Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB II

KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Bahan Bakar
Menurut Sutjahjo, Dwi Heru (2008:2) Bahan bakar merupakan suatu
bahan yang dikonsumsikan untuk menghasilkan energi. Bahan bakar fosil berasal
dari bumi sebagai akibat dikomposisi dan konversi kimia bahan organik secara
perlahan. Bahan bakar fosil terdapat dalam tiga bentuk : padat (batu bara), cair
(minyak), dan gas bumi. Bahan bakar baru yang merupakan pilihan lain adalah
bahan bakar sintetis atau sinfuel, cairan dan gas berasal terutama dari batubara,
serpih minyak (oil shale) dan pasir-ter.
Menurut Siregar, Indra Herambang (2007 :12) Bahan bakar didefinisikan
sebagai bahan yang mudah melakukan reaksi exotermis ( proses pembakaran)
artinya bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut
dengan sendirinya disertai dengan pengeluaran kalor. Bahan bakar dibakar
bertujuan untuk memperoleh kalor. Kalor hasil dari proses pembakaran
dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Siregar, Indra Herlambang (2007 :13) bahan bakar untuk proses
konversi energi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Bahan bakar hidrokarbon yang terdiri dari bahan bakar konvensional atau
bahan bakar fossil dan bahan bakar alternatif. Bahan bakar fossil saat ini
dominan digunakan dalam proses konversi energy, namun bahan bakar ini
tidak ramah terhadap lingkungan serta sifatnya tidak terbaharukan.

Sebaliknya bahan bakar alternatif umumnya ramah terhadap lingkungan


serta sifatnya terbaharukan.
2. Bahan bakar nuklir adalah bahan bakar yang digunakan untuk reaksi inti.
2.2 Pengertian Energi
Menurut Siregar, Indra Herlambang (2007: 1) Energi didefinisikan sebagai
sifat- sifat dari suatu zat yang dapat dikonversikan menjadi kerja, panas dan
radiasi sedangkan daya adalah laju pemanfaatan energi ataupun laju produksi
energi.
Menurut Siregar, Indra Herlambang (2007:2) energi diklasifikasikan
berdasarkan sumber- sumber dan bentuknya. Adapun klasifikasi energy
berdasarkan sumber- sumbernya terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Energi celestial atau income energy yaitu sumber energy yang diperoleh
bumi dari angkasa luar, umumnya sumber energy dalam kelompok ini
bersifat terbaharukan (renewable energy) dan bebas polusi. Energi surya
dan bulan merupakan sumber utama energy celestial.
2. Energi modal atau capital energy yaitu sumber energy yang telah ada
dipermukaan atau didalam bumi. Sumber energy dalam kelompok ini ada
yang bersifat terbaharukan (renewable energy) seperti energy pasang surut,
energy gelombang, otec, angin dan bebas polusi, namun ada juga yang
bersifat tidak terbaharukan (unrenewable energy) seperti energi yang
berasal dari hidrokarbon (minyak, batubara dan gas, energy nuklir dan
umumnya dalam penggunaannya menimbulkan polusi bagi manusia.
Menurut Sutjahjo, Dwi Heru (2008:2) Energi adalah suatu kerja yang ada
dalm berbagai bentuk dimana energy tersebut bisa dikonversikan dari suatu
bentuk ke bentuk lainnya. Dalam suatu sistem fisik energy dapat berubah dari

bentuk mulanya ke suatu bentuk tertentu yang dikehedaki, missal : energy


potensial, energy panas dan energi mekanik.
2.3 Pengertian Biomassa
Biomassa adalah sejumlah unsur alam (bahan organik) yang tersedia yang
mengandung baik secara langsung atau tidak langsung energi dari cahaya
matahari oleh proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Dalam
pemanfaatannya sebagai bahan bakar, biomassa dapat dimanfaatkan langsung
sebagai bahan bakar misalnya kayu bakar, atau diolah terlebih dahulu dalam
bentuk lain dengan memberikan beberapa perlakuan misalnya diolah menjadi
arang kayu atau bioarang.
Menurut Sutaryo, Dandun (2009: 1) Biomassa adalah total berat atau
volume organism dalam suatu area atau volume tertentu. Pada dasarnya biomassa
di bagi atas 4 macam yaitu :
1. Biomassa atas permukaan adalah semua material hidup di atas
permukaan.Termasuk bagian dari kantong karbon ini
adalah batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji dan daun
dari vegetasi baik dari strata pohon maupun dari strata
tumbuhan bawah di lantai hutan.
2. Biomassa bawah permukaan adalah semua biomassa dari akar
tumbuhan yang hidup. Pengertian akar ini berlaku hingga
ukuran

diameter

tertentu

yang

ditetapkan.

