Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NIM
: 5201411080
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
DENGAN JUDUL
SISTEM KERJA KONDENSOR PADA PLTU UNIT 3
PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG
Disusun Oleh :
Nama
NIM
5201411080
Jurusan
Teknik Mesin
PT / Sek.
Waktu PKL
Mengetahui,
GENERAL MANAGER
PEMBIMBING LAPANGAN
AMLAN
SUPRAPTO
NIP. 770221083 I -
NIP.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan telah disahkan oleh PT. INDONESIA POWER
UBP Semarang dan Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang.
Hari
Tanggal
Dosen Pembimbing
Pembimbing Lapangan
Suprapto
NIP. 770221083 I -
NIP.198008302013011060
Mengetahui,
Ketua Jurusan
General Manajer
Amlan
NIP.196209131991021001
NIP.
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan dan
berhasil menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan di PT.
Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Semarang. Dimana kegiatan tersebut
merupakan syarat untuk menunjang Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan.
Diharapkan dengan melaksanakan Praktik ini setiap mahasiswa mendapat
bekal yang berupa pengalaman kerja serta kemampuan untuk mengaplikasikan
ilmunya yang telah didapatkan di bangku kuliah.
Praktik Kerja yang kami laksanakan selama satu bulan ini belum dapat
memberikan harapan semua pihak karena keterbatasan pengetahuan kami yang
masih minim sehingga belum mampu memberikan hasil yang optimal. Meski
demikian pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Dekan Fakultas Teknik beserta jajarannya.
2. Bapak Dr. M. Khumaedi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, beserta jajarannya.
3. Bapak Rizqi Fitri Naryanto, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing PKL.
4. Bapak Amlan selaku General Manager PT. Indonesia Power UBP
Semarang
5. Bapak Sumarsono, HUMAS PT. Indonesia Power UBP Semarang
v
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
vii
3. Motto ...................................................................................................... 12
4. Tujuan ..................................................................................................... 12
5. Nilai IP-HaPPPI ...................................................................................... 13
C. Makna Bentuk dan Warna Logo ...................................................................... 14
D. Struktur Organisasi UBP Semarang ................................................................ 16
BAB
III
SISTEM
PEMBANGKIT
LISTRIK
TENAGA
UAP
PLTU
SEMARANG
A. Siklus Rankine Ideal ........................................................................................ 17
B. Siklus Unit 3 PLTU Semarang ........................................................................ 19
C. Siklus Rankine Ideal ........................................................................................ 19
D. Siklus Air dan Uap .......................................................................................... 21
E. Komponen Utama pada PLTU ........................................................................ 21
1. Pompa ............................................................................................................... 22
2. Boiler ................................................................................................................ 23
2.1 Komponen Utama Boiler ............................................................................... 23
2.2 Komponen Pendukung Boiler ........................................................................ 27
3. Turbin Uap ....................................................................................................... 29
4. Kondensor ........................................................................................................ 30
BAB IV SISTEM KERJA KONDENSOR
A. Pengertian ........................................................................................................ 31
B. Jenis-jenis Kondensor ...................................................................................... 31
viii
ix
DAFTAR
GAMBAR DAN TABEL
Gambar
Gambar 2.1 ........................................................................................................... 7
Gambar 2.2 ........................................................................................................... 9
Gambar 2.3 ........................................................................................................... 14
Gambar 3.1 ........................................................................................................... 17
Gambar 3.2 ........................................................................................................... 19
Gambar 3.3 ........................................................................................................... 20
Gambar 4.1 ........................................................................................................... 31
Gambar 4.2 ........................................................................................................... 32
Gambar 4.3 ............................................................................................................ 36
Gambar 4.4 ............................................................................................................ 38
Gambar 4.5 ............................................................................................................ 38
Tabel
Tabel 2.1 ................................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berkembang pesatnya teknologi menuntut setiap manusia dapat
salah
satu
Perguruan
Tinggi
yang
mencetak
Sarjana
Mesin
melaksanakan
program
Praktik
Kerja
Lapangan
untuk
mahasiswanya agar memiliki SDM yang unggul dan siap menghadapi dunia kerja.
Dengan didukungnya materi formal yang didapatkan di bangku kuliah, maka
dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan ini diharapkan mahasiswa dapat
mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan sehingga pengetahuannya dapat
lebih luas.
