Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab kemudian
dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang
dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau
gigi dengan tambalan yang kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila
ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan
tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena patah atau lepas.
Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih tonjol
gigi/ cusp. Apabila morfologi oklusal telah mengalami perubahan karena restorasi
sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik, maka inlay dengan dua permukaan
tidak akan adekuat lagi. Hal ini memerlukan suatu restorasi yang meliputi seluruh
daerah oklusal. Dan dalam keadaan ini, onlay MOD merupakan jenis restorasi
yang tepat.

TUJUAN
Mengenalkan kepada mahasiswa pendidikan kedokteran gigi macam-macam
bahan-bahan kedokteran gigi yaitu inlay dan onlay.

MANFAAT
Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai preparasi, aplikasi pada
inlay dan onlay.

BAB 2
PEMBAHASAN
1

INLAY DAN ONLAY PADA KEDOKTERAN GIGI


1. Inlay
Dental Inlay adalah restorasi gigi yang digunakan untuk memperbaiki
gigi yang rusak ringan hingga sedang. Inlay juga dapat digunakan untuk
mengembalikan gigi yang retak atau patah jika kerusakan tidak cukup parah
untuk memerlukan mahkota gigi. Inlay biasanya terbuat dari porselen, resin
komposit, dan kadang-kadang dari emas. Inlay

disebut juga restorasi

intrakorona , yaitu restorasi yang terdapat di dalam kavitas oklusal. Restorasi


ini dibentuk di luar mulut dari bahan yang rigid dan kemudian disemenkan ke
dalam gigi yang telah dipreparasi, yang tentu saja tidak boleh mempunyai
undercut.
Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab
kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya
gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah
berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya sudah buruk dan
harus diganti, bila ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin
komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena
patah atau lepas.
Beberapa restorasi inlay yang sering digunakan adalah:
a. Inlay logam tuang dengan teknik direk
b. Inlay dan onlay logam tuang dengan teknik indirek
c. Inlay porselen
Bahan yang digunakan
a. Logam tuang
Logam tradisional bagi inlay adalah emas. Emas murni (24 karat,
100 persen atau 1000 fine) jarang sekali digunakan karena merupakan
bahan yang sangat lunak. Logam lain lalu ditambahkan kedalamnya untuk
meningkatkan sifat fisiiknya dan karena itu bahan yang digunakan dalam
inlay emas tradisional adalah suatu aloi emas. Aloi tersebut ada yang
terdiri dari 60 persen emas atau lebih dan ada pula yang hanya
mengandung 20 persen emas. Aloi-aloi lain sama sekali tidak
2

mengandung emas tetapi hanya mengandung kombinasi-kombinasi


logam-logam lain, sehingga sering disebut sebagai logam cor.
b. Porselen
Inlay dan vinir porselen dibuat dengan salah satu dari dua teknik
yang sangat berbeda. Pada teknik pertama,cetakan gigi dicor dalam bahan
refraktori yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi sekali tanpa
mengalami kerusaka. Bubuk porselen dicampur dengan cairan sampai
menjadi pasta dan dimasukkan ke dalam kavitas inlay atau ke dalam
permikaan labial model refraktori ini, kemudian dibakar dalam tungku
pembakaran sampai partikel-partikel porselennya menyatu. Proses diulang
beberapa kali hingga restorasi menjadi berbentuk dan berwarna seperti
yang diinginkan. Model refraktori kemudian dibuka,biasanya dengan
sand blasting atau glass bead blasting.
Teknik kedua adalah mengecor suatu batangan kaca yang layak
cor ke dalam mould dengan lost wax technique. Restorasi kaca ini
kemudian dimasukkan ke dalam tungku pembakaran keramik yang akan
mengubah bahan menjadi keramik yang kemudian diwarnai dan dibakar
untuk mengubah penampilannya. Kedua teknik menghasilkan restorasi
keramik (biasanya disebut porselen walaupun sebetulnya tidak akurat),
tetapi bahan-bahan ini agak berbeda sifatnya.
Keuntungan dan kerugian restorasi logam tuang dan porselen
yaitu:
a. Kekuatan
Pada daerah yang tipis, logam cor lebih kuat daripada amalgam,
komposit, atau semen ionomer kaca dan mempunyai kesanggupan
melawan kekuatan tensil yang lebih besar. Oleh karena itu, bahan ini
merupakan bahan pilihan untuk melindungi tonjol gigi yang telah
melemah, yang dengan ketebalan logam 1,0 mm atau kurang sudah cukup
dibandingkan dengan ketebalan minimal amalgam yang 3mm.
Sifatnya yang kuat walau dalam potongan tipis juga membuat
bahan ini lebih ideal bagi restorasi vinir ekstrakorona seperti onlay, dan
mahkota lengkap atau sebagian. Bergatung pada aloi logam yang
3

digunakannya, logam cor bersifat agak duktil, yang memungkinkan tepi


restorasi diburnis agar adaptasinya lebih baik. Untuk itu, preparasi
diakhiri dengan bevel atau bahu pada tepi agar ujung logam nya bisa tipis.
Di pihak lain, porselen mempunyai kekuatan kompresif yang
tinggi tetapi rendah dalam kekuatan tensilnya. Ini berarti bahan ini relative
getas dalam potongan tipis, paling sedikit sampai bahan ini disemenkan
pada gigi dan mendapatkan dukungan dari jaringan gigi. Oleh karena itu
restorasi porselen jangan diberi bevel, dan diperlukan ketebalan minimal
agar restorasi tidak pecah. Bagi porselen konvensional, ketebalan ini
minimal sekitar 1,5mm, tapi bagi vinir porselen yang tidak terkena
tekanan oklusal, 0,5mm atau kurang sudah memadai.
b. Ketahanan Terhadap Abrasi
Walaupun amalgam menyerupai email dalam ketahananya
terhadap abrasi, baik komposit maupun semen ionomer kaca cenderung
aus dengan lebih cepat dari pada email, terutama dipermukaan oklusal.
Logam tuang dan porselen paling sedikit sama kuatnya dengan
email dalam menahan abrasi, dan memang ada keyakinan bahwa porselen
lebih resisten daripada email sehingga restorasi porselen berantagonis
dengan gigi asli, gigi aslinya itu yang akan aus lebih cepat. Ini akan benarbenar terjadi jiuka pengupaman (glazing) porselen tidak sempurna atau
tidak terkikis.
Jika terdapat kavitas abrasi dileher gigi, komposit atau semen
ionomer mungkin sudah cukup menahan abrasi selanjutnya. Kadangkadang untuk mengulangi hal ini dipakai inlay porselen atau inlay logam
cor.
c. Penampilan
Emas sering merupakan bahan yang paling disukai untuk alasan
estetika karena lebih menarik daripada amalgam dan tidak rusak seperti
silikat. Selain itu, dilingkungan masyarakat tertentu, emas di anggap
sebagai symbol status jika diletakkan di depan atau di pinggir mulut.
Dengan di perkenalkannya bahan restorasi sewarna dengan gigi yang

