Вы находитесь на странице: 1из 47

KEKUATAN DOA

Oleh muhtadin abrori

Keutamaan Doa, Adab dan Sebab Dikabulkan


Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan
bagimu.
Sesungguhnya
orang-orang
yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina." (Terj. Al Mu'min: 60)
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran." (Terj. Al Baqarah: 186)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:












} :

-[60 : { ]
{


} -







[60 : ]
"Doa adalah ibadah." Kemudian Beliau membaca ayat, "Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimudst. sampai, "keadaan hina dina." (HR.
Tirmidzi, ia berkata, "Hadits ini hasan shahih.")

"Tidak ada sesuatu yang paling mulia bagi Allah Ta'ala daripada
doa." (HR. Ahmad, Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, Tirmidzi dan
Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami'
no. 5392)

"Sesungguhnya barang siapa yang tidak meminta kepada Allah,


maka Allah akan murka kepadanya." (HR. Tirmidzi dan dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2418)








"Sesungguhnya Tuhanmu Tabaaraka wa Ta'ala Pemalu dan
Mahamulia, Dia malu jika hamba-Nya mengangkat kedua tangannya
kepada-Nya, namun dikembalikan dalam keadaan hampa." (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi, dan dishahikan oleh Syaikh Al Albani. Al Hafizh
Ibnu Hajar berkata, "Sanadnya jayyid.")








Tidak ada seorang muslim yang berdoa suatu doa yang di
dalamnya tidak ada dosa dan memutuskan tali silaturrahim, kecuali
Allah akan memberikan karena doa itu salah satu dari tiga keadaan;
bisa saja doanya disegerakan, bisa juga Allah simpan untuknya di
akhirat dan bisa juga Allah hindarkan dia dari keburukan
semisalnya. Para sahabat bertanya, Bagaimana jika kami
memperbanyak doa. Beliau menjawab, Allah lebih memperbanyak
lagi. (HR. Ahmad, Al Bazzar dan Abu Yala dengan sanad-sanad
yang jayyid, dan diriwayatkan pula oleh Hakim, ia berkata, Shahih
isnadnya. Hadits ini dinyatakan Hasan shahih oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahih At Targhib no. 1633)
Adab Berdoa
1.
2.

Ikhlas karena Allah Ta'ala (lihat surat Al Mu'min: 65)


Memulai dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian
bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan menutup
dengannya.
Fudhalah bin 'Ubaid radhiyallahu 'anhu berkata:






-


:








- :



















Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendengar
seseorang berdoa dalam shalatnya, namun tidak mengagungkan
Allah Ta'ala dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, maka Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Orang ini terburu-buru." Kemudian Beliau memanggilnya dan
bersabda kepadanya atau kepada yang lain, "Apabila salah seorang
di antara kamu shalat, maka hendaklah ia memulai dengan
mengagungkan Tuhannya 'Azza wa Jalla dan memuji-Nya, kemudian
bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berdoa
dengan apa yang dia inginkan." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
3.

Serius dalam berdoa dan yakin akan dikabulkan. Rasulullah


shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu berkata, "Ya


Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki. Ya Allah, sayangilah
aku jika Engkau menghendaki. Hendaklah ia serius meminta, karena
tidak ada yang memaksa-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

"Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan


dikabulkan. Ketahuilah, bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari
(orang) yang hatinya lalai lagi lengah." (HR. Tirmidzi dan Hakim, dan
dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 245)
4.

Mendesak dalam berdoa dan tidak terburu-buru. Rasulullah


shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Akan dikabulkan doa salah seorang di antara kamu selama ia tidak


terburu-buru, yaitu ia mengatakan, "Aku berdoa, tetapi belum
dikabulkan." (HR. Bukhari dan Muslim)



:
:









"Akan senantiasa dikabulkan doa seorang hamba selama ia tidak
berdoa yang isinya dosa dan memutuskan tali silaturrahim, dan
selama ia tidak terburu-buru." Ada yang bertanya, "Wahai
Rasulullah, apa itu terburu-buru?" Beliau menjawab, "Ia
mengatakan, 'saya sudah berdoa, tetapi belum juga dikabulkan,
akhirnya ia malas dan meninggalkan doa." (HR. Muslim)
5.
6.

Hadirnya hati ketika berdoa, lihat haditsnya di no. 3.


Tetap terus berdoa, baik dalam kondisi lapang maupun sempit.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barang siapa yang suka Allah mengabulkan doanya ketika susah


dan menderita, maka hendaknya ia memperbanyak doa ketika
lapang." (HR. Tirmidzi dan Hakim, dihasankan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahihul Jami' no. 6290)
7.

Tidak meminta selain kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala saja.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Apabila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila


kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada
Allah." (HR. Tirmidzi, ia berkata: "Hadits hasan shahih," dan
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
8.

Tidak mendoakan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri


sendiri. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,




"Janganlah kalian mendoakan keburukan kepada diri kalian, juga
jangan kepada anak kalian dan harta kalian, agar kalian tidak
bertepatan dengan waktu yang jika diminta, maka Dia akan
mengabulkannya." (HR. Muslim)
9.

Merendahkan suara antara pelan sekali dan keras, lihat surah Al


A'raaf: 55 dan 205.

10.
Tidak memberatkan diri dengan bersajak (berpuisi) dalam
berdoa. Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:

















"Sampaikanlah (nasihat) kepada manusia sejum'at (sepekan) sekali.
Jika engkau tidak suka, maka dua kali, dan jika engkau ingin
menambah, maka cukup tiga kali. Jangan membuat manusia bosan
terhadap Al Qur'an ini. Dan aku tidak ingin sama sekali engkau
mendatangi orang yang baru sadar, lalu engkau sampaikan kisah
kepada mereka sehingga kamu putuskan pembicaraan (aktifitas)
mereka, akhrnya kamu membuat mereka bosan. Akan tetapi
berhentilah.
Jika
mereka
menyuruh(meminta)mu,
maka
sampaikanlah (nasihat) sedang mereka dalam keadaan suka.
Perhatikanlah masalah berdoa dengan sajak (puisi), jauhilah ia.
Karena yang aku tahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan
para
sahabatnya
tidak
melakukan
selain
itu,
yakni
meninggalkannya." (Diriwayatkan oleh Bukhari)

11.
Merendahkan diri, khusyu', berharap dan cemas dalam
berdoa, lihat surah Al An'aam: 43 dan Al A'raaf: 55-56.

12.
Mengembalikan barang yang diambil secara zalim kepada
pemiliknya disertai dengan meminta maaf dan bertobat kepada
Allah Subhaanahu wa Ta;ala. Jika ia merasa malu mengembalikan,
maka ia bisa melalui kawannya agar menyerahkan barang itu
kepada yang punya sambil meminta maafnya dan meminta agar
tidak disebutkan namanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,




:









:














Sesungguhnya Allah Taala baik, tidak menerima kecuali yang baik.
Allah memerintahkan orang-orang yang beriman sebagaimana Dia
memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya, Wahai para
rasul! Makanlah yang baik-baik dan beramal salehlah. Dan Dia
berfirman, Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah yang baikbaik dari apa yang Kami rezekikan kepada kamu. Kemudian beliau
menyebutkan tentang seseorang yang melakukan perjalan jauh
dalam keadaan rambutnya kusut lagi berdebu. Orang itu
mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berkata, Ya Rabbi,
ya Rabbi, padahal makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang
haram, maka bagaimana doanya akan dikabulkan? (HR. Muslim)
13.
Makanan, minuman, dan pakaiannya dari yang halal, lihat
hadits di atas.
14.
Tidak berdoa yang isinya dosa dan memutuskan tali
silaturrahim (telah disebutkan haditsnya).
15.

Mengulangi doa sebanyak tiga kali.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:




"Tidaklah seorang hamba meminta perlindungan dari neraka
sebanyak tiga kali, kecuali neraka akan berkata, "Ya Allah,
lindungilah dia dariku." Dan tidaklah ia meminta surga kecuali, surga
akan berkata, "Ya Allah, masukkanlah ia kepadaku." (HR. Ahmad,
Syaikh Syu'aib Al Arnauth berkata, "Hadits shahih, dan isnad ini
hasan karena ada Yunus bin Abu Ishaq, namun ia dimutaba'ahkan.")
16.
Menghadap kiblat, sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam menghadap ke kiblat dalam doa istisqa' (meminta hujan)
dan beberapa keadaan lainnya.
17.

Mengangkat kedua tangan, lihat hadits no. 13.

18.

Berwudhu' sebelum berdoa jika memungkinkan.

19.

Tidak berlebihan dalam berdoa.

Abdullah bin Mughaffal pernah mendengar anaknya berdoa, "Ya


Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu istana putih di
sebelah kanan surga apabila aku memasukinya," maka Abdullah bin
Mughaffal berkata, "Wahai anakku, mintalah surga kepada Allah dan
berlindunglah kepada-Nya dari neraka. Sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Sesunggunya akan ada di umat ini orang-orang yang berlebihan


dalam bersuci dan dalam berdoa." (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani).
20.
Memulai dalam berdoa untuk dirinya sendiri, jika ia hendak
mendoakan orang lain.
Syaikh Sa'id Al Qahthani berkata, "Telah sah dari Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, bahwa Beliau berdoa dengan memulai dari dirinya.
Demikian juga telah sah, bahwa Beliau pernah tidak memulai dari
dirinya, seperti doa Beliau untuk Anas, Ibnu 'Abbas, ibu Isma'il dan
lain-lain, lihat rincian tentang masalah ini dalam Syarah Nawawi
terhadap Shahih Muslim 15/144, Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan At

Tirmidzi 9/338, dan Shahih Bukhari dengan Al Fath-nya 1/218." (Ad


Du'aa minal Kitab was Sunnah hal. 10)
21.
Bertawassul dengan nama-nama Allah yang indah (lihat Al
Israa': 110), sifat-sifat-Nya yang tinggi, atau dengan amal saleh
yang dilakukan oleh orang yang berdoa, atau melalui doa seorang
yang saleh yang masih hidup dan hadir di hadapannya (sebagaiman
Umar bin Khaththab meminta Abbas bin Abdul Muththalib untuk
berdoa kepada Allah meminta hujan turun).
22.
Melakukan amr ma'ruf dan
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

nahi

mungkar.

Rasulullah

"Demi Allah yang jiwaku di Tangan-Nya, kamu harus melakukan


amar ma'ruf dan nahi munkar, atau Allah segera mengirimkan
hukuman dari-Nya, sehingga ketika kalian berdoa, maka doa kalian
tidak dikabulkan." (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh
Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 7070)
23.

Menjauhi maksiat.

Wallahu alam, wa shallallahu 'ala Muhammad wa alaa aalihi wa


shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa http://ihbsnews.blogspot.com/2012/04/keutamaan-doa-adab-dan-sebabdikabulkan.html
Berdoa memiliki banyak keutamaan, yang akan bermanfaat bagi muslim yang melaksanakannya
dengan hati yang tulus dan ikhlas disertai kekhusyuan atau keseriusan dalam doanya.
1. Doa adalah ibadah
Kadang kita lupa dan bahkan menyepelekan untuk berdoa, bisa jadi disebabkan oleh rasa percaya
diri, atau berada dalam keadaan yang serba berkecukupan.
Dari Nu'man bin Basyir bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Doa adalah ibadah", kemudian beliau membaca ayat : "Sesungguhnya orang-orang
yang menyombongkan diri dari menyembahKu". [Ghafir : 60].