Hal

ini

dilakukan sebab akar tumbuhan dengan diameter yang


lebih

kecil

dari

ketentuan

cenderung

sulit

untuk

dibedakan dengan bahan organik tanah dan serasah.


3. Bahan organic mati meliputi kayu mati dan serasah. Serasah
dinyatakan sebagai semua bahan organic mati dengan
9

diameter yang lebih kecil dari diameter yang telah


ditetapkan dengan berbagai tingkat dekomposisi yang
terletak di permukaan tanah. Kayu mati adalah semua
bahan organic mati yang tidak tercakup dalam serasah
baik yang masih tegak maupun yang roboh di tanah, akar
mati, dan tunggul dengan diaeter lebih besar dari
diameter yang telah ditetapkan.
4. Karbon organic tanah mencakup carbon pada tanah mineral
dan tanah organic termasuk gambut
Menurut Ndraha, Nodali (2009) biomassa didefinisikan sebagai material
tanaman, tumbuh- tumbuhan, atau sisa hasil pertanian yang digunakan sebagai
bahan bakar atau sumber bahan bakar. Secara umum sumber- sumber biomassa
antara lain tongkol jagung, jerami, dan lain sebagainya; material kayu seperti kayu
atau kulit kayu, potongan kayu dan lain sebaginya; smapah kota misalkan sampah
kertas dan tanaman sumber energy seperti minyak kedelai.
2.4 Proses Konversi Biomassa Menjadi Energi
2.4.1 Teknologi konversi termal biomassa proses pembakaran langsung
Proses pembakaran langsung adalah suatu proses yang sangatlah
mudah dibandingkan yang lainnya. Pada proses ini biomassa langsung
dilakukan pembakaran tanpa dilakukan proses- proses yang lainnya.
Proses seperti ini pada umumnya digunakan pada masyarakat di daerah
2.4.2

pedesaan.
Teknologi konversi termal biomassa gasifikasi
Teknologi konversi termal gasifikasi pada dasarnya adalah suatu
usaha penggunaan bahan bakar padat yang awal mulannya dibentuk
dalam bentuk gas. Pada proses gasifikasi tersebut, biomassa dilakukan
10

pembakaran dengan udara yang terbatas sehingga gas yang dihasilkan


2.4.3

secara garis besar adalah berupa karbon monoksida.


Teknologi konversi termal biomassa pirolisis
Teknologi konversi termal biomassa pirolisis adalah suatu
pembakaran biomassa dengan tanpa menggunakan oksigen. Produk
dari proses pirolis adalah berupa cair, gas, dan juga padat. Produk yang
berupa padat dari proses tersebut adalah berupa arang yang kemudian

selanjutnya disebut karbonisasi.


2.5 Pengertian Bioarang
Menurut Siregar, Indra Herlambang (2007 :36) Bioarang adalah bahan bakar
padat yang berasal dari batang- batang tanaman seperti padi, jagung ataupun dari
daun- daunan. Pertama kali dilakukan proses karbonisasi dengan memasukkan
biomassa ke reactor kemudian dipanasi sampai 600C. Setelah itu ditumbuk
kemudian dibuat briket dengan mencampurkannya hasil karbonisasi dengan bahan
pengikat dari tetes tebu atau tepung kanji yang telah diadon dengan air panas.
Kemudian adonan biomassa hasil karbonisasi dengan bahan pengikat dicetak pada
cetakan.
Menurut Ndraha, Nodali (2009) Bioarang adalah arang (salah satu jenis
bahan bakar) yang dibuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya
kayu, ranting, daun- daunan, sekam padi dan limbah pertanian lainnya. Biasanya
bahan tersebut dianggap sampah yang tidak berguna sehingga sering dimusnahkan
dengan cara dibakar. Namun, bahan- bahan tersebut sebenarnya dapat dioalah
menjadi arang, yang selanjutnya disebut bioarang.
Menurut Erikson, Sinurat (2011) Bioarang adalah arang yang dibuat dari
aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun- daunan,
rumput jerami, ataupun limbah pertanian lainnya. Bioarang ini dapat digunakan
11

