Вы находитесь на странице: 1из 19

Makalah Variabel Penelitian

VARIABEL

(Tugas Metode Penelitian)

Disusun Oleh:
Allan Firman Jaya (7516110227)
Endah Kristiningrum (7516110237)
Itsnain Al Fadjri H (7516110247)

Universitas Negeri Jakarta


Program Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan Anak
Usia Dini
Jakarta
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah Metode Penelitian dengan judul Variabel Penelitian ini
tepat waktu.
Makalah ini berisikan informasi mengenai definisi atau pengertian dari
variable, ciri-ciri variabel, macam-macam variabel dalam penelitian, pengukuran
variabel dan paradigm dari variabel tersebut, dimana di dalamnya ada contohcontoh yang memudahkan pembaca memahaminya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang Variabel dalam sebuah penelitian. Dalam hal ini pun penyusun
masih dalam tahapan belajar, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir.
Jakarta, 29 September 2011

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR
i

DAFTAR
ISI
ii

BAB

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar

Belakang
1
B.

Rumusan

Masalah
1
C.

Tujuan

Penulisan

Makalah
1

BAB

II.

VARIABEL

A.

Definisi

Variabel

dan

Pengertian
2

B.

Jenis-jenis

Variabel
4
C.

Pengukuran

Variabel
6
D.

Korelasi

Variabel
9

E.

Paradigma

Variabel
10

BAB

III.

KESIMPULAN
17

DAFTAR
PUSTAKA
18

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Jika ada pertanyaan tentang apa yang kita teliti, maka jawabannya
berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Secara teoritis variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu
atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti
melakukan penelitian tanpa adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga
yang menyebabkan kita lupa mengenai apa dan seperti apa variabel serta apa
saja jenis variabel dalam penelitian itu. Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan
itulah sebabnya mengupas dengan benar variabel akan menjadi suatu hal yang
sangat penting.

1.
2.
3.
4.
5.

B. Rumusan Masalah
Apa Pengertian dan Definisi Variabel dalam suatu penelitian ?
Berapa jenis variabel yang ada ?
Bagaimana Pengukuran variabel?
Bagaimana korelasi antar variabel?
Bagaimana Paradigma dari variabel?

1.
2.
3.
4.

C. Tujuan Penulisan Makalah


Memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian
Menjelaskan definisi variabel dan penggunaannya di dalam penelitian
Menolong dalam mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data nantinya
Mempersiapkan metode analisis/pengolahan

BAB II
VARIABEL

A. Definisi dan Pengertian Variabel


Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai
kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan
dalam suatu penelitian. Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa
variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan
penelitian. Dari dua pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel
penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang
diteliti.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya
ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis
suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi,
dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta
sempitnya panelitian yang akan digunakan
Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya
mudah diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabelvariabe dalam ilmu sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara
realita. Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu
diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan
secara operasional.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,


2007)
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :

Hatch & Farhady (1981)


Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai
variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang
lain.
Kerlinger (1973)
Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.

Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin,


golongan gaji, produktifitas kerja, dll.
Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu yang
bervariasi.
Kidder (1981)
Variable adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan
menarik kesimpulan darinya.
Bhisma Murti (1996)
Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi
nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif. Variasi nilai itu bisa diukur
secara kualitatif atau kuantitatif.
Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu
subyek ke subyek lainnya.
Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)
Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah
penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang
berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut
sebagai variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang bervariasi.

Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)


Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang
lain.

Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu.
Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,
pengetahuan, pendapatan, penyakit, dsb.

Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan,
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi
operasional yang diukur, ataupun definisi operasional eksperimental.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan
diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan
kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian
hipotesis.
Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga buah
pola dalam memberikan definisi operasional dalam suatu variabel . Ketiga pola
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi, yang harus
dilakukan atau yang tidak dilakukan untuk memperoleh variabel yang
didefinisikan.
b. Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara beroperasinya halhal yang didefinisikan.
c. Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul.

