Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Kanker laring adalah keganasan pada laring. Kanker laring banyak dijumpai pada usia
lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan
kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.
Kanker laring dapat menyebabkan kematian. Kematian dapat terjadi tergantung stadium
dan lokasinya. Pengangkatan kanker laring stadium IV membuat pasien bisa bertahan sampai 10
tahun, tetapi kalau sudah menyebar ke organ tubuh lain bisa menyebabkan kematian sebelum 10
tahun.
Menurut Meyer terdapat 12.000 kasus karsinoma laring setiap tahun di Amerika dan lebih
dari 50% berasal dari pita suara, tetapi di Finlandia dan beberapa negara Eropa 2/3 bagian dari
karsinoma laring merupakan karsinoma supraglotis sedang 113 bagiannya dari glotis. Bailey
mendapatkan 75% dari karsinoma laring berasal dari pita suara. Di Indonesia, tumor laring di
pita suara mencapai satu persen dari semua keganasan. Di SMF THT RSUD Dr. Suetomo kami
mendapatkan sebanyak 153 panderita (1991- 1995) dan 77 penderita (2000-2001). Sedangkan
menurut laporan dari Bambang dkk. di Semarang (1972-1976), Empu dkk. diBandung (19751978), Sigit di Jakarta (1967-1979) dan Abdurrachman di Jakarta (1980-1984) masing-masing
mendapatkan kasus sebanyak 69,35,162 dan 118. (Robinson,2007).
Kasus Ca Laring banyak terdapat di Indonesia dan juga dapat menyebabkan kematian,
hal tersebutlah yang membuat penulis ingin mengangkat masalah tentang Ca laring dalam
makalah ini yang akan dibahas dalam Bab Bab berikut
1.2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apa definisi dari ca laring ?


Apa saja ethiologi dari ca laring ?
Apa klasifikasi dari ca laring ?
Bagaimana WOC dari ca colon ?
Bagaimana patofisiologi dari ca laring ?
Bagaimana manifestasi klinis dari ca laring ?
Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk ca laring ?
Bagaimana penatalaksanaan untuk ca laring ?
Bagaimana konsep asuhan keperawatan teori dari ca laring ?
1.3

1.

Rumusan Masalah

Tujuan

Untuk mengetahui definisi dari ca laring

2.

Untuk mengetahui etiologi dari ca laring

3.

Untuk mengetahui klasifikasi dari ca laring

4.

Untuk mengetahui WOC dari ca laring

5.

Untuk mengetahui patofisiologi dari ca laring

6.

Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ca laring

7.

Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk penyakit ca laring

8.

Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penyakit ca laring

9.

Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan ca laing


BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1

Definisi

Laring adalah organ suara yang terletak dibawah dan depan pharynx, serta ujung
procsimal trachea.
Carcinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel atau pertumbuhan
jaringan yang abnormal (Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre Itichlitt)
Ca. laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang menggangu jaringan
suara yang terletak diantara larynx atau di ujung prixsimal trachea. (Kamus Kedokteran . Dr.
Heidra T. Kaksman)
Tracheostomy adalah fenetrasi (pembuatan lubang ) pada dinding anterior trachea dengan
mengangkat kartilago dari cincin traghea katiga dan keempat sehingga terbentuk saluran nafas
yang aman dengan bantuan pipe trakeostomi (Kamus Keparawatan, Edisi 17 Sre Itichlitt hal
440)
Ca. laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas dibidang THT dan
lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang sering adalah jenis karsinoma sel
skuamosa. (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Hal : 136)
Karsinoma laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara ( laring ) atau daerah lain
di tenggorokan. (K.D Jayanto, 2008)
Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian supraglotik, glotis,
dan subglotis. (Suddart and Brunner)
Jadi dapat disimpulkan bahwa karsinoma laring adalah suatu keganasan yang menyerang
bagian leher tepatnya pada kotak suara (laring).
2.2