PT. Indonesia Power UBP Semarang memiliki beberapa Unit
Pembangkit yang berada pada satu lokasi yaitu di Tanjung Emas atau Tambak
Lorok. Terdapat beberapa pembangkit diantaranya PLTU, PLTG, serta PLTGU.
Namun pada periode ini sistem pembangkit yang berada pada UBP
Semarang hanya dalam keadaan RS (Reserve Shutdown) dimana produksi listrik
tidak berjalan, namun seluruh perangkat dalam keadaan standby sekiranya dapat
dijalankan sewaktu-waktu berdasarkan instruksi dari PLN. Untuk menjaga
terawatnya sistem, maka perlu dilakukan perawatan rutin dan terjadwal untuk
menghindari kerusakan akibat lamanya tidak berproduksi.
Oleh karena itu, melalui wadah lembaga pendidikan dengan dunia
industri agar dapat memberikan kesempatan kerja kepada mahasiswa untuk
melakukan kerja praktik di industri yang bersangkutan.
3. Batasan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam laporan Praktik Kerja Lapangan ini
penulis akan membahas mengenai sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap di
PLTU Tambak Lorok Semarang. Penulis lebih menekankan pada pembahasan
Sistem Kerja Kondensor PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang.
5. Sistematika Penyusunan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai laporan ini, maka
penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB ini membahas tentang Latar Belakang, Tujuan Praktik Kerja Lapangan,
Waktu dan Tempat, Tujuan dan Manfaat, Metode yang digunakan dalam
pelaksanaan dan penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan serta Sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
BAB ini membahas tentang sejarah berdirinya PT. Indonesia Power UBP
Semarang, lokasi perusahan, jenis-jenis pembangkit yang ada di UBP Semarang,
bidang operasi perusahaan serta struktur organisasi perusahaan.
BAB III GAMBARAN UMUM PLTU
BAB ini membahas mengenai gambaran secara teknis Pembangkit Listrik
Tenaga Uap, bagian-bagian pembangkit serta peralatan yang mendukung pada
pembangkit.
BAB IV SISTEM KERJA KONDENSOR PLTU UNIT 3
BAB ini membahas mengenai pengertian dan jenis, komponen-komponen
utama, data-data kondensor, sistem kerja, alat-alat bantu kondensor, serta siklus
fluida dingin pada kondensor.
BAB V PENUTUP
BAB ini berisi mengenai kesimpulan yang diambil dari laporan maupun
praktik sehingga dapat dikerucutkan mengenai permasalahan dan kondisi yang
terjadi selama Praktik Kerja berlangsung. Kritik dan Saran juga terdapat
didalamnya guna memberi masukan yang membangun untuk kampus maupun
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Dalam Daftar Pustaka berisi mengenai berbagai referensi yang diambil dari
studi pustaka baik berupa buku maupun dari internet untuk melengkapi
penyusunan laporan.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
dengan
berdirinya
Paiton
Swasta
yang
dipertegas
dengan
kebijakan
(sasaran
dan
kebijakan
pengembangan
sub
sector
Dari sini dapat dipandang bahwa secara kesejahteraan pada dasarnya usia
PT. INDONESIA POWER sama dengan keberadaan listrik di Indonesia.
Pembangkit pembangkit yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power dikelola dan
dioperasikan oleh delapan Unit Bisnis Pembangkitan diantaranya : Perak Grati,
Kamojang, Mrica, Priok, Suralaya, Saguling, Semarang, dan Bali. Secara
keseluruhan, PT Indonesia Power memiliki kapasitas sebesar 8.887 MW. Ini
merupakan kapasitas terpasang terbesar yang dimiliki oleh sebuah perusahaan
pembangkit di Indonesia.
10
Tabel
2.1
Daya
Terpasang
PT.
