Вы находитесь на странице: 1из 8

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG

Tugas Terstruktur
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Produksi Benih

Oleh:
Nama : Aninda Dwi Yanuar
Nim

: 135040200111146

Kelas :B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung adalah salah satu komoditas yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk
Indonesia. Untuk menghasilkan jagung yang bermutu dapat dilakukan dengan mengoptimalkan
proses pasca panen. Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai
tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas
berada di tangan konsumen baik untuk dikonsumsi atau dijadikan sebagai benih. Benih
merupakan faktor penting pada suatu pertanaman karena benih merupakan awal kehidupan dari
tanaman yang bersangkutan. Benih adalah biji tanaman yang sengaja diproduksi dengan teknikteknik tertentu, sehingga memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai bahan pertanaman
selanjutnya. Benih juga merupakan biji yang dipersiapkan untuk tanaman, yang telah melalui
proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar. Benih bersifat
higroskopis dan kadar airnya selalu berkeseimbangan dengan kelembaban nisbi di sekitarnya
(Copeland and Mc.Donald vvv 1985). Dalam memproduksi benih ada beberapa tahap yang harus
diperhatikan seperti penentuan waktu panen, pengeringan, pembersihan, perlakuan benih,
pengemasan, penyimpanan sampai pengujian benih.. Oleh karena pentingnya proses pasca panen
pada benih jagung, maka dibuatlah makalah ini untuk mengetahui lebih banyak tentang berbagai
proses produksi benih jagung.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui tentang Pasca Panen Jagung
Untuk mengetahui Proses Pasca Panen
Untuk mengetahui cara Produksi Benih Jagung Bermutu

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Resume Jurnal 1

Judul

: Evaluasi Mutu Benih Jagung Dalam Gudang Penyimpanan Benih UPBS

Resume

Evaluasi mutu fisik dan fisiologis benih dilakukan terhadap beberapa varietas benih
jagung Balitsereal yang disimpan di gudang penyimpanan Unit Perbenihan Benih Sumber
(UPBS), untuk mengetahui mutu benih selama berada dalam gudang penyimpanan. Varietas yang
diuji adalah Srikandi Kuning-1 yang di simpan pada tahun 2006, 2007 dan 2009. Varietas
Gumarang dengan periode simpan 2006, 2007 dan 2010. Bisma dengan periode simpan 2006 dan
2010. Bisma, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1 dan Lamuru dengan periode simpan 2009.
Pengujian dilakukan pada bulan April 2011 di Laboratorium Perbenihan dan rumah kaca
Balitsereal, Maros. Hasil penelitian Saenong et al. (1999) mengatakan bahwa pada kadar air awal
10-11% benih yang disimpan dalam wadah kedap udara pada suhu kamar (28-32oC) masih
memiliki daya berkecambah di atas 80% setelah disimpan selama 1 tahun dan hasil penelitian
Rahmawati dan Sania Saenong, (2010) menunjukkan bahwa penyimpanan benih jagung varietas
Lamuru, Anoman dan Srikandi Kuning-1 yang dikemas dengan plastik polietilen dengan kadar
air awal simpan di bawah 11% dan disimpan dalam silo plastik selama 10 bulan masih
mempunyai daya berkecambah di atas 85%. Evaluasi mutu benih dilakukan terhadap mutu fisik
dan fisiologis benih. Hasil pengamatan menunjukkan varietas Gumarang dengan periode simpan
tahun 2006, 2007 dan 2010 menyebabkan kerusakan fisik dengan biji berlubang 0 0,1%, biji
pecah 0,110,34%, biji retak 00,1% dan biji berjamur 0,090,6%. Varietas Srikandi Kuning-1
dengan periode simpan 2006, 2007 dan 2009 mempunyai biji berlubang 00,16%, biji pecah
0,220,71%, biji retak 00,09% dan biji berjamur 0,110,31%. Varietas Bisma dengan periode
simpan 2006 dan 2010 mempunyai biji berlubang 0%, biji pecah 0,3 0,73%, biji retak 0,07
0,35% dan biji berjamur 0,040,2%. Varietas Bisma, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1 dan Lamuru
dengan periode simpan 2009 mempunyai biji berlubang 00,52%, biji pecah 0,330,64%, biji
retak 00,11% dan biji berjamur 00,81%. Benih jagung varietas Gumarang, Srikandi Kuning-1
dan Bisma dengan periode simpan tahun 2006-2010 memiliki daya berkecambah 88,6798,67%,
kecepatan tumbuh 20,2028,80 %/etmal, daya hantar listrik 1,352,25 s/cm/g dan panjang akar
primer 9,87 18,68 cm. Bobot 100 butir untuk varietas Gumarang berkisar antara 24,6727,51 g,
Srikandi Kuning-1 berkisar 26,7529,57 g, dan Bisma 28,2835,91 g.