B. Jenis-Jenis Variabel
a.

Variabel Dependen atau variabel tidak bebas adalah kondisi atau karakteristik
yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau
pengganti variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh
variabel lain.

b. Variabel Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau


karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk
menerangkan hubungan-hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Menurut
fungsinya variabel ini mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas
berpengaruh dalam variabel lain.

Prestasi Belajar
(Variabel Dependen)

Motivasi Belajar
(Variabel Independen)
Contoh hubungan variabel independen-dependen

c.

Variabel intervening, Yaitu variabel yang berfungsi menghubungkan variabel


satu dengan variabel lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat
ataupun pengaruh atau terpengaruh. Variabelini merupakan variabel
penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen,
sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau
timbulnya variabel dependen.
Contoh hubungan variabel independen-moderator-intervening-dependen
Lingkungan Tempat Tinggal
(Variabel Moderator)
Penghasilan
(Variabel Independen)
Gaya hidup
(Variabel Intervening)
Harapan Hidup
(Variabel Dependen)

d. Variabel Moderator, adalah variabel yang mempengaruhi, memperkuat dan


memperlemah hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel
tersebut juga sebagai variabel independen ke dua.
Contoh hubungan variabel independen-moderator-dependen.
Perilaku Suami
(Variabel Independen)

Jumlah Anak
(Variabel Moderator)
Perilaku Isteri
(Variabel Dependen)

e.

Variabel kontrol adalah variabel yang membatasi atau mewarnai variabel


moderator. Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama
yang berkaitan dengan variabel moderator dan bebas, ia juga berpengaruh
terhadap variabel tergantung.
Contoh hubungan variabel independen-kontrol-dependen
Pendidikan SMA&SMK
(Variabel Independen)
Keterampilan Mengetik
(Variabel Dependen)

Naskah, tempat, mesin tik sama


(Variabel Kontrol)

f.

Variabel acak atau random, yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan
dan pengaruhnya dapat tidak diperhatikan terhadap bebas maupun tergantung.

D. Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala
Pengukuran, yaitu
1. Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota anggota yang mempunyai
kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan
yang lain.

Misalnya :
Jenis Kelamin : dibedakan antara laki laki dan perempuan
Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan,
tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah.

Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai
derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah
kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.
2. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan tingkatan.
Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan,
pangkat atau jabatan.
Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi
nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai
tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :
Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini

dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium
III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti
besarnya perbedaan keparahan itu.
Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu ragu, Tidak Setuju.

3. Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan
yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.
Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu
dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti.
Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada
skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak
Dapat Dibandingkan secara Matematis, oleh karena itu batas batas Variasi Nilai
pada Skala Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih

panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360
Celcius 1 kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan
skala 00 Celcius Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu /
Temperatur sama sekali).
Tingkat Kecerdasan,
Jarak, dsb.

4. Skala Rasio = Skala Perbandingan


Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi
nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL
ABSOLUT ).

Misalnya :
Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan

mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat
dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1 kali dari tinggi badan 120 Cm.
Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali

denyut nadinya.
Berat Badan
Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal
berturut turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang
rinci. Skala ratio mempunyai sifat sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan
nominal. Skala interval memiliki ciri ciri yang dimiliki skala ordinal dan nominal,
sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala nominal.
Adanya
perbedaan
tingkat
pengukuran
memungkinkan
terjadinya
transformasi skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi
ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan
agar dapat menerapkan metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki
skala data dalam bentuk ordinal atau nominal.
Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval
atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy
Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki laki dan 2
untuk perempuan tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai /
hanya kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak
dari laki laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori
huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan
analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).

E. Korelasi antar Variabel


Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu :
1. Korelasi Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi tidak
ada mekanisme pengaruh mempengaruhi ; masing masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :
Kebetulan.

Misalnya : Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.


Sama sama merupakan akibat dari faktor yang sama (Sebagai akibat dari

Variabel Bebas)
Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya
merupakan variable
terikat dari variable bebas yaitu Pertumbuhan.
Sama sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama.

Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan


kontraksi otot ;
Keduanya merupakan indikator Kemampuan Kontraksi
Otot.
2. Korelasi Asimatris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable yang
satu bersifat mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas dan Variable
Terikat )
Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan
arterosklerosis.

3. Korelasi Timbal Balik


adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling pengaruh
mempengaruhi.
Contoh :
Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi.
Malabsorbsi
akan
mengakibatkan
Malnutrisi,
sedangkan
Malnutrisi
mengakibatkan atrofi selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan
malabsorbsi.
F. Paradigma
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan
bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai
landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok
yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999:
12-13). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan
dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma
yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal
di antaranya:
(1) jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada
aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan
yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang
dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan
pada

pengujian

secara

empiris,

maka

sebaiknya

digunakan

paradigma

kuantitatif, dan
(2) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan
obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan

jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus
untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik
digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika
peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.
Penggabungan

paradigma

tersebut

dikenal

istilah triangulation.

Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah


atau sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai
keunggulan-keunggulan.
Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu
asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, den hubungan gejala
bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan
memfokuskan kepada beberapa variable saja.
Pola hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya
disebut paradigma penelitian. Jadi paradigma dalam hal ini diartikan sebagai
pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti yang
sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan
jumlah hipotesis, dan teknik analisa statistik yang akan digunakan. Berdasarkan
hal ini maka bentuk-bentuk paradigm atau model penelitian kuantitatif
khususnya untuk penelitian survey seperti gambar berikut:
1. Paradigma Sederhana

Y
X
Paradigma sederhana ini terdiri atas satu variable independen dan dependen.
Hal ini dapat digambarkan seperti:

X:

Kualitas

Guru

Y:

Pretasi

Murid
Berdasarkan paradigm tersebut, maka dapat ditentukan:
a. Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
Rumusan masalah deskriptif (dua)

Bagaimana X? (Kualitas guru)


Bagaimana Y? (Prestasi belajar murid)
Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)

Belajar

Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang


yang dihasilkan.
b. Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan
prestasi belajar.
c. Hipotesis dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif
(hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).
Dua hipotesis deskriptif: (jarang dirumuskan dalam penelitian)

Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah


mencapai 70% baik
Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari
yang diharapkan
Hipotesis asosiatif: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas

media pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat


pada gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji
hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diambil)
d. Teknik analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan
mudah ditentukan teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan
menguji hipotesis.
Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka

pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel.


Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau ratio,

maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment (lihat pedoman


umum memilih teknik statistic untuk pengujian hipotesis).
2. Paradigma Sederhana Berurutan
Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih
sederhana. Lihat gambar.

X1
Y
X3
X2

X1 = kualitas input

X2 = kualitas proses
X3 = kualitas output
Y = kualitas outcome
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu variabel independen
dengan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan
antar variabel (X1 dengan X2; X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan
teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui
persamaan regresi Y atau X3, dengan persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan
contoh 1 tersebut , dapat dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan
asosiatif.
3. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen
Dalam paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen.
Dalam paradigm ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat
rumusan masalah asosiatif (tiga korelasi sederhana dan satu korelasi ganda).
Perhatikan gambar.

X1 = Kompetensi Guru;
X2 = Lingkungan sekolah;
Y = Prestasi belajar murid;
Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu
variabel dependen Y. Untuk mencari hubungan X1 dangan Y dan X2 dengan Y,
menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan
X2 secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.
4. Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen
Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu
dependen (Y). Rumusan masalah deskriptif ada empat dan rumusan masalah
asosiatif (hubungan) untuk yang sederhana ada enam dan yang ganda minimal
satu.
r2 berhimpit dengan R
X1
X2
X1
Y

