Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
oleh
Aprilita Restuningtyas
NIM 122310101053
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS DISERTAI GANGREN PEDIS
Oleh:
Aprilita Restuningtyas
NIM 122310101053
1. Kasus
Masalah utama:
Gangren Pedis
Diagnosa Medis
Diabetes Mellitus tipe II
2. Proses terjadinya masalah
A. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolism lemak
dan protein ( Askandar, 2000 ).Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik
dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama
morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan
peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas
akibat Diabetes Melitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius akibat Diabetes,
(Andyagreeni, 2010)
B. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1224), penyebab dari diabetes mellitus adalah:
1. Diabetes Tipe I
a. Faktor genetik.
b. Faktor imunologi.
c. Faktor lingkunngan.
2. Diabetes Tipe II
a.
b.
c.
d.
Usia.
Obesitas.
Riwayat keluarga.
Kelompok genetik.
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi menjadi factor
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Derajat V
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria. polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah
di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu
gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari
kavitas sentral biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan
tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek
terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris
perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan
jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur
sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal
manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini.
Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi
sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan
sekitarnya, (Anonim 2009).
2. Ulkus Diabetic
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia,
yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
a. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan
tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak
akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan
perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk
dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
b. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein,
terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein
membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro
vaskular.Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor faktor disebutkan
dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan
infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer
akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik
akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan
mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu
yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya
aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar
maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin,
nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat
asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi
sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau
pengobatan dari KD.
E. Tanda dan Gejala
1. Diabetes Mellitus
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia,
polifagia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
c. Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
2. Ulkus Diabetic
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis,
daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi
arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah,
sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
1.
Pain (nyeri).
2.
Paleness (kepucatan).
3.
Paresthesia (kesemutan).
4.
Pulselessness (denyut nadi hilang)
5.
Paralysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b.
Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d.
Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Smeltzer dan Bare (2001: 1220).
F. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan kronik :
1.
2.
Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa
darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c.
sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular
perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik
komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c.
Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangren
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma
10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode
tanpa deproteinisasi.
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka
sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan
naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi
menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi.
4. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL,
Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)
H. Penanganan
1.
Medis
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes
Mellitus meliputi:
a.
Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1)
Pemicu sekresi insulin.
2)
Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3)
Penghambat glukoneogenesis.
4)
Penghambat glukosidase alfa.
b.
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1)
2)
3)
4)
Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan
antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan
klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 :
500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara mekanik
yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan
untuk kasus DM. Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan
terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah,
sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada
d.
e.
memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada
penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan
komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat
mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian
antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya
Faktor resiko
penderita dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga
kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.
g.
Stresgenetik
Mekanik obesitas
Kelainan
Kurang aktifitas
Penuaan
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight bearing
meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus.
Kerusakan
istirahat ditempatPenurunan
sensitifitas
Semua
pasien sel
yang
tidur, tumit
dan mata kaki harus dilindungi serta
respon jaringan terhadap
kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini
diperlukan karena kaki pasien sudah tidak
insulin
Sekresi insulin
peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama
insulin
menyebabkan bakteri masuk pada tempatResistensi
luka.
Kadar
insulin
h. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau
Glukosa
hiperinsulinemia
pembedahan
dapat ditentukan sebagai berikut:
Penggunaan glukosa
Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor.
Self regulation
Gula dalam darah
tidak mampu diabawa
masuk ke dalam sel
3. A. Pohon masalah
Menurunkan jmlh.
reseptor
hiperglikemia
Down regulation
Melebihi ambang
batas ginjal
Anabolisme protein
menurun
Kerusakan antibosi
Dieresis osmotik
Kekebalan tubuh
Neuropati sensori
perifer
Mati rasa
Kerusakan
integritas kulit
Glukosauria
Resiko
infeksi
Nekrosis luka
Gangren
poliuri
Dehidrasi
Resiko syok
Gangguan citra
tubuh
Kehilangan
Viskositas
kalori
darah
meningkat
Kerusakan
intergritas jaringan
Syok hiperglikemi
Koma diabetik
Aliran darah
Nyeri
lambat
Prtotein dan
lemak dibakar
Iskemik jaringan
secare berlebih
Ketidakefektifan
BB menurun
Energi
vatigue
perfusi jaringan
Keterbatasan
mobilitas fisik
Gangguan pola
tidur
Merangsang
hipotalamaus
B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
Pusat lapar dan
Data pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan lamanya
haus
ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Polidipsi
Gejala : Lemah,
letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot
Tanda : Penurunan
polifagia kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen
Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.
4. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen
5. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
7. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasn
8. Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
9. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, Hipertensi
4. Diagnosis keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat dari klien dengan diabetes mellitus disertai gangren
pedis adalah:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran
darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Risiko penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
6. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
8. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
9. intoleransi aktifitas behubugan dengan adanya kelelahan
2.
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
perfusi
berhubungan
dengan
melemahnya/
menurunnya
aliran darah
ke daerah
gangren
akibat
adanya
obstruksi
pembuluh
darah.
Ganguan
integritas
jaringan
Intervensi (NIC)
1. Ajarkan pasien
untuk melakukan
mobilisasi
2. Ajarkan tentang
faktor-faktor yang
1.Denyut nadi perifer dapat meningkatkan
teraba kuat dan
aliran darah : hindari
reguler
penyilangkan kaki,
2.Wara kulit sekitar
hindari balutan ketat,
luka tidak pucat
hindari penggunaan
3.Kulit sekitar luka
bantal, di belakang
teraba hangat
lutut dan sebagainya
4.Oedem tidak
3. Ajarkan tentang
terjadi dan luka
modifikasi faktortidak bertambah
faktor resiko berupa :
parah
Hindari diet tinggi
5.Sensorik dan
motorik membaik kolestrol, teknik
relaksasi.
4. kolaborasi dengan
tim kesehatan lain
dalam pemberian
vasodilator,
pemeriksaan gula
darah secara rutin
dan terapi oksigen
( HBO ).
Kriteria hasil:
Tujuan : Tercapainya
proses penyembuhan
luka.
Rasional
1. dengan mobilisasi
meningkatkan sirkulasi
darah.
2. meningkatkan
melancarkan aliran
darah balik sehingga
tidak terjadi oedema.
3.
kolestrol
tinggi dapat
mempercepat
terjadinya
arterosklerosis.
4. pemberian
vasodilator akan
meningkatkan
dilatasi pembuluh
darah sehingga
perfusi jaringan
dapat diperbaiki,
sedangkan
pemeriksaan gula
darah secara rutin
dapat mengetahui
perkembangan dan
keadaan pasien,
HBO untuk
memperbaiki
oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
1. Pengkajian yang
tepat terhadap
luka dan proses
berhubungan
dengan
adanya
gangrene
pada
ekstrimitas.
Kriteria hasil :
1.Berkurangnya
oedema sekitar luka.
2. Pus dan jaringan
berkurang
3. Adanya jaringan
granulasi.
4. Bau busuk luka
berkurang.
3.
penyembuhan
akan membantu
dalam menentukan
tindakan
2. Rawat luka dengan
selanjutnya
baik dan benar :
2. Merawat luka
Membersihkan luka
dengan teknik
secara abseptik
aseptik, dapat
menggunakan larutan
menjaga
yang tidak iritatif
kontaminasi luka
dan larutan yang
3. Kolaborasi dengan
iritatif akan
dokter untuk pemberian
merusak jaringan
granulasi yang
insulin, pemeriksaan
timbul
kultur pus pemeriksaan
3.
insulin akan
gula darah pemberian
menurunkan kadar
anti biotik.
gula darah,
pemeriksaan kultur
pus untuk
mengetahui jenis
kuman dan anti
biotic yang tepat
untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar
gula darah untuk
mengetahui
perkembangan
penyakit
Ganguan
Tujuan : rasa nyeri 1.Kaji tingkat,
rasa nyaman
frekuensi, dan
hilang/berkurang
( nyeri )
reaksi nyeri yang
Kriteria
hasil
:
berhubungan
dialami pasien.
2.
Jelaskan pada
dengan
1.Penderita
secara
pasien tentang
iskemik
verbal mengatakan
sebab-sebab
jaringan.
nyeri
berkurang
timbulnya nyeri.
atau hilang.
2.Penderita
dapat
melakukan metode
atau
untuk
nyeri.
3.Ekspresi
tindakan
mengatasi
wajah
3. Ciptakan
lingkungan yang
1.untuk mengetahui
berapa berat nyeri
yang dialami
pasien.