dengan melalui proses pengolahan, salah satunya adalah briket bioarang. Faktorfaktor yang mempengaruhi sifat briket arang adalah berat jenis bahan bakar atau
berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, dan tekanan pada
saat dilakukan pencetakan. Selain itu, pencampuran formula dengan briket juga
mempengaruhi sifat briket.
Bioarang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka
macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan, rumput,
jerami dan limbah pertanian lainnya. Bioarang ini dapat digunakan sebagai bahan
bakar yang tidak kalah dari bahan bakar sejenis yang lain.
2.6 Pengertian Briket Bioarang
Menurut Ndraha, Nodali (2009) Briket bioarang adalah gumpalangumpalan atau batangan- batangan arang yang terbuat dari bioarang (bahan
lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk bahan lunak yang dengan proses
tertentu diolah menjadi bahan arang keras dengan bentuk tertentu. Kualitas dari
bioarang ini tidak kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya.
Menurut Ndraha, Nodali (2009) keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan briket bioarang antara lain adalah biayanya amat murah. Alat yang
digunakan untuk pembuatan briket bioarang cukup sederhana dan bahan bakunya
pun sangat murah, bahkan tidak perlu membeli karena berasal dari sampah, daundaun kering, limbah pertanian yang sudah tak berguna lagi. Bahan baku untuk
pembuatan arang umumnya telah tersedia di sekitar kita.
2.7 Pengertian Arang
Menurut Sani, Hardy Rakhman (2009) arang adalah suatu padatan berpori
yang mengandung 85%- 95% karbon, dihasilkan dari bahan bahan yang
mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan
berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara di dalam ruangan
12

pemanasan

sehingga

bahan

yang

mengandung

karbon

tersebut

hanya

terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.


Menurut Sudrajat dan Soleh (1994), proses pengarangan terdiri dari empat
tahap yaitu :
1. Pada suhu 100 C-120C terjadi penguapan air dan sampai suhu 270C
mulai terjadi peruraian selulosa. Destilat mengandung asam organik dan
sedikit metanol. Asam cuka terbentuk pada suhu 200 C-270 C.
2. Pada suhu 270C-310C reaksi eksotermik berlangsung dimana terjadi
peruraian selulosa secara intensif menjadi larutan pirolignat, gas kayu dan
sedikit ter. Asam pirolignat merupakan asam organik dengan titik didih
rendah seperti asam cuka dan metanol sedang gas kayu terdiri dari CO dan
CO2.
3. Pada suhu 310 C-500 C, terjadi peruraian lignin, dihasilkan lebih banyak
ter sedang larutan pirolignat menurun. Gas CO2 menurun sedang gas CO,
CH4 dan H2 meningkat.
4. Pada suhu 500C-1000 C terjadi tahap pemurnian arang atau peningkatan
kadar karbon.
Menurut Triono, Agus (2006) arang adalah hasil pembakaran bahan yang
mengandung karbon yang berbentuk padat dan berpori. Sebagian besar porinya
masih tertutup oleh hydrogen, ter, dan senyawa organic lain yang komponennya
terdiri dari abu, air, nitrogen, dan sulfur.

