Kegiatan
penambangan diawali dengan menggali lubang
tambang secara mendatar (terowongan) dan secara
vertikal (sumuran), kemudian penggalian diteruskan
dengan mengikuti arah urat kuarsa yang mengandung
emas. Penggalian batuan/bijih emas menggunakan
peralatan sederhana seperti cangkul, palu, dan pahat.
Lokasi (titik) awal pembuatan lubang tambang
berdasarkan perkiraan keberadaa cebakan bijih
emas yang dianggap potensial untuk ditambang,
dengan harapan segera mendapatkan bijih emas
tanpa memperhitungkan keadaan lingkungan,
misal penambangan dekat sungai (Gambar 8). Bijih
emas yang didapat kemudian diolah dengan cara
amalgamasi menggunakan alat Gelundung, sebagai
tenaga penggerak Gelundung dapat digunakan
kincir air maupun dinamo (genset). Gelundung yang
digerakkan dengan kincir air, berpotensi mencemari
air sungai (Gambar 9).

TINJAUAN PUSTAKA
Adanya kegiatan penambangan dan pengolahan
bahan galian (mineral) dapat berakibat timbulnya
masalah kualitas lingkungan hidup, yaitu perubahan
fisika, kimia, dan biologi lingkungan. Pencemaran
air merupakan salah satu percontoh kerusakan yang
terjadi pada lingkungan hidup.

162

Pengolahan bijih emas skala kecil di Karang


Paningal, Desa Karanglayung, Kecamatan Cineam,
Kabupaten Tasikmalaya, menggunakan metode
amalgamasi cara langsung. Dalam metode ini semua
material (bijih emas, media giling, kapur tohor, air,
air raksa) dimasukkan secara bersama-sama pada
awal proses, sehingga proses penghalusan bijih
emas dan pengikatan emas (bijih emas yang sudah
terliberasi) oleh air raksa terjadi secara bersamaan.
Metode amalgamasi cara langsung ini kurang efektif
dengan beberapa alasan yaitu memerlukan jumlah air
raksa relatif lebih banyak, air raksa yang digunakan
cepat rusak menjadi butir-butir kecil/flouring
(Pelle, 1956), sehingga daya ikat air raksa terhadap
emas kurang, dan butir-butir air raksa yang kecil
mudah terbuang ke sungai bersama ampas sewaktu
dilakukan pendulangan memisahkan ampas dengan
amalgam. Dampak proses ini adalah terjadinya
pencemaran air sungai (Widodo, 2008).
Air raksa termasuk salah satu logam berat, dengan
berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam
berat ini umumnya sudah beracun bagi tumbuhan
dan hewan, termasuk manusia. Air raksa dalam
kondisi temperatur kamar berbentuk zat cair, bila
terjadi kontak dengan logam emas akan membentuk
larutan padat (Sevruykov drr., 1960). Larutan padat
biasa disebut amalgam, yaitu paduan antara air raksa
dengan beberapa logam (emas, perak, tembaga,
timah, seng).

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)


Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155 - 168

Gambar 9. Pengolahan bijih emas menggunakan gelundung yang digerakkan dengan kincir air
(Foto diambil di Cineam, tahun 2009)

Tabel 1.

Hasil Analisis Kimia Zeolit.


Oksida

Kandungan (%)

SiO2

66,38

Al2O3

12,49

Fe2O3

1,48

TiO2

CaO

1,86

MgO

0,85

K2O

1,84

Na2O

2,02

H2O-

3,78

HD

9,29

Pemanasan untuk tujuan aktivasi dilakukan hingga


temperatur 200, 300, 400, dan 500oC. Setelah
pemanasan air pori dan senyawa-senyawa organik
yang mudah menguap yang mengotori pori-pori zeolit
akan keluar, sehingga pori-pori zeolit menjadi lebih
bersih dan luas permukaan spesifik menjadi lebih
besar. Efek semuanya ini mengakibatkan kapasitas
tukar ion dan daya serapnya menjadi bertambah.
Hasil analisis kimia untuk Hg pada percontoh air
sungai tercemar adalah sebesar 0,0088 mg/l (Tabel
2). Percontoh air diambil tidak jauh dari tempat
pengolahan bijih emas dengan alat Gelundung
(Gambar 9).