Etiologi

Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa
perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang orang dengan resiko tinggi
terhadap terjadinya kanker laring.Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal yang
diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok , alkohol, dan oleh sinar
radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker,
sebagai berikut :
a. Faktor Lingkungan
1. Merokok meningkatkan resiko terjadinya kanker paru paru, mulut, laring (pita suara), Asap
debu pada daerah industri
b. Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama kanker pada
saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan kanker adalah Makanan
yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker
lambung. Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap
kanker kerongkongan. Zat pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat
pada makanan laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis,tepung)
yang diproses secara berlebihan.
c. Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus Epstein-Bar (di
Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini menyebabkan kanker
hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan genetik.
Menurut Bunner dan Suddart, Barbara C. Long, Robbin dan Kumar serta D. Thone R. Cody.
Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya Ca laring meliputi :
2. Tembakau ( berasap / tidak )
3. Alkohol serta efek kombinasinya
4. Penajaman terhadap obseton
5. Gas mustard
6. Kayu, kulit dan logam
7. Pekerjaan yang menggunakan suar berlebihan (penyanyi rock, ustad, dosen )
8. Laringitis kronis
9. Defisiensi nutrisi ( Riboflavin )
10. Riwayat keluarga ca laring
11. Asap debu pada daerah industri
12. Laringitis kronis
13. Perokok diatas 40 tahun atau lebih
14. Lebih sering pada laki-laki daripada wanita
15. Epiglotis
16. Hemophilus influenzae

2.3

Manifestasi Klinis

Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah
glods karena tumor mengganggu pita suara selama bicara. Suara mungkin terdengar parau dan
puncak suara rendah. Bunyi suara yang terganggu bukan merupakan tanda dini kanker suglotis
atau supraglotis, namun mungkin pasien mengeluh nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan
ketika minum cairan hangat atau jus jeruk.
Suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher, gejala lanjut , termasuk kesulitan menelan
( dsifagia ) atau kesulitan bernafas ( dipsnue ). Suara serak dan nafas bau, pembesaran nodus
limfe servikal, penurunan BB dan status kelemahan umum dan nyeri yang menjalar ke telinga
dapat terjadi bersama metastasis ( Brunner & Suddart, 2002 : 556-557 ).
Disfagia, kesulitan bernafas dan nafas bau adalah merupakan tahap lanjut. Pembesaran nodus
limfa servikal, penurunan berat badan dan status kelelahan umum dan nyeri yang menjalar ke
telinga dapat terjadi bersamaam metastase.
2.4

Patofisiologi

Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai limfatik yang
jarang. Di tempat manapun yang kering ( epiglottis, pita suara palsu, dan sinus-sinus piriformis ).
Banyak mengandung pembuluh limfe, dan kanker pada jaringan ini biasanya meluas dengan
cepat dan segera bermefastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam. Orang-orang yang
mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak lebih dari 2 minggu harus segera
memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan tanda awal kanker pita suara, jika pengobatan
dilakukan pada saat serak timbul ( yang disebabkan tumor sebelum mengenai seluruh pita suara )
pengobatan biasanya masih memungkinkan.
Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan pada leher,
nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran kelenjar limfe dan
batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik terhadap laring
dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari pemeriksaan mikroskopi terhadap laring (
C. Long Barbara. 1996 : 408-409 ).
2.5

Klasifikasi

Tumor Ganas Laring


1. Glotis
Tis Karsinoma insitu
a.

T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau
tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.

b. T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau
sudah terfiksir (impaired mobility).
c. T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
d. T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.
2. Subglotis
Tis karsinoma insitu
a. T1 Tumor terbatas pada daerah subglot
b. T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
c. T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
d. T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau duaduanya.

Metastasis Jauh (M)


a. Mx Tidak terdapat/ terdeteksi
b. M0 Tidak ada metastasis jauh
c. M1 Terdapat metastasis jauh.

Stadium
Tergantung keadaan kanker (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan metastasis jauh ( M ).
Stadium I : T1 No Mo
Stadium II : T2 No Mo
Stadium III : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo
Stadium IV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.

2.6
2.7

Deteksi Dini
Komplikasi

Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:
a. Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
b. Hemoragi
c. Infeksi
2.8
2.9

Pencegahan
Penatalaksanaan

Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi. Pengobatan
pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan untuk
menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan gigi diatasi jika
mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
1. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya
mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan ( yaitu bergerak saat
fonasi ). Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa mungkin
mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau stenosis, sejumlah kecil dari mereka yang
mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringotomi. Terapi radiasi juga dapt digerakkan
secara pra operatif untuk mengurangi ukuran tumor
2. Pembedahan Parsial
a. Laringektomi parsial ( laringotomi tirotomi )
Laringektomi parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini ketika hanya
satu pita suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi .
Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya teteap utuh. Suara pasien
kemungkinan menjadi parau, jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki
kesulitan menelan.
b. Laringektomi supraglotis ( Horizontal )
Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis. Tulang
hyoid, glottis dan pita suara palsu diangkat. Pita suara kartilogi krikoid dan trakea tetap utuh.
Selama operasi dilakukan di seksi leher radikal pada tempat yang sakit. Selang traketomi
dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glottis pulih. Selang traketomi ini biasanya diangkat
setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik
sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi.Pasca operatif, klien
kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan
utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa.
c. Laringektomi Hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm
dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan dalam
garis tengah leher dan bagian pita suara (satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu) dengan
pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien
akan mempunyai selang trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi. Pasien beresiko

