Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
Yuni Prasetiowati
Tiva Umaroh
103234023
103234025
Jepi Isnanto
103234030
103234035
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merkuri adalah logam yang secara terus-menerus berada di lingkungan dan
terakumulasi dalam rantai makanan. Merkuri ada dalam bentuk organik maupun
anorganik. Bentuk organik dapat dibagi sebagai elemental merkuri dan garam merkuri.
Organomerkuri mengandung senyawa alkil da aril didalamnya. Elemental merkuri
menguap pada suhu ruang dan bereaksi dengan banyak unsur membentuk garam,
amalgam, dan senyawa organomerkuri.
Pada dasarnya semua bentuk merkuri adalah toksik. Misalnya senyawa
organomerkuri, sangat beragam dari senyawa dengan toksisitas rendah (mercurochrome)
sampai senyawa dengan toksisitas tinggi (dimetilmerkuri). Merkuri di alam, secara
toksikologikal merupakan unsur yang penting. Dinyatakan oleh Environmental
Protection Agency (EPA) bahwa merkuri merupakan unsur yang berbahaya akibat
sifatnya yang tetap dan akumulatif di lingkungan dan biota. Meskipun merkuri bukan
unsur kimia yang melimpah di alam, merkuri menjadi tersebar luas akibat hasil dari
banyak industri dan agrikultural proses.
Merkuri memiliki peran penting dalam lingkup kimia bioanalitik, seperti
sejumlah aplikasi berbasis merkuri beragam ditemukan di seluruh literatur. Misalnya,
merkuri yang memiliki sifat elektronik unik telah terbukti berguna dalam merancang
metode pengujian tiol berbasis elektrokimia. Logam merkuri telah membantu
karakterisasi mikroskop elektron dari protein dan telah dimasukkan ke dalam neon
peptida dan kepingan protein. Baru-baru ini, sensor kimia dan fluorescent telah dibuat
untuk mendeteksi merkuri dan spesies logam lainnya, dan berbagai metode
nanoteknologi telah muncul. Telah ada minat dalam mengembangkan antibodi antimerkuri monoklonal (mAb: monoclonal antibody) untuk digunakan sebagai alat
diagnostik yang mampu memberikan spesifikasi tinggi, murah, mudah digunakan dalam
tes deteksi merkuri. Logam merkuri, garam merkuri, dan senyawa organomerkuri adalah
racun di lingkungan dan ada terus-menerus, dan bahaya bagi kesehatan manusia,
mamalia, dan sistem perairan. Meskipun kemajuan di teknik instrumental canggih
mampu mendeteksi logam berat pada konsentrasi sangat rendah, masih ada minat dalam
pengembangan uji logam yang mudah digunakan yang menyediakan efisiensi, hemat
biaya, dan deteksi merkuri yang sensitif.
Pmbuatan biokonjugat yang mengandung logam dengan tujuan menghasilkan
antibodi yang mampu mengikat logam dan ion logam, telah menjadi fokus dari banyak
upaya penelitian selama lebih dari 20 tahun. Karena logam, seperti banyak hapten
dengan berat molekul rendah, tidak imunogenik, salah satu pendekatan yang umum
dilakukan untuk menghasilkan spesies imunogenik berbasis logam yang melekatkan
secara kovalen EDTA atau agen pengkhelat logam lainnya pada permukaan protein.
Bagian khelat memfasilitasi enkapsulasi logam dalam struktur kandang di permukaan
karier melalui pembentukan ikatan koordinasi antara atom khelat kaya elektron dan atom
logam yang kekurangan elektron. Contoh awal dari biokonjugat dibuat dari metodologi
khelasi logam telah menghasilkan beberapa substrat berguna. Meskipun beberapa dari ini
biokonjugat sebelumnya tidak menghasilkan antibodi dengan kekhususan mengikat
memadai untuk tes analitis, biokonjugat khelat logam telah menemukan aplikasi praktis
sebagai antibodi terapi logam berlabel, sebagai substrat pencitraan resonansi magnetik,
dan teknik radioimaging. Salah satu ekstensi terbaru dari metodologi khelasi EDTA telah
sintesis sensor optik neon yang dirancang untuk mendeteksi ion Hg2+. Dalam jurnal ini,
ion Hg2+ terjebak dalam struktur kandang seperti yang timbul dari suatu dimer porfirin.