= Kualitas mesin;
= Pengalaman kerja;
= Etos Kerja;
= Produktivitas Kerja

X1
X2
X1
Y

= Kualitas mesin;
= Pengalaman kerja;
= Etos Kerja;
= Produktivitas Kerja

Gambar diatas adalah paradigma ganda dengan tiga variabel independen yaitu
X1, X2, dan X3. Untuk mencari besarnya hubungan anatara X1 dengan Y; X2
dengan Y; X3 dengan Y; X1 dengan X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat
menggunakan korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar X1
secara bersama-sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganda.
Regresi sederhana, dan ganda serta korelasi parsial dapat digunakan untuk
analisis dalam paradigma ini.
5. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
X = tingkat pendidikan;
Y1 = karir di tempat kerja;
Y2 = disiplin kerja

Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen. Untuk
mencari besarnya hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik
korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi juga
dapat digunakan di sini.
6. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
Dalam Paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua variabel
dependen (Y1 dan Y2). Terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam
rumusan masalah
hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk
menganalisis hubungan antar variabel secara simultan.
X1 = keindahan kampus;
X2 = pelayanan sekolah;
Y1 = jumlah pendaftar;
Y2 = kepuasan pelayanan;

Adalah paradigma ganda dua variabel independen dan dua variabel dependen.
Hubungan antar variabel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi
sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1
dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda.
Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk
memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan penumpang Kereta Api.
7. Paradigma Jalur
X1
X2
X3
Y

= status social ekonomi;


= IQ;
= motivasi berprestasi;
= prestasi belajar (achievement);

Paradigma jalur. Teknik analisis statistic yang dipergunakan dinamakan path


analysis (analisis jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan
regresi sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir,
harus lewat jalur langsung, atau melaluivariabel intervening. Dalam paradigma
itu terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam rumusan masalah
hubungan.
Paradigma penelitian gambar diatas dinamakan paradigma jalur, karena
terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan adanya
variabel antara lain, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk
mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung ke
sasaran akhir.
Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status sosial tertentu
X1, tidak bisa langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33)
tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru
dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila murid mempunyai IQ yang

tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai prestasi (Y) dengan r = 0,57.
Contoh tersebut diberikan oleh Kerlinger.
Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain cukup banyak, dan contohcontoh yang diberikan terutama dikaitkan dengan teknik statistic yang dapat
digunakan. Teknik statistik yang bersifat menguji perbedaan tidak tercermin
pada paradigma yang telah diberikan, tetapi akan lebih tampak pada paradigma
penelitian dengan metode eksperimen. Dalam eksperimen misalnya akan dapat
diuji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan produktivitas kerja
antara lembaga yang dipimpin pria dengan wanita.

Kesimpulan
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan hubungannya variabel dibagi menjadi enam yaitu variabel
dependen atau variabel tidak bebas Variabel Independen atau variabel bebas,
variabel intervening, variabel moderator, variabel control, variabel acak atau
random. Sedangkan korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu : korelasi simetris,
korelasiasimatris, korelasi timbal balik dan
Yang
tidak
kalah
penting
dalam
bagian
ini
adalah paradigma
penelitianmerupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara
pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti
terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana
peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan
untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma terdiri dari paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan,
paradigma ganda dengan dua variabel independen, paradigma ganda dengan
tiga variabel independen, paradigma ganda dengan dua variabel dependen,

paradigma ganda dengan dua variabel independen dan dua dependen,


paradigma jalur.
Jadi memang bagi seorang peneliti, variabel sangatlah penting, kerena
bagaimanapun keberhasilan penelitian seseorang ditentukan oleh pemilihan
variabel yang tepat bagi penelitiannya.

Daftar Pustaka

Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi PenelitianKedokteran dan


Kesehatan,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta,2002.
Kenglinger, Fred, N, Foundation of Behavioral Research, Holt, Renehart,1973.
Kidder Loiuse. Research Methods Instrument Social Relation, Holt Rinehart and
Winston, 1981.
Sogiyono. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2009.
___________. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Alfabeta, Bandung, 2011.
Susan Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative
Research; Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno Hadi. Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986.
_______________, Statistik, Jilid 2, 3, UGM, 1986.

Вам также может понравиться