Indonesia
Power
UBP
Semarang
Daya Terpasang
Merek Mesin
Tahun Operasi
Tambak Lorok 1
50,00 MW
GE
1978
Tambak Lorok 2
50,00 MW
GE
1978
Tambak Lorok 3
200,00 MW
Mitsubishi
1983
109,65 MW
GE
1993
109,65 MW
GE
1993
109,65 MW
GE
1993
188,00 MW
GE
1997
109,65 MW
GE
1993
109,65 MW
GE
1993
109,65 MW
GE
1993
188,00 MW
GE
1997
Sunyaragi 1
20,03 MW
Alsthom
1976
Sunyaragi 2
20,03 MW
Alsthom
1976
Sunyaragi 3
20,10 MW
Alsthom
1976
Sunyaragi 4
20,10 MW
Alsthom
1976
Cilacap 1
29,00 MW
Westinghause
1975/ 76
Cilacap 2
26,00 MW
Westinghause
1975/ 76
Mesin Pembangkit
PLTU
PLTGU
PLTG
1.469,16 MW
11
B. Paradigma, Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Nilai PT. Indonesia Power
PT. Indonesia Power sebagai Perusahaan memiliki Paradigma, Visi, Misi,
Motto, dan Tujuan.
1. Paradigma
Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang
menilai sesuatu. Paradigma dari PT. Indonesia Power adalah Bekerja dan
berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi kepentingan Stakeholder
(Pihak Terkait)
2. Visi dan Misi
Visi PT. Indonesia Power adalah menjadi perusahaan publik dengan
kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan.
Penjabaran Visi :
a. Maju, berarti perusahaan bertubuh dan berkembang sehingga menjadi
perusahaan yang memiliki kinerja setara dengan perusahaan sejenis di
dunia.
b. Tangguh, memiliki Sumber Daya yang mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan dan sulit disaingi. Sumberdaya PT. Indonesia
Power berupa manusia, mesin, keuangan maupun sistem kerja berada
dalam kondisi prima dan antisipatif terhadap setiap perubahan.
c. Andal, sebagai perusahaan yang memiliki kinerja memuaskan
stakeholder.
12
keuntungan
yang
menjamin
pertumbuhan
yang
berkesinambungan.
c. Mencapai tingkat kinerja setara dengan perusahaan pembangkit tenaga
listrik kelas dunia.
d. Membangun
budaya
perusahaan
yang
memiliki
nilai-nilai
13
14
f. Pembelajar
Terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta
kualitas diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian
berbagi dengan orang lain.
g. Inovatif
Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru
dalam usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses
maupun produk dengan tujuan peningkatan kinerja.
C.
15
Bentuk :
1. Karena nama yang kuat, INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan
menggunakan dasar jenis huruf (font) yang tegas dan kuat.
2. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf O melambangkan Tenaga
Listrik yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
3. Titik/bulatan merah (red dot) diujung kilatan petir merupakan simbol
perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I.
Titik ini merupakan simbol yang digunakan disebagian besar materi
komunikasi perusahaan. Dengan simbol kecil ini, diharapkan identitas
perusahaan dapat langsung terwakili.
Warna :
1. Merah
Diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas yang kuat
dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik,
guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.
2. Biru
Diaplikasikan
pada
kata
POWER.
Pada
dasarnya
warna
biru
16
BAB III
SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA UAP
PLTU SEMARANG
Siklus pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus
Rankine. PLTU 3 Semarang menggunakan siklus tertutup (Closed Cycle) dengan
dasar siklus Rankine.
A. Siklus Rankine Sederhana
Siklus sederhana dari sistem pembangkit listrik tenaga uap diturunkan dari
Carnot oleh Profesor William John Macquorn Rankine (1820-1872).
17
18
tekanan
konstan
(isobarik).
Condensor
berguna
untuk
mengembunkan uap jenuh yang berasal dari turbin menjadi air (cair jenuh). Untuk
memudahkan proses kondensasi, tekanan pada kondensor diusahakan dibawah
tekanan atmosfer. Pada kondensor terjadi proses pelepasan kalor (Qout). Proses 3
4 merupakan proses pemompaan untuk menaikan tekanan fluida (cair jenuh)
secara isentropik. Pada proses ini terjadi proses pemasukan kerja ke dalam (Win)
sistem karena proses pemompaan air yang dihasilkan dari proses kondensasi oleh
Condensor. Tekanan yang dihasilkan sama dengan tekanan uap yang masuk ke
turbin. Proses 4 1 merupakan proses untuk menghasilkan uap sesuai
dengan kebutuhan turbin. Proses ini berlangsung pada boiler secara isobarik,
dimana untuk menguapkan air tersebut dibutuhkan masukan panas tertentu (Qin).