lebih andal, mode tersebut lambat laun menghilang dan kini relative
sedikit pasien yang meminta tambalan emas.
d. Versatilitas
Logam cor merupakan bahan yang sangat serbaguna. Dengan
teknik indirek, restorasi oklusal dan konturaksial serta daerah kontaknya
dapat di bentuk dengan akurat di laboratorium. Jika restorasi tuang di buat
pada pasien yang harus juga di buatkan gigi tiruan sebagian lepas, bidang
pemandu, dudukan test,dan reciprocal ledge dapat sekaligus di bentuk
pada restorasinya sewaktu dalam tahap laboratorium.
e. Biaya
Biaya merupakan kelemahan terbesar dari restorasi logam tuang
dan porselen. Penyebab tingginya biaya adalah jumlah waktu yang harus
dialokasikan. Selalu ada tahap laboratorium sehingga minimal harus ada
dua perjanjian klinis dengan pasien. Pertama untuk preparasi gigi dan
pencetakan, dan kedua untuk pengepasan restorasi setelah dibuat di
laboratorium. Waktu ekstra yang harus di keluarkan oleh dokter gigi dan
peteknik gigi tak terhindarkan lagi menyebabkan biaya yang beberapa kali
lebih mahal dari pada restorasi plastisnya yang setara.
f. Penyemenan
Faktor yang lemah pada setiap restorasi yang di semenkan adalah
penyemenan. Tepi suatu restorasi yang tepat-rapat sekalipun masih
mempunyai celah beberapa micrometer (10-16 mikrometer) dari dinding
kavitas. Kerapatan tepi restorasi dengan demikian bergantung seluruhnya
pada semen.
keuntungan dan kekurangan inlay:
a. Inlay akan menambah kekuatan gigi lebih besar daripada tumpatan biasa
b. Inlay lebih kuat dan tahan lama daripada tumpatan biasa.
c. Lebih sederhana dibanding crown karena lebih sedikit jaringan gigi yang diambil
d. Karena melalui proses laboratorium, inlay lebih mahal dibanding tambalan biasa.
Indikasi inlay:
5

1. Baik untuk kavitas yang kecil/ karies proksimal lebar


2. Bila diperlukan untuk restorasi klamer dari suatu gigi tiruan (pegangan),
misalnya: inlay bukal atau disto/mesial inlay yang perlu untuk dibuatkan Rest
Seat, untuk gigi tiruan.
3. Kavitas dengan bentuk preparasi > 1,5 jarak central fossa ke puncak cusp
4. Mengembalikan estetik pada restorasi gigi posterior yang mengalami kerusakan
akibat adanya karies sekunder
5. Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang digunakan
untuk menggigit (pada gigi belakang)
6. Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa
sedikit (pada gigi belakang).
Kontraindikasi inlay:
1. Frekuensi karies tinggi
2. OH pasien jelek
3. Permukaan oklusal yang berat
Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar untuk
mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang memilki
bruxism atau kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal dapat
menjadi indikasi apakah gigi pasien bruxism/clenching.
4. Ketidakmampuan untuk memeliharanya
Meskipun beberapa penelitin memberitahukan bahwa dental adhesive dapat
menetralkan berbagai kontraindikasi, adhesive teknik memerlukan realperfect moisture control.yang menjamin keberhasilan kliniknya.
5. Preparasi subgingival yang tajam
Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi dengan
kedalaman tepi gingival harus dihindari.

Tepi akan sulit dan

mempengaruhi cetakan dan akan sulit untuk di selesaikan.


Dibawah ini diuraikan secara lebih lengkap mengenai indikasi yang
paling sering bagi setiap restorasi:
a. Inlay Logam Tuang Direct
Teknik inlay logam tuang secara direct hanya dapat diterapkan pada
kavitas yang sangat kecil. Dengan demikian, sifat kuatnya suatu logam tuang
tidak termanfaatkan dengan maksimal. Hanya sedikit inlay logam tuang direct

yang dibuat dan ini pun biasanya diindikasikan bersama-sama dengan beberapa
restorasi lain.
b. Inlay Logam Tuang Indirect
Teknik indirect memungkinkan dibuatnya variasi desain preparasi yang
lebih banyak. Tipe yang paling sering dipakai adalah inlay yang juga
melindungi tonjol gigi dengan jalan menutup permukaan oklusal, yang biasa
disebut onlay. Indikasi kedua yang paling sering untuk inlay indirect adalah
sebagai bagian dari suatu jembatan atau piranti lain yang menggantikan gigi
hilang.
c. Inlay Porselen
Inlay

atau

onlay

porselen

memiliki

keuntungan

dalam

hal

penampilannya yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay logam tuang dan
lebih tahan abrasi daripada komposit. Oleh karena itu, porselen cocok untuk
permukaan oklusal gigi posterior yang restorasinya luas dan penampilannya
diperlukan. Selain itu, porselen dapat juga dipakai di permukaan bukal yang
terlihat baik di gigi anterior maupun posterior. Porselen tidak sekuat logam
tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email melalui sistem etsa
asam tampaknya akan menguatkan gigi dengan cara yang sama seperti pada
restorasi berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit.
Macam-Macam Inlay
1. Bahan Inlay Logam antara lain:
a. Emas
b. Duro silver
c. Accolite
d. Caves
Indikasi Inlay Logam:
1) Untuk karies yang besar dan dalam, terutama yang meluas sampai aproksimal.
2) Sebagai penyangga dari bridge.
3) Gigi yang mengalami abrasi yang luas atau karies yang lebar meskipun
dangkal.
7

4) Pada kasus dimana diperlukan:


a) Perlindungan terhadap jaringan periodontal.
b) Kontak yang lebih baik dengan gigi tetangga.
c) Menghindari penimbunan sisa makanan.

Konta Indikasi Inlay Logam:


1) Oral hygine pasien yang buruk.
2) Pasien dengan insiden karies yang tinggi.
3) Pasien muda di bawah usia 10 tahun.