Zeolit memiliki struktur berongga yang terisi oleh air


dan kation yang bisa dipertukarkan, serta memiliki
kemampuan untuk melepaskan dan menyerap
kembali air dan menukarkan ion tanpa merusak atau
merubah struktur atomnya. Ion-ion pada rongga
atau kerangka elektrolit berguna untuk menjaga
kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat bergerak bebas
sehingga pertukaran ion-ion yang terjadi bergantung
pada ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya.
Kelebihan zeolit yang mempunyai sifat sebagai
penukar ion, memungkinkan pemanfaatan zeolit
untuk mengurangi konsentrasi logam-logam berat
yang terdapat pada air limbah melalui penyerapan.
Berdasarkan hasil penelitian Sutopo (1991), zeolit
dapat menurunkan kadar besi (Fe) dari 1,466 mg/l
menjadi 0,12 mg/l, kemudian mangan (Mn) dari
2,22 mg/l menjadi 0,06 mg/l, tembaga (Cu) dari 0,43
mg/l menjadi 0,03 mg/l dan seng (Zn) dari 0,18 mg/l
menjadi 0,11 mg/l.
Berdasarkan acuan tersebut di atas, maka dilakukan
penelitian menurunkan konsentrasi air raksa (Hg)
pada air sungai yang tercemar limbah pengolahan
bijih emas metode amalgamasi dengan cara
penyerapan menggunakan zeolit dari Sindangkerta
Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya.
Penyerapan (adsorpsi) didefinisikan sebagai proses
melekatnya molekul atau zat pada permukaan
padatan atau cairan. Gejala adsorpsi timbul sebagai
akibat hasil gaya permukaan pada padatan, gas,
uap, cairan atau larutan, dan material tersuspensi
atau koloid. Kira-kira 20 - 50 % volume total kristal
zeolit terdiri atas ruang terbuka yaitu dari kerangka
struktur aluminosilikat dan rongga antarkristal.

163

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi
(Widodo)
Struktur dalam ini bersifat sangat lekat air
(hydrophilic), biasanya penuh dengan air. Bila air
ini dikeluarkan baik dengan pemanasan atau dengan
evakuasi, zeolit yang telah mengalami dehidrasi
menjadi adsorben air yang baik sekali. Dengan
mengetahui daya penyerapan zeolit terhadap air
tercemar Hg, diharapkan dapat dipergunakan
sebagai salah satu cara untuk mengurangi adanya
pencemaran lingkungan.

METODOLOGI
Rangkaian kegiatan percobaan meliputi pengambilan
percontoh zeolit, air, dan pasir dari lapangan; serta
preparasi, analisis kimia, pengaktifan dan percobaan
penyerapan percontoh zeolit di laboratorium.
Percontoh zeolit dari lapangan berupa bongkah
berukuran 10 - 20 cm dan dipecah dengan palu
hingga berukuran <3 cm, kemudian digunakan
sebagai umpan (feed) alat penggerus batuan. Alat
penggerus yang digunakan adalah ballmill dengan
media gerus bola-bola keramik, proses penggerusan
dilakukan selama 6 jam. Produk penggerusan ini
kemudian disaring dengan saringan getar (vibrating
screen), hasilnya dipisahkan dalam beberapa fraksi
ukuran -10+14mesh, -14+20 mesh, dan -20+35
mesh.
Aktivasi zeolit dilakukan terhadap setiap fraksi
secara fisik dengan pemanasan pada temperatur
200, 300, 400, dan 500o C selama 4 jam. Percobaan
penyerapan dilakukan dengan memakai percontoh
zeolit dan pasir Galunggung kedalam kolom (tabung)
fiber glass dalam posisi tegak (Gambar 10).
Material pasir Galunggung terutama terbentuk
akibat banjir lahar letusan Gunung Galunggung
pada tahun 1982. Pasir ini tersebar luas di sebelah
tenggara G. Galunggung, terutama sepanjang daerah
aliran S. Cikunir, S. Cibanjaran, S. Ciloseh dan S.
Cimampang dengan ketebalan bervariasi antara 1,5
7 m. Pasir Galunggung ini berwarna kehitaman,
butirannya masih lepas sehingga mudah sekali
digali, pada umumnya bercampur dengan abu halus,
dan bermutu baik sebagai pasir beton, (Gambar 7).
Percontoh air sungai tercemar dilewatkan secara
lambat dari atas kolom. Air yang keluar melalui kran
diatur (rata-rata satu liter dalam waktu 60 menit)
ditampung dengan beker glas 2.000 ml. Air tersebut
selanjutnya dianalisis kimia untuk mengetahui
konsentrasi Hg nya.

