Вы находитесь на странице: 1из 19

Tugas Akhir Pengauditan 2

Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma Tbk

Klemen Bayu Pratama (1106075641)


Aditya Surya (1106
Anggita Puspita Fitri (1206214002)
Felisha (1206246774)
Kinta Khristina (120666536)
Ulvy Yulita Dini (1206267066)

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2015

Statement of Authorship
Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah murni hasil
pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya. Materi ini belum pernah digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata
ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya. Kami
memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan
untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata Ajaran

: Pengauditan 2

Judul Tugas

: Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma Tbk

Tanggal

: 26 Mei 2015

Dosen

: Dedi Sukrisnadi/Dudi Hadi Santoso

Nama : Klemen Bayu Pratama


NPM : 1106075641

Nama : Aditya Surya


NPM :

Nama : Anggita Puspita Fitri

Nama : Felisha

NPM : 1206214002

NPM : 1206246774

Nama : Kinta Khristina

Nama : Ulvy Yulita Dini

NPM : 1206266536

NPM : 1206267066

Penjelasan Kasus
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada
audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih
sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM).
Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar
dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan
yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya
sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal
yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa
overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated
persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada
dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari
2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda
atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh
akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan
bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit
yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak
terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa
Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT
KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan
keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan
Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 Khusus huruf m
Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:

Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam
penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru.
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor 8
tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal
64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang
Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa denda
yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
maka:Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena
melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember
2001.Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi
adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut,
meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan
membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang
disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04
Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari
auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai
auditor independen.

LANDASAN TEORI
I.

Fair Value
Definisi Fair Value
Fair value didefinisikan sebagai the amount for which an asset could be exchanged
between knowledgeable, willing parties in an arms length transaction. Fair value
dinilai sebagai konsep yang sesuai dan relevan untuk penyusunan laporan keuangan
sebuah perusahaan atau entitas bisnis, karena bisa menggambarkan nilai pasar yang

sebenarnya terjadi. Fair value digunakan untuk mengukur:


Satu aset, Sekelompok aset, Satu liabilitas, Sekelompok liabilitas
Konsiderasi bersih dari satu atau lebih aset dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait
Satu segmen atau divisi dari sebuah entitas, Satu lokasi atau wilayah dari suatu entitas
Satu keseluruhan entitas

Fair Value Measurement


Cara mengukur aset/liabilitas yang dapat ditukar, akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendekatan Pasar
Fair value diukur berdasarkan harga pasar atau informasi yang relevan, dihasilkan
melalui transaksi yang terjadi di pasar. Hal ini termasuk harga aset/liabilitas sejenis yang
ada di pasar dan metode penelitian lain yang konsisten dengan pendekatan pasar. Urutan
yang terdapat pada pendekatan pasar jika ingin menentukan fair value:
- Harga pasar aset/liabilitas pada saat pelaporan
- Harga pasar aset/liabilitas yang sejenis
- Menggunakan model yang konsisten dengan pendekatan pasar (contohnya adalah
modelmatrix pricing)
2. Pendekatan Penghasilan
Fair value diukur menggunakan teknik penilaian untuk mengubah nilai masa depan
(contohnya adalah aliran kas atau laba) ke nilai kininya yang terdiskonto (discounted).
Pengukuran fair value dalam pendekatan ini menggunakan dasar nilai yang dilihat dari
harapan pasar kini atas nilai aset/liabilitas masa depan. Pendekatan ini termasuk
menggunakan nilai kini (present value, option pricing, etc).
3. Pendekatan Biaya
Disebut juga pendekatan biaya pengganti kini (current replacement cost). Biaya
pengganti ini adalah jumlah yang diperlukan untuk menggantikan suatu aset.
Oleh karena itu, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sudah menyusun
beberapa standar yang semua mengacu pada IFRS/IAS, termasuk di dalamnya konsep
fair value. Diantaranya adalah PSAK no 30 tentang sewa, PSAK no 8, PSAK no 13

tentang Properti Investasi, PSAK no 16 tentang asset tetap, PSAK 50 dan 55 mengenai
instrument keuangan.

Fair value dinilai menguntungkan bagi para investor karena

penggunana fair value mencerminkan keadaan sebenarnya dari suatu instrument


keuangan atau perusahaan.