2. Bahan Inlay Non Logam:


a. Porselen
b. Resin komposit

Keuntungan:
a) Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi.
b) Permukaan licin seperti kaca.
8

c) Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik.


Kerugian:
a) Ketahanan terhadap benturan rendah.
b) Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas.
c) Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus.

3.1.
3.1.1.

Inlay/Onlay Logam
Inlay Logam Direk
Karakteristik utama preparasi ini adalah tidak boleh adanya
undercut. Secara teoritis sudut antara dinding-dinding kavitas harus antara
7-10 derajat. Dinding-dinding kavitas harus dihaluskan dengan finishing
bur fissure tappered dengan kecepatan rendah maupun tinggi dan
membentuk sudut internal yang tajam. Aloi yang digunakan hendaknya
aloi yang duktil dan tepi kavitas dibevel sehingga inlay dapat diburnis
untuk meningkatkan adaptasi tepinya. Bevel dapat dibuat dengan bur
karbida tungsten kecepatan tinggi atau dengan memakai finishing bur
karbida tungsten atau baja dengan stone hijau kecepatan tinggi atau
kecepatan rendah (Kidd, 2000).
Pada sebagian besar kasus dipakai malam inlay tetapi adakalanya
lebih praktis memakai resin akrilik yang khusus dibuat untuk tujuan ini
sehingga jika dipanaskan dalam investment bahan ini akan menguap
semua tanpa meninggalkan residu. Untuk membuat pola malam direk,
permukaan preparasi mula-mula dilumas dulu dengan laposan tipis parafin
cair atau larutan sabun. Sebatang malam inlay dilunakkan dan dibentuk
mengerucut dengan jalan memanaskan ujung malam secara hati-hati diatas
api spirtus. Ujung malam yang sudah melunak dibentuk dengan jari.
Kerucut malam yang lunak tersebut kemudian ditekankan kekavitas dan
tetap ditekan sampai malamnya mendingin. Jika sudah mengerah, malam
diukit dengan instrumen panas atau tajam sambil hati-hati dalam
membentuk bevel sudut tepi kavitas dan kontur. Permukaan malam

dihaluskan dengan cotton pellet yang sudah dibasahu terlebih dahulu dan
dipanaskan (Kidd, 2000).
Tahapan selanjutnya adalah memberikan sprue pada pola malam.
Sprue terbuat dari kawat bulat lurus berdiameter sekitar 1mm dan panjang
15mm. Sprue dipanaskan dan setelah ditambah selapis malam inlay
disekelilingnya, sprue ditusukkan ditengah pola malam dan dibiarkan
sampai dingin. Sprue berfungsi sebagai pegangan untuk menarik pola
malam dari kavitas dan untuk membentuk saluran tempat mengalirnya
logam setelah pola ditanam dan spruenya diangkat (Kidd, 2000).
Tambalan sementara diperlukan untuk melindungi dentin yang
terbuka, sampai inlay-nya selesai dicor. Tambalan ini bisa berupa semen
OSE walaupun tidak ideal karena akan sukar dibuka tanpa merusak
preparasi. Lebih disukai memakai akrilik untuk mahkota dan jembatan
sementara karena dapat dibuka dalam satu kesatuan. Akrilik dicampur
sampai konsistensinya kental, dimasukkan kedalam kavitas, dan dibentuk
dengan instrumen plastis datar. Ketika hampir mengeras, inlay sementara
dikeluarkan kemudian dimasuk-keluarkan beberapa kali sampai mengeras.
Ini akan menghindarkan inlay sementara menempel pada kavitas. Inlay
sementara kemudian disemenkan dengan semen sementara OSE (Kidd,
2000).
Tahap Laboratorium
Sprue dan pola diletakkan pada cone-shaped form, ditutup dengan
bumbung tuang lalu dituangi dengan bahan investmen dan dibiarkan
mengeras. Jika telah mengeras, cone-shaped form dan sprue diangkat
dengan pinset. Bumbung tuang kemudian dipanaskan dalam tungku
sampai malam meleleh dan menguap atau akriliknya terbakar habis lalu
logam cair dicorkan dan dibiarkan mengeras. Ketika masih panas
bumbung tuang dicelupkan kedalam air sehingga investmen akan pecah
dan mudah dibuka. Sprue dipotong, biasanya disisakan sedikit sebagai
pegangan ketika mencoba inlay dalam kavitas. Inlay direk yang kecil
biasanya tidak dipoles sampai dicobakan di dalam mulut (Kidd, 2000).
Kunjungan Kedua
10

Inlay sementara dibuka dan kavitas dibersihan serta diperiksa dari


sisa-sisa tambalan sementara. Untuk sebagian besar inlay kecil dianjurkan
memakai isolator karet agar bila terjatuh tidak ada resiko tertelan (Kidd,
2000).
Sebelum dicobakan kedalam kavitas, permukaan dalam inlay harus
diperiksa dengan teliti memakai alat pembesar. Kemudian inlay dicobakan
kedalam kavitas. Jika restorasinya telah pas, tepi inlay diburnis dengan
burnisher tangan dengan gerakan dari inlay ke gigi. Suatu daerah tepi yang
tampak terlalu tebal dapat dikurangi dengan finishing bur baja bulat dan
kecil atau dengan stone putih low speed. Jika telah ditipiskan, logam dapat
diburnis kembali (Kidd, 2000).
Tepi inlay dipoles dengan poin karet pumis dan caret. Kemudian
inlay diangkat dan sprue dipotong dengan disk karborondum dan sisa
permukaan dipoles dengan roda karet abrasif. Lalu inlay disemenkan
dengan semen ionomer kaca atau dengan semen zinc fosfat. semen
dicampur dengan rasio sesuai petunjuk pabrik dan diulaskan pada
permukaan dalam inlay, dimasukkan kekavitas, ditekan sampai posisinya
baik dengan burnisher. Jika semen telah mengeras, gunakan eskavator atau
sonde untuk menghilangkan kelebihan semen. Restorasi kemudian dipoleh
akhir dengan poin karet pumis dan tepinya divernish (Kidd, 2000).
3.1.2. Inlay Logam Indirek
Teknik preparasi inlay logam indirek sama dengan inlay logam
direk, yang membedakan keduanya adalah pada proses pencetakan.
Pencetakan pada inlay logam indirek menggunakan bahan cetak elastomer.
Cetakan dari rahang antagonis dibuat dengan alginat. Syarat penting dari
cetakan adalah semua permukaan oklusal gigi tercetak tanpa gelembung
udara sehingga model atas dan bawah bisa diartikulasikan dengan benar
(Kidd, 2000).
Rekaman hubungan antaroklusal dibutuhkan jika cukup banyak
gigi yang beroklusi. Tapi jika oklusi diragukan, bisa dibuat rekaman
antaroklusal yang baik pada posisi intercuspal, dengan menggunakan
malam yang dilunakkan dengan pemanasan dan digigitkan. Bahan cetak
11

elastomer bersifat hidrofobik oleh karena itu permukaan gigi yang


dipreparasi harus kering. Gigi diisolasi dengan kapas serta bisa
menggunakan saliva ejector. Rincian permukaan oklusal dari seluruh
cetakan harus diperiksa karena lubang kosong akibat gelembung udara
nantinya akan terisi gips dan menghalangi oklusi model (Kidd, 2000).