Pada
proses
5 memperlihatkan
percampuran
antara
liquid
19
B.
20
C.
REHEATER
UAP
EKSPANSI UAP
IP TURBIN
AIR
EKSPANSI UAP
IP TURBIN
AIR
21
h) Proses 6 7 : Pemanasan kembali uap yang keluar dari High Pressure Turbine
yang terjadi dalam Reheater.
i) Proses 7 7 : Ekspansi uap yang keluar dari Reheater di dalam Intermediate
Pressure Turbine.
j) Proses 7 8 : Ekspansi uap di dalam Low Pressure Turbine tanpa mengalami
pemanasan ulang.
k) Proses 8 1 : Pendinginan uap menjadi air di dalam Condenser.
22
1. POMPA
Dalam siklus PLTU Unit 3 UBP Semarang memiliki berbagai pompa
yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda, diantaranya CWP (Circulating Water
Pump), BFP (Boiler Feed Pump), Air Preheat Coil Pump.
1.
2.
3.
23
2. BOILER
Boiler merupakan suatu alat untuk menghasilkan uap pada tekanan dan
temperatur tinggi (Superheated Vapor). Perubahan dari fase cair menjadi uap
dilakukan dengan memanfaatkan energi panas yang didapatkan dari pembakaran
bahan bakar. Boiler pada PLTU Semarang menggunakan minyak residu atau biasa
disebut MFO (Marine Fuel Oil) sebagai bahan bakar utamanya. Sedangkan bahan
bakar pendukung adalah solar atau biasa disebut HSD (High Speed Diesel),
dimana solar ini digunakan hanya sebagai pemantik awal (ignition) untuk
membakar MFO. Penyaluran panas dari bahan bakar ke air demin dapat terjadi
secara radiasi, dan konveksi.
Bagian pemindah panas dari boiler terdiri dari pemanas mula (Low
Pressure Heater dan High Pressure Heater) , economizer, pemanas lanjut
(Superheater), dan pemanas ulang (Reheater).
Pemindahan panas dalam boiler terjadi dalam proses :
Radiasi di ruang bakar
Konveksi di Economizer dan Air Heater
Kombinasi radiasi dan konveksi di Superheater dan Reheater.
24
a. Wall Tube
Dinding boiler terdiri dari tubes / pipa-pipa yang disatukan oleh membran,
oleh karena itu disebut dengan wall tube. Di dalam wall tube tersebut mengalir air
yang akan dididihkan. Dinding pipa boiler adalah pipa yang memiliki ulir dalam
(ribbbed tube), dengan tujuan agar aliran air di dalam wall tube berpusar
(turbulen), sehingga penyerapan panas menjadi lebih banyak dan merata, serta
untuk mencegah terjadinya overheating karena penguapan awal air pada dinding
pipa yang menerima panas radiasi langsung dari ruang pembakaran.
Wall tube mempunyai dua header pada bagian bawahnya yang
berfungsi untuk menyalurkan air dari downcomers. Downcomer merupakan pipa
yang menghubungkan steam drum dengan bagian bawah low header. Untuk
mencegah penyebaran panas dari dalam furnace ke luar melalui wall tube, maka
disisi luar dari wall tube dipasang dinding isolasi yang terbuat dari mineral fiber.
b. Steam Drum
Steam Drum adalah bagian dari boiler yang berfungsi untuk :
1. Menampung air yang akan dipanaskan pada pipa-pipa penguap (wall tube),dan
menampung uap air dari pipa-pipa penguap sebelum dialirkan ke superheater.
2. Memisahkan uap dan air yang telah dipisahkan di ruang bakar ( furnace ).
3. Mengatur kualitas air boiler, dengan membuang kotoran-kotoran terlarut di
dalam boiler melalui continuous blowdown.
4. Mengatur permukaan air sehingga tidak terjadi kekurangan saat boiler
beroperasi yang dapat menyebabkan overheating pada pipa boiler.
25
Bagian-bagian dari steam drum terdiri dari : feed pipe, chemical feed pipe,
sampling pipe, baffle pipe, separator, scrubber, dryer, dan dry box.
