Вы находитесь на странице: 1из 7

MAKALAH MATERIAL TEKNIK

Mengenai
SIFAT MEKANIK BAHAN DAN STRAIN HARDENING

Di susun oleh :
Nama

: Anindya Putri Febriani

NPM

: 4414215005

Jurusan

: Teknik Industri

Dosen

: Hendri Sukma, ST.MT

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASILA
2014

PENGERASAN TEGANGAN (Strain Hardening )


Strain hardening (pengerasan regangan) adalah penguatan logam untuk deformasi plastik
(perubahan bentuk secara permanen atau tidak dapat kembali seperti semula). Penguatan ini
terjadi karena dislokasi gerakan dalam struktur kristal dari material. Deformasi bahan disebabkan
oleh slip (pergeseran) pada bidang kristal tertentu. Jika gaya yang menyebabkan slip ditentukan
dengan pengandaian bahwa seluruh atom pada bidang slip kristal serempak bergeser, maka gaya
tersebut akan besar sekali. Dalam kristal terdapat cacat kisi yang dinamakan dislokasi. Dengan
pergerakan dislokasi pada bidang slip yang menyebabkan deformasi dengan memerlukan
tegangan yang sangat kecil.
Kalau kristal dipotong menjadi pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan terlihat di
bawah mikroskop elektron, sejumlah cacat yang disebut dislokasi. Dislokasi merupakan cacat
kisi yang menentukan kekuatan bahan berkristal. Karena adanya tegangan dari luars, dislokasi
akan bergerak kepermukaan luar, sehingga terjadi deformasi. Selama bergerak dislokasi bereaksi
satu sama lain. Hasil reaksi ada yang mudah bergerak dan ada yang sulit bergerak. Yang sulit
bergerak berfungsi sebagai sumber dislokasi baru (multiplikasi dislokasi). Sehingga kerapatan
dislokasi semakin tinggi. Semakin tinggi kerapatan dislokasi, maka semakin sulit dislokasi
bergerak sehingga kekuatan logam akan naik.
Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi selama pengujian tarik. Pada proses uji tarik
regangan akan bertambah sehingga kekuatan tarik, kekuatan mulur dan kekerasannya akan
meningkat pula sedangkan massa jenis dan hantaran listriknya menurun. Hal ini juga
mengakibatkan menurunnya keuletan.
Kristal logam mempunyai kekhasan dalam keliatan yang lebih besar dan pengerasan yang luar
biasa. Sebagai contoh, kekuatan mulur baja lunak sekitar 180 MPa dan dapat ditingkatkan
sampai kira kira 900 MPa oleh pengerasan regangan (Surdia Tata : 1984). Inilah yang
melatarbelakangi mengapa mekanisme pengerasan logam merupakan sesuatu yang berguna.
Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik mulur didapat dengan jalan membagi beban oleh
luas penampang asal batang uji, biasanya dipakai pada perencanaan mesin mesin. Tegangan
ini dinamakan tegangan teknis atau tegangan nominal. Ketika deformasi bertambah, maka luas
penampang batang uji menjadi lebih kecil sehingga tegangan dapat dinyatakan dalam tegangan
sebenarnya. Kekuatan tarik atau kekuatan maksimum yang dinyatakan dalam tegangan teknis
atau tegangan nominal sering dipakai dalam bidang teknik,yaitu tegangan dalam ordinat fasa
gambar 1.2 dinyatakan dalam tegangan nominal. Kalau tegangan dinyatakan dalam tegangan
sebenarnya dan regangan dalam regangan sebenarnya
= ln ( l / lo )
dan dengan regangan teknik
= ln ( 1 + )

Hubungan antara tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya didekati oleh persamaan
= K n
dengan : n = eksponen pengerasan regangan (ukuran pengerasan)
1 = koefisien kekuatan
K = konstanta
n = konstanta
K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan deformasi tertentu.
Gambar diatas menyatakan perbandingan antara kurva tegangan regangan teknis dan kurva
tegangan regangan sebenarnya. Dan persamaannya dapat dirumuskan
log = log K + n
Jadi kalau tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya diplot pada kertas grafik logaritma,
daerah deformasi plastis merupakan garis lurus, sedangkan gradiennya merupakan harga n.
Kalau keadaan deformasi tertentu diperhitungkan, regangan sebenarnya sama dengan perubahan
regangan memanjang dan melintang, atau regangan dari tarikan dan tekanan. Selanjutnya
regangan neck pada permulaan pengecilan setempat dari pengujian tarik sama dengan harga n.
Berikut adalah nilai K dan n:
Hubungan antara elastisitas dan strain hardening
Pada daerah elastic bahan mengikuti Hukum Hook
( E = / )
Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan mengalami deformasi plastis. Seperti yang telah
dijelaskan, deformasi berlanjut jika tegangan bertambah sehingga K lebih besar dari Y dan n
lebih dari 0. Flow curve biasanya dinyatakan dalam sebagai fungsi linier dengan sumbu
logaritma. Kebanyakan logam ulet (ductile) bersifat seperti ini
1.