3.1.

Inlay/Onlay Resin Komposit


Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah
dan tidak kompleks apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam
hal isolasi gigi, penempatan etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur
gigi, insersi, finishing dan polishing dari resin komposit lebih sulit dari
restorasi amalgam. Dan waktu yang dibutuhkan untuk penambalan lebih
lama dan operator harus lebih berhati-hati (Baum, et al., 1995).
Kemampuan

dan

pengetahuan

dari

penggunaan

material

dan

keterbatasannya sangat dibutuhkan oleh operator dalam menggunakan


resin komposit sebagi bahan restorasi.
a

Preparation of the Operating Site

Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak
melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area
operasi dengan menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan
pewarnaan superfisial. Tahapan-tahapan tersebut akan menciptakan area yang baik
untuk dilakukan bonding.
b Shade selection
Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna
gigi dengan komposit material. Umunya gigi berwarna putih dengan
berbagai derajat variasi dari abu-abu,kuning, atau orange. Juga berbedabeda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi dari enamel dan dentin
dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti fluorosis, efek
tetrasiklin,dan perawatan endodontik. Pencahayaan yang baik sangat
dibutuhkan ketika melakukan pemilihan warna. Pencahayaan alami lebih
diutamakan disini. Ketika memilih warna yang tepat, shade guide
diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya secara umum.
Kemudian seseorang yang lain mencocokkan dengan label shade guide
yang spesifik disamping area yang direstorasi. Area servikal biasanya lebih
12

gelap daripada area incisal. Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat


c

mungkin.
Isolasi dengan Cotton Roll
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi
saliva, lidah yang mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah
adalah sedikit dari masalah-masalah yang harus diatasi sebelum prosedur
kerja yang teliti dan tepat dapat dilakukan. Beberapa metode dapat
dilakukan untuk mengisolasi daerah kerja, seperti penggunaan rubber dam
dan cotton roll (Baum dkk, 1995). Isolasi daerah kerja dengan
menggunakan cotton roll efektif dalam

menghasilkan isolasi jangka

pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan sealant, dan aplilan


topikal fluoride (Chandra & Chandra, 2008).
Tipe-Tipe Preparasi Restorasi Resin Komposit:
a. Beveled Conventional Tooth Preparation
Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi
gigi bentuk konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada
margin enamel dibentuk bevel pada margin enamel. Preparasi ini dapat
dibentuk dan disempurnakan dengan menggunakan diamond atau stone
bur. Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin
komposit adalah perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik.
Selain itu, keuntungan lain adalah ikatan antara resin dengan email
menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi, mengurangi
marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal.
Bevel pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih
menyatu dengan struktur gigi sehingga tampak lebih estetik.
Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini
biasanya tidak ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau
permukaan lain yang berkontak tinggi karena pada preparasi konvensional
sudah didesain sedemikian rupa dimana perlekatannya memanfaatkan
enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak ditempatkan pada
bagian proksimal jika penggunaan bevel ini akan memperluas cavosurface
margin. Preparasi bevel conventional jarang digunakan untuk restorasi
resin komposit pada gigi posterior.

13

b. Convensional Tooth Preparation


Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada
dasarnya sama seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outline
diperlukan untuk perluasan dinding eksternal memerlukan batasan yang benar,
bentuk yang sama, kedalaman dentin, membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90
derajat dengan restorasi materialnya. Pada preparasi gigi konvensional dengan
amalgam, bentuk konfigurasi marginal, retensi groove, dan perlekatan dentin
mempunyai ciri-ciri berbeda.
Desain preparasi ini digunakan secara ekstensif pada restorasi amalgam dan
komposit masa lampau, dan desain ini bisa digabungkan ketika penggantian restorasi
menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan preparasi konvensional sebelumnya tidak
hanya dibatasi pada preparasi permukaan akar saja, namun bisa juga menjadi desain
untuk kelas 3, 4 dan 5.
Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi
komposit adalah (1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1 dan
2 sedang sampai besar. Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan memberikan
bentuk preparasi yang baik karena ada retensi groovenya. Desain ini memberikan
perlindungan yang baik antara komposit dan permukaan dentin atau sementum dan
memberikan retensi pada material komposit di dalam gigi.
Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan
bentuk resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi konvensional
menggunakan amalgam. Bur inverted cone ataupun bur karbid dibutuhkan untuk
preparasi gigi, menghasilkan desain preparasi yang sama seperti pada preparasi
amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya lebih sedikit, dan tanpa preparasi
retensi sekunder. Bur inverted cone akan membuat hasil preparasi yang kasar bila
menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain konservatif dari ekstensi
oklusal fasiolingual.
Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan
amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih
dari 90 derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat
membentuk dinding yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan
permukaan yang kasar, peningkatan area kontak, dan peningkatan retensi potensial,
namun dapat menghasil menghasilkan smear layer yang lumayan tebal. Efek ini
menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer ketika dilakukan bonding
pada area yang kasar.
Sistem self-etching bonding bisa menyebabkan terjadinya efek negative pada
smear layer, karena asam yang dikandung semakin sedikit. Penggunaan istrumen
putar tergantung keinginan operator, yang berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilannya.
Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan
restorasi komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit ketika
14