Level air dari drum harus selalu dijaga agar selalu tetap setengah dari
tinggi drum. Sehingga banyaknya air pengisi yang masuk ke steam drum harus
sebanding dengan banyaknya uap yang meninggalkan drum, supaya level air tetap
konstan. Batas maksimum dan minimum level air dalam steam drum adalah -250
mm s/d 250 mm dari titik 0 (setengah tinggi drum).
Pengaturan level air dilakukan dengan mengatur Flow Control Valve. Jika
level air di dalam drum terlalu rendah, akan menyebabkan terjadinya overheating
pada pipa boiler, sedangkan bila level air dalam drum terlalu tinggi, kemungkinan
butir-butir air terbawa ke turbin dan akan mengakibatkan kerusakan pada turbin.
c. Superheater
Superheater berfungsi untuk menaikkan temperatur uap jenuh menjadi uap
panas lanjut dengan memanfaatkan gas panas hasil pembakaran. Uap yang masuk
ke Superheater berasal dari steam drum. Superheater terbagi dua yaitu Primary
Superheater dan Secondary Superheater.
1. Primary Superheater
Primary Superheater berfungsi untuk menaikkan temperatur uap jenuh
yang berasal dari steam drum menjadi uap panas lanjut dengan
memanfaatkan gas panas hasil pembakaran. Temperatur masuk Primary
Superheater adalah 3040C dan temparatur keluarnya 4140C.
26
2. Secondary Superheater
Secondary Superheater terletak pada bagian laluan gas yang sangat panas
yaitu diatas ruang bakar dan menerima panas radiasi langsung dari ruang
bakar . Temperatur uap masuk Secondary Superheater adalah 4140C dan
temperatur keluar sebesar 5410C, dan tekanan 169 kg/cm2. Uap yang
keluar dari Secondary Superheater kemudian digunakan untuk memutar
HP Turbine.
d. Reheater
Reheater berfungsi untuk memanaskan kembali uap yang keluar dari HP
Turbine dengan memanfaatkan gas hasil pembakaran yang temperaturnya relatif
masih tinggi. Pemanasan ini bertujuan untuk menaikkan efisiensi sistem secara
keseluruhan . Perpindahan panas yang paling dominan pada Reheater adalah
perpindahan panas konveksi.
Perpindahan panas radiasi pada Reheater memberikan efek yang sangat
kecil sehingga proses ini biasanya diabaikan. Temperatur uap masuk Reheater
adalah 3350C dengan tekanan sebesar 42,8 kg/cm2, sedangkan temperatur
keluarnya adalah 5410C dengan tekanan 39 kg/cm2. Uap ini kemudian digunakan
untuk menggerakkan IP Turbine, dan setelah uap keluar dari IP Turbine, langsung
digunakan untuk memutar LP Turbine tanpa mengalami pemanasan ulang.
27
e. Economiser
Economizer menyerap panas dari gas hasil pembakaran setelah melewati
Superheater, untuk memanaskan air pengisi sebelum masuk ke main drum. Panas
yang diberikan ke air berupa panas sensibel. Pemanasan air ini dilakukan agar
perbedaan temperatur antara air pengisi dan air yang ada dalam steam drum tidak
terlalu tinggi, sehingga tidak terjadi thermal stress (tegangan yang terjadi karena
adanya pemanasan) di dalam main drum. Selain itu dengan memanfaatkan gas
sisa pembakaran, maka akan meningkatkan efisiensi dari boiler dan proses
pembentukan uap lebih cepat.
Economizer berupa pipa-pipa air yang dipasang ditempat laluan gas hasil
pembakaran sebelum air heater. Perpindahan panas yang terjadi di economizer
terjadi dengan arah aliran kedua fluida berlawanan (counter flow). Air pengisi
steam drum mengalir ke atas menuju steam drum, sedangkan udara pemanas
mengalir ke bawah.
28
29
Alat yang berfungsi untuk membakar campuran antara bahan bakar (fuel)
dengan udara (air) di dalam ruang bakar (furnace) pada boiler.
6. Gas Recirculating Fan
Alat ini berfungsi untuk mengarahkan sebagian flue gas (gas sisa
pembakaran) kembali ke furnace untuk meningkatkan efisiensi boiler.