164

influen

90 cm

Pasir
Pasir
10cm

10 cm
20 cm

Zeolit

Pasir
Pasir
10cm

Kran effluent

10 cm

10 cm
Gambar 10. Kolom percobaan penyerapan menggunakan
Zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN


Endapan zeolit di daerah penelitian terdapat
pada satuan tuf dari Formasi Jampang, Anggota
Genteng, terbentuk dari ubahan tuf karena pengaruh
hidrotermal, berwarna putih kehijauan sampai
putih keabu-abuan, berbutir halus, homogen, padat,
dan kompak. Berdasarkan hasil analisis kimia
percontoh zeolit yang digunakan dalam percobaan
didominasi oleh SiO2 dan Al2O3 sebesar 66,38
% dan 12,49% , sedangkan yang lainnya Fe2O3,
CaO, MgO, K2O, Na2O, berjumlah sebesar 8,05
% (Tabel 1). Kandungan mineral percontoh zeolit
didominasi oleh mineral mordenit dan klinoptilolit
yang mempunyai kestabilan terhadap panas relatif
tinggi karena kandungan mineral silika yang tinggi.
Percontoh zeolit yang digunakan mengandung
38,25% mordenit dan 28,40 % klinoptilolit dengan
nilai kapasitas tukar kation (KTK)nya sekitar 148,00
meq/100 gram.

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)


Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155 - 168

Tabel 2. Hasil Analisis Sifat Fisik & Kimia Air Sungai Citambal.

No.

Parameter

Satuan

Konsentrasi

5,24

1.

pH

2.

TDS

mg/l

1.025

3.

TSS

mg/l

18

4.

Kesadahan

mg/l

156,22

5.

Kalsium (Ca)

mg/l

36,6

6.

Magnesium (Mg)

mg/l

4,30

7.

Natrium (Na)

mg/l

155,30

8.

Kalium (K)

mg/l

18,56

Logam Berat
1.

Air raksa (Hg)

mg/l

0,0088

2.

Besi (Fe)

mg/l

0,360

3.

Seng (Zn)

mg/l

0,650

4.

Mangan (Mg)

mg/l

1,150

5.

Timbal (Pb)

mg/l

0,040

6.

Tembaga (Cu)

mg/l

0,088

7.

Kadmium (Cd)

mg/l

0,008

8.

Kromium (Cr)

mg/l

0,005

9.

Arsen (As)

mg/l

0,022

Tabel 3. Hasil Percobaan Penyerapan Hg.


Hasil Penyerapan Hg
Besar Butir
(Mesh)
Temperatur 200o C

Temperatur 300o C

Temperatur 400o C

Temperatur 500o C

- 10 + 14

0,0084 mg/l

4,55 %

0,0079 mg/l

10,23 %

0,0071 mg/l 19,32 %

0,0078 mg/l 11,37 %

- 14 + 20

0,0073 mg/l

17,05 %

0,0068 mg/l

22,73 %

0,0062 mg/l 29,55 %

0,0066 mg/l 25,00 %

- 20 + 35

0,0063 mg/l

28,41 %

0,0057 mg/l

35,23 %

0,0048 mg/l 45,45 %

0,0055 mg/l 37,50 %

165

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi
(Widodo)

Gambar 11. Perbandingan hasil penyerapan Hg.