melakukan preparasi kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk
membentuk kavitas yang lebih kecil. Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka
restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional harus dilakukan dengan sesedikit
mungkin perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai area pit dan fisur pada
permukaan oklusal ketika sealant diperlukan.
c. Modified Tooth Preparation
Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun
kedalaman pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel
margin. Perbedaan yang mencolok antara teknik preparasi konvensional
dan modified adalah bahwa preparasi modified ini tidak dipreparasi hingga
kedalaman dentin. Perluasan margin dan kedalaman pada teknik ini
diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman dari lesi
karies atau kerusakan yang lain.
Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan
sekonservatif mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada
struktur gigi untuk mempertahankan restorasi di dalam mulut. Round burs
atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini, yang akan
menghasilkan disain marginal yang serupa dengan beveled preparation,
struktur gigi yang dibuang sedikit.
Box-Only
a) Indikasi: Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja.
b) Instrument: Inverted cone bur atau round diamond stone/bur.
Cara kerja:
a) Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur atau round diamond
stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis mahkota gigi.
b) Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal ridge.
c) Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada dentinoenamel junction.
Facial Atau Lingual Slot
a) Indikasi:
Modifikasi desain yang ketiga dalam merestorasi kavitas bagian proksimal pada gigi
posterior adalah dengan menggunakan preparasi fasial atau lingual slot. Pada kasus
ini, lesi terdapat pada permukaan proximal, namun operator yakin bahwa akses
menuju lesi tersebut dapat dicapai baik dari arah facial maupun lingual daripada arah
oklusal.
15

b) Instrument: Round diamond stone/bur.


c) Cara kerja:
1) Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian occlusogingival.
2) Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan, pertahankan permukaan
lingual atau facial dari gigi terdekat tersebut.
3) Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction. Sudut pada oklusal,
fasial, dan gingival cavosurface margin sebesar 90o atau lebih. Preparasi dengan
teknik ini hampir serupa dengan preparasi kelas III pada gigi anterior.
Pulpal Protection
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk
restorasi komposit diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara
langsung. Walaupun beberapa penulis menyarankan penggunaan resinbonding agen, buku ini merekomendasikan penggunaan liner dari kalsium
hidroksida untuk pembukaan pulpa vital.

Karena material komposit

merupakan bahan yang retentif dan kuat, maka penggunaan base pada
preparasi yang dalam biasanya tidak diperlukan.
Preliminary Steps For Enamel And Dentin Bonding
Teknik etsa asam dilakukan untuk mengoptimalkan hasil, termasuk isolasi dari
cairan seperti saliva dan cairan sulkus dengan menggunakan rubber dam atau
gulungan kapas dan alat retraksi. Etsa pada email mempengaruhi inti email dan
bagian email yang mengelilinginya. Etsa pada dentin mempengaruhi dentin
intertubuler dan peritubuler, menghasilkan pembukaan pada tubuler, menghilangkan
permukaan hidroksiapatit dan meninggalkan fibril kolagen yang betautan.
Cairan dan gel etsa sudah tersedia, konsentrasi asam fosforik sekitar 32%
hingga 37%. Etsa likuid bisa digunakan untuk penetsaan permukaan yang luas, seperti
pada sealant dan full veneer. Thixotropic gels digunakan oleh banyak praktisi untuk
dinding preparasi termasuk bevel dan margin. Etsa dalam bentuk gel dapat digunakan
dengan brush atau paper-point endodontik dengan hati-hati, namun biasanya syringe
digunakan untuk menginjeksikan gel tersebut ke gigi yang sedang di preparasi.
Permukaan yang dietsa tidak boleh terkontaminasi oleh cairan yang ada di
rongga mulut. Jika terkena, maka prosedur tersebut harus diulang. Untuk preparasi
yang melibatkan area proksimal dari gigi anterior, matriks polyester diletakkan
diantara gigi sebelum asam di aplikasikan untuk menghindari etsa pada gigi yang
berdekatan.
Insersi Resin Komposit
Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dalam dua tahap. Tahap
pertama yaitu aplikasi adesif bonding. Tahap kedua yaitu insersi material
16

restorative. Saat ini terdapat dua tipe komposit, yaitu self-cured dan light
cured. Komposit tipe self cured tidak lagi digunakan secara luas karena
tipe light cured lebih memberikan beberapa keuntungan seperti
berkurangnya diskolorisasi, berkurangnya porositas, penempatan yang
lebih mudah, dan finishingnya pun lebih mudah.
Karena sumber sinar harus di aplikasikan pada komposit light
cured agar menyebabkan polimerisasi, maka material komposit harus
diinsersikan pada preparasi gigi dengan ketebalan 1-2 mm. hal ini akan
menyebabkan sinar dapat mempolimerisasi komposit dengan sebaikbaiknya dan akan mengurangi efek dari pengkerutan polimerisasi,
terutama pada sepanjang dinding gingival.
Baik instrumen tangan maupun alat syringe dapat digunakan untuk
menginsersi komposit light cured maupun self cured. Penggunaan
instrument tangan lebih popular digunakan karena lebih mudah dan cepat.
Kekurangan dari penggunaan instrument tangan yaitu udara dapat
terperangkap pada preparasi gigi atau tidak dapat tercampur pada material
saat prosedur insersi. Teknik syringe digunakan karena dapat memberikan
kenyamanan dalam memindahkan material komposit ke preparasi gigidan
mengurangi kemungkinan terperangkapnya udara. Pada preparasi yang
kecil, teknik syringe akan mendapatkan kesulitan karena ujung syringe
yang terlalu besar sehingga sebaiknya tip syringe yang kosong sebelumnya
sudah dicobakan pada preparasi gigi. Komposit yang dapat diinjeksikan
tergantung pula pada viskositasnya. Beberapa komposit microfill tidak
dapat diinjeksikan, sehingga bahan-bahan material sebaiknya dievaluasi
sebelum penggunaan klinis.
Finishing Dan Polishing Composite
Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan
polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat
dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau
sekitar 3 menit setelah pengerasan awal. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :
1

Alat untuk shaping: sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau
specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau
nikel titanium.

17

Alat untuk finishing dan polishing: diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe
disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips,
dan pasta polishing.

a) Diamond dan carbide burs


Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin
komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan
restorasi.
b) Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang
abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area
interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai
yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan finishing
dan polishing.
c) Impregnated rubber points dan cups
Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling
kasar digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar
sedangkan yang halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus
dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah
dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove,
membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk
permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior
d) Finishing stips
Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal
margin gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam
bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi
ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhatihati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin.
Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing.
Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang
dapat digunakan secara berurutan.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:


Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area
proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari
resin komposit.
18

12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada

aspek distal
Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing

4
5

permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.


Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal
Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan

permukaan oklusal restorasi


Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing

permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.


Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai

dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.
Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil, kontak

dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.
Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna
permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

3.2.