Hadits di atas menegaskan bahwa orang yang tidak ingin berdoa adalah orang yang sombong,
sehingga doa termasuk ibadah dan ancaman kehinaan bagi orang yang tidak ingin berdoa.
2. Ibadah yang paling mulia
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :
"Artinya : Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada doa". [Sunan At-Timidzi,
bab Do'a 12/263, Sunan Ibnu Majah, bab Do'a 2/341 No. 3874. Musnad Ahmad 2/362].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits tersebut adalah tidak ada sesuatu ibadah
qauliyah (ucapan) yang lebih mulia di sisi Allah daripada doa, sebab membandingkan sesuatu
harus sesuai dengan substansinya. Sehingga pendapat yang mengatakan bahwa shalat adalah
ibadah badaniyah yang paling utama sehingga hal ini tidak bertentangan dengan firman Allah.
"Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang
paling bertakwa diantara kamu". [Al-Hujurat : 13].
3. Kemurkaan Allah kepada orang yang meninggalkannya
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan memurkainya".
[Sunan At-Tirmidzi, bab Do'a 12/267-268].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Imam At-Thaibi berkata : "Makna hadits di atas
yaitu barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Dia akan murka begitu pula
sebaliknya Dia sangat senang apabila diminta hamba-Nya". [Fathul Bari 11/98]
Meminta kepada Allah dapat menjadi sebab dicintainya seorang hamba, namun ketika meminta
kepada hamba, belum tentu ia akan dicintai atau bahkan permintaannya tidak dikabulkan.
4. Doa mampu menolak takdir Allah
Berdasarkan hadits dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa". [Sunan At-Tirmidzi, bab Qadar
8/305-306]
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud adalah, takdir yang tergantung pada doa
dan berdoa bisa menjadi sebab tertolaknya takdir karena takdir tidak bertolak belakang dengan
masalah sebab akibat, boleh jadi terjadinya sesuatu menjadi penyebab terjadi atau tidaknya
sesuatu yang lain termasuk takdir. Suatu contoh berdoa agar terhindar dari musibah, keduanya
adalah takdir Allah. Boleh jadi seseorang ditakdirkan tidak berdoa sehingga terkena musibah dan
seandainya dia berdoa, mungkin tidak terkena musibah, sehingga doa ibarat tameng dan musibah
laksana panah. [Mura'atul Mafatih 7/354-355].

Ketika takut akan takdir yang buruk, hendaknya seseorang berdoa meminta keselamatan agar
tidak terjadinya takdir yang ia takuti, misalnya saat memilih keputusan yang ia tidak ketahui
akibatnya apakah baik atau tidak baginya.
5. Menghindarkan dari bencana dan musibah
Banyak berdoa bisa menghindarkan bencana dan musibah, sebagaimana firman Allah yang
mengkisahkan tentang Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam :
"Artinya : Dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa
dengan berdoa kepada Tuhanku". [Maryam : 48]
Imam Ibnul Jauzi berkata : "Ketahuilah bahwa doa orang mukmin tidak mungkin ditolak, boleh
jadi ditunda pengkabulannya atau digantikan sesuatu yang lebih maslahat dari pada yang diminta
baik di dunia atau di akhirat. Sebaiknya seorang hamba tidak meninggalkan berdoa kepada
Rabbnya sebab doa adalah ibadah yaitu ibadah penyerahan dan ketundukan kepada Allah".
[Fathul Bari 7/348 ]
Walaupun seseorang merasa doanya belum dikabulkan, tidak seharusnya ia menghentikan
doanya. Karena bisa saja doanya menjadi penghalang bagi musibah yang lain misalnya, ketika ia
meminta rezki untuk menyelesaikan hutangnya, namun ia justru diberi keselamatan dari suatu
penyakit yang lebih berbahaya dari hutang itu sendiri sehingga penyakit itu tidak menambah
beban untuk melunasi hutangya.
6. Makbulnya Doa orang yang teraniaya
Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam hendak mengutus salah seorang sahabatnya,
Muadz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu ke Yaman, beliau menitipkan beberapa pesan, di antaranya
adalah, Beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka zakat yang diambil dari
kalangan orang mampu dari mereka dan dibagikan kepada kalangan yang faqir dari mereka. Jika
mereka menaati kamu dalam hal itu, maka janganlah kamu mengambil harta-harta pilihan
mereka. Dan takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena antara dia dan Allah tidak ada
hijab (pembatas yang menghalangi)nya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengingatkan kita akan bahaya doa orang yang
teraniya, agar kita tidak berlaku aniaya kepada orang lain, karena doa mereka tidak terhijab dan
akan dikabulkan oleh Allah Subhaanahu Wataala. Sekalipun mereka adalah para pelaku dosa
besar, yang dibesarkan dari makanan-makanan haram. Bahkan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dikatakan, walaupun orang yang teraniaya itu adalah seorang
kafir.
7. Mustajabnya doa ketika mendoakan orang lain tanpa sepengetahuannya
Allah Taala berfirman yang artinya:
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: Ya
Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari
kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang

yang beriman. (QS. Al-Hasyr: 10)


Dari Abu Ad-Darda Radiallahu Anhu dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallambersabda yang artinya :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim)
tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, Dan bagimu juga kebaikan yang
sama. (HR. Muslim no. 4912)
Sebuah penelitan yang dilakukan oleh Frank D. Fincham, sarjana dan direktur Florida State
University Family Institute menemukan bahwa berdoa dapat merubah perilaku seseorang yang
mendoakan temannya atau pasangannya.
Penelitian memperlihatkan bahwa seseorang yang berdoa kepada pasangannya memiliki
kecendrungan lebih sosial kepada yang didoakan.
Adapun ketika mendoakan orang lain, sebaiknya mendahulukan doa untuk diri sendiri dan
mengikutkan doa kepada orang tua dan kaum muslimin.
Dari Ubay bin Kaab -radhiallahu anhu- dia berkata, Jika Rasulullah -shallallahu alaihi
wasallam- menyebut seseorang lalu mendoakannya, maka beliau mulai dengan mendoakan diri
beliau sendiri. (HR. At-Tirmizi: 5/463) Hanya saja juga telah shahih riwayat bahwa beliau
-shallallahu alaihi wasallam- tidak memulai dengan diri beliau sendiri, seperti pada doa beliau
untuk Anas, Ibnu Abbas, dan ibunya Abu Hurairah -radhiallahu anhum-. (Lihat Syarh AnNawawi terhadap Shahih Muslim: 15/144, Fath Al-Bari: 1/218, dan Tuhfah Al-Ahwadzi Syarh
Sunan At-Tirmizi: 9/328)
http://al-ajwad.blogspot.com/2013/10/keutamaan-berdoa.html

Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz


Muslim bin Qutaibah rahimahullah berkata: Janganlah engkau meminta hajatmu kepada salah
satu dari tiga golongan (yaitu):
1. Janganlah engkau minta hajatmu kepda seorang pendusta, karena sesungguhnya ia akan
(berpura-pura) mendekatkan hajatmu, padahal ia masih jauh (maksudnya, ia menampakkan
seolah-olah akan memberi hajatmu dlm waktu dekat, padahal yg sebenarnya masih lama, atau
bahkan tidak akan memberi hajatmu, pent).
2. Janganlah engkau minta hajatmu kepada orang dungu (tolol), karena sesungguhnya ia ingin
memberimu manfaat, tapi justru ia akan memberimu mudhorot (bahaya).
3. Janganlah engkau minta hajatmu kepada seseorang yg kebutuhan makannya bergantung kpd
kaumnya, karena sesungguhnya ia akan menjadikan hajatmu sebagai sarana untuk memenuhi
hajatnya. (Lihat Al-Amaali karya Abu Ali Al-Qoli, II/190).

Atho berkata: Thowus rahimahullah (seorang ulama tabiin) datang menemuiku, lalu ia
berkata kepadaku: Wahai Atho, janganlah engkau mengajukan hajat-hajatmu kepada orang yg
menutup n menghalangi pintu (rumah)nya dari hadapanmu. Akan tetapi, hendaklah engkau
meminta segala hajatmu hanya kepada Allah, yg mana pintu (pengabulan permohonan)-Nya
senantiasa terbuka untukmu sampai hari Kiamat. Dia memintamu agar selalu berdoa (meminta)
kepada-Nya, dan Dia juga berjanji akan selalu mengabulkan permintaanmu. (Lihat Hilyatul
Auliya karya Abu Nuaim Al-Ashbahani, IV/11).
Hal ini sebagaimana firman Allah Taala:

Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kamu sekalian hanya kepada-Ku, niscaya Aku
akan mengabulkan doa kalian. (QS. Al-Mumin/ Ghoofir: 60).
Dan firman-Nya pula:

Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku, dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. AlBaqarah: 186).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah berwasiat kpd Abdullah bin Abbas
radhiyallahu anhuma dengan sabdanya:

Artinya: Apabila engkau meminta (hajat), maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau
meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan hanya kepada Allah.. (Diriwayatkan oleh
imam Ahmad n At-Tirmidzi).
https://abufawaz.wordpress.com/2013/05/22/mintalah-hajatmu-hanya-kepada-allahpasti-dia-akan-kabulkan-untukmu/#more-1509

Dari Abu Hurairah , ia berkata, Rasulullah bersabda: Barangsiapa


enggan berdoa (memohon) kepada Allah Subhanahu, niscaya Dia akan marah kepadanya.









Dari An-Numan bin Basyir , ia berkata, Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya berdoa adalah ibadah Kemudian beliau membaca ayat, Dan Tuhan-mu
berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. (QS. Ghaafir [40]:60)







Dari Abu Hurairah , dari Nabi , beliau bersabda: Tidaklah ada sesuatu
yang paling mulia bagi Allah Subhanahu daripada doa.[]

Keutamaan Berdoa dan Kriteria Doa Mustajab


by bramantya August 20, 2013

Doa menurut tinjauan syari terbagi kepada dua pembagian; doa ibadah dan doa masalah,
Doa ibadah adalah seluruh bentuk ibadah yang nampak maupun yang tersembunyi, balk dalam
bentuk ucapan atau perbuatan.