Keunggulan dan Kekurangan Fair Value

Keunggulan menggunakan fair value :


-

Relevance Banyak orang percaya bahwa standar akuntansi historical cost telah
banyak kehilangan relevansi karena kegagalannya mengukur realitas ekonomi. Model
historical cost hanya mengukur transaksi sudah selesai dan gagal mengakui adanya

perubahan nilai riil lain yang dapat terjadi.


Reliability Masalah yang selalu ada yang tidak dapat dihindari bahwa model
akuntansi berdasarkan historical cost tidak mengakui adanya perubahan nilai yang
bersifat ekonomis dan cenderung membiarkan perusahaan memilih sendiri apakah
dan kapan mengakui adanya perubahan tersebut. Ini mendorong adanya bias dalam
pemilihan apa yang dilaporkan dan memperburuk kompromi kenetralan dan
dipercayainya informasi keuangan yang disajikan.

Kekurangan menggunakan fair value :


-

Fair value berusaha menyediakan informasi yang transparan dengan menilai aset pada
tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi sehingga sangat sensitif terhadap

pasar
Akuntansi fair value bekerja melalui akuntasi mark to market yaitu aset dicantumkan
pada harga pasar jika diperdagangkan secara terbuka. Menggunakan akuntansi mark to
market

akan berakibat pada perubahan yang terus menerus pada laporan keuangan

perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan serta laba dan rugi
diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh perubahan yang
-

terjadi di pasar.
Lembaga keuangan mengatakan bahwa mereka takut akuntansi berdasarkan pasar akan
menyebabkan volatility kinerja lembaga karena semakin mudahnya nilai aktiva dan
pasiva yang berfluktuasi.

Fair value akan membuat perbedaan penilaian pihak manajemen perusahaan, sehingga
kalau ada kontrol yang kurang baik akan memungkinkan peluang earning management.

Peranan Profesi Penilai dalam Penerapan Fair Value

Peran dan fungsi profesi penilai akan semakin penting ketika Indonesia mulai
menerapkan konsep fair value. Penilai, sebagai salah satu profesi, merupakan orang yang
dianggap kompeten memberikan opini nilai yang dibutuhkan untuk kepentingan
keuangan atau akuntansi. Maka, penilai menyesuaikan apa yang diinginkan oleh laporan
keuangan itu. Penilai akan menilai nilai aset dari perusahan sesuai dengan tujuan dari aset
tersebut. Misalnya, di perusahaan terdapat aset berupa tanah

dan bangunan yang

tujuannya bukan untuk dijual namun untuk digunakan untuk kegiatan operasional.
Perusahaan akan mencatatkan aset tetap di dalam neraca dengan berpedoman pada PSAK
16 mengenai aset tetap atau di IFRS bagian property plan on equipment. Jadi, penilai
mencoba memahami bagaimana perusahaan akan mempergunakan aset tersebut untuk
dapat menilainya.

Implikasi Fair Value pada Dunia Bisnis

Dalam penilaian property, ada 3 metode yang ssudah disesuaikan dengan standar
akuntansi untuk menilai property, yaitu :
1. Harga pasar, pendekatan yang mengambil langsung pembandingnya dari property sejenis
di pasar.
2. Harga pasar dengan mempertimbangkan nilai pendapatan, misalkan ruko untuk restoran.
Nilai ruko tersebut dinilai dengan pendapatan dari restoran tersebut.
3. Pendekatan biaya, nilai aset tersebut dinilai dengan biaya yang dikeluarkan untuk
maintenance aset tersebut.

Audit Fair Value


Investasi
Auditor harus mendapatkan bukti mengenai biaya investasi jika entitas mencatat
investasinya

pada

biaya

pemerolehan (cost) atau

biaya

pemerolehan

amortisasian (amortized cost) atau diwajibkan membuat pengungkapan khusus mengenai


basis kos investasi yang dicatat pada nilai wajar serta laba dan rugi yang direalisasikan
dan belum direalisasikan. Jika investasi dicatat pada nilai wajar atau jika nilai wajar