Inlay/Onlay Porcelain
Inlay atau onlay porselen yang modern mempunyai permukaan
dalam (pit surface) yang dietsa atau sekurang-kurangnya dikasarkan. Inlay
ini disemenkan dengan semen komposit terhadap email yang sudah dietsa
atau ke basis semen ionomer kaca yang dietsa. Jadi, desain retentif dari
kavitas

kurang

penting

dibandingkan

untuk

inlay logam

tuang

konvensional. Disini karies dan restorasi yang lama harus dibuang, tetapi
basis ionomer kaca umumnya dibuat cukup tebal, kadang-kadang di atas
subpelapik hidroksida kalsium, dan berfungsi sebagai pembonding dan
penguat dentin yang masih ada pada tonjol gigi. Inlay atau onlay porselen
disini terutama berfungsi untuk memberikan lapisan permukaan oklusal
yang tahan keausan (Sturdevant, 2006; Baum, 1985).
Prinsip desain kavitasnya adalah harus masih ada cukup email atau
permukaan ionomer kaca untuk dietsa dan tepinya tidak dibevel. Teknik
pencetakannya sama untuk logam tuang indirek. Untuk penyemenan
digunakan resin komposit khusus. Inlay dikembalikan dari laboratorium
dengan permukaan dalam yang telah dietsa menggunakan asam
hidrofluorik atau hanya dibiarkan kasar setelah dilepas dari die refraktori
19

dengan cara sandblasting. Gigi diisolasi dengan isolator karet, inlay


sementara dilepas, dan email serta setiap semen ionomer kaca yang
membentuk bagian preparasi dietsa, dicuci dan dikeringkan.
Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk pabrik. Pada
pemakaian beberapa semen perekat reaksi pengerasan bisa dipercepat
dengan penyinaran dan reaksi pengerasan akan berlanjut secara kimia.
Kelebihan semen akan lebih mudah dibersihkan pada saat semen belum
mengeras sempurna. Jika semen sudah mengeras, isolator karet dilepas dan
oklusi dicek dengan kertas artikulasi serta diasah dengan bur intan kecil.
Permukaan yang diasah bisa dipoles dengan disk pemoles komposit atau
dengan roret dan poin yang khusus dibuat untuk memoles porselen (Kidd,
2000).
Kunjungan Pertama
a) Akses Ke Karies
Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies dengan
menggunkan bur fisur tungsten carbide pendek-kuncup dengan kecepatan tinggi.
Penggunaan bur kuncup dan bukan bur fisur sejajar adalah untuk mencegah
terbentuknya undercut.

b) Menentukan Luas Karies


Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal
sampai dicapai pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan lebar boks
arah bukopalatal.
c) Desain Preparasi Kavitas
Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding vertikal
kavitas utama yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding bukal dan lingual
pada bagian proksimal masing-masing adalah 50-100. Jika sudut kurang 50, struktur
gigi yang masih ada berada pada keadaan yang terlalu banyak tekanan selama
prosedur sementasi dan jika sudut lebih dari 100, retensinya bermasalah.
d) Keyway
Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus fisur
kuncup dan dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Lebar keyway
diantara tonjol merupakan daerah yang paling sempit dan melebar kearah yang
berlawanan dengan letak karies aproksimalnya dan dengan mengikuti kontur
20

fisurnya. Setelah membuat keyway, kavitas dikeringkan untuk memeriksa ada


tidaknya sisa karies dibagian ini dan bahwa kavitasnya sedikit membuka dengan
sumbu yang benar. Jika kemiringan dinding tidak tepat, maka ketidaktepatan itu
harus diperbaiki.
e) Boks Aproksimal
Kini perhatian dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya. Dibagian ini
kavitas harus di dalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan dengan cara
yang sama dengan jalan membuang dentin karies pada daerah pertautan emaildentin. Ketika dentin karies pada pertautan email-dentin telah dibuang, dinding
email dapat dipecahkan dengan pahat pemotong tepi gingiva. Preparasi dibuat
miring sebesar 10 derajat dengan bur fisur runcing. Gigi tetangga dilindungi
dengan lempeng matriks untuk melindunginya dari kemungkinan terkena bur.
Menjaga agar sumbu bur sejajar dengan waktu pembuatan keyway merupakan hal
yang sangat penting sehingga bagian boks dan keywaynya mempunyai kemiringan
yang sama. Pelebaran ke arah gingiva hanya dilakukan seperlunya saja sekedar
membebaskan pertautan email-dentin dari karies, demikian juga halnya dalam arah
bukolingual. Setiap email yang tak terdukung dentin sehat, hendaknya dibuang
dengan bur fisur kecepatan tinggi.
f) Pembuangan Karies Dalam
Karies mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika dinding karies telah
terbuang, periksalah kemungkinan masih adanya daerah undercut. Undercut
padadaerah

pertautan email-dentin seharusnya telah dibersihkan. Jika masih

terdapat undercut pada dinding aksial, maka undercut tersebut biasanya terletak
seluruhnya pada dentin dan ditutup dengan semen pelapik pada tahap preparasi
berikutnya sehingga preparasi mempunyai kemiringan yang dikehendaki.
g) Bevel
Garis sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan menggunkan bur fisur.
Hal ini untuk memungkinka diperolehnya ketebalan yang cukup bagi pola malam
yang kelak akan dibuat di daerah yang dinilai kritis. Bevel hendaknya diletakkan di
tepi email agar tepi tipis hasil tuangan dapat dipaskan seandainya kerapatan hasil
tuangan dengan gigi tidak baik. Hendaknya bevel tidak diluaskan lebih ke dalam
lagi karena retensi restorasi akan berkurang. Tepi luar bevel harus halus dan
kontinyu untuk memudahkan penyelesaian restorasi dan supaya tepi tumpatannya
beradapatsi baik dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat didinding aproksimal
karena akan menciptakan undercut, mengingat sebagian besar tepi kavitas terletak
di bawah bagian gigi yang paling cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan
21

harus dibevel. Bevel gingiva sangat penting karena akan menigkatkan kecekatan
tuangan yang biasanya merupakan hal yang paling kritis.
4. Pola Malam
Pola malam dibuat secara:
Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali kunjungan.
Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium dan berkalikali kunjungan
5. Gigi direstorasi rigid sementara dengan menggunakan semen perekat sementara,
seperti zinc oksid eugenol.
Kunjungan Kedua
1. Tumpatan rigid sementara dibongkar
2. Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air atau
separating medium (cairan agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian tempatkan
matriks band, wedge atau cincin penahan untuk menghasilkan kontak proksimal
3.