Factor yg mempengaruhi

2.

Dengan dislokasi

3.

Dengan perlakuan panas

4.

Contoh pengerjaannya d roll

5.

Data yang mendukung contohnya material apa,kekuatannya brp,dll

Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis pada temperatur di bawah titik
leleh ( 7230 C ).

Alasan untuk pengerasan regangan (strain hardening) adalah meningkatkan kerapatan dislokasi
dengan deformasi plastik. Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan dislokasi mulai
memblokir gerakan satu sama lain.
Persentase cold work (%CW) sering digunakan untuk menyatakan tingkat deformasi plastis.

Gambar 6. Grafik Stress dan Strain terhadap deformasi plastis dan pengerjaan dingin.
Yield strength selanjutnya (y0) lebih tinggi dibandingkan inisial yield strength (yi). Ini adalah
alasan untuk pengaruh terhadap strain hardening. Yield strength dan hardness akan meningkat
sebagai akibat strain hardening tetapi ductility (keuletan) akan menurun (material menjadi lebih
brittle (getas)). Efek Strain Hardening dapat dihilangkan dengan perlakuan panas annealing

SIFAT-SIFAT MEKANIK
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari pemilihan bahan
dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon atau perilaku material
terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam
prakteknya pembebanan pada material terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik.
Perbedaan antara keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak dipengaruhi oleh
fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian mekanik. Pengujian
mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test), dari pengujian tersebut akan
dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen. Spesimen pengujian
dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis, komposisi dan perlakuan yang sama.
Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada material uji yang memenuhi aspek ketepatan
pengukuran, kemampuan mesin, kualitas atau jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam
membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi antara lain: kekuatan tarik, ketangguhan,
kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan impak, kekuatan mulur, kekeuatan
leleh dan sebagainya.
Beberapa sifat mekanik
1. Kekuatan (strength): kemampuan suatu bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam tergantung pada
jenis beban yang bekerja, yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan
punter/torsi dan kekuatan lengkung
2. Kekerasan (hardness): kemampuan suatu bahan untuk tahan terhadap penggoresan,
pengikisan (abrasi), indentasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus
(wear resistance). Kekerasan juga mempunyai korelasi dengan kekuatan
3. Kekenyalan (elasticity): kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan
4. Kekakuan (stiffness): kemampuan bahan untuk menerima tegangan/beban tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.
5. Plasticitas (plasticity), kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastic
(permanent) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan,sifat ini sangat diperlukan bagi
bahan yang akan diproses dengan berbagai proses pembentukan seperti forging, rolling,
extruding dan lainnya. Sifat plastisitas sering juga disebut dengan keuletan (ductility).
Bahan yang mampu mengalami deformasi cukup banyak dikatakan sebagai bahan yang
memiliki keuletan yang tinggi, bahan yang ulet (ductile), sedangkan bahan yang tidak
menunjukkan deformasi plastis dikatakan sebagai bahan yang memiliki keuletan rendah
atau getas (brittle).

6. Ketangguhan (toughness), menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah


energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan.
7. Kelelahan (fatique), merupakan kecenderungan dari suatu logam untuk patah bila
menerima tegangan berulang-ulang (cyclic stress) yang besarnya jauh dibawah batas
kekuatan elastiknya (yield strength).
8. Melar (creep), merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi
plastik yang besarnya merupakan fungsi waktu, pada saat bahan tadi menerima beban
yang besarnya relative tetap.
Berbagai sifat mekanik diatas dapat juga dibedakan menurut cara pembebanannya, yaitu sifat
mekanik statik, sifat terhadap beban statik, yang besarnya tetap atau berubah secara lambat, dan
sifat mekanik dinamik, sifat mekanik terhadap beban yang berubah-rubah atau beban tiba-tiba.

Вам также может понравиться