13

Pengarangan adalah suatu proses untuk menghilangkan unsur-unsur yang


terdapat dalam briket yang apabila dibakar akan membentuk asap dan
mengganggu lingkungan.
2.8 Pengertian Perekat
Pemberiketan pada tekanan rendah membutuhkan bahan perekat untuk
membantu pembentukan ikatan di anatara partikel biomasa. Penambahan perekat
dapat meningkatkan kekuatan briket. Macam- macam bahan perekat adalah terdiri
dari sebagai berikut :
1. Bahan perekat organik adalah bahan pencampur pada pembuatan briket
yang dapat merembes ke dalam permukaaan dengan cara terabsorbsi
sebagian ke dalam pori- pori atau celah yang ada, antara laian seperti
molase dan larutan kanji (tapioka).
2. Bahan perekat anorganik adalah bahan pencampur pada pembuatan briket
yang berfungsi sebagai perekat antar permukaan partikel- partikel yang
tidak reaktif (inert) dan berfungsi sebagai stabilizer selama pembakaran,
antara lain seperti tanah liat.
Tujuan dari pencampuran dari perekat berfungsi untuk memberikan lapisan
tipis dari perekat pada permukaan partikel bahan. Dengan pemakaian perekat
maka tekanan yang diperlukan akan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan
briket tanpa memakai bahan perekat. Semakin besar jumlah pengikat maka
semakin meningktakan kekuatan dari briket sampai batas tertentu. Untuk bahan
baku yang sudah menjadi arang, presentase pengikat dalam briket kurang lebih
5%. Sedangkan untuk bahan baku yang masih mentah bisa mencapai 30%.
14

2.9 Pengertian Limbah


Limbah adalah suatu kotoran yang berasal dari hasil pembuangan yang dapat
mengakibatkan dampak bagi lingkungan yang ada di sekitar. Limbah pada
dasarnya keberadaannya sudah tidak diharapkan lagi. Limbah tersebut didalamnya
mengandung bahan yang berbahaya dan beracun. Limbah bila keberadannya tidak
dimanfaatkan dengan baik maka akan dapat mengakibatkan pencemaran.
2.10Tanaman Jagung
2.10.1 Definisi Tanaman jagung
Jagung adalah suatu tanaman yang tumbuhnya tegak, yang memiliki
ketinggian 1-3 meter, serta memiliki akar serabut. Tanaman jagung banyak
dibudidayakan karena penyebarannya sangat luas, tanaman tersebut mampu
beradaptasi dengan baik pada berbagai kondisi lingkungan. Jagung tumbuh
dengan baik di wilayah yang berada pada 580 LU dan 500 LS, sampai
ketinggian

lebih

dari

3.000

dpl.

(Sumber

http:

www.

tamanpangan.deptan.go.id, diakses 27 Februari 2014).


2.10.2 Jumlah Produksi Jagung
Dalam kurun waktu tahun 2005-2010, pasar jagung dunia diperkirakan
sekitar 77-89 juta ton/tahun, dan ini merupakan peluang ekspor bagi
Indonesia, terutama ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Korea
Selatan, dan Jepang. Sedangkan jumlah produksi jagung di Indonesia adalah
mencapai 4,4 ton/ha pada tahun 2010. Sedangkan hasil penelitian jagung dari
berbagai institusi baik pemerintah maupun swasta telah mampu menyediakan
15

produksi jagung dengan potensi hasil berkisar 6,0 - 10,0 ton/ha tergantung
pada kondisi lahan dan penerapan teknologinya. Sedangkan di tingkat petani,
produktivitas jagung yang didapat masih sangat bervariasi, berkisar antara 1,0
- 7,0 ton/ha, tergantung pada kondisi wilayah dan penerapan teknologi
produksinya. (Sumber: http : www. tamanpangan.deptan.go.id, diakses 27
Februari 2014)
2.11 Enceng Gondok
Enceng gondok adalah sebuah tanaman yang biasanya tumbuh di sekitar
sungai. Tanaman ini menurut pandangan masyarakat sangatlah menggangu
bila tidak dimanfaatkan dengan baik. Enceng gondok tersebut biasanya di
buang secara percuma oleh masyarakat. Namun di tangan para perajin
tanaman ini digunakan sebagai bahan kerajinan.Namun bila kita akan
menggunakan bahan bakar alternative tanaman tersebut dapat digunakan
sebagai bahan bakar alternative berupa briket bioarang.
2.12 Pembriketan
Pemberiketan pada tekanan rendah membutuhkan bahan perekat
untuk membantu pembentukan ikatan di anatara partikel biomasa.
Penambahan perekat dapat meningkatkan kekuatan briket. Macam- macam
bahan perekat adalah terdiri dari sebagai berikut :