Doa masalah adalah seseorang meminta kepada Allah Taala agar mendapatkan suatu manfaat
atau terhindar dari bahaya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullahu Taala- berkata, Setiap doa ibadah
mengharuskan adanya doa masalah, dan setiap doa masalah dalamnya terkandung doa ibadah.
(Majm Al-Fatawa 15/11)
Allah Taala berfirman,

Berdoalah kepada Rabbmu dengan merendah diri dan dengan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. [Al-A'raf: 55]
Dan Allah Taala berfirman,

(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang
karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika la menghendaki.[Al-An'am: 41]
Dan ayat-ayat yang semisal ini dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang doa masalah sangat
banyak. Di dalamnya terkandung doa ibadah, karena orang yang berdoa dia mengikhlaskan
doanya hanya kepada Allah Taala, sedang keikhlasan itu merupakan ibadah yang paling afdhal.
Maka demikian pula halnya orang yang berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, membaca AlQuran dan melakukan ibadah-ibadah yang lainnya. Pada hakikatnya dia berdoa dengan
bermohon kepada Allah Taala, sehingga keadaannya seperti orang yang berdoa dan beribadah.
Adapun doa yang kita maksudkan dalam pembahasan di sini adalah jenis yang kedua, yaitu doa
masalah.
Doa memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam syariat islam. Oleh karena itu, telah datang
nash-nash Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang sangat banyak
menjelaskan tentang keutamaan berdoa dengan bentuk pemaparan yang beraneka ragam. Ada
yang datang dalam bentuk perintah dan anjuran untuk berdoa, ada yang datang dalam bentuk
peringatan dari meninggalkan dan merasa bodoh darinya, ada yang datang dalam bentuk
penyebutan akan besarnya pahala dan ganjarannya di sisi Allah Taala, adapula dalam bentuk
pujian terhadap orang-orang yang beriman yang berdoa kepada Allah Taala dan dengan berbagai
bentuk pemaparan yang lainnya. Seluruh hal ini menunjukkan bagaimana besarnya kedudukan
dan keutamaan doa dalam syariat Islam.

Bahkan Al-Quran yang merupakan kalamullah telah diawali dengan doa dan diakhiri dengan
doa pula. Dalam surah Al-Fatihah terdapat doa meminta hidayah kepada Allah ke jalan yang
lurus dan agar dijauhkan dari jalannya orang-orang yang menyimpang, yaitu firman Allah Azza
wa jalla,

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan
nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (hula (jalan) mereka
yang sesat.[Al-Fatihah: 6-7]

Dan dalam surah An-Nas yang merupakan urutan surah yang terakhir di dalam AI-Quran juga
terkandung doa, yaitu minta perlindungan kepada Allah Taala dari kejelekan bisikan syaithan;
jin maupun manusia.
Dan Allah telah memuji hamba-hambanya dari kalangan Nabi dan Rasul yang berdoa kepada
Allah dengan penuh rasa harap dan cemas. Allah Taala berfirman,
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik, dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas, dan
mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. [Al-Anbiyi: 90]
Demikian pulaAllah Taala memuji hamba-hambanya dari kalangan orang-orang yang beriman,

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya dengan
rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada
mereka. [As-Sajadah: 16]
Dan Allah Taala berfirman mensifatkan penduduk surga tatkala mereka masuk ke dalamnya
dalam keadaan selamat,

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, mereka diberi
petunjuk oleh Rabb mereka karena keimanannya, dibawah mereka mengalir sungai-sungai di
dalam surga yang penuh kenikmatan. Doa mereka di dalamnya ialah Subhanakallahumma
[Maha Suci Engkau wahai Rabb kami] dan salam penghormatan mereka adalah `Salam dan
penutup doa mereka adalah Alhamdulillahi Rabbul Alamin..[Yunus: 9-10]

Dan Allah Taala juga berfirman, memberika dorongan kepada hamba-hamba-Nya untuk berdoa
kepada Allah Subhanahu wa Taala,

Dan Rabbmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.


Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
nerakajahannam dalam keadaan hina dina. [Ghafir: 60]
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Taala telah menjanjikan bagi orang-orang yang berdoa
kepada-Nya, bahwa Allah akan mengabulkan doanya dan memenuhi permintaannya.
Namun dari sisi lain, banyak orang yang berdoa kepada Allah Taala, akan tetapi ia tidak melihat
sesuatu apapun yang dikabulkan dari doa tersebut, atau sebagiannya dikabulkan dan sebagian
lainnya tidak.
Maka para ulama telah menyebutkan beberapa jawaban akan hal ini, namun yang paling bagus
dari jawaban-jawaban tersebut adalah bahwa doa merupakan wasilah untuk meraih apa yang
diinginkan. Untuk mendapatkan sesuatu, seseorang haruslah menempuh sebab-sebabnya dan
menjauhi penghalang-penghalangnya. Maka apabila salah satu dari dua hal ini hilang, niscaya
doanya tidak akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Taala.
Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah berkata, Sesungguhnya doa termasuk sebab yang paling
kuat yang ditempuh oleh seorang hamba agar terhindar dari bahaya dan mendapatkan apa yang
dia inginkan. Akan tetapi terkadang doa tersebut tidak meninggalkan pengaruh sama sekali,
apakah disebabkan karena kelemahan pada din karena ia berdoa dengan sesuatu yang tidak
dicintai oleh Allah Taala disebabkan karena adanya bentuk permusuhan di dalamnya, atau
karena kelalaian hati dan tidak menyatunya hati tersebut menghadap kepada Allah di saat berdoa,
sehingga kedudukannya bagaikan busur yang talinya sudah kendor, sehingga anak panah pun
keluar darinya dengan begitu lembut, atau karena adanya sesuatu yang menghalangi terkabulnya
doa tersebut, seperti makanan yang haram, kezhaliman dan tertutupnya hati karena dosa, atau
karena adanya kelalaian, syahwat dan sends gurau yang begitu tinggi . (AI-Jawabul Kali hal.
9-10)
Maka oleh sebab itu, berikut akan kami sebutkan sebahagian dari hal-hal yang menggambarkan
kriteria doa mustajabah:
1. Berdoa dengan memuji Allah Taara dan bershalawat kepada Nabi shallallahu wa sallam.
Imam Ahmad, At-Tirmidzy, An-Nasal dan lain-lainnya meriwayatkan dari Fudhalah bin `Ubaid
rahimahullah, bahwa beliau berkata,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendengar seorang lelaki berdoa pada shalatnya
dalam keadaan tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu wa sallam,
maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, `Kamu terialu tergesa-gesa, wahai
orang yang shalat.
Kemudian Nabi shallallahu wa sallam mengajari mereka. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam mendengar seorang lelaki berdoa maka dia memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Berdoalah
maka (doamu) akan dikabulkan, dan mintalah niscaya kamu akan diberi..[Dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albany dalam Shahih Sunan Tirmidzy no. 2765]
2. Mengawali doa dengan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Taala dan menyesali segala
kesalahan-kesalahan, karena bertumpuknya dosa dan maksiat akan menghalangi terkabulnya
doa. Sebagian para ulama salaf berkata, Janganlah kamu mengatakan, Kenapa doa saya belum
dikabulkan?, sementara kamu telah menutupi jalan-jalannya dengan maksiat.
Dan sebagian yang lain mengumpulkannya dalam dua bait syair,
Kami berdoa kepada Allah pada setiap kesulitan
Kemudian kami pun melupakannya tatkala kesulitan itu hilang
Kenapa kami mengharapkan dikabulkannya doa
Sementara kami telah menutupi jalan-jalannya dengan melakukan dosa
Imam Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah ketika menguraikan hadits Abu Hurairah yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, kemudian beliau (Nabi shallallahu alaihi wa sallam)
menyebutkan seorang lelaki yang telah jauh perjalanannya, dia berambut kusut penuh dengan
debu, dia menadahkan tangan-nya ke langit dan berkata, wahai Rabb, wahai Rabb, sementara
makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan barang
yang haram, maka bagaimana is akan diterima per-mintaannya? Beliau berkata, Melakukan
perkara-perkara yang haram juga menghalangi terkabulnya doa dan demikian pula meninggalkan
perkara-perkara yang wajib. (JamrulUlam wal Hikam 1/275)
3. Berdoa dengan khusyuk dan tidak lalai.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Berdoalah kamu kepada Allah dalam keadaan kamu yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah
sesungguhnya Allah Tabla tidak akan menerima doa dari hati yang lalai lagi tidak
khusyuk.[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam
Shahih Jami' no. 245]
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Maka ini adalah obat yang bermanfaat untuk
menghilangkan penyakit, akan tetapi kelalaian hati bisa menghilangkan kekuatan doa. (AIJawab Al-Kali hal- 9-10)
Berdoa dalam keadaan merendah diri dan merasa hina di hadapan Allah Subhanahu wa Taala
sebagai-mana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim no.
2622,

Kadang orang yang kusut rambutnya lagi terusir dari pintu-pintu (manusia), andaikata dia
bersumpah atas nama Allah (berdoa) niscaya Allah akan mengabulkannya.
Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma tatkala beliau ditanya tentang shalat Istisqai Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, maka beliau berkata,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluardalam keadaan berpakaian biasa, merendah


diri lagi bermohon dengan sungguh-sungguh.[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dan dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih Jami' no. 1753]
Berdoa dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah dan tidak tergesa-gesa untuk dikabulkan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Senantiasa akan dikabulkan (doa) salah seorang antara kalian selama ia tidak tergesa-gesa.
Dia berkata, `Saya telah berdoa namun tidak dikabulkan untukku.[Dinwayatkan oleh AlBukhary no. 634 dan Muslim no. 2735 dariAbu Hurairah radhiyallahu "anhu]

6. Tidak meminta dengan sesuatu yang terlarang.


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Terus-menerus akan dikabulkan doa seorang hamba selama ia tidak berdoa dengan sesuatu
yang mengandung dosa atau pemutusan hubungan kekeluargaan, selama ia tidak tergesa-gesa.
Ada yang bertanya, Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa? Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, Dia mengatakan, Saya telah berdoa, saya telah berdoa, tetapi saya
tidak melihat dikabulkan untukku, maka dia pun putus asa ketika itu dan meninggalkan doa.
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 2735]
7. Bersungguh-sungguh di dalam berdoa.
Jika kita melihat kepada doa-doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka kita akan dapatkan
beliau bersungguh-sungguh dalam berdoa, sehingga beliau menyebutkan setiap lafazhnya dengan
jelas dan tidak mencukupkannya dengan lafazh-lafazh yang umum, seperti doa beliau
shallallahualaihi wa sallam dalam hadits Ali bin Abi Thalib yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim no. 771,

Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu maupun yang akan datang, yang tersembunyi
maupun yang nampak, dan sungguh Engkau lebih tahu terhadapnya dariku, Engkau Yang
Pertama dan Engkau Yang Terakhir, tidak ada sesembahan yang hak kecuali Engkau.
Dan dimaklumi andaikata beliau mengatakan, Ampunilah seluruh dosa-dosaku, maka ini
tentunya lebih ringkas, akan tetapi hadits ini kondisinya adalah ketika berdoa, dan ini adalah saat
seseorang hamba bersimpuh di hadapan Allah Taala, merendah dan menampakkan ketidak
berdayaannya, dengan sungguh-sungguh mengharapkan ampunan dari Allah Subhanahu wa
Taala dengan segala bentuk dosa yang ia terjatuh ke dalamnya.
Dan demikian pula sabda Nabi shallallahualaihi wa sallam

Ya Allah, ampunilah seluruh dosa-dosaku, sedikit atau pun banyak, yang tersembunyi maupun
yang nampak, yang pertama maupun yang terakhir. [Diriwayatkan oleh Muslim no. 483]
8. Memakan makanan yang halal, sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang telah jauh perjalanannya, dia
berambut kusut penuh dengan debu, dia menadahkan tangannya ke langit dan berkata, Wahai
Tuhan, wahai Tuhan, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram
dan dikenyangkan dengan barang yang haram, maka bagaimana ia akan diterima
permintaannya?
Dan berkata Wahab bin Munabbih rahimahullah, Barangsiapa yang ingin dikabulkan oleh Allah
Taala doanya, maka hendaknya dia makan dari makanan yang halal. (Jami wa Al-Hikam 1/275)
9. Berdoa dengan mengangkat dan menadahkan kedua tangan ke langit.
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, malu dari hamba-Nya apabila la
(berdoa) dengan mengangkat kedua tangannya lalu Dia (Allah) mengembalikan kedua
tangannya tersebut dalam keadaan kosong (tidak dikabulkan).[Diriwayatkan oleh Abu Daud,
At-Tirmidzy dan lain-lain dari Salman Al-Farisy radhiyallahu 'anhu. Dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albany dalam Shahih Jami' no. 1753]
10. Berdoa pada waktu-waktu mustajabah.
Terdapat sejumlah waktu yang dikabulkan padanya doa, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Setiap sepertiga malam terakhir, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang mutawatir,
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda,