diungkapkan untuk investasi yang dicatat selain pada nilai wajar, auditor harus
memperoleh bukti yang menguatkan nilai wajar tersebut.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan manajemen untuk
menentukan apakah penurunan pada nilai wajar di bawah basis harga perolehan yang
diamortisasi dari investasi tertentu tidak lebih merupakan kondisi sementara. Auditor
harus menilai apakah manajemen telah mempertimbangkan informasi yang relevan dalam
menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara telah terjadi.
Auditor harus menilai kesimpulan manajemen mengenai keberadaan dari kondisi
penurunan nilai sementara. Dalam menilai kesimpulan manajemen, auditor harus
memperoleh keyakinan mengenai kondisi seperti yang tertera pada paragrap diatas, yang
cenderung untuk menguatkan atau melemahkan kesimpulan tersebut.
Aset Tetap
Program pengujian substantif terhadap aktiva tetap berisi prosedur audit yang dirancang
untuk mencapai tujuan audit yang terdiri dari:
1.
Prosedur audit awal Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun aktiva tetap
yang akan di uji lebih lanjut :
a. Usut saldo aktiva tetap yang tecantum di dalam neraca ke saldo akun aktiva tetap
dan akumulasi depresiasi bersangkutan di buku besar.
b. Hitung kembali saldo aktiva tetap dan akumulasi depresiasi di buku besar.
c. Usut saldo akun aktiva tetap dan akumulasi depresiasi ke kertas kerja tahun lalu.
d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam aktiva tetap serta hitung akumulasi penyusutan aktiva tetap tersebut.
e. Usut posting pendebetan dan pengkreditan ke dalam jurnal yang bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol terhadap aktiva tetap dalam buku besar ke
2.

buku pembantu aktiva tetap.


Prosedur analitik Ratio yang sering dipergunakan dalam prosedur analitik
terhadap aktiva tetap antara lain:
a. Tingkat perputaran aktiva tetap = hasil penjualan bersih : rata-rata saldo aktiva
tetap
b. Ratio Laba bersih dengan aktiva tetap = hasil penjualan bersih : rata-rata saldo
aktiva tetap
c. Ratio Aktiva tetap dengan modal saham = aktiva tetap : modal saham
d. Ratio biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap = biaya reparasi dan

pemeliharaan : hasil penjualan bersih.


3. Prosedur pengujian terhadap transaksi rinci.

a. Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi


tersebut.
b. Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya
transaksi tersebut.
c.
Lakukan pemeriksaan pisah batas (cut off) transaksi aktiva tetap
d.
Lakukan review terhadap akun biasa maintenance maupun biaya reparasi.
4. Prosedur pengujian terhadap saldo akun rinci.
a. Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit.
b. Periksa dokumen kontrak dan dokumen hak kepemilikan klien atas aktiva tetap.
c. Lakukan review terhadap perhitungan depresiasi dan deplesi aktiva tetap.
5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
a. Periksa klasifikasi aktiva tetap di neraca
b. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap.

II.

Audit Persediaan
Akun persediaan merupakan akun yang kompleks dan memerlukan pengendalian
yang kuat karena persediaan adalah bagian yang penting dalam sebuah neraca. Akun
persediaan juga memiliki tingkat estimasi yang tinggi dalam penilaiannya. Persediaan
merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup material
dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu,
biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam
pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. Persediaan terdiri dari berbagai
bentuk yang berbeda, tergantung pada sifat kegiatan usaha. Audit atas persedian
sering kali merupakan bagian audit yang rumit dan memakan banyak waktu, karena:
a.

Pada umunya persediaan merupakan jenis perkiraan yang besar di dalam neraca,

dan sering merupakan unsur terbesar dari keseluruhan modal kerja (working capital
account)
b. Persediaan berada pada lokasi yang berbeda, yang menyulitkan pengendalian
secara fisik dan juga penghitungannya
c. Keanekaragaman jenis persediaan menyebabkan berbagai kesulitan bagi auditor
d. Penilaian atas persediaan juga selalu menyulitkan karena adanya faktor keuangan
dan kebutuhan untuk mengalokasikan biaya-biaya pabrik ke dalam persediaan
e. Adanya beberapa metode penilaian persediaan yang dapat digunakan, tapi setiap
klien tertentu harus menggunakan satu metode secara konsisten dari tahun ke tahun

Sifat dasar audit atas siklus persediaan adalah eratnya hubungan siklus ini dengan
siklus-siklus transaksi lain di dalam organisasi tersebut. Hubunganya dengan siklus
perolehan dan pembayaran serta siklus penggajian dan personalia dilihat dari
pendebitan-pendebitan ke dalam perkiraan bahan baku, tenaga kerja langsung (direct
labour),

dan

overhead

pabrik

(manufacturing

overhead)

dalam

bentuk-T.