Bahan perekat organik adalah bahan pencampur pada pembuatan


briket yang dapat merembes ke dalam permukaaan dengan cara
terabsorbsi sebagian ke dalam pori- pori atau celah yang ada, antara
laian seperti molase dan larutan kanji (tapioka)

Bahan perekat anorganik adalah bahan pencampur pada pembuatan


briket yang berfungsi sebagai perekat antar permukaan partikel16

partikel yang tidak reaktif (inert) dan berfungsi sebagai stabilizer


selama pembakaran, antara lain seperti tanah liat.
2.13 Spesifikasi Bahan Bakar Hidrokarbon
2.13.1 Nilai Kalor
Menurut Sutjahjo, Dwi Heru (2008 :3) nilai kalor atas adalah nilai
kalor yang diperoleh ketika H2O yang dibentuk dari proses pembakaran
berupa fase cair (jenuh), sedangkan nilai kalor bawah adalah adalah nilai
kalor yang diperoleh dari proses pembakaran berupa fase uap (gas).
Menurur Siregar, Indra Herlambang (2007:37) nilai kalor adalah
kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna 1 kilogram atau satu
satuan berat bahan bakar padat atau cair atau 1 meter kubik atau 1 satuan
volume bahan bakar gas, pada keadaan baku. Nilai kalor atas atau gross
heating value atau higher heating value adalah kalor yang dihasilkan
oleh pembakaran sempurna satu satuan berat bahan bakar padat atau cair,
atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada tekanan tetap, suhu 25C,
apabila semua air yang mula- mula berwujud cair setelah pembakaran
mengembun menjadi cair kembali.
Nilai kalor untuk bahan bakar padat mengikuti rumus Dulong:
NKA= 14490C +61000 H +5550S, Btu/lb
C, H, dan S adalah fraksi berat karbon, sufur, dan hydrogen bebas.
2.13.2 Kandungan Air dalam Bahan Bakar
Menurut Siregar, Indra Herlambang (2007:38) Air yang terkandung
dalam bahan bakar padat terdiri dari:
Kandungan air internal atau air kristal, yaitu air yang terikat secara

kimiawi.
Kandungan air eksternal atau air mekanikal, yaitu air yang menempel
pada permukaan bahan dan terikat secara fisis atau mekanis.
17

Menurut Siregar, Indra Herlambang (2007:38) Keberadaan air yang


terkandung dalam bahan bakar menyebabkan penurunan mutu bahan bakar
karena:
Menurunkan nilai kalor dan memerlukan sejumlah kalor untuk

penguapan.
Menurunkan titik nyala
Memperlambat proses pembakaran, dan menambah volume gas

buang.
2.13.3 Kadar Abu
Menurut

Siregar,

Indra

Herlambang

(2007:39)

abu

yang

terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tak dapat
terbakar (non-BDT) yang tertinggal setelah proses pembakaran dan
perubahan- perubahan atau reaksi- reaksi yang menyertainya selesai.
Abu berperan menurunkan nilai kalor. Di dalam dapur atau dalam
generator gas, abu dapat meleleh pada suhu tinggi, menghasilkan
massa yang disebut slag. Sifat kandungan abu dapat ditandai oleh
perubahan- perubahan yang terjadi bila suhunya naik. Kalau suhu
diberi lambang t, maka:
t1= suhu pada saat abu mulai deformasi
t2= suhu pada saat mulai lunak
t3= suhu pada saat abu mulai mencair
Menurut Siregar, Indra Herlambang (2007:39) abu dikatakan
memiliki titik leleh rendah jika meleleh pada suhu t3<1300C, jika abu
meleleh pada suhu 1300C <t3< 1425C abu dikatakan bertitik leleh
sedang. Sedangkan jika abu meleleh pada suhu t3>1425 C, abu
bertitik leleh tinggi.
2.13.4 Kuat Tekan

18

Pada umumnya kuat tekan dari briket bioarang adalah suatu


kemampuan briket bioarang untuk menahan gaya tekan yang dapat
mengakibatkan briket tersebut pecah.
P=
Keterangan :
P = Tekanan
(N/m)
A= Luas bidang (m)
F = Gaya
(N)
(Sumber : http: //www.damandiri.or.id, diakses 27 Februari 201

19

Вам также может понравиться