Rabb kita Tabaraka wa Taala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga
malam terakhir. Allah berfirman, `Siapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan,
Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya akan Aku beri dan siapa yang mohon ampun kepada-Ku
niscaya akan Aku ampuni.
b. Suatu saat pada hari Jumat, sebagaimana dalam Ash-Shahihain dari hadits Abu Hurairah
radhiyallahu `anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebut hari Jumat lalu
beliau bersabda,

Padanya ada suatu saat yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri menegakkan shalat dia
berdoa kepada Allah Taala meminta sesuatu kecuali Allah akan memberikannya padanya. Nabi
shallallahu alaihi wa sallam mengisyaratkan (waktu tersebut) dengan tangannya yang
menunjukkan waktunya sedikit.
Dan para ulama telah bersilang pendapat tentang penentuan tepatnya waktu tersebut sehungga
mencapai 40 pendapat.
Dan pendapat yang paling kuat dalam masalah ini adalah, pendapat yang mengatakan bahwa
waktunya adalah antara shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, berdasarkan hadits
Abdullah bin Salam radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh lbnu Majah dan hadits Jabir
riwayat Abu Daud dan An-Nasai.
Dan ini yang dikuatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah, yang mana beliau berkata,
Kebanyakan hadits-hadits menunjukkan akan pendapat ini.
Dan berkata Imam Abu Umar lbnu Abdil Barr, Itu adalah yang paling kuat dalam masalah
ini.
Dan ini pula yang dikuatkan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Zadul Maad 1/390-391.
c. Pada hari Arafah yaitu tanggal 9 Dzulhijjah.
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda,

Doa yang paling baik adalah doa pada hari Arafah, dan sebaik-sebaik apa yang saya ucapkan
dan yang diucapkan para nabi sebelumku adalah, Tidak ada sesembahan yang hak kecuali
hanya Allah satu-satunya yang tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya segala kerajaan dan
segala pujian, dan Dia Maha Mampu atas segala sesuatu.. [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy
dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahihah 4/7,8 dengan seluruh jalanjalannya]
d. Antara adzan dan iqamah. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,

Doa antara azan dan iqamah tidak akan ditolak, maka berdoalah kalian. [Diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, Abu Daud danAt-Tirmidzy. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih
Jami' no. 3408]

e. Ketika sujud, sebagaimana dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sedekat-dekat seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah
doa padanya.
f. Ketika musafir. Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda,

Ada tiga doa mustajabah yang tidak diragukan lagi padanya, (yakni) doa orang yang
dizhalimi, doa orang yang musafir dan doa orang tua untuk kebaikan anaknya.[Diriwayatkan
oleh Abu Daud, At-Tirmidzy dan lbnu Majah dari Abu Hurairah. Dihasankan oleh Syaikh AlAlbany dalam Ash-Shahihah no.5961 Dan di dalam riwayat Imam Ahmad dengan lafazh,

Doa orang tua atas (kejelekan) anaknya.


Demikian bebarapa pembahasan yang kami berharap kepada Allah agar bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Pembahasan di atas kebanyakan dirangkai clan kitab Fiqih Al-Adiyah wa Al-Adzkar
karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr. Dan kami mengajak para pembaca
untuk berlomba-lomba dalam meraih kemuliaan di sisi Allah Subhanahu wa Taala dengan
memperbanyak doa dan mengikhlaskannya hanya untuk Allah Subhanahu wa Taala. Wallahu
Taala Alam bish Shawab.

Artikel : Keutamaan Berdoa dan Kriteria Doa Mustajab


Penulis : Abdurrahman bin Thahir
Sumber : Risalah Ilmiah An-Nasihah, Volume 14 tahun 1429 H/ 2008 Halaman 49-53
Keutamaan Doa
Firman Allah SWT :

60:
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombong-kan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". [QS. Al Mukmin : 60]

.











55:

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. [QS. Al-Araaf : 55]













186: .

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. [QS. Al-Baqarah : 186]
Hadits-hadits Nabi SAW :


:







.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla berfirman, Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya
apabila ia berdoa kepada-Ku. [HR. Bukhari dan Muslim, lafadh itu baginya, Tirmidzi, Nasai dan
Ibnu Majah].

.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Doa itu senjatanya orang
mukmin, tiangnya agama dan cahaya langit dan bumi. [HR. Hakim, ia berkata, Shahih
sanadnya]


. :






:

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Tidak ada sesuatu yang lebih
mulia pada sisi Allah daripada doa. [HR. Hakim, ia berkata, Shahih sanadnya, Tirmidzi, ia
]berkata, Hadits gharib, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban di dalam shahihnya



:
Dari Numan bin Basyir RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, Doa itu adalah ibadah, kemudian
beliau membaca ayat (yang artinya), Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombong-kan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. Al-Mukmin :
60). [HR. Abu Dawud, Tirmidzi, lafadh itu baginya dan ia mengatakan, Hadits hasan shahih,
]Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban di dalam shahihnya dan Hakim, ia berkata, Shahih sanadnya

:







. :

Dari Anas bin Malik, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Doa itu adalah otaknya ibadah. [HR.
]Tirmidzi, dan ia berkata, Hadits gharib dari Ibnu Lahiah





. :



Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa senang bahwa
Allah mengabulkan (doanya) ketika dalam kesulitan, maka hendaklah ia memperbanyak
]doanya di waktu lapang. [HR. Tirmidzi dan Hakim, ia berkata, Shahih sanadnya








:





:






:


.






Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Allah Taala
berfirman : Hai anak Adam, sesungguhnya kamu selama mau berdoa kepada-Ku dan berharap
kepada-Ku, Aku akan mengampuni dosa-dosamu, dan Aku tidak peduli. [HR. Tirmidzi, ia
]berkata, Hadits hasan, gharib
















:
.







. :
:

:

Dari Ubadah bin Shamit RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Tidak ada seorang
muslim di atas bumi ini yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa kecuali Allah Taala pasti
memberikan kepadanya, atau Allah menghindarkannya dari keburukan, selama ia tidak berdoa
untuk perbuatan dosa atau memutus persaudaraan. Lalu ada seorang laki-laki dari kaum itu
berkata, Kalau begitu kami akan memperbanyak (berdoa). Beliau bersabda, Allah lebih
banyak (karunia-Nya). [HR. Tirmidzi, lafadh ini baginya, ia berkata, Hadits hasan shahih
]gharib, dan Hakim, ia berkata, Shahih sanadnya












.

.


Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah seorang muslim
menghadapkan wajahnya berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, kecuali Allah pasti memberikan
kepadanya, ada kalanya Allah menyegerakan untuknya (memberikannya di dunia), dan ada
]kalanya Allah menjadikannya sebagai simpanan di akhirat. [HR. Ahmad














.
:
.


:

.
:

Dari Abu Said Al-Khudriy RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, Tidaklah seorang muslim
berdoa dengan suatu doa yang bukan untuk perbuatan dosa, dan bukan untuk memutus
persaudaraan, kecuali Allah pasti memberikan kepadanya salah satu dari tiga macam, ada
kalanya Allah menyegerakan untuknya apa yang diminta, ada kalanya Allah menjadikannya
sebagai simpanan untuknya di akhirat, dan ada kalanya Allah menghindarkannya dari
keburukan (mushibah) yang semisalnya. Para shahabat berkata, Kalau begitu kami akan
memperbanyak (berdoa). Nabi SAW bersabda, Allah lebih banyak (karunianya). [HR. Ahmad,
]Al-Bazzar, Abu Yala dengan sanad-sanad jayyid, dan Hakim, ia berkata, Shahih sanadnya


:






.



:











:










.

:




:




.



.

.




:






:


.









.
.

:


:






.



:
.




:



.






:









.





:




Dari Jabir bin Abdullah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, Allah akan memanggil orang
mukmin besuk pada hari qiyamat hingga ia berada di hadapan-Nya. Kemudian Allah berfirman :

Hai hamba-Ku, sesungguh-nya Aku telah menyuruhmu supaya berdoa kepada-Ku dan Aku
berjanji untuk mengabulkannya. Maka apakah kamu sudah berdoa kepada-Ku?. Hamba itu
menjawab, Ya, betul wahai Tuhanku. Allah berfirman, Ketahuilah, sesungguhnya tidaklah
kamu berdoa kepada-Ku dengan suatu doa, kecuali pasti Aku kabulkan untukmu. Bukankah
kamu pernah berdoa kepada-Ku pada hari ini dan ini berkenaan dengan kesusahan yang
menimpamu, agar Aku berikan jalan keluar kepadamu, lalu telah Aku lepaskan kamu dari
kesusahan itu ?. Hamba itu menjawab, Betul wahai Tuhanku. Allah berfirman,
Sesungguhnya Aku telah menyegerakannya untukmu di dunia. Dan kamu pernah berdoa
kepada-Ku pada hari ini dan ini berkenaan dengan kesusahan yang menimpamu agar Kuberikan jalan keluar, lalu kamu tidak melihat adanya jalan keluar dari kesusahan itu ?. Hamba
itu menjawab, Betul wahai Tuhanku. Allah berfirman, Sesungguhnya Aku telah
menjadikannya sebagai simpanan untukmu di surga demikian dan demikian. Dan kamu pernah
berdoa kepada-Ku berkenaan dengan keperluan agar Aku memberikan untukmu pada hari ini
dan ini, lalu Aku telah memberikannya ?. Hamba itu menjawab, Betul wahai Tuhanku. Allah
berfirman, Sesungguhnya Aku telah menyegerakannya pemberian itu untukmu ketika di dunia.
Dan kamu pernah berdoa kepada-Ku pada hari ini dan ini untuk suatu keperluan agar Aku
memberikan untukmu, dan kamu belum melihat pemberian itu ?. Hamba itu menjawab, Betul
wahai Tuhanku. Allah berfirman, Sesungguhnya Aku telah menjadikannya sebagai simpanan
untukmu di surga demikian dan demikian. Rasulullah SAW bersabda, Maka Allah tidak
membiarkan suatu doa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya yang mukmin kecuali Allah pasti
menerangkannya, ada kalanya Allah menyegerakan untuknya ketika di dunia dan ada kalanya
Allah menjadikannya sebagai simpanan di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, Maka orang
mukmin itu berkata di tempat itu juga : Alangkah senangnya seandainya sesuatu dari doanya
itu tidak diberikan dengan segera (di dunia). [HR. Hakim]




.