mengalami operasi pasca operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara ( sakit
tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi nafas dan jalan menelan tetap utuh.
d. Langektomi Total
Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang hyoid, epiglottis,
kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea
ditinggalkan. Laringektomi total membutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah
aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran pernapasan bawah, karena laring yang
memberikan perlindungan spingter tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi
fungsi menelan akan normal. Laringektomi total merubah cara dimana aliran udara digunakan
untuk bernafas dan berbicara. ( Brunner & Suddarth, 2002 : 557-558 )
3. Kemoterapi
Penggunaan obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen antineoplastik. Obat
ini digunakan untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Semua sel baik
normal maupun sel kanker berjalan mengikuti siklus sel. Agen kemoterapi bekerja pada fase
siklus sel berbeda disebut siklus non spesifik, kebanyakan agen kemoterapeutik paling efektif
ketika sel-sel secara aktif sedang membelah.
Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik daripada lesi setempat
dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi. Kemoterapi mungkin di kombinasi dengan
pembedahan atau terapi radiasi, atau kedua-duanya untuk menurunkan ukuran tumor sebelum
operasi, untuk merusak sel-sel tumor yang masih tertinggal pasca operasi. Tujuan dari
kemoterapi ( penyembuhan , pengontrolan, paliatif ) harus realistic, karena tujuan tersebut akan
menetapkan medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.
Agen kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik membunuh sel-sel
kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka melakukan ini dengan meniru struktur
metabolik esensial secara kimiawi, yaitu : Nutrien esensial untuk metabolisme sel normal, Agen
umum meliputi : Cytarabine ( ARA-C ), Floxuridine ( FUDR ), 5-Fluorourasial ( 5-FU ),
Hydroxyurea ( Hydrea ), 6-Merkaptopurine ( 6-MP ), Methotrexate ( mexate ) dan 6Thieguanin. Efek samping yang paling umum adalah meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang
dan diare.
Rute pemberian
Obat-obat kemoterapeutik mungkin diberikan melalui rute topical, oral, interval, intramuskuler,
subkutan, arteri, intrakavitasi dan intratekal. Rute pemberian biasanya bergantung pada tipe obat,
dosis yang dibutuhkan dan jenis, lokasi dan luasnya tumor yang diobati.
Dosis

Dosis preparat anti neoplastik terutama didasarkan pada area permukaan tubuh total pasien,
respon terhadap kemoterapeutik atau terapi radiasi dahulu, fungsi organ utama dan status kinerja
fisik.
4. Terapi Sistomatik
Terapi sistomatik yang diberikan meliputi :
1. Pemberian sadatif obat penenang
2. Pemberian antiemetik anti mual muntah
3. Pemberian antipiretik anti panas
2.10
a.

Pemeriksaan Penunjang

Sinar X thorax, scan tulang


Untuk mengidentifikasi kemungkinan metastase.

b. Darah lengkap
Dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum.

c.

Laringografi
Dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe. Kemudian laring
diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsi pada kanker. Gigi yang berlubang, sebaiknya dicabut
pada saat yang sama.

d. Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor. Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi
langsung dapat menunjukkan kanker dengan jelas. Tempat yang sering timbul kanker dapat dilihat pada
gambar

e.

Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.
f. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah preepiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
g. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah
karsinoma sel skuamosa
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1

PENGKAJIAN
Anamnesa

Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
No. Registrasi
Diagnosa Medis

Pengumpulan Data
1.
Identitas
Nama Pasien
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Agama

a.
b.
c.

d.

3.
a.

b.
c.
d.