2.pemahaman
pasien tentang
penyebab nyeri
yang terjadi akan
mengurangi
ketegangan pasien
dan memudahkan
pasien untuk diajak
bekerjasama dalam
melakukan
tindakan.
3.Rangasang yang
berlebihan dari
klien rileks.
4.Tidak ada keringat
tenang.
batas
5. Lakukan massage
saat rawat luka.
6.Obat-obat
analgesik dapat
membantu
mengurangi nyeri
pasien.
4.
Keterbatasan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan rasa
nyeri pada
luka di kaki.
lingkungan akan
memperberat rasa
nyeri.
4.Teknik distraksi
dan relaksasi dapat
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan pasien.
5.Massage dapat
meningkatkan
vaskulerisasi dan
pengeluaran pus.
6.Obat-obat
analgesik dapat
membantu
mengurangi nyeri
pasien
tingkat
kemampuan
aktivitas
yang
optimal.
Kriteria Hasil :
1.
Pergerakan
paien
bertambah
luas.
2.
Pasien
dapat
melaksanakan
aktivitas
sesuai
dengan
kemampuan
(
duduk,
berdiri,
berjalan ).
3.
Rasa
nyeri
berkurang.
4.
Pasien
dapat
memenuhi
kebutuhan
sendiri
tingkat kekuatan
otot pada kaki
pasien.
2.Beri penjelasan
tentang
pentingnya
melakukan
aktivitas untuk
menjaga kadar
gula darah dalam
keadaan normal.
3.Anjurkan pasien
untuk
menggerakkan/me
ngangkat
ekstrimitas bawah
sesui kemampuan.
4.Bantu pasien
dalam memenuhi
kebutuhannya.
5.Kerja sama dengan
tim kesehatan
lain : dokter
( pemberian
analgesik ) dan
tenaga fisioterapi.
derajat kekuatan
otot-otot kaki
pasien
2. Pasien mengerti
pentingnya
aktivitas sehingga
dapat kooperatif
dalam tindakan
keperawatan.
3. Untuk melatih otot
otot kaki sehingg
berfungsi dengan
baik.
4. Agar kebutuhan
pasien tetap dapat
terpenuhi.
5. Analgesik dapat
membantu
mengurangi rasa
nyeri, fisioterapi
untuk melatih
pasien melakukan
aktivitas secara
bertahap dan
secara
bertahap
sesuai
dengan
benar.
kemampuan
5.
Risiko
penyebaran
infeksi
(sepsis)
berhubungan
dengan
tinggi kadar
gula darah.
infeksi
(sepsis).
tanda penyebaran
infeksi pada luka.
Kriteria Hasil :
1. Tanda-tanda
infeksi tidak ada.
2. Tanda-tanda vital
dalam
batas
normal
3.
-37,50C ).
Keadaan
baik
dan
gula
normal.
S:
36
luka
kadar
darah
2.Anjurkan kepada
pasien dan
keluarga untuk
selalu menjaga
kebersihan diri
selama perawatan.
3.Lakukan
perawatan luka
secara aseptik.
4.Anjurkan pada
pasien agar
menaati diet,
latihan fisik,
pengobatan yang
ditetapkan.
5.
Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
antibiotika dan
insulin.
1.Pengkajian yang
tepat tentang
tanda-tanda
penyebaran infeksi
dapat membantu
menentukan
tindakan
selanjutnya.
2.Kebersihan diri
yang baik
merupakan salah
satu cara untuk
mencegah infeksi
kuman
3.Untuk mencegah
kontaminasi luka
dan penyebaran
infeksi.
4.Diet yang tepat,
latihan fisik yang
cukup dapat
meningkatkan
daya tahan tubuh,
pengobatan yang
tepat,
mempercepat
penyembuhan
sehingga
memperkecil
kemungkinan
terjadi penyebaran
infeksi.
5.Antibiotika dapat
menbunuh kuman,
pemberian insulin
akan menurunkan
kadar gula dalam
darah sehingga
proses
penyembuhan
akan lebih cepat.
6. Daftar pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). Jakarta: EGC
Evelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta: PT Gramedia
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention
Project, Mosby.
NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions & Classifications 2012-2014. Jakarta:
EGC
Smeltzer C, Suzanne dan Brenda G.Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Syaifuddin (2005). Anatomi Fisiologi; untuk mahasiswa keperawatan (edisi 3), Jakarta: EGC
Wilkinson. Judith. M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta: EGC