:

Dari Salman RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah itu Pemalu lagi
Pemurah. Dia malu apabila ada orang berdoa dengan mengangkat kedua tangannya, lalu Dia
mengembalikannya dalam keadaan kosong, dengan tangan hampa. [HR. Abu Dawud, Tirmidzi
dan lafadh itu baginya, ia menghasankannya, Ibnu Majah, Ibnu Hibban di dalam shahihnya dan
Hakim, ia berkata, Shahih atas syarath Bukhari dan Muslim]











: .



Dari Anas RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah itu Penyayang lagi
Pemurah. Dia malu kepada hamba-Nya jika hamba itu (berdoa) mengangkat kedua tangannya,
lalu Dia tidak memberikan kebaikan padanya. [HR. Hakim, ia berkata, Shahih sanadnya]


:

:









.






Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Maukah aku tunjukkan
kepada kalian apa yang menyelamatkan kalian dari musuh dan yang melapangkan rezqi
kalian ?. Yaitu kalian berdoa kepada Allah di waktu malam dan siang, karena doa adalah
senjatanya orang mukmin. [HR. Abu Yala]
KEUTAMAAN DAN KEMULIAAN DO'A

Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih

[1]. Do'a adalah ibadah berdasarkan firman Allah :


"Artinya : Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". [Ghafir : 60].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Syaikh Taqiyuddin Subki berkata : Yang
dimaksud doa dalam ayat di atas adalah doa yang bersifat permohonan, dan ayat
berikutnya 'an 'ibaadatiy menunjukkan bahwa berdoa lebih khusus daripada
beribadah, artinya barangsiapa sombong tidak mau beribadah, maka pasti sombong
tidak mau berdoa.
Dengan demikian ancaman ditujukan kepada orang yang meninggalkan doa karena
sombong dan barangsiapa melakukan perbuatan itu, maka dia telah kafir. Adapun
orang yang tidak berdoa karena sesuatu alasan, maka tidak terkena ancaman
tersebut. Walaupun demikian memperbanyak doa tetap lebih baik daripada
meninggalkannya sebab dalil-dalil yang menganjurkan berdoa cukup banyak.
[Fathul Bari 11/98].
Dari Nu'man bin Basyir bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
"Artinya : Doa adalah ibadah", kemudian beliau membaca ayat : "Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu". [Ghafir : 60].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Imam At-Thaibi berkata : Sebaiknya

hadits Nu'man di atas difahami secara arti bahasa, artinya berdoa adalah
memperlihatkan sikap berserah diri dan membutuhkan Allah, karena tidak
dianjurkan ibadah melainkan untuk berserah diri dan tunduk kepada Pencipta serta
merasa butuh kepada Allah. Oleh karena itu Allah mengakhiri ayat tersebut dengan
firman-Nya : "Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembahKu". Dalam ayat ini orang yang tidak mau tunduk dan berserah diri
kepada Allah disebut orang-orang yang sombong, sehingga berdoa mempunyai
keutamaan di dalam ibadah, dan ancaman bagi mereka yang tidak mau berdoa
adalah hina dina. [Fathul Bari 11/98].
Catatan :
Hadits yang berbunyi :
"Artinya : Doa adalah initi ibadah" [Hadits Dhaif]
[Didhaifkan Al-Albani, Ta'liq 'ala Misykatul Masabiih 2/693 No. 2231]
[2]. Doa adalah ibadah yang paling mulia di sisi Allah, dari Abu Hurairah
Radhiyallahu 'anhu berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
"Artinya : Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada doa". [Sunan
At-Timidzi, bab Do'a 12/263, Sunan Ibnu Majah, bab Do'a 2/341 No. 3874. Musnad
Ahmad 2/362].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits tersebut adalah tidak ada
sesuatu ibadah qauliyah (ucapan) yang lebih mulia di sisi Allah daripada doa, sebab
membandingkan sesuatu harus sesuai dengan substansinya. Sehingga pendapat
yang mengatakan bahwa shalat adalah ibadah badaniyah yang paling utama
sehingga hal ini tidak bertentangan dengan firman Allah.
"Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa diantara kamu". [Al-Hujurat : 13].
[3]. Allah murka terhadap orang-orang yang meninggalkan doa, berdasarkan hadits
bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan
memurkainya". [Sunan At-Tirmidzi, bab Do'a 12/267-268].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Imam At-Thaibi berkata : "Makna hadits
di atas yaitu barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Dia akan murka
begitu pula sebaliknya Dia sangat senang apabila diminta hamba-Nya". [Fathul Bari
11/98]

Imam Al-Mubarak Furi berkata bahwa orang yang meninggalkan doa berarti
sombong dan merasa tidak membutuhkan Allah.
Imam At-Thaibi berkata bahwa Allah sangat senang tatkala dimintai karunia-Nya,
maka barangsiapa yang tidak memohon kepada Allah, maka berhak mendapat
murka-Nya.
Dari hadits di atas menunjukkan bahwa permohonan hamba kepada Allah
merupakan kewajiban yang paling agung dan paling utama, karena menghindar dari
murka Allah adalah suatu yang menjadi keharusan. [Mura'atul Mashabih 7/358]
[4]. Doa mampu menolak takdir Allah, berdasarkan hadits dari Salman Al-Farisi
Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa". [Sunan At-Tirmidzi,
bab Qadar 8/305-306]
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud adalah, takdir yang
tergantung pada doa dan berdoa bisa menjadi sebab tertolaknya takdir karena
takdir tidak bertolak belakang dengan masalah sebab akibat, boleh jadi terjadinya
sesuatu menjadi penyebab terjadi atau tidaknya sesuatu yang lain termasuk takdir.
Suatu contoh berdoa agar terhindar dari musibah, keduanya adalah takdir Allah.
Boleh jadi seseorang ditakdirkan tidak berdoa sehingga terkena musibah dan
seandainya dia berdoa, mungkin tidak terkena musibah, sehingga doa ibarat
tameng dan musibah laksana panah. [Mura'atul Mafatih 7/354-355].
Syaikh Utsaimin ditanya : "Kita sering mendengar orang berdoa : Ya Allah kami tidak
memohon agar takdir kami dirubah akan tetapi kami meminta kelembutan dalam
takdir tersebut. Apakah doa tersebut dibolehkan .?"
Jawaban :
Berdoa seperti itu dilarang dan haram sebab doa bisa merubah takdir seperti yang
telah disebutkan dalam hadits di atas. Bahkan orang yang berdoa seperti itu
menantang Allah dan seakan mengatakan : "Ya Allah takdirkanlah kepadaku apa
saja yang Engkau kehendaki tetapi berilah kelembutan dalam takdir tersebut".
Seharusnya orang yang berdoa berketetapan hati dalam doanya, seperti berdoa : Ya
Allah kami memohon rahmat-Mu dan kami berlindung dari siksaan-Mu, dan doa
semisalnya. Apabila seorang berdoa kepada Allah agar tidak dirubah takdirnya,
maka apa manfaatnya sementara doa bisa merubah takdir, dan bisa jadi takdir
tersebut hanya bisa berubah lantaran doa. Yang penting doa tersebut di atas tidak
boleh dan hendaknya dihindarkan serta barangsiapa yang mendengar doa seperti
itu sebaiknya menasehatinya. [Liqa' Babul Maftuh 5/45-46]

5]. Orang yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu berdoa berdasarkan
hadits Nabi bahwasanya beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Orang yang lemah adalah orang yang meninggalkan berdoa dan orang
yang paling bakhil adalah orang yang bakhil terhadap salam". [Al-Haitsami, kitab
Majma' Az-Zawaid. Thabrani, Al-Ausath. Al-Mundziri, kitab At-Targhib berkata :
Sanadnya Jayyid (bagus) dan dishahihkan Al-Albani,As-Silsilah Ash-Shahihah 2/152153 No. 601].
Imam Manawi berkata bahwa yang dimaksud dengan 'Ajazu an-naasi adalah orang
yang paling lemah akalnya dan paling buta penglihatan hatinya, dan yang
dimaksud dengan Min 'ajzin 'an ad-dua'i adalah lemah memohon kepada Allah
terlebih pada saat kesusahan dan demikian itu bisa mendatangkan murka Allah
karena dia meninggalkan perintah-Nya padahal berdoa adalah perkerjaan yang
sangat ringan.[Faidhul Qadir 1/556].
Ahli syair berkata.
Janganlah kamu meminta kepada manusia, memintalah
kepada Dzat yang pintu-Nya tidak pernah tertutup.
Allah akan murka jika engkau tidak meminta-Nya,
sementara manusia marah jika sering diminta.
Syair di atas menjadi bantahan terhadap anggapan bahwa yang lebih baik tidak
berdoa.
[6]. Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan berdoa, barangsiapa yang
meninggalkan doa berarti menentang perintah Allah dan barangsiapa yang
melaksanakan berarti telah memenuhi perintah-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman.
"Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah)Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran". [Al-Baqarah : 186].
Syaikh Sa'di mengatakan bahwa ayat di atas sebagai jawaban atas pertanyaan para
sahabat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mereka bertanya : Wahai
Rasulullah, apakah Allah dekat sehingga kami memohon dengan berbisik-bisik
ataukah Dia jauh sehingga kami memanggil-Nya dengan berteriak ? Maka turunlah
ayat Allah. [Tafsir At-Thabari dan didhaifkan oleh Imam Ahmad 3/481].
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),

bahwasanya Aku adalah dekat". Karena Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat, Maha
Mengetahui dan Maha Menyaksikan terhadap sesuatu yang tersembunyi, rahasia
dan mengetahui perubahan pandangan mata serta isi hati. Allah juga dekat dengan
hamba-Nya yang meminta dan selalu sanggup mengabulkan permintaan. Maka
Allah berfirman : "Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku".
Doa adalah dua macam yaitu doa ibadah dan doa permohonan. Kedekatan Allah
dengan hamba-Nya terbagi dua macam yaitu ; kedekatan ilmu-Nya dengan setiap
mahluk-Nya dan kedekatan dengan hamba-Nya dalam memberikan setiap
permohonan, pertolongan dan taufik kepada mereka.
Barangsiapa yang berdoa kepada Allah dengan hati yang khusyu' dan berdoa sesuai
dengan aturan syariat serta tidak ada penghalang diterima doa tersebut seperti
makan makanan yang haram atau semisalnya, maka Allah berjanji akan
mengabulkan permohonan tersebut. Apalagi bila disertai hal-hal yang
menyebabkan terkabulnya doa seperti memenuhi perintah Allah, meninggalkan
larangan-Nya baik secara ucapan maupun perbuatan dan yakin bahwa doa tersebut
akan dikabulkan. Maka Allah berfirman : "Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah)Ku dan hedaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran".
Artinya orang yang berdoa akan berada dalam kebenaran yaitu mendapatkan
hidayah untuk beriman dan berbuat amal shalih serta terhindar dari kejahatan dan
kekejian. [Tafsir As-Sa'di 1/224-225].
[7]. Imam Zarkasi berkata bahwa konsentrasi dalam berdoa serta menunjukkan
sikap rendah, tunduk, penghambaan dan merasa membutuhkan Allah adalah
merupakan ibadah yang paling agung bahkan demikian itu menjadi syarat sahnya
ibadah.
Allah berjanji akan memberikan pahala orang yang berdoa, meskipun tidak
dikabulkan doanya.
[8]. Berdoa adalah menyibukkan diri untuk mengingat Allah sehingga timbul dalam
hati rasa pengagungan terhadap kebesaran Allah dan ingin kembali kepada-Nya
berhenti dari maksiat. Sering mengetuk pintu mempunyai kesempatan besar untuk
masuk, sehingga ada pepatah bahwa barangsiapa yang sering mengetuk pintu,
maka suatu saat akan diberi izin masuk sehingga dikatakan :"Diberi kesempatan
berdoa lebih baik daripada diberi sesuatu".
[9]. Banyak berdoa bisa menghindarkan bencana dan musibah, sebagaimana firman
Allah yang mengkisahkan tentang Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam :

"Artinya : Dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan
kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku". [Maryam : 48]
Dan firman Allah tentang Nabi Zakaria 'Alaihis Salam.
"Artinya : Ia berkata :'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku
telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau,
ya Tuhanku". [(Maryam : 4) Al-Azhiyah fi Ahkamil Ad'iyah hal. 38-42].
[10]. Sebagian orang hanya berdoa sekali atau dua kali dan setelah merasa tidak
dikabulkan, lalu berhenti berdoa. Jelas tindakan seperti itu adalah tindakan yang
keliru bahkan dia harus terus menerus mengulangi doanya hingga Allah
mengabulkannya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.
"Artinya : Do'a seorang hamba akan selalu dikabulkan selagi tidak memohon
sesuatu yang berdosa atau pemutusan kerabat, atau tidak tergesa-gesa. Mereka
bertanya : Apa yang dimaksud tergesa-gesa ? Beliau menjawab : " Dia berkata ;
Saya berdoa berkali-kali tidak dikabulkan, lalu dia merasa menyesal kemudian
meninggalkan doa". [Shahih Muslim, kitab Dzikir wa Do'a 4/87].
Menurut Imam An-Nawawi yang dimaksud menyesal adalah meninggalkan doa.
[Syarh Shahih Muslim 17/52].
Maka seharusnya seorang hamba harus terus berdoa dan tidak boleh bosan serta
merasa tidak dikabulkan doanya. Dalam ucapan : "Saya berdoa berkali-kali tetapi
tidak dikabulkan".
Syaikh Al-Mubarak Furi mengatakan bahwa Syaikh Al-Qari berkata : "Yang dimaksud
dengan kalimat tersebut adalah tidak melihat hasil doa saya. Terkadang merasa
doanya lambat dikabulkan atau putus asa dari berdoa dan keduanya tercela. Perlu
diketahui, ada waktu tertentu untuk terkabulnya doa, sebagaimana yang
diriwayatkan bahwa doa Musa dan Harun agar Fir'aun dihancurkan oleh Allah baru
terkabul setelah empat puluh tahun. Adapun berputus asa dari rahmat Allah tidak
akan terjadi kecuali atas orang-orang kafir". [Mura'atul Mafatih 7/348].
Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa di dalam hadits di atas terdapat etika
berdoa yaitu terus mengajukan permohonan dan tidak berputus asa dalam berdoa
sebab demikian itu merupakan bagian dari sikap ketundukan dan penyerahan diri
kepada Allah serta merasa membutuhkan Allah, oleh karena itu sebagian ulama
salaf berkata : "Kami lebih takut dihalangi untuk berdoa daripada dihalangi
terkabulnya doa".

Imam Ad-Dawudi berkata : "Dikhawatirkan orang yang mengatakan bahwa dia


selalu berdoa tetapi tidak dikabulkan maka doanya benar-benar tidak dikabulkan,
atau benar-benar tidak dikabulkan penangguhan siksa akhirat atau pengampunan
dosa-dosanya".
Imam Ibnul Jauzi berkata : "Ketahuilah bahwa doa orang mukmin tidak mungkin
ditolak, boleh jadi ditunda pengkabulannya lebih baik atau digantikan sesuatu yang
lebih maslahat dari pada yang diminta baik di dunia atau di akhirat. Sebaiknya
seorang hamba tidak meninggalkan berdoa kepada Rabbnya sebab doa adalah
ibadah yaitu ibadah penyerahan dan ketundukan kepada Allah". [Fathul Bari 7/348 ]
Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha bahwa beliau berkata : "Tatkala Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam terkena sihir orang Yahudi bernama Lubaid bin A'sham,
beliau berkata sehingga seakan-akan Rasulullah melakukan sesuatu padahal tidak
melakukannya hingga pada suatu malam Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
berdoa kemudian berdoa dan terus berdoa". [Shahih Muslim, kitab Salam bab Sihir
7/14]
Imam An-Nawawi berkata bahwa hadits di atas menekankan kepada setiap hamba
tatkala tertimpa bencana atau musibah untuk memperbanyak doa dan terus
berserah diri kepada Allah. [Syarh Shahih Muslim 7/14].
Dari Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu 'anhu berkata bahwa tatkala saya mulai
bertempur saat perang Badr saya kembali dengan cepat untuk melihat apa yang
dikerjakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, ternyata beliau sedang bersujud
dan membaca : Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Kekal, Wahai Dzat Yang
Maha Hidup dan Maha Kekal, kemudian saya kembali bertempur, lalu saya kembali
lagi ke tempat Rasulullah, saya temui beliau dalam keadaan sujud, kemudian saya
kembali bertempur lalu saya kembali ke tempat beliau dan saya temui masih
membaca doa tersebut sehingga Allah memberikan kemenangan". [Sunan AtTirmidzi, bab Doa 13/78. Dishahihkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/98]
Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidak ada seorang muslim berdoa kepada Allah di dunia dengan suatu
permohonan kecuali Allah akan mengabulkannya atau menghilangkan daripadanya
keburukan yang semisalnya, selagi tidak berdoa sesuatu dosa atau pemutusan
kerabat. Ada seorang laki-laki dari suatu kaum berkata : Jikalau begitu saya akan
memperbanyak (doa). Beliau bersabda : '"Allah mengabulkan doa lebih banyak
daripada yang kalian minta". [Sunan At-Tirmidzi, bab Doa 13/78. Dishahihkan oleh
Ibnu Hajar dalam Fathul bari 11/98].

[11]. Hadits yang berbunyi.


"Artinya : Allah mencintai orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa".
[Hadits Dhaif, Al-Albani berkata dalam Silsilah Dhaifah bahwa hadits ini bathil 2/9697].

[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa,
oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 37-42, terbitan Darul Haq,
penerjemah Zaenal Abidin, Lc.]
Kisah nyata, terjadi di Pakistan. Seorang Dr Ahli Bedah terkenal (Dr. Ishan)
tergesa-gesa menuju airport. Beliau berencana akan menghadiri Seminar Dunia dalam bidang
kedokteran, yang akan membahas penemuan terbesarnya di bidang kedokteran.
Setelah perjalanan pesawat sekitar 1 jam, tiba-tiba diumumkan bahwa pesawat mengalami
gangguan dan harus mendarat di airport terdekat.

Beliau mendatangi ruangan penerangan dan berkata: Saya ini dokter special, tiap menit nyawa manusia bergantung
ke saya, dan sekarang kalian meminta saya menunggu pesawat diperbaiki dalam 16 jam? Pegawai menjawab: Wahai
dokter, jika anda terburu-buru anda bisa menyewa mobil, tujuanmanda tidak jauh lagi dari sini, kira-kira dengan mobil
3 jam tiba.
Dr. Ishan setuju dengan usul pegawai tersebut dan menyewa mobil. Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba cuaca mendung,
disusul dengan hujan besar disertai petir yang mengakibatkan jarak pandang sangat pendek.
Setelah berlalu hampir 2 jam, mereka tersadar mereka tersesat dan terasa kelelahan. Terlihat sebuah rumah kecil
tidak jauh dari hadapannya, dihampirilah rumah tersebut dan mengetuk pintunya.
Terdengar suara seorang wanita tua: Silahkan masuk, siapa ya?
Terbukalah pintunya. Dia masuk dan meminta kepada ibu tersebut untuk istirahat duduk dan mau
meminjam telponnya.
Ibu itu tersenyum dan berkata: "Telpon apa Nak? Apa anda tidak sadar ada dimana? Disini tidak ada listrik,
apalagi telepon. Namun demikian, masuklah silahkan duduk saja dulu istirahat, sebentar saya buatkan teh dan sedikit
makanan utk menyegarkan dan mengembalikan kekuatan anda."

Dr. Ishan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu, lalu memakan hidangan. Sementara
ibu itu sholat dan berdoa serta perlahan-lahan mendekati seorang anak kecil yang
terbaring tak bergerak diatas kasur disisi ibu tersebut, dan dia terlihat gelisah diantara tiap
sholat. Ibu tersebut melanjutkan sholatnya dengan do'a yang panjang.
Dokter mendatanginya dan berkata: Demi Allah, anda telah membuat saya kagum dengan keramahan anda dan
kemuliaan akhlak anda, semoga Allah menjawab do'a-do'a anda.
Berkata ibu itu: Nak, anda ini adalah ibnu sabil yang sudah diwasiatkan Allah untuk dibantu. Sedangkan do'a-do'a
saya sudah dijawab Allah semuanya, kecuali satu. Bertanya Dr. Ishan: Apa itu do'anya? Ibu itu berkata: Anak ini
adalah cucu saya, dia yatim piatu. Dia menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter-dokter yang
ada disini. Mereka berkata kepada saya ada seorang dokter ahli bedah yang akan mampu menyembuhkannya;
katanya namanya Dr. Ishan, akan tetapi dia tinggal jauh dari sini, yang tidak memungkinkan saya membawa anak ini
ke sana, dan saya khawatir terjadi apa-apa di jalan. Makanya saya berdo'a kepada Allah agar memudahkannya.
Menangislah Dr. Ishan dan berkata sambil terisak: Allahu Akbar, Laa haula wala quwwata illa billah. Demi Allah,
sungguh do'a ibu telah membuat pesawat rusak dan harus diperbaiki lama serta membuat hujan petir
dan menyesatkan kami, Hanya untuk mengantarkan saya ke ibu secara cepat dan tepat. Saya lah Dr. Ishan Bu,
sungguh Allah swt telah menciptakan sebab seperti ini kepada hambaNya yang mu-min dengan do'a. Ini adalah
perintah Allah kepada saya untuk mengobati anak ini.