7. Soot Blower
Sootblower merupakan peralatan tambahan boiler yang berfungsi untuk
membersihkan kotoran yang dihasilkan dari proses pembakaran yang
menempel pada pipa-pipa wall tube, superheater, reheater, economizer,
dan air heater . Tujuannya adalah agar perpindahan panas tetap
berlangsung secara baik dan efektif
8. Safety Valve
Safety Valve berfungsi sebagai pengaman ketika terjadi tekanan uap yang
berlebih yang dihasilkan oleh boiler. Tekanan berlebih ini dapat terjadi
karena panas boiler yang berlebihan atau adanya penurunan beban turbin
secara drastis.
3.
TURBIN UAP
Turbine adalah suatu perangkat yang mengkonversikan energi uap yang
30
4.
KONDENSOR
Penjelasan mengenai kondensor, alat-alat utama, alat bantu, serta sistem
BAB IV
SISTEM KERJA KONDENSOR
A. Pengertian
Kondensor adalah sebuah alat pengubah panas (heat exchanger) yang
digunakan pada unit pembangkit dimana uap turbin yang telah menyelesaikan
kerjanya diubah kembali menjadi air sebelum dikembalikan melalui sistem
pemanasan air pengisi boiler.
Tidak semua energi panas dapat dikonversikan menjadi energi berguna
atau dengan kata lain harus ada yang dibuang ke lingkungan. Pada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap proses transfer panas ke lingkungan terjadi pada kondensor.
Fungsi kondensor adalah alat penukar panas yang merubah uap sisa dari kerja
turbin untuk di kondensasikan kembali.
B. Jenis-Jenis Kondensor
1. Kondensor Permukaan
32
Air yang tersedia dalam jumlah besar biasanya sangat tidak bersih, misal,
air laut dan air sungai, tetapi ketidak bersihan tersebut hanya berpengaruh sedikit
terhadap sifat pendinginannya. Jika sebuah kondensor memiliki dua sistem yang
terpisah, uap kondensasi berada pada bagian luar permukaan pipa dan bagian
dalam pipa mendapat aliran air yang berasal dari laut sebagai media pendingin.
Susunan yang demikian dikenal dengan kondensor permukaan dan
permukaan pendinginnya terdiri dari pipa-pipa kecil. Dalam hal ini kemurnian air
pendingin tidak menjadi masalah karena terpisah dari uap dan air kondensat
sehingga setiap kebocoran yang mungkin terjadi tidak akan bersinggungan dengan
air kondensat.
33
Penyekatan yang tepat dengan menggunakan ruang air (water box) dari
pendingin dapat dibuat satu, dua, atau tiga aliran melintasi kondensor sebelum
menuju ke pembuangan. Bila air pendingin dibuat hanya satu lintasan disebut
sebagai lintasan tunggal (single pass condenser). Jika air pendingin dibuat dua
lintasan aliran ini disebut sebagai kondensor dua lintasan (two pass condenser).
Dalam hal ini air dalam pipa separuh bawah akan mengalir dari depan ke belakang
dan pada bagian separuh atas dari belakang ke depan.
Panjang fisik pipa-pipa kondensor harus disesuaikan dengan silinder
turbin tekanan rendah dan kenaikan temperatur pendingin yang diperbolehkan.
Pipa-pipa kondensor biasanya diatur secara melintang atau sejajar (aksial)
terhadap poros turbin.
34
35
Debris Filter dengan tujuan untuk menyaring air laut yang bebas masuk kedalam
sistem pendingin kondensor. Cara kerja Debris Filter adalah dengan
memindahkan posisi berdirinya. Ketika sistem pendinginan berjalan, maka Debris
Filter akan terdapat banyak kotoran yang menyangkut pada saringan tersebut.
Untuk membersihkannya hanya perlu memutar posisi Debris Filter, misal dari
Debris Indicator menunjukkan angka 600, maka sebaiknya diputar menuju angka
900, 900 ke 1200, ataupun 1200 ke 00, dan dilakukan berulang sesuai jangka waktu
pembersihan yang telah ditentukan.