Pekerjaan awal telah menunjukkan bahwa sensor kimia mampu mendeteksi Hg2+ pada
konsentrasi 104-107 M dengan derajat spesifitas tinggi atas ion logam divalen lainnya.
Saat ini, hanya ada beberapa contoh protokol yang telah menghasilkan antibodi
yang mengikat logam dari metodologi selain kompleksasi khelat. Benkovic dan rekan
kerja memodifikasi secara kimia situs pengikatan antibodi katalitik untuk
mengakomodasi kompleksasi ion Zn2+. Laju hidrolisis katalitik yang dihasilkan oleh
substrat AbZn2+ diamati untuk meningkatkan relatifitas terhadap antibodi asli. Mirip
dengan enkapsulasi merkuri dalam khelat, yang lain telah mengeksploitasi afinitas ikatan
yang tinggi dari sulfur untuk logam merkuri. Setelah secara kovalen mengikat
glutathione, tripeptida dari asam glutamat, sistein, dan glisin, terhadap Keyhole Limpet
Hemocyanin (KLH) melalui karbodiimida kimia, merkuri klorida (HgCl2) melekat pada
karier glutathione termodifikasi oleh pertukaran ligan yang dimediasi sulfur. Imunogen
yang dihasilkan menghasilkan antibodi yang mampu mendeteksi konsentrasi rendah
garam merkuri (II) dalam air.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses sintesis dan karakterisasi hapten organomerkuri?
2. Bagaimana penerapan hapten organomerkuri sebagai antibodi yang mampu mengikat
baik logam Hg(II) maupun bentuk organologam merkuri diberbagai media sampel?
C. Tujuan
1. Mengetahui peroses sintesis dan karakterisasi hapten organomerkuri.
2. Mengetahui penerapan hapten organomerkuri sebagai antibodi yang mampu mengikat
baik logam Hg(II) maupun bentuk organologam merkuri diberbagai media sampel.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Organomerkuri
Organomerkuri mengacu pada kelompok senyawa organologam yang
mengandung merkuri. Biasanya ikatan Hg-C stabil terhadap udara dan kelembaban,
tetapi sensitif terhadap cahaya. Senyawa organomerkuri yang penting adalah kation
metilmerkuri (CH3Hg+), kation etilmerkuri (C2H5Hg+), dimetil merkuri (CH3)2Hg, dan
dietilmerkuri. Merkuri organik (RHg, R2Hg, ArHg) seperti metilmerkuri dan etilmerkuri
yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam
dilingkungan. Merkuri organik merupakan bentuk senyawa merkuri yang paling
berbahaya. Sebagian besar peristiwa keracunan merkuri disebabkan oleh senyawa ini.
Merkuri organik digunakan secara luas pada industri pertanian, industri pulp dan kertas,
dan dalam bidang kedokteran. Senyawa ini juga dapat terbentuk dari metabolisme
merkuri metalik atau dari merkuri anorganik dengan bantuan mikroorganime tertentu
baik dalam lingkungan perairan ataupun dalam tubuh manusia.
B. Reaksi Oksimerkurasi
Reaksi oksimerkurasi merupakan reaksi adisi elektrofilik yang mengubah suatu
alkena menjadi alkohol netral. Dalam oksimerkurasi, akena bereaksi dengan Hg(II) asetat
dalam larutan aquos membentuk adisi gugus asetoksimerkuri (HgOAc) dan gugus
hidroksi (OH).