Kisah 1. Turun Hujan











Dari Anas bin Malik, ia berkata, Pada masa Nabi shallallahu alaihi wasallam manusia tertimpa
paceklik. Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam sedang memberikan khutbah pada hari
Jumat, tiba-tiba ada seorang Arab badui berdiri dan berkata, Wahai Rasulullah, harta benda
telah binasa dan telah terjadi kelaparan, maka berdoalah kepada Allah untuk kami. Beliau lalu
mengangkat kedua telapak tangan berdoa, dan saat itu kami tidak melihat sedikitpun ada awan di
langit. Namun demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh beliau tidak menurunkan
kedua tangannya kecuali gumpalan awan telah datang membumbung tinggi laksana pegunungan.
Dan beliau belum turun dari mimbar hingga akhirnya aku melihat hujan turun membasahi
jenggot beliau shallallahu alaihi wasallam. Maka pada hari itu, keesokan harinya dan lusa kami
terus-terusan mendapatkan guyuran hujan dan hari-hari berikutnya hingga hari Jumat

berikutnya. Pada Jumat berikutnya orang Arab badui tersebut, atau orang yang lain berdiri
seraya berkata, Wahai Rasulullah, banyak bangunan yang roboh, harta benda tenggelam dan
hanyut, maka berdoalah kepada Allah untuk kami. Beliau lalu mengangkat kedua telapak
tangannya dan berdoa: ALLAHUMMA HAWAALAINAA WA LAA ALAINAA (Ya Allah,
turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan sampai menimbulkan kerusakan kepada kami) .
Belum lagi beliau memberikan isyarat dengan tangannya kepada gumpalan awan, melainkan
awan tersebut hilang seketika. Saat itu kota Madinah menjadi seperti danau dan aliran-aliran air,
Madinah juga tidak mendapatkan sinar matahari selama satu bulan. Dan tidak seorang pun yang
datang dari segala pelosok kota kecuali akan menceritakan tentang terjadinya hujan yang lebat
)tersebut. (HR. al-Bukhori
Kisah 2. Tiga Orang yang Terperangkap di Dalam Gua

















Dari Ibnu Umar radliallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Ada tiga orang dari orang-orang sebelum kalian yang ketika sedang bepergian turun hujan lalu
ketiganya masuk ke dalam gua namun kemudian gua itu (pintunya) menutup mereka. Kemudian
diantara mereka berkata kepada yang lainnya; Demi Allah, wahai kawan, tidak akan ada yang
dapat menolong kalian kecuali kejujuran (kebajikan). Maka masing-masing dari mereka berdoa
dengan apa yang mereka ketahui sebagai suatu kebajikan. Maka seorang diantara mereka
berkata; Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku pernah punya seorang pekerja
untukku dengan upah satu faraq (tiga sha) berupa beras lalu dia pergi dan meninggalkan
upahnya itu kemudian aku sengaja dari beras itu aku jadikan benih dan aku tanam sehingga
berkembang lalu dari hasilnya itu aku belikan seekor sapi. Suatu hari dia datang dan meminta
upahnya yang dulu lalu aku katakan kepadanya; Lihatlah sapi itu. Itulah upah mu yang satu
faraq itu ambil dan giringlah pulang. Orang itu berkata; Yang menjadi hakku hanyalah satu
faraq beras. Aku katakan kepadanya; Ambillah sapi itu karena dia hasil yang aku kembangkan
dari upah berasmu. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata
karena takut kepada-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami. Maka pintu gua itu terbuka

sedikit. Lalu orang yang lain berkata; Ya Allah, sungguh Engkau telah mengetahui bahwa aku
memiliki kedua orangtua yang sudah renta. Dan setiap malam aku membawakan bagi keduanya
susu dari kambing milikku. Pada suatu malam, aku terlambat mendatangi keduanya sehingga
ketika aku datang keduanya sudah tertidur sementara keluargaku dan anak-anakku menangis
karena kelaparan sedangkan aku tidak akan memberi minum kepada mereka sebelum kedua
orangtuaku dan aku enggan untuk membangunkan keduanya dan aku juga enggan meninggalkan
keduanya dengan meminum jatah susu keduanya. Dan aku terus menunggu dalam keadaan
seperti itu hingga terbit fajar. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu
semata karena takut kepada-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami. Maka pintu gua itu
kembali terbuka sedikit hingga mereka dapat melihat langit. Kemudian orang yang ketiga
berkata; Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku mempunyai anak pamanku
(keponakan) yang merupakan manusia yang paling aku cintai dan aku pernah menginginkan
dirinya untukku namun dia menolak kecuali bila aku dapat memberinya uang sebanyak seratus
dinar. Maka aku bekerja dan berhasil mengumpulkan uang tersebut. Lalu aku temui dia dan aku
berikan uang tersebut dan dia mempersilakan dirinya untukku namun ketika aku sudah berada di
antara kedua kakinya dia berkata; Bertaqwalah kepada Allah, dan janganlah kamu renggut
keperawanan kecuali dengan haq. Maka aku berdiri lalu pergi meninggalkan uang seratus dinar
tersebut. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata karena takut
kepada-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami.Maka Allah membukakan gua itu untuk
mereka lalu mereka keluar. (HR. al-Bukhori)
Kisah 3. Kematian Abu Salamah
}




{






Dari Ummu Salamah, ia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah
diperintahkan oleh Allah, INNAA LILLAHI WAINNAA ILAIHI RAAJIUUN
ALLAHUMMA`JURNII FII MUSHIIBATI WA AKHLIF LII KHAIRAN MINHAA
(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami
pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).
melainkan Allah menukar baginya dengan yang lebih baik. Ummu Salamah berkata; Ketika
Abu Salamah telah meninggal, saya bertanya, Orang muslim manakah yang lebih baik daripada
Abu Salamah? Dia adalah orang-orang yang pertama-tama hijrah kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam. Kemudian akupun mengucapkan doa tersebut. Maka Allah pun
menggantikannya bagiku Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ummu Salamah
mengisahkan; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengutus Hatib bin Abu Baltaah

melamarku untuk beliau sendiri. Maka saya pun menjawab, Bagaimana mungkin, aku telah
mempunyai seorang anak wanita, dan aku sendiri adalah seorang pencemburu. Selanjutnya
beliau pun menjawab: Adapun anaknya, maka kita doakan semoga Allah mencukupkan
kebutuhannya, dan aku mendoakan pula semoga Allah menghilangkan rasa cemburunya itu.
(HR. Muslim)
Kisah 4. Doa Nabi Untuk Anas bin Malik


- -
. .
.
Anas (bin Malik) berkata; Pada suatu hari saya bersama ibuku datang kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam. Ibuku menyelimutiku dengan separuh kerudungnya dan separuhnya
lagi untuk menyelendangi saya. Ibuku berkata; Ya Rasulullah, inilah Unais (panggilan Anas
ketika masih kecil), putra saya. Saya ajak ia kemari agar kelak membantu engkau. Oleh karena
itu, doakanlah untuknya! Kemudian Rasulullah berdoa untuk Anas; Ya Allah, perbanyaklah
harta dan anaknya! Di kemudian hari Anas berkata; Demi Allah, harta saya sekarang sungguh
banyak sekali, anak dan cucu saya kini telah mencapai seratus orang lebih. (HR.Muslim)
Di antara pelajaran yang bisa kita ambil dari empat kisah di atas, adalah :
1. Doa itu bermanfaat bagi pelakunya maupun orang yang didoakan, bahkan lingkungan di
sekitarnya.
2. Bolehnya meminta kepada orang sholeh yang masih hidup agar dia berdoa kepada Alloh taala
untuk kemaslahatan kita.
3. Disyariatkan bertawasul dengan amal sholeh ketika berdoa.
4. Sangat boleh jadi, salah satu sebab akan terkabulnya doa adalah dengan bertawasul dengan
amal sholeh sebelum berdoa.
5. Disyariatkannya untuk berdoa memohon pahala atas musibah yang menimpa dan meminta
ganti dengan yang lebih baik.
6. Diperbolehkannya doa agar dikaruniakan harta dan anak yang banyak.
7. Hendaknya seseorang tidak berputus asa dari rahmat Alloh taala. Oleh karena itu, hendaknya
ia terus berdoa kepada Alloh taala dan tidak pernah merasa bosan untuk melakukannya.

Keajaiban Kesabaran dan Kekuatan DOA Seorang ISTERI


(Kisah Nyata)

Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi


bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya
untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun
musim dingin, karena disitulah letak KEBAHAGIAAN dan KETENTRAMANNYA. Yakni pada
saat dia khusyu berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan
matinya hanya kepada-Nya.
Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar
oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya.
Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat
dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut.
Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam
hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia
harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang
tajub.
Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun
wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut
jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui
permintaan sang gadis.
Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan
mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa
Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jamaa bainakuma fii khairin mengalir dari para
undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami
menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik
dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang
demikian suci, beriman dan shalihah.

Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri ke
rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan
yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk
menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.
Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang
ia rindukan untuk membangun mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan
dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersamasama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami
mengawasi dirinya.
Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk
pada sebatang MANDOLIN yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini
nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik.
Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang
tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Ohsegala angan-angannya menjadi hampa,
sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah.
Ia berulang kali mengucap istighfar, ALHAMDULILLAAHI ALAA KULLI HAALINYa
bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala
kegaiban. Bagaimanapun Allah subhanahu wa taala telah memberikannya karunia seorang
suami.
Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa
kekhawatiran menyelubung. Ya Allah, aku harus KUAT dan TABAH, SIKAP BAIK KEPADA
SUAMI ADALAH JALAN HIDUPKU Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu
berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.
Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia.
Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan
sang istri. Ia bergumam dalam hati, Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya
semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini.
Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah taala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak
mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri
segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah
itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya
dengan hati melayang.

Sang suami menuturkan, Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betulbetul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati
istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari
istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain.
Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan
perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan
yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di
peraduan ibadahnya.
Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin.
Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud
lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh
pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyuannya, lebih
cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul
mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku.
Seusai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan
suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini.
Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya,
yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya.
Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami
menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak
ubahnya begadang dan bersenang-senang.
Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Quran yang demikian syahdu
menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia
pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa.
Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya
Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil
menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.
Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta
kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa
gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.
Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu
memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan
kehusyukan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.

Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang
suami, sang pendamping hidup.
Beberapa tahun kemudian, segala wujud PERTOBATAN lelaki itu mengalir dalam bentuk
ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah
menjadi DAI besar di kota Madinah.
Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi
seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang
tak ternilai dan BUKAN PERMATA BIASA.
(Oleh Ummu Asyrof dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al Mubarak, disalin dari
Jilbab.Online.)

Kisah Nyata Doa Terkabul Kesabaran Berlapis


March 8, 2012 Artikel 0

Menurut para ulama, sabar adalah setengah keimanan. Yang setengah lagi adalah syukur. Secara
etimologi, sabar (ash shabr) berarti menahan (al habs). Dari sini sabar dimaknai sebagai upaya
menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridha Allah.
Sabar adalah akhlak mulia yang paling banyak disebutkan dalam Al Quran. Lebih dari seratus
kali Al Quran menyebutkan kata sabar. Itu artinya, sabar adalah sebuah keutamaan. Sabar
adalah poros sekaligus asas segala macam kemuliaan akhlak.
Muhammad bin Abdul Aziz Al Khudhairi mengungkapkan bahwa saat kita menelusuri kebaikan
serta keutamaan, kita akan menemukan bahwa sabar selalu menjadi asas dan landasannya. Iffah
(menjaga kesucian diri) misalnya, adalah bentuk kesabaran dalam menahan diri dari
memperturutkan syahwat. Qanaah (merasa cukup dengan apa yang ada) adalah sabar dengan
menahan diri dari angan-angan dan keserakahan. Hilm (lemah-lembut) adalah kesabaran dalam
menahan dan mengendalikan amarah. Pemaaf adalah sabar untuk tidak membalas kesalahan
orang lain. Demikian pula akhlak-akhlak mulia lainnya, semuanya memiliki kaitan erat dengan
kesabaran.

Kedudukan sabar dalam agama bagaikan kepala bagi jasad.


Jika kepala putus, badan pun akan hancur.