2.2

Resume Jurnal 2

Judul

: Kinerja Mesin Pembersih Jagung Untuk Pangan dan Sortasi Benih

Resume

Permintaan jagung untuk kebutuhan dalam dan luar negeri untuk pakan, pangan, industri
dan benih menetapkan persyaratan, diantaranya kadar kotoran, benda asing dan material lain.
Pemipilan jagung masih meninggalkan kotoran yang bercampur dengan biji. Mesin pembersih
biji jagung belum digunakan oleh petani di Indonesia, sehingga produk jagung pipilan petani
sering ditolak oleh pengguna industri pangan. Hasil pengujian mesin pembersih biji-bijian yang
telah dimodifikasi diameter lubang pada ayakan untuk biji jagung (model APBI-M1Mod)
menunjukkan bahwa indeks kinerja tertinggi pada kadar air biji jagung 14%. Kadar kotoran
sangat dipengarui oleh jenis varietas, kadar air biji jagung dan masa bahan. Dalam pengelolaan
benih jagung varietas Lamuru dan Srikandi Kuning-1 dengan mesin APB1-M1 Mod,
menunjukkan bahwa daya berkecambah benih jagung dengan ukuran ukuran biji 8 mm paling
tinggi pada periode simpan lebih dari 8 bulan. (Rahmawati et. al., 2007). Penggunaan saringan
dengan diameter ukuran 8 mm pada mesin sortasi benih APB-M1 Mod dapat menghasilkan
benih varietas Lamuru dan Srikandi Kuning-1 dengan pertumbuhan lebih seragam di lapangan.
2.3

Resume Jurnal 3

Judul

: Teknologi Pengeringan Dan Pemipilan Untuk Perbaikan Mutu Biji Jagung

Resume

Permintaan jagung untuk kebutuhan dalam negeri telah menetapkan beberapa persyaratan mutu,
di antaranya mutu fisik butir jagung berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Kenyataannya mutu fisik jagung pipilan petani pada klasifikasi kadar air maksimum umumnya
tidak memenuhi SNI, yaitu mutu I = 14%; mutu II = 14 %; mutu III = 15%; mutu IV = 17%.
Kasus pascapanen jagung di sejumlah kecamatan, Kabupaten Tanah laut, Provinsi Kalimantan
Selatanantara lain : 1) Terlalu lama tongkol jagung dengan kadar air > 20 % di dalam karung
menunggu giliran untuk dikeringkan (2-10 hari); 2) Pemipilan tongkol jagung pada saat kadar air
biji jagung > 20%; 3) Jagung pipilan produk petani/pedagang pengumpul ditolak oleh pihak
swasta;4) warna biji jagung pipilan kusam (tidak cerah). Upaya sejumlah petani dan pedagang
pengumpul mengeringkan jagung dengan mesin pengering tipe flat bed dryer yang sumber
panasnya dari pembakaran kayu dapat mempercepat proses pengeringan sehingga meningkat

menjadi mutu I pada klasifikasi kadar air biji jagung serta menekan kandungan aflatoksin
menjadi hanya < 4,5 ppb pada tahun 2005 di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Selatan. Namun warna biji jagung tidak cerah akibat asap dari pembakaran kayu di dalam tungku
yang tidak ada alat tukar panas heat exchanger). Oleh karena itu, mesin pengering seperti PTP4K-Balitsereal (Kapasitas 2 t/ sekali proses) atau mesin pengering sumber panas dari kolektor
matahari/dan atau pembakaran kayu atau tongkol dari jagung yang dirancang oleh Puslitkoka dan
kemudian dikembangkan oleh Balitsereal (Kapasitas 8-10 t/sekali proses), dapat menghasilkan
warna biji jagung lebih cerah. Mesin pengering tersebut layak secara ekonomi untuk
mengeringkan biji jagung untuk benih, pangan atau pakan. Klasifikasi mutu lainnya, yaitu butir
rusak, butir pecah, butir warna lain dan kandungan kotoran umumnya sudah memenuhi
persyaratan mutu III dan IV saja. Perbaikan metode pengeringan dan pemipilan serta dukungan
peralatannya diharapkan dapat memenuhi klasifikasi mutu I dan II berdasarkan SNI antara lain
juga memanfaatkan mesin pemipil PJM5-Balitsereal yang dapat digunakan untuk memipil
tongkol jagung untuk benih dan pangan dengan kapasitas pemipilan 1,4 t/jam. Selain itu
diperlukan penambahan unit pengering jagung di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan,
agar tidak terjadi penumpukan jagung bertongkol dengan kadar air tinggi (25-35%) selama penantian
giliran pengeringan jagung selama 2-10 hari pada saat puncak panen jagung di musim hujan (Firmansyah
et. al. 2006)