Hubungannya dengan siklus penjualan dan penagihan dapat dilihat dari pengurangan
barang jadi dan pembebanan ke harga pokok penjualan.

Tujuan Audit Persediaan

Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan bahwa :


1

Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan,

Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan
dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.

Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.

untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak lambat
(slow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudah dibuatkan allowance yang
cukup.

Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.

Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang


cukup.

Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan (purchasel


sales commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan,

Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

Walaupun tujuan-tujuan audit yang disebutkan di atas diarahkan terutama atas eksistensi dan
valuasi persediaan dalam neraca, tetapi auditor harus selalu ingat bahwa audit terhadap akun
persediaan yang dilakukannya harus berhubungan dengan harga pokok penjualan dan akun-akun
terkait lainnya dalam laporan laba rugi.

Prosedur Audit Persediaan

Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test, analytical review dan substantive
test. Dalam praktiknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas di sini harus disesuaikan dengan
kondisi perusahaan yang diaudit. Prosedur pemeriksaan persediaan mencakup pembelian,
penyimpanan, pemakaian dan penjualan persediaan, karena berkaitan dengan siklus pembelian,
utang dan pengeluaran kas serta siklus penjualan, piutang dan penerimaan kas.

Prosedur pemeriksaan untuk compliance test.

Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan.


1

Lakukan test transaksi atas pembelian dengan menggunakan purchase order


sebagai sample. Untuk test transaksi atas pemakaian persediaan (bahan baku) bisa
digunakan material requisition sebagai sample. Untuk test transaksi atas
penjualan, bisa digunakan faktur penjualan sebagai sample.

Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan.

Jika dari test transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor bisa
menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan efektif. Karena itu substantive
test atas persediaan bisa dipersempit.
Prosedur anlitik itu penting pada audit atas persediaan dan pergudangan dan juga pada siklus
siklus lain. Tabel dibawah ini mencantumkan beberapa prosedur analitik yang umum di
pakai,dan kemungkinan salah saji yang diindikasikan jika ada fluktuasi. Beberapa dari prosedur
analitik dibawah dibahas pada silkus lainnya. Contoh adalah persentase marjin kotor.

Prosedur Analitik untuk Siklus Persediaan

Bandingkan persentase gross margin dengan tahun sebelumnya

Bandingkan inventory turnover dengan tahun sebelumnya


Bandingkan persediaan biaya perunit dengan tahun sebelumnya
Bandingkan biaya produksi tahun berjalan dengan tahun sebelumnya (biaya variabel
harus disesuaikan jika ada perubahan volume)

Metode untuk Merancang Uji Detail

Tahap I

Identifikasi resiko bisnis klien yang mempengaruhi siklus persediaan.

Tentukan salah saji yang dapat ditolerir dan nilailah resiko bawaan untuk siklus persediaan

Nilailah resiko pengendalian untuk beberapa siklus.

Tahap II

Rancang dan laksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk siklus persediaan

Tahap III

Rancang dan laksanakan prosedur analitik untuk siklus persediaan

Rancang pengujian terinci atas persediaan untuk memenuhi tujuan audit yang terkait saldo
yang terdiri dari :

a.

Prosedur audit

b.

Besar sampel

c.

Unsur yang dipilih

d. Waktu

Prosedur pemeriksaan substantive atas persediaan.

Lakukan observasi atas stock opname yang dilakukan perusahaan.

Minta Final Inventory List dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini:

check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian).

cocokkan quantity per book dengan stock card.

cocokkan quantity per count dengan count sheet kita (auditor)

cocokkan total value dengan buku besar persediaan.

3
4

Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.


Periksa unit price dari raw material (bahan baku), work in process (barang dalam proses),
finished goods (barang jadi) dan supplies (bahan pembantu).

Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah
tanggal neraca.

Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak
lambat), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode.

Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event).

Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian.

Periksa apakah ada sates atau purchase commitment per tanggal neraca.