Ali bin Abi Thalib


Di sini saya kutipkan sebuah kisah kesabaran berlapis dari seorang ibu saat menghadapi salah
satu kondisi tersulit dalam hidupnya. Ibu ini sangat sabar dalam berdoa, berikhtiar, dan
menunggu pertolongan Allah. Kisah ini diceritakan seorang dokter, Dr. Abdullah namanya. Ia
mengungkapkan pengalamannya:
Seorang ibu berusia sekitar 40 tahunan datang kepada saya dengan menyeret langkah-langkah
kakinya, ia menggendong anaknya yang tengah sakit parah. Ia memeluk anaknya yang masih
kecil ke dadanya, seakan-akan anak tersebut adalah potongan tubuhnya. Kondisi anak itu
memprihatinkan, terdengar satu dua tarikan nafas dari dadanya.
Berapa umurnya?
Ia menjawab, Dua setengah tahun.
Saya dan tim dokter melakukan pemeriksaan kepada anak itu, ternyata pembuluh-pembuluh
darah di livernya mengalami masalah serius. Kami pun segera melakukan tindakan operasi
kepadanya. Alhamdulillah, dengan penanganan yang cepat dan tepat operasi pun berhasil
dilakukan dengan baik. Dua hari setelah operasi, anak itu sudah sehat kembali. Ibunya pun
tampak gembira.
Ia bertanya kepada saya, Kapan anak saya boleh pulang Dok?
Ketika saya hendak menulis surat keterangan pulang, tiba-tiba anak kecil itu mengalami
pendarahan hebat di tenggorokannya, sehingga jantungnya berhenti berdetak selama 45 menit.
Kesadarannya langsung hilang. Tim dokter langsung berkumpul di ruangannya untuk
memberikan pertolongan. Beberapa jam telah berlalu, tetapi kami tidak sanggup membuatnya
tersadar.
Salah seorang anggota tim dokter segera mendatangi ibu itu dan berkata kepadanya,
Kemungkinan anak Anda mengalami kematian otak (koma) dan saya mengira bahwa ia tidak
memiliki harapan untuk hidup. Saya menoleh kepada teman saya itu dan memperingatkannya
agar tidak mengatakan sesuatu yang melemahkan semangat dan belum tentu terjadi.
Lalu saya melihat kepada si ibu, demi Allah, perkataan teman saya itu tidak menambah selain ia
mengucapkan, Penyembuh adalah Allah, Pemberi kesehatan adalah Allah.
Ia pun berkata, Saya hanya memohon kepada Allah jika ada kebaikan pada kesembuhan anak
saya, semoga Allah menyembuhkan ia. Setelah itu ia diam dan berjalan menuju sebuah kursi
kecil, lalu duduk. Kemudian ia mengambil mushaf kecilnya yang berwarna hijau dan
membacanya.

Para dokter pun keluar, saya juga keluar bersama mereka. Saya berjalan melewati anak itu,
kondisinya belum berubah, sesosok tubuh yang terbujur kaku laksana mayat di atas tempat tidur
putih. Lalu saya menoleh kepada ibunya, keadaannya juga masih tetap seperti sebelumnya. Ia
asyik membaca Al Quran. Sepertinya, wanita ini tak bosan-bosannya membaca Al Quran. Satu
hari ia membacakan Al Quran kepada anaknya; satu hari membacanya dan satu hari setelannya
mendoakannya. Beberapa hari kemudian, salah seorang perawat memberitahu saya bahwa anak
itu sudah mulai bergerak, saya langsung memuji Allah.
Saya berkata kepada si ibu, Saya sampaikan kabar gembira kepada Anda bahwa keadaan si kecil
mulai membaik. Ia hanya mengucapkan satu ucapan sambil menahan air matanya,
Alhamdulillah, Alhamdulillah.
Dua puluh empat jam kemudian kami dikejutkan dengan kondisi si anak, ia kembali mengalami
pendarahan hebat seperti pendarahan sebelumnya, dan jantungnya berhenti berdetak untuk kedua
kalinya. Tubuhnya yang kecil terlihat lelah, gerakannya telah hilang. Salah seorang dokter masuk
untuk melihat kondisinya secara langsung, lalu saya mendengarnya berucap, Mati otak. Sang
ibu terus menerus mengulang-ulang, Alhamdulillah, atas setiap keadaan, penyembuh adalah
Allah.
Ajaibnya, beberapa hari kemudian anak itu sembuh kembali. Namun, baru berlalu beberapa jam,
ia kembali mengalami pendarahan di dalam livernya, lalu gerakannya berhenti. Beberapa hari
kemudian ia sadar lagi, lalu kembali mengalami pendarahan baru, kondisinya aneh, saya tidak
pernah melihat kondisi seperti itu selama hidup saya, pendarahannya berulang-ulang hingga
enam kali, sedangkan dari lisan ibunya hanya keluar ucapan, Segala puji bagi Allah, Penyembuh
adalah Rabb-ku, Dia-lah Penyembuh.
Setelah beberapa kali pemeriksaan dan pengobatan, para dokter spesialis batang tenggorokan
berhasil mengatasi pendarahan, anak itu mulai bergerak-gerak lagi. Tiba-tiba, ia kembali diuji
dengan bisul besar (tumor) dan radang otak.
Saya sendiri yang memeriksa keadaannya. Saya berkata kepada ibunya, Keadaan anak Anda
mengenaskan sekali dan kondisinya berbahaya. la tetap mengulang-ulang ucapannya,
Penyembuh adalah Allah. la pun mulai membacakan kembali Al Quran kepada buah hatinya
itu. Setelah dua minggu berlalu, tumor itu tetap ada. Dua hari kemudian, kondisi anak itu mulai
membaik. Kami pun sangat bersyukur dan memuji Allah karenanya.
Ibu itu yang telah sekian lama menunggu di rumah sakit, mulai bersiap-siap untuk pulang.
Namun satu hari kemudian, tiba-tiba anak tersebut mengalami radang ginjal parah yang dapat
menyebabkan gagal ginjal kronis dan hampir menyebabkan kematiannya. Hebatnya, ibu itu tidak
panik. Ia tetap berpegang teguh, bertawakal dan berserah kepada Rabb-nya serta terus

mengulang-ulang, Penyembuh adalah Allah. Lalu, ia kembali ke tempatnya dan membacakan


Al Quran kepada anaknya.
Hari-hari berlalu, tim dokter terus berusaha memeriksa dan mengobati anak itu secara maraton
hingga tiga bulan lamanya. Alhamdulillah, melalui perjuangan panjang, kondisinya pun
membaik, segala puji hanya bagi Allah.
Akan tetapi, kisah ini belum berhenti sampai di sini saja, si anak kembali diserang penyakit aneh
yang belum pernah saya kenal selama hidup. Setelah empat bulan, ia terserang radang pada
selaput kristal yang mengitari jantung, sehingga memaksa kita untuk membuka sangkar dadanya
dan membiarkannya terbuka untuk mengeluarkan nanah.
Ibunya hanya melihat kepadanya sambil berucap, Saya memohon kepada Allah agar
menyembuhkannya, Dia adalah penyembuh dan pemberi kesehatan. Lalu, ia kembali ke
kursinya dan membuka mushafnya.
Terkadang saya melihat kepada ibu tersebut, sementara mushaf ada di depannya, ia tidak
menoleh ke sekelilingnya. Kemudian saya masuk ke ruang refreshing, saya pun melihat banyak
pasien dengan berbagai penyakit dan para penunggu mereka. Tampak sebagian dari pasienpasien tersebut berteriak-teriak dan yang lainya mengaduh-aduh, sedangkan para penunggunya
menangis, dan sebagian dari mereka berjalan dengan wajah gelisah di belakang para dokter.
Ibu ini benar-benar berbeda. Ia tetap berada di atas kursinya memegang mushaf Al Quran
dengan tenang. Ia tidak berpaling kepada orang yang berteriak dan tidak berdiri menghampiri
dokter serta tidak berbicara dengan seorang pun.
Saya merasa bahwa ia adalah gunung, setelah berada selama enam bulan di ruang refreshing.
Saya berjalan melewati anaknya, saya melihat matanya terpejam, tidak berbicara dan tidak
bergerak, dadanya terbuka. Kami mengira bahwa ini merupakan akhir kehidupannya, sedangkan
sang ibu tetap dalam keadaannya, membaca Al Quran. Seorang penyabar yang tidak mengeluh
dan tidak mengaduh. Demi Allah, ia tidak mengajak saya bicara dengan sepatah kata pun dan
tidak pula bertanya kepada saya tentang kondisi anaknya. Ia hanya berbicara setelah saya mulai
mengajaknya bicara tentang anaknya tersebut.
Adapun usia suaminya sudah lebih dari empat puluh tahun. Terkadang suaminya menemui saya
di dekat anaknya, ketika ia menoleh kepada saya untuk bertanya, istrinya menarik tangannya dan
menenangkannya serta mengangkat semangatnya dan mengingatkannya bahwa sang Penyembuh
adalah Allah.
Setelah berlalu dua bulan, keadaan anak tersebut sudah membaik, lalu kami memindahkannya ke
ruangan khusus anak-anak di rumah sakit, kondisinya sudah mengalami banyak kemajuan.

Keluarganya pun mulai membiasakan kepadanya berbagai jenis terapi dan pelatihan. Setelah itu,
anak tersebut pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki, ia melihat dan berbicara seakan-akan ia
tidak pernah tertimpa sesuatu sebelumnya.
Maaf, kisah menakjubkan ini belum selesai, karena satu setengah tahun kemudian, ketika berada
di ruang kerja saya, tiba-tiba suami wanita itu masuk menemui saya, sedangkan di belakangnya
istrinya menyusulnya sambil menggendong bayi kecil yang sehat. Ternyata si anak kecil itu
sedang diperiksakan secara rutin di rumah sakit tersebut, mereka datang kepada saya untuk
menyampaikan salam.
Saya bertanya kepada si suami, Masya Allah, apakah bayi kecil ini adalah anak yang keenam
atau ketujuh di dalam keluarga Anda? Ia menjawab, Ini yang kedua, dan anak pertama kami
adalah anak yang Anda obati setahun yang lalu. Ia merupakan anak pertama kami yang lahir
setelah tujuh belas tahun kami menikah dan sembuh dari kemandulan.
Saya menundukkan kepala, dan langsung teringat dengan gambaran ibunya ketika sedang
menunggui anaknya. Saya tidak mendengar suara yang keluar darinya dan tidak melihat tanda
kegelisahan pada dirinya.
Saya mengucap di dalam hati, Subhanallah. Setelah tujuh belas tahun bersabar dan mencoba
berbagai terapi kemandulan, lalu diberi rezeki dengan seorang anak laki-laki yang dilihatnya
mati berkali-kali di hadapannya. Akan tetapi, wanita tersebut hanya berpegang teguh pada
kalimat Lilha illallh dan keyakinan bahwa Allah adalah Zat Penyembuh dan Pemberi
kesehatan. Subhanallah! Betapa besar tawakkal dan keimanan yang dimiliki wanita itu.
Saat terjadi penundaan ijabahnya doa, saat itulah
iman dimurnikan dan akan menjadi jelas beda
antara Mukmin sejati dengan selainnya.
Seorang Mukmin pada saat ijabahnya tertunda,
hatinya tidak akan berubah dalam menghadap Rabb-nya,
justru ibadahnya kepada Allah Azza wa Jalla akan semakin bertambah

Вам также может понравиться