Contoh reaksi Oksimerkurasi:
C. Immunoassay
Immunoassay adalah deteksi dan uji zat dengan metode serologis (imunologi),
pada sebagian besar aplikasi zat tersebut berfungsi sebagai antigen, baik dalam produksi
antibodi dan dalam pengukuran antibodi oleh zat uji. Metode deteksi secara Enzyme
Linked Immunosorbent Assay (ELISA) yang berdasarkan reaksi spesifik antara antigen
dengan antibodi memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi karena menggunakan
enzim sebagai indikatornya. ELISA juga memiliki keunggulan sebagai metode yang
sederhana, cepat, murah, dapat mendeteksi sampel dalam jumlah banyak.
ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifisitas untuk antigen
tertentu. Sampel dengan jumlah yang tidak diketahui dari antigen yang bergerak pada
dukungan solid baik non-spesifik (melalui adsorps ke permukaan) atau khusus melalui
penangkapan oleh antibodi lain spesifik terhadap antigen yang sama. Setelah antigen
tersebut bergerak, antibodi deteksi yang ditambahkan membentuk kompleks dengan
antigen. Deteksi antibodi kovalen dihubungkan dengan enzim atau dapat dideteksi
sendiri oleh antibodi sekunder yang terkait dengan enzim melalui biokonjugat. Pada
tahapannya, setiap langkah plate biasanya dicuci dengan larutan deterjen ringan untuk
menghilangkan protein atau antibodi yang tidak terikat secara khusus. Setelah langkah
Jenis-jenis Antibodi
Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin, karena
berfungsi untuk melindungi tubuh lewat proses kekebalan (immune).Ada lima macam
immunoglobulin, yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD.
ImmunoglobulinG (IgG)
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu
bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar
yang rendah. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem
getah bening, dan usus. Senyawa ini akan terbawa aliran darah langsung menuju
tempat antigen berada dan menghambatnya begitu terdeteksi. Senyawa ini
memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, serta menetralkan racun. IgG juga
mampu menyelinap diantara sel-sel dan menyingkirkan mikroorganisme yang
masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuan serta ukurannya yang kecil,
IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui plasenta
dari ibu hamil ke janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari
kemungkinannya infeksi yang menyebabkan kematian bayi sebelum lahir.
Selanjutnya immunoglobulin dalam kolostrum (air susu ibu atau ASI yang
pertama kali keluar), memberikan perlindungan kepada bayi terhadap infeksi
BAB III
METODE PENELITIAN
Dilarutkan dal
Padatan kuning
Ditambah 1,2-pentanadiol (105l, 0.98mmol) yang dilarutkan dalam 2ml CH3CN
Distirer dalam N2 di suhu ruang semalam
Campuran kuning
Direduksi dengan 37 mg (1mol) NaBH4 yang terlarut dalam 1ml NaOH 0,2M
Distirer dalam suhu ruang
Ditempatkan d
Ditambah 20 mg BSA (10 mg ml dalam PBS) dan 1,0 ml dari 4,0-mg/ml (0,030 mmol) lar
Diinkubasi selama 1 jam pada RT
larutan BSA/2-IMT dilewatkan melalui kolom Sephadex G-25 menggunakan PBS sebagai
Hasil
Mencit
Diimmunisasi setiap minggu dengan 100 g antigen dengan 100 g antigen dicampur d
Darah dikumpulkan melalui pendarahan retro-orbital sebelum immunisasi awal dan setia
Darah dibiarkan membeku pada suhu kamar dan kemudian diinkubasi pada 4 oC semala
Disentrifugasi pada 3000 rpm dalam pendingin microfuge termoIEC.