Hasil pengukuran kualitas/mutu air terhadap


pencemaran air raksa, dievaluasi sesuai dengan
pemanfaatannya berdasarkan kelas. Perairan yang
mengandung air raksa untuk bahan baku air minum
(kelas I) maksimum 0,0010 mg/l, untuk budidaya
ikan air tawar, peternakan, sarana rekreasi air (kelas
II dan III) air raksa maksimum 0,0020 mg/l dan
untuk pengairan, industri dan PLTA (kelas IV) air
raksa maksimum 0,0050 mg/l (Tabel 4).
Hasil analisis kimia khususnya Hg pada fraksi -20 +
35 mesh dengan temperatur aktivasi 400o C kosentrasi
Hg sebesar 0,0048 mg/l telah berada di bawah
konsentrasi yang diperkenankan untuk pengairan,
industri, dan PLTA (kelas IV) yaitu 0,0050 mg/l;
tetapi belum memenuhi syarat untuk bahan baku air
minum (kelas I) maksimum 0,0010 mg/l maupun
untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, sarana
rekreasi air (kelas II dan III) air raksa maksimum
0,0020 mg/l (Gambar 11).
Untuk memperluas permukaan pori, zeolit dapat
diaktivasi dengan asam kuat (H2SO4 / HCl) atau
basa kuat (NaOH), sehingga senyawa pengotor
seperti besi dapat terlarutkan dan zeolit tersebut dapat
mengatur kembali letak atom di dalam rangka yang
dapat dipertukarkan dengan kation lain. Perlakuan
selanjutnya setelah aktivasi adalah penetralan zeolit
dengan aquadest, kemudian dikeringkan.

166

Penggunaan zeolit dalam pengolahan air tercemar


limbah dapat didasarkan pada dua parameter penting
yang dimiliki zeolit yaitu, nilai kapasitas tukar kation
(KTK) dan daya serap terhadap molekul yang tinggi.
Tingginya nilai KTK berkaitan erat dengan jenis
dan kandungan jumlah zeolit serta mineralogi atau
komposisi mineralnya. Makin tinggi kandungan
morderit pada zeolit semakin tinggi nilai KTKnya. Sementara daya serap zeolit berhubungan erat
dengan luas permukaan spesifik zeolit. Semakin
luas permukaan spesifik zeolit, semakin tinggi daya
serapnya. Luas permukaan zeolit juga bergantung
pada suhu, dengan semakin tinggi suhu maka luas
permukaan spesifik juga semakin tinggi.
Percobaan perkolasi (Husaini, 1999), regenerasi
dilakukan setelah kotoran-kotoran yang menempel
pada permukaan zeolit yang digunakan untuk
penyerapan dibuang melalui proses cuci balik (back
washing), kemudian dilanjutkan pembilasan dengan
aquades untuk menghilangkan sisa-sisa larutan
(regenerant). Dalam penelitian pengaruh berat zeolit
terhadap jumlah ion Fe dan Mn, zeolit menjadi
jenuh setelah digunakan selama 42 hari secara terus
menerus, dan proses cuci balik dilakukan setiap dua
minggu sekali.

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)


Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155 - 168

Tabel 4. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas.


(Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001)

Kelas
Parameter

Satuan
I

II

III

IV

6-9

6-9

6-9

5-9

mg/l

0,3000

(-)

(-)

(-)

mg/l

0,1000

(-)

(-)

(-)

mg/l

0,0200

0,0200

0,0200

0,2000

mg/l

0,0100

0,0100

0,0100

0,0100

mg/l

0,0500

0,0500

0,0500

2,0000

mg/l

0,0300

0,0300

0,0300

1,0000

mg/l

0,0500

0,0500

0,0500

1,0000

mg/l

0,0500

1,0000

1,0000

1,0000

mg/l

0,0010

0,0020

0,0020

0,0050

pH
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Tembaga (Cu)
Kadmium (Cd)
Seng (Zn)
Timbal (Pb)
Kromium (Cr)
Arsen (As)
Air raksa (Hg)

Keterangan : Kelas I = bahan baku air minum


Kelas II = sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan
Kelas III = budidaya ikan tawar, peternakan
Kelas IV = pengairan, industri dan PLTA

167

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi
(Widodo)

SIMPULAN

ACUAN

1.