2.4 Resume Jurnal 4


Judul

: Teknologi Produksi Dan Pasca Panen Jagung Varietas Sukmaraga Di Kalimantan


Selatan

Resume

Areal pertanaman jagung di Kalimantan Selatan cukup luas terutama pada lahan tadah
hujan. Pertanaman jagung di Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh jagung hibrida yang harga
benihnya mahal dan memberatkan petani. Oleh karena itu perlu adanya jagung komposit yang
harga benihnya lebih murah. Total luasan tanaman jagung di Kabupaten Tanah Laut mencapai
6.000 ha, terkonsentrasi pada musim hujan dan sebagian besar lahan telah ditanami jagung
hibrida. Penelitian ini bertujuan memasyarakatkan teknologi penanganan produksi dan kegiatan
pascapanen jagung agar di kelompok tani dapat menyediakan benih jagung komposit Sukmaraga
dalam upaya membantu petani memenuhi kebutuhan benihnya terutama di musim kemarau.

Kegiatan produksi benih mencakup penanaman hasil benih yang dihasilkan siap dalam kemasan.
Varietas yang diproduksi benihnya adalah Sukmaraga yang toleran lahan masam. Keragaan
pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman 229 cm, tinggi tongkol 120 cm, diameter tongkol 16
cm, panjang 17 cm, bobot tongkol 191 g pada kadar air 26,5%. Hasil benih pada kadar air benih
+ 11% adalah 5,22 ton/ha dan siap untuk dikemas sebagai benih dan hasil samping untuk
konsumsi.
2.5

Resume Jurnal 5

Judul
: Mutu Benih Jagung Pada Berbagai Cara Pengeringan
Resume
:
Cara pengeringan berpengaruh terhadap mutu benih dan daya simpannya. Penelitian
untuk menentukan pengaruh cara pengeringan terhadap mutu benih jagung dilaksanakan di Balai
Penelitian Tanaman Serealia Maros. Pengeringan dengan sumber energi sinar matahari dilakukan
dengan dua cara, yaitu (1) pengeringan langsung di atas lantai jemur, (2) pengeringan dengan
alas terpal di atas lantai jemur. Empat varietas jagung yang digunakan sebagai bahan penelitian
diperbanyak di Instalasi Kebun Percobaan Bontobili, yaitu : Lamuru, MS-2, Srikandi Kuning-1,
dan Srikandi Putih-1. Variabel yang diamati meliputi : kadar air, daya berkecambah,
keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, panjang akar primer kecambah, bobot kering
kecambah, daya hantar listrik dan bocoran kalium air rendaman benih. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengeringan tongkol dan biji jagung di atas lantai jemur dengan
menggunakan alas terpal lebih baik dibandingkan tanpa alas terpal ditinjau dari daya
berkecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, bobot kering perkecambah, panjang
akar primer, dan bocoran kalium air rendaman benih pada varietas Lamuru, MS-2, Srikandi
Kuning-1, dan Srikandi Putih. Daya berkecambah berkorelasi positif dengan keserempakan
tumbuh dan bobot kering kecambah dan berkorelasi negatif dengan bocoran kalium dan daya
hantar listrik air rendaman benih.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Dalam proses pasca panen untuk memproduksi benih harus memperhatikan langkah
langkahnya. Proses pasca panen harus diperhatikan karena untuk mempertahankan mutu benih
yang dicapai pada saat panen dan menekan laju deteriorasi (kemunduran/ penurunan mutu)
benih selama proses pengolahan benih berlangsung. Proses pasca panen dalam memproduksi
benih seperti penentuan waktu panen, pengeringan,pembersihan, perlakuan benih, pengemasan,
penyimpanan sampai pengujian benih.

DAFTAR PUSTAKA
Copeland, L.O., M.B. McDonald. 1985. Principles of Seed Science and Technology.
Minneapolis, Minnesota: Burgess Publishing Company.

Firmansyah, I.U. 2006. Proses pascapanen untuk menunjang perbaikan kualitas produk biji
jagung berskala industry dan ekspor. Laporan Akhir. Balai Penelitian Tanaman Serealia,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Depatemen Pertanian. 57 hal.
Rahmawati dan S.Saenong, 2008. Pengaruh sortasi biji terhadap mutu benih jagung. Prosiding
Simposium V Tanaman Pangan. Inovasi Teknologi Tanaman Pangan. Litbang. 2008.

Вам также может понравиться