4. Tube Cleaning System
Ketika saluran pendingin kondensor (pipa-pipa) diberi penyaring pada
awal air laut masuk dengan Debris Filter, tentu tidak luput dari kotoran/partikel
kecil yang tidak ikut tersaring olehnya. Untuk membersihkan pipa-pipa tersebut
maka digunakan Tube Cleaning System yang cara kerjanya dengan menembakkan
bola-bola berukuran kecil berbahan sejenis busa, sehingga dinding dan kotoran
yang terdapat pada pipa-pipa pendingin dapat dibersihkan dengan optimal.
D. Konstruksi Kondensor
Jumlah pipa-pipa dalam kondensor yang mengalirkan air laut sebagai
media pendingin berjumlah sebanyak 11.032 pipa. Panjang pipa jika dihitung
efektifnya adalah 12.140 mm atau 12,140 m, namun total panjang sebenarnya
12.202 mm atau 12,202 m. Pipa tersebut memiliki dimensi 25,4 mm x 1,245 mm.
Adapun konstruksinya seperti berikut :
36
Susunan pipa pada semua jenis kondensor pipa-pipa diatur dalam ruangan
luar yang sesuai yang disebut sebagai kumpulan pipa-pipa (tube banks).
Tujuannya adalah untuk menyediakan jalur-jalur uap yang lebar baik melewati
atau mengelilingi kumpulan-kumpulan tersebut sebagaimana ditunjukkan gambar
diatas. Dengan cara ini uap dapat menyusup dengan baik ke dasar kondensor
untuk mencegah timbulnya pendinginan dalam kondensor yakni dari pipa-pipa
yang teratas. Pada beberapa kondensat yang modern temperatur air kondensat
lebih tinggi daripada temperatur jenuh uap keluar turbin.
Kenyataan ini sekarang dapat diterima tetapi beberapa puluh tahun yang
lalu hal ini dianggap tidak mungkin sehingga tulisan-tulisan yang menunjukkan
keadaan itu dianggap karena kesalahan alat ukur. Kenaikan temperatur melalui
kondensor mungkin akibat kecepatan uap yang diubah menjadi panas sewaktu uap
bersinggungan dengan air kondensate sehingga menaikkan temperatur akhir.
37
38
39
F.
paling penting dalam suatu pembangkit listrik. Tanpa pemasukan air pendingin ke
kondensor, suatu turbin kondensasi tidak dapat dioperasikan. Karena itu
kehandalan sistem air pendingin adalah penting.
Sebuah turbin 660 MW membuang sekitar 2,8 Gj/h (2625 x 106 Btu/jam)
ke air pendingin dengan kenaikan temperatur air pendingin antara 8 0C (14 0F) dan
10 0C (18 0F). Ini adalah jumlah panas yang besar. Biaya yang besar ini dapat
dihemat dengan ketrampilan pengoperasian sistem air pendingin untuk
memberikan kondisi optimal dalam kondensor. Kerugian biasanya banyak terjadi
pada unit 500 MW. Sistem air pendingin harus direncakan sedemikian, sehingga
fleksibel untuk operasi yang ekonomis, andal untuk ketersediaan (avaibility) yang
baik. Tujuan tujuan dasar dari perencanaan adalah untuk menyediakan :
a. Menjamin penyediaan air untuk berbagai bentuk operasi dan pada setiap
waktu.
b. Kesiapan dan pengaturan jumlah air yang efisien memberikan efisiensi
pembangkit listrik yang optimal pada semua kondisi beban dan kondisi
temperatur air.
40
c. Penyediaan air yang stabil pada semua keadaan tanpa adanya penyempitan
(thrott ling) yang tidak bermanfaat.
d. Pemeliharaan minimun, dan pelaksanaan yang mudah.
e. Modal keseluruhan dan biaya-biaya operasi minimum untuk maksud
maksud diatas.
41
kecil untuk maksud itu. Mesin tekanan rendah dari 20 MW atau lebih kecil
biasanya menggunakan lebih dari 50 gallon (0,22 m3) untuk setiap satuan tenaga
listrik yang dibangkitkan yakni 50 gallon (0,22 m3/kWh).
Sebuah mesin 30 MW memerlukan lebih dari 40 gallon (0,18 m3/kWh).