2.







3.




Budhitrisna, T., 1987. Geologi Lembar Tasikmalaya



Jawa Barat, Sekala 1 : 100.000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,

Direktorat Jenderal Geologi Dan Sumberdaya
Mineral, Departemen Pertambangan dan

Energi, Bandung.
Husaeni, 1999. Pengolahan Zeolit Alam, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Mineral, Bandung.
Pelle, R., 1956. Mining Engineers Hand Book,

Third Edition, Vol. 2, John Willey and Sons

Inc., New York.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang

Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian

Pencemaran Air.
Sevruykov, N.; Kuzmin, B.; dan Chelishchev, Y.,

1960, General Matallurgy, Peace Publisher,
Moscow.
Suganal, 1989. Penggunaan Zeolit Bayah Untuk

Pengolahan Air Limbah Industri Elektroplating
Di DKI Jakarta, Direktorat Jenderal

Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan

Teknologi Mineral (PPTM), Bandung.
Supriatna, S., Sarmili, L., Sudana, D., dan Koswara,

A., 1992. Peta Geologi Lembar Karangnunggal,

Jawa. Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi, Bandung.
Sutopo, F.X.R. drr., 1991, Pengkajian Karakteristik
Zeolit
Cikalong
Tasikmalaya
dan
Pemanfaatannya dalam Pengolahan Air,

Laporan teknik Pengolahan No.143, PPTM
Bandung.
Widodo, 2008, Pengaruh Perlakuan Amalgamasi
Terhadap Tingkat Perolehan Emas dan
kehilangan Merkuri, Riset-Geologi dan

Pertambangan, Jilid 18 No. 1, Bandung.
Widodo, Achdia Supriadidjaja, Sugiman, dan
Rustana,
2009.
Penataan
Kawasan

Pertambangan Bahan Galian Di Kabupaten

Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat, Laporan

Kegiatan Tahun 2009, UPT Loka Uji Teknik
Penambangan
Jampang
Kulon-LIPI,
Sukabumi.
Yuliantie, A., 1991. Pengaruh Jenis (Asal) dan

Ukuran Batuan Zeolit Serta Kecepatan Aliran

Air Terhadap Kemampuan Pelunakan Air,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Penurunan konsentrasi Hg dapat dilakukan


dengan cara penyerapan menggunakan zeolit
jenis klinoptilotit dan mordernit.
Kapasitas penyerapan zeolit terhadap Hg
dipengaruhi oleh ukuran besar butir zeolit dan
temperatur aktivasi. Semakin kecil ukuran
butir zeolit, maka luas permukaan spesifik dan
kapasitas
penyerapan
semakin
besar.
Sementara itu semakin tinggi temperatur
aktivasi maka kapasitas penyerapannya
cenderung semakin besar.
Temperatur aktivasi yang optimal adalah
sebesar 400o C dengan kemampuan menyerap
45,45 % untuk ukuran besar butir -20 + 35
mesh, sedangkan temperatur pemanasan
dengan aktivasi yang terlalu tinggi (>400oC)
dapat merusak struktur kristal zeolit

UCAPAN TERIMA KASIH


Dengan tersusunnya makalah ini, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala
UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang
Kulon-LIPI Sukabumi atas kepercayaan dan
dukunganyang
diberikan
selama
penelitian
dilakukan. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Achdia Supriadidjaja, BE (telah Purna Bakti
dari LIPI), Sugiman dan Rustana atas bantuan dan
kerjasamanya yang baik selama penelitian lapangan
dan laboratorium dilaksanakan.

168

Вам также может понравиться