yang baik.
Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal dengan menggunkan
bur untuk menghasilkan pit dan fisur, inklinasi tonjol dan batas margin yang baik

dan sistemis.
4. Trial Inlay/ Onlay porselen pada pasien
5. Jika kedudukannya baik, restorasi rigid yang sudah ditrial disemenkan pada gigi
tersebut.
6.
Kelebihan semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan dengan
eskavator sementara benang gigi digunakan untuk membuang kelebihan di
aproksimal. Tepi-tepi restorasi harus dilapisi dua lapisan pernis copalite untuk
mengurangi pelarutan semen selama jam-jam pertama pengerasan. Setelah itu,
Permukaan oklusal harus dipoles dengan pasta pumis yang diletakkan pada bur
sikat, diikutu oleh whiting yang diletakkan pada berbagai sikat.
3.3.
Inlay/Onlay Porcelain fused to metal ( PFM )
Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum
digunakan. Berdasarkan perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi
yaitu; regular felspathic porcelain (temperatur tinggi 1200-1400 oC),
aluminous porcelain (temperatur sedang 1050-1200 oC), dan metal
bonding porcelain (temperatur rendah 800-1050 oC). PFM merupakan
metal bonding porcelain. PFM terdiri atas beberapa lapisan yang difusikan
secara kimia pada dasar kerangka metal. Substruktur metal mendukung
keramik dan membuat keramik bertahan lama terhadap beban dari
kekuatan mulut.

22

Prinsip Umum Restorasi Metal Keramik


Restorasi metal keramik harus memenuhi syaratsyarat, antara lain,
adalah sebagai berikut :
a. Metal dan keramik mempunyai ikatan yang kuat.
b. Metal dan keramik mempunyai thermal expansi yang sesuai.
c. Keramik yang dipakai relatif mempunyai low fusing.
d. Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapai
temperatur fusing. Pada saat fusing, keramik harus dapat bersatu dengan
logam dan berikatan tanpa merubah bentuk logam. Pada saat mendingin,
baik logam maupun keramik akan mengalami kontraksi yang akan
menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya keramik dari logam.
e. Bahanbahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan.
Pada prinsipnya, sifatsifat restorasi metal keramik ditentukan oleh
keadaan interfacenya. Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan
keramik maka akan terjadi penurunan energi bebas yang dapat
memisahkan kedua komponen atau sebaliknya.
Teknik preparasi
Secara umum bentuk preparasi gigi untuk restorasi tidak langsung
harus mempunyai ketinggian maksimum dan keruncingan yang minimum
untuk memperoleh retensi dan resistensi yang optimal. Untuk mencapai
hal ini dan untuk membuat ketebalan yang adekuat dari material restorasi
tanpa kontur yang berlebihan, maka permukaan dari preparasi sebaiknya
meniru restorasi yang diharapkan, baik oklusal maupun aksial. Adapun
ciri-ciri preparasi restorasi tidak langsung, antara lain, adalah sebagai
berikut :
1. Preparasi pembebasan undercut yang mana semua margin dan sudut dalam
dapat terlihat.
2. Penempatan single path dibuat selebar mungkin, hal ini dibuat dengan cara
mempersiapkan dinding yang berlawanan dibuat sejajar untuk memberikan
23

retensi maksimal. Posisi gigi yang berdekatan harus dipertimbangkan


terhadap kemungkinan terjadinya tepi yang menggantung pada gigi yang
dipreparasi.
3. Bentuk resisten perlu disediakan pada restorasi untuk mendistribusikan
tekanan yang berasal dari oklusal.
4. Dinding yang berlawanan dalam preparasi 1/2 gingival harus dibuat
mendekati paralel. 1/3 sampai 1/2 oklusal biasanya lebih runcing karena
adanya pengurangan dua dataran di sebelah labial yang dibutuhkan untuk
menyediakan ruangan yang cukup untuk material restorasi di dalam kontur
gigi yang asli.
5. Mahkota klinis yang pendek memiliki peningkatan resiko kegagalan karena
jalan masuk

yang pendek. Panjangnya preparasi dapat ditingkatkan

dengan memanjangkan mahkota, dan bentuk resisten dapat ditingkatkan


dengan pengurangan groove, celah atau box, dan dengan cara mengubah
permukaan lereng menjadi komponen vertikal dan horizontal.

6. Pengurangan oklusal harus mengikuti outline tonjol untuk memaksimalkan


retensi dan meminimalkan pengurangan gigi. Untuk mahkota porcelain
fused to metal dan untuk mahkota emas, jaraknya masing-masing 2 mm
dan 1 mm.
7. Posisi dan tipe margin yang telah selesai ditentukan oleh kontur gingiva,
keaslian material restorasi, ada atau tidaknya core margin, dan pemilihan
bahan luthing agent. Bila memungkinkan, margin tersebut sebaiknya
berada di supragingiva mengikuti kontur gingival yang asli. Akhiran tepi
gigi idealnya paling tidak 1 mm melewati core margin untuk
mengistirahatkan jaringan gigi yang masih sehat.
Desain Restorasi
Untuk mendapatkan kekuatan dan persyaratan warna yang optimal,
maka ketebalan logam ditambah porselen pada bagian fasial tidak kurang
dari 1,2-1,5 mm. Ketebalan minimal metal di bawah porselen yaitu 0.3
mm. Jika metal terlalu tipis, maka metal akan melentur di bawah tekanan
24

dan dapat menyebabkan retaknya porselen. Tetapi ketebalan metal


tergantung pada jenis metal yang digunakan. Ketebalan lapisan opak yaitu
0,1-0,2 mm. Ketebalan minimum dentin dan enamel porselen yaitu 0,8
mm. Ketebalan bagian insisal porselen yaitu 2 mm gunanya untuk
memberi sifat translusen pada restorasi.
Restorasi all kramik sangat baik penampilannya dan terlihat natural atau
sewarna dengan gigi tetapi brittle dan cendrung mudah fraktur. Berbeda degan
restorasi metal restorasi cendrung kuat namun tidak bisa digunakan pada gigi anterior
karena pertimbangan estetik. Sehingga kombinasi keduanya metal kramik restorasi
memiliki kekuatan yanga baik dan penampilan yang diharapkan.

(gambar: mahkota porselen fuse to metal)

25

(gambar: onlay menggunakan porselen fuse to metal)


Perlekatan Logam pada Porselen
Dua jenis ikatan utama:
a
b

Chemical bonding
Mechanical interlocking

Kegagalan pada Restorasi Kramik Metal


a

Mayoritas kasus yang terjadi oleh karenan


Kegagalan biologis: fraktur gigi, periodontal disease, karies sekunder
Fraktur prothesisi dan kegagalan estetik, 20% dari kasusu retretment
Fraktur pada protesis (crown) terletak pada adhesif kramik coping.