:
:
:
:

:
:
:
:
:
:
:

Status Kesehatan
Keluhan utama
Keluhan yang dirasa paling terasa dan paling menonjol.
Riwayat penyakit sekarang
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dari timbulnya penyakit yang diderita
Riwayat peenyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit seperti ini atau pernah punya penyakit
menular atau menurun.
Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini, penyakit
keturunan (DM, HT).
Pola-pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Perlu ditanyakan tentang kebiasaan oleh raga, merokok, peenggunaan alkohol atau penggunaan
tembakau.
Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu ditanyakan apakah mengalami gangguan penurunan nafsu makan, mual atau muntah.
Pola eliminasi
Perlu ditanyakan kebiasaan defekasi dan miksi berapa kali perhari.
Pola istirahat tidur
Bagaimana kebiasaan pola tidur dan istirahat, kebiasaan sebelum tidur, lama, keluhan atau
masalah tidur.
e. Pola aktifitas dan latihan

Tidak terjadi keterbatasan aktivitas meskipun ada kekeruhan pada mata sebelah kanan.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Perlu ditanyakan persepsi klien mengenai penyakit yang diderita.
g. Pola sensori dan kognitif
Perlu ditanyakan apakah klien mengalami nyeri pada daerah mata.
h. Pola reproduksi seksual
Bila klien sudah berkeluarga maka akam mengalami gangguan pola reproduksi seksual. Jika
belum menikah (berkeluarga) maka tidak mengalami gangguan dalam pola reproduksi seksual.
i. Pola hubungan dan peran
Perlu ditanyakan bagaimana hubungan klien dengan keluarga, teman kerja dan orang lain.
j. Pola penanggulangan stres
Bagaimana cara klien menangani stres dan penggunaan kopingnya.
k.

4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pola tata nilai dan kepercayaan


Perlu ditanyakan apakah klien masih menjalankan ibadah seperti biasanya.
Pemeriksaan fisik.
Keadaan umum
Meliputi kesadaran klien, keadaan klien secara umum, tingkat nyeri, GCSnya, tanda-tanda vital.
Sistem respirasi
Ada tidaknya sesak nafas, frekuensi nafas, pola nafas.
Sistem kardiovaskuler
Tanda-tanda vital, perfusi jaringan.
Sistem genitourinaria
Produksi urine, warna, bau, terpasang kateter apa tidak.
Sistem gastrointestinal
Bagaimana nafsu makannya, ada tidaknya distensi abdomen, jenis diit yang diberikan.
Sistem muskuloskeletal
Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot, keterbatasan gerak, ada tidaknya atropi.
Sistem endokrin
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
Sistem persyarafan
Ada tidaknya hemiplegi, paraplegi, refleks patella.
3.2

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat diambil
dari kasus karsinoma kolon adalah sebagai berikut :

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh
glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan
kental.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang suara).
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel tumor
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan saluran
pencernaan.(disfagia)
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan leher.
6. Potensial ketidakpatuhan terhadap program rehabilitatif dan penatalaksanaan pemeliharan di rum
ah
3.3

3.4

INTERVENSI

PENATALAKSANAAN
Tahap pelaksanaan adalah merupakan perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun
sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi klien secara optimal.

3.5

EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien
dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai

- Tujuan tercapai sebagian

- Tujuan tidak tercapai

Pasien menunjukkan perubahan dengan


standart yang telah ditetapkan.

Pasien menunjukkan perubahan sebagai


sebagian sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
: Pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan

4.2

Saran
Diharapakan kepada tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memberikan
pendidikan kesehatan tentang pengenalan, pencegahan dan perawatan pasien kanker laryx
dirumah sakit melalui pasien dan keluarga maupun dimasyarakat. Agar masalah keperawatan
pada pasien kanker laryx dapat teratasidengan baik, hendaknya para perawat menerapkan asuhan
keperawatan dirumah sakit sesuai dengan sistematika proses keperawatan. Untuk mempercepat
proses penyembuhan pada pasien kanker laryx, hendaknya memperhatikan prosedur pelaksanaan
tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Boies Higler. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.
Barbara dkk, 1998 . Buku Saku Pemeriksaan dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Brunner & Suddart.1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 1. Jakarta : EGC.
Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
C. Long Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung:IAPK Pajajaran
Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana suhanA Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : EGC
Doenges. E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Pearce, Evelyn C. 1979. anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta : Gramedia Pustaka Uta
ma.
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit edis 4. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku ajar keperawatan Medikal bedah Brunner dan Suddarth editor
Suzzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare : alih bahasa, agung waluyo...(et al) editor edisi bahasa
indonesia, monika ester. Ed. 8 Jakarta:EGC.

Вам также может понравиться