Sebuah mesin 60 MW memerluakan lebih dari 38 gallon (0,17 m3/kWh). Mesin
120 MW memerlukan lebih dari 38 gallon (0,17 m3/kWh). Mesin 500 MW
memerlukan lebih dari 27 gallon (0,14 m3/kWh).
Besar rugi panas yang dibuang ke sungai atau laut adalah sangat besar.
Kebetulan kerugian panas ini menjadi semakin rendah pada unit yang besar
sebagaimana ditunjukkan pada daftar diatas. Ini karena sekarang sebagaian besar
digunakan untuk uap ekstraksi (bled steam) sehingga menghemat panas yang
dibuang didalam kondensor. Sebagai contoh kerugian panas tinggi dari hal ini,
diambil kejadian pada unit 20 MW menggunakan 50 gallon (500 lbs atau 0,22 m3)
air untuk setiap satuan yang dibangkitkan. Untuk kenaikan temperatur melewati
kondensor sebesar 10 0C kehilangan panas (B.Th.U.S) per unit akan menjadi 500
x 18 = 9000 B.Th.U.S (220 x 10 x 4,2 = 9240 kJ).
Nilai panas yang masuk pada katup penutup turbin (turbin stop valve) dapa
diperoleh dari daftar tabel uap. Gambaran ini secara umum lebih besar sedikit dari
2 kali kerugian panas ke air pendingin dan perhitungan ini didasarkan pada
kondisi-kondisi operasi yang baik. Secara praktis kondensor tidak pernah
mencapai standar yang paling baik, karena itu kerugian panas yang kelebihan dari
gambaran perhitungan ini harus dipertimbangkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondensor memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Sistem kerja
kondensor yang begitu penting dalam proses pengembunan uap sisa kerja dari
turbin memerlukan perhatian lebih, khususnya pada pemeliharaan rutin dan
tahunannya.
1. Kelebihan kondensor
Kelebihan kondensor diantaranya dengan perawatan rutin yang dapat
dilakukan tanpa harus mematikan proses kerja kondensor. Karena terdapat
berbagai macam cara perawatan baik Running Maintenance maupun Shutdown
Maintenance. Dengan Cleaning Ball Pump dapat mengefisiensi waktu serta biaya
perawatan, karena hanya memerlukan bola-bola busa sebagai media pembersih
pipa tanpa harus mematikan operasi. Sedangkan kerusakan dapat diminimalisir
sehingga mesin lebih terawat.
2. Kekurangan kondensor
Kekurangan kondensor adalah tidak adanya perhitungan mendetail
mengenai uap yang dikondensasikan di dalam kondensor, sehingga kontrol
terhadap kerja kondensor kurang maksimal.
42
43
B. Saran
1. Perawatan berkala mengenai bagian-bagian alat yang terkorosi
sebaiknya cepat dalam penanganannya, sehingga diharapkan kerusakan berat pada
alat tidak mungkin terjadi. Supervisor Pemeliharaan maupun Supervisor
Pemeliharaan Senior alangkah baiknya turun ke lapangan untuk meninjau data
yang dilaporkan sehingga akurat dan terpilah mana saja yang harus diberi
perawatan dan penggantian.
2. Perusahaan alangkah baiknya membuatkan jadwal/agenda kegiatan bagi
siswa PKL sehingga kegiatan lebih termonitoring dan dapat dievaluasi. Siswa
PKL bila perlu untuk diberi job tersendiri sehingga kegiatan PKL yang
dilaksanakan tidak monoton dan dapat mengembangkan kualitas serta pola pikir
siswa PKL.
44
DAFTAR PUSTAKA
Winarno Dwi, Karnowo, 2008, Mesin Konversi Energi, Semarang, UNNES Press
Black & Veatch International, 1981, Operating Instructions Vol. 1
Black & Veatch International, 1981, Operating Instructions Vol. 2
Pusat Pendidikan dan Latihan, PLN, 1989, Kondensor & Sistem Air Pendingin
Black & Veatch International, 1981, Surface Condensor, Operating Inst. Vol. 1
Black & Veatch International, 1981, Surface Condensor, Operating Inst. Vol. 2
Black & Veatch International, 1981, Surface Condensor, Operating Inst. Vol. 3
45
LAMPIRAN - LAMPIRAN