10 Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika
diperlukan.
11 Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

Bagian terpenting dari pemeriksaan persediaan yaitu menentukan apakah perhitungan persediaan
secara fisik yang dilakukan sesuai dengan instruksi klien atau tidak. Prosedur audit pengujian
terinci atas saldo yang umum dilakukan untuk pengamatan persediaan secara fisik. Sebagai
tambahan atas prosedur terinci, auditor harus menelusuri semua bagian dimana persediaan
digudangkan untuk memastikan bahwa semua persediaan telah dihitung dan diberi kartu yang
memadai.

Analisa Kasus
Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik atas
manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik Hans
Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus

bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31
Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.
Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan atas
laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta Mustofa
(HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga Bapepam sebagai
lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi para
akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam kesalahan
pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku 2001.
Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena
mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam
pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan
adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah
melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor
tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan
itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar
modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk.
dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor
mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik.
Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan,
karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM)
seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif
atau tidak.

Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk


Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus dugaan
penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik negara untuk
tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu menyatakan kembali
(restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma tahun buku 2001. Sementara

itu, direksi lama yang terlibat akan diminta pertanggungjawabannya. Seperti diketahui,
perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp
132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan
tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi penggelembungan. Terbukti setelah
dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga
diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per
30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.
Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta &
Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi dan
menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan dalam
pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa sebagai
bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba bersih Kimia
Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai bagus laporan
keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung jawab atas terjadinya
kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-mark up ini,
merupakan kesalahan manajemen lama.

Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001


Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan keuangan
PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak pidana di pasar
modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan menimbulkan
pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-bukti tersebut
antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak sengaja atau memang
sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada karena laporan keuangan itu
telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui, perusahaan farmasi itu sempat
melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001. Namun,
kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas mengetahui adanya
ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu
Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia

Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi
Rp 99 milliar. Koreksi ini dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati
para pemegang saham Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat
tersebut, akhirnya pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai
lagi jasa HTM sebagai akuntan publik.
Dampak Terhadap Profesi Akuntan
Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari
bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang
menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah
melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat pemerintah
campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan dengan maksud
mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para akuntan publik.
Analisis berdasarkan PSAK 68 Fair Value
Akuntan publik HTM (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus bertanggung jawab, karena
akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31 Desember 2001 dan
dengan yang interim 30 Juni tahun 2002
Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan atas
laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta
Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan atas laporan keuangan
Akuntan publik harusbertindak secara independen karena mereka adalah pihak yang
bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan
keuangan

Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan,


selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke
Bapepam

Munakan input yang bukan berdasarkan harga pasar yang dapat diobservasi. Level 3

Gunakan input yang bukan berdasarkan harga pasar yang dapat diobservasi. LevelGunakan input
yang bukan berdasarkan harga pasar yang dapat diobservasi.
Direksi lama yang terlibat akan diminta pertanggungjawabannya atas terjadinya kesalahan
pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-mark up pada inventory dan
revenue. Jika pasar tidak aktif manajemen bisa memperkerjakan penilai (appraisal) untuk
menilai aset untuk masa depan dan saat ini, hal ini juga bisa membantu auditor untuk menilai
kewajaran aktiva dengan melakukan perbandingan penilaian versi auditor dan penilai dari
manajemen. Auditor dapat menanyakan kepada penilai dari manajemen apabila penilaiannya
tidak masuk akal dan bisa meminta dokumen yang paling relevan.
Akuntan Publik HTM harus menerapkan tiga proses untuk menjalankan prinsip vair falue secara
efektif, meliputi :
Pengungkapan Input Kuantitatif yang tidak dapat diobservasi beserta asumsi yang
digunakan
Rekonsiliasi opening balance dengan ending balance
Deskripsi dari proses penilaian
Analisa Sensitivitas, meliputi Diskusi Naratif mengenai sensitivitas terhadap perubahan
dalam input yang dapat diobservasi untuk mengetahui hubungan dari input terhadap
proses pengukuran serta analisa sensitivitas kuantitatif untuk instrumen keuangan

Daftar Pustaka
-

Wiley, John & Sons Inc. Hobeken. IFRS 2010. New Jersey
Yusuf, Hamid. Nilai Wajar Akuntansi Dalam Perspektif Penilaian Properti. Makalah.
November 2010.

McCullough, Matthew (2009). The Dangers of Fair Value Accounting. From :


http://www.scribd.com/doc/19594894/Fair-Value-Accounting.

Вам также может понравиться