Serum dipindahkan dan disimpan pada -20 oC tanpa pemurnian lebih lanjut
Hasil
Dilapisi dengan 100 l dari BSA BS3 hapten 1 yang diencerkan sampai 10 g/ml dalam P
Konsentrasi lapisan optimal ditentukan dengan titrasi fase padat dengan menggunakan
Plat dicuci tiga kali dengan 20 mmol PBS yang mengandung 0,05 % Tween 20
Plat diblok paling sedikit 1 jam pada RT dengan 250 ml dari 1% baik BSA dalam PBS ata
Plat disimpan pada suhu 4 oC sampai digunakan
Hasil
Antisera yang serial
Setelah berdiri selama 15-30 menit pada RT, reaksi diakhiri dengan menambahkan 50
Absorbansi diukur pada 490 nm dan direkam dengan menggunakan Bio-Tek Instrumen p
Hasil
Semua analisa diukur setidaknya diduplikat dan umumnya dalam rangkap tiga.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk membuka cincin nukleofilik dari epoksida. Ketika magnesium bromida berada
dalam larutan, epoksida 2 mudah bereaksi terhadap ion bromida yang membantu
terbukanya cincin nukleofilik membentuk bromohidrin sebagai produk samping. Pada
saat larutan yang kaya dialilmagnesium, yang dihasilkan dari reaksi Reagen Grignard
dan dioxane, akan terjadi reaksi dengan epoksida 2 menghasilkan hidroksi alkena 3 tanpa
ada gangguan dari bromohidrin.
Dengan terbentuknya senyawa hidroksi alkena 3, sintesis dengan metode
intramolekular oxymerkurasi dapat dilakukan. Senyawa 3 merupakan prekursor
organomerkuri yang dapat digunakan dalam membuaat hapten organomerkuri.
Reaksi oxymerkurasi dilakukan dengan menambahkan merkuri (II) asetat
terhadap larutan hidroksi alkena 3 dalam asetonitril. Kemudian dalam campuran diberi
NaCl untuk memfasilitasi pertukaran ligan menghasilkan siklis merkuri klorida 4.
Tahap akhir dari sintesis hapten 1, senyawa 5, deproteksi terhadap t-BOC
senyawa 4 dilakukan oleh pemberian TFA (trifluoroacetic acid/asam trifluoroasetat) yang
berlebih, yang hasilnya dilepaskan oleh pemberian NaOH dan diperoleh hasil utama
yaitu amina bebas hapten organomerkuri 5.
Dalam jurnal ini tidak hanya dilakukan satu jenis sintesis hapten organomerkuri
saja melainkan juga dilakukan sintesis hapten 5 yang juga berbasis organomerkuri.
Berikut adalah gambaran reaksinya:
Gambar 4. Respon ikatan antibodi anti-merkuri tikus pada konjugat fasa padat yang dibuat dari
kopling hapten 1 ke BSA melalui dua reagen cross-linking (BS3 vs SMCC). Kedua
konjugat fasa padat dilapisi 10g/ml. respon antibodi terhadap kedua konjugat fasa
padat diukur menggunakan 80 dan 40ng/ml peroksidase anti-mouse IgG.
Linker lengan panjang dan kepadatan epitop telah terbukti berdampak pada sensitivitas
antibodi. Hasil ini mendorong karena antibodi anti-merkuri yang dihasilkan
menampilkan kemampuan unik untuk mengikat berbagai konfigurasi fase padat,
memberikan tingkat fleksibilitas yang tinggi dalam format desain assay.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011.
Mengenal
Antibodi
dan
Antigen.
Aloysius
Hadyana
Pudjaatmaka.
Jakarta:
Penerbit
Erlangga.
Prudente, Carry K. dan Margaret C. H.. 2003. Organomercury Bioconjugate Synthesis and
Characterization by Matrix Assisted Laser Desorption Ionization Mass Spectrometry.
Bioconjugates Chemistry 14: 1270-1278.
Sriwahyuni, Reni. 2012. Organomerkuri. http://kimia-reni.blogspot.com/2012/11/
organomerkuri.html. (Diakses pada 16 Desember 2013).
Yan, Li dan Zhe Ming Ni. 2002. Determination of Trace Mercury in Environmental and Food
Samples by Online Coupling of Flow Injection Displacement Sorption
Preconcentration to Electrothermal Atomic Absorption Spectrometry. Environmental
Science & Technology, Vol. 36 (22): 4886-4891.