Porcelain inlay

Keuntungan:
a) Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi.
b) Permukaan licin seperti kaca.
26

c) Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik.


Kerugian:
a) Ketahanan terhadap benturan rendah.
b) Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas.
c) Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus

2. Onlay
Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau
lebih tonjol gigi/ cusp. Apabila morfologi oklusal telah mengalami perubahan
karena restorasi sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik, maka inlay dengan
dua permukaan tidak akan adekuat lagi. Hal ini memerlukan suatu restorasi
yang meliputi seluruh daerah oklusal. Dan dalam keadaan ini, onlay MOD
merupakan jenis restorasi yang tepat. ( Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)
Indikasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengganti restorasi amalgam yang rusak.


Kalau restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan lingual.
Restorasi karies interproksimal gigi posterior.
Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat.
Abrasi gigi posterior yang luas
Kerusakan gigi posterior yang besar tetapi email dan dentin bagian bukal dan

lingual masih sehat


7. Memperbaiki fungsi oklusi
8. Lebar ishtmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups
9. Mahkota klinis masih tinggi
10. Untuk restorasi posterior pasca perawatan saluran akar dengan dinding bukal dan
lingual masi utuh.
Indikasi yang populer bagi onlay adalah menggantikan restorasi
amalgam yang rusak. Juga berguna untuk merestorasi lesi karies yang
mengenai kedua permukaan proksimal. Ciri-ciri utama dari restorasi ini adalah
mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan dengan
gingival dan hal ini merupakan suatu pertimbangan periodontal yang sangat
membantu. (Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)

27

Onlay merupakan modifikasi dari MOD inlay dimana telah terjadi


kerusakan mengenai lebih dari 1 cups atau lebih dari 2/3 dataran oklusal.
Biasanya lebih luas dari inlay dan menutupi salah satu atau lebih tonjol gigi
tersebut.

Kontraindikasi:
1.
2.
3.
4.
5.

Dinding bukal dan lingual rusak


Mahkota klinis yang pendek
OH buruk
Pada pasien dengan usia muda (kurang dari 10 tahun)
Insidensi karies tinggi

Kelebihan onlay:
1. Menutupi sebagian / seluruh permukaan oklusal sehingga memperbaiki fungsi
oklusi.
2. Tekanan oklusal onlay bisa diteruskan merata ke jaringan gigi.
3. Tekanan pada onlay lebih menyatu
4. Mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan dengan gingival

28

BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat

di laboratorium dental

dengan menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan


pada gigi. Macam-macam restorasi rigid yaitu inlay, onlay, veneer, full crown,
mahkota pasak.
Inlay adalah tumpatan rigid yang ditumpatkan di kavitas diantara tonjol gigi/
cusp. Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih
tonjol gigi/ cusp.
Indikasi inlay:
1.
Baik untuk kavitas yang kecil/ karies proksimal lebar
2.
Bila diperlukan untuk restorasi klamer dari suatu gigi tiruan
(pegangan), misalnya: inlay bukal atau disto/mesial inlay yang perlu
3.

untuk dibuatkan Rest Seat, untuk gigi tiruan.


Kavitas dengan bentuk preparasi > 1,5 jarak central fossa ke puncak

4.

cusp
Mengembalikan estetik pada restorasi gigi posterior yang mengalami

5.

kerusakan akibat adanya karies sekunder


Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang

6.

digunakan untuk menggigit (pada gigi belakang)


Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang

tersisa sedikit (pada gigi belakang).


Kontraindikasi inlay:
1.
Frekuensi karies tinggi
2.
OH pasien jelek
3.
Permukaan oklusal yang berat
Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar
untuk mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang
memilki bruxism atau kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal
4.

dapat menjadi indikasi apakah gigi pasien bruxism/clenching.


Ketidakmampuan untuk memeliharanya
Meskipun beberapa penelitin memberitahukan bahwa dental adhesive
dapat menetralkan berbagai kontraindikasi, adhesive teknik

29

memerlukan real-perfect moisture control.yang menjamin keberhasilan


5.

kliniknya.
Preparasi subgingival yang tajam
Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi
dengan kedalaman tepi gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan

mempengaruhi cetakan dan akan sulit untuk di selesaikan.


Indikasi onlay:
1.
Pengganti restorasi amalgam yang rusak.
2.
Kalau restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan
3.
4.
5.
6.

lingual.
Restorasi karies interproksimal gigi posterior.
Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat.
Abrasi gigi posterior yang luas
Kerusakan gigi posterior yang besar tetapi email dan dentin bagian

7.
8.
9.
10.

bukal dan lingual masih sehat


Memperbaiki fungsi oklusi
Lebar ishtmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups
Mahkota klinis masih tinggi
Untuk restorasi posterior pasca perawatan saluran akar dengan dinding

bukal dan lingual masi utuh.


Kontraindikasi Onlay:
1.
Dinding bukal dan lingual rusak
2.
Mahkota klinis yang pendek
3.
OH buruk
4.
Pada pasien dengan usia muda (kurang dari 10 tahun)
5.
Insidensi karies tinggi

Pilihan bahan restorasi rigid antara lain logam tuang, porselen, porselen fused
to metal, resin komposit. Logam merupakan bahan restorasi rigid dengan kekuatan
tensil yang besar, yang membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan bevel
sebagai retensi, tetapi memiliki masalah estetik. Sedangkan porselen merupakan
bahan restorasi rigid estetik yang paling unggul dengan kekuatan kompresif yang
tinggi. Porselen mebutuhkan biaya besar biasanya, dua sampai tiga kali lebih
mahal dari restorasi rigid logam atau komposit plastis selain waktu pembuatan di
laboratorium. Porcelain fused to metal menggabungkan kelebihan dari bahan
porcelain dan metal. Mendapatkan estetis dari porcelain dan kekuatan dari metal.
Resin Komposit ada yang direct dan indirect. Resin komposit yang indirect
mempunyai kekuatan yang lebih karena selain dengan penyinaran juga dengan
30

pemanasan sehingga dapat terpolimerisasi sempurna. Namun mempunyai


kekuatan paling rendah jika dibandingkan dengan bahan restorasi rigid lainya.
2

Saran

a. Sumber dari pembuatan makalah harus diperluas.


b. Penjelasan lebih runtut untuk makalah yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (Johan
Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B.
Saunders.
Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6.
Jakarta: Widya Medika.
Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.5. St
Louis Mosby.

31

Вам также может понравиться