Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas (seperti
rhinitis, faringitis, dan otitis) serta saluran pernafasan bagian bawah (seperti
laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia) yang dapat berlangsung
selama 14 hari. ISPA disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru .1
ISPA salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah 5 tahun
tetapi diagnosis sulit ditegakkan. World Health Organization memperkirakan
insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang
dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup
adalah 15%-20% pertahun pada 13 juta anak balita di dunia golongan usia
balita.2
Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat di
dunia, karena penyebab ISPA merupakan salah satu hal yang sangat akrab di
masyarakat. ISPA merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus
meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran
pernapasan bagian bawah. ISPA menjadi perhatian bagi anak-anak
(termasuk balita) baik dinegara berkembang maupun dinegara maju karena
ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Anak-anak dan balita akan
sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih
rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat
tinggi bagi anak-anak dan balita.3
Prevalensi ISPA tahun 2007 di Indonesia adalah 25,5% (rentang:
17,5% - 41,4%) dengan 16 provinsi di antaranya mempunyai prevalensi di
atas angka nasional. Kasus ISPA pada umumnya terdeteksi berdasarkan
gejala penyakit. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
setiap tahunnya. Angka ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan
terendah pada kelompok umur 15 -
24 tahun.
Prevalensi cenderung
ini
disebabkan
oleh
infeksi
Streptococus
pneumonia
1.3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab
utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anakanak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh
keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat
gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit
penyakit dalam tubuh.
4. Berat Badan Lahir
Berdasarkan hasil penelitian Syahril (2006), didapatkan bahwa
proporsi anak balita yang menderita pneumonia dengan berat badan lahir
<2.500 gram sebesar 62,2%.
5. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang
bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan
virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan
menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan
(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit)
yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi. Hasil uji statistik
diperoleh bahwa anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2 kali
lebih besar pada anak balita yang tidak mendapat ASI eksklusif.
6. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi
tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak.
c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan
(2004), didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap
terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa
faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya
kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi
faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
2. Suhu Ruangan
Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan (1830C)menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3. Ventilasi
Berdasarkan hasil penelitian Afrida (2007), didapatkan bahwa
prevalens rate ISPA pada bayi yang memiliki ventilasi kamar tidur yang
tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar 69,9%, sedangkan untuk yang
memenuhi syarat kesehatan sebesar 30,1%. Hasil uji statistik diperoleh
bahwa ada hubungan yang bermakna antara kondisi ventilasi dengan
kejadian penyakit ISPA (p <0,05).
4. Kepadatan Hunian Rumah
Kepadatan penghuni dalam rumah dikatakan padat jika luas lantai
rumah 3,9 m2/orang. Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera
Selatan (2004) menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita
lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan
dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil
penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat
memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
5. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan
nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena
menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di
lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan. Berdasarkan
hasil penelitian Afrida (2007), didapatkan bahwa adanya hubungan yang
bermakna antara penggunaan anti nyamuk dengan kejadian penyakit
ISPA (p <0,05).
10
11
12
penyebab
faringitis
akut
25%
disebabkan
oleh
bakteri
13
cukup lega.
Hindari merokok di dalam rumah, apalagi dimana ada banyak anak-anak.
Berpola hidup sehat, hindari minum alkohol, stres, istirahat cukup, dll.
Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
Bila akan menyentuh/menggendong bayi, cucilah tangan dahulu.
Makan makanan yang bersih, higienis, sehat, gizi-nutrisi seimbang.
Memperhatikan dan menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.
Konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk
menggunakan obat-obatan, jamu, jamur, herbal, atau suplemen untuk
mengatasi faringitis akut.
14
Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktifitas dan tingkah
laku yang merupakan gambaran sikap manusia yang menentukan
c.
15
d.
e.
adalah
pendekatan
keluarga.
masalah-masalah
eko0nomi
dan
sosial,
disamping
masalah
16
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Tengah
: Islam
: Jawa
: Tamat SD
: Pelayan rumah makan
Nama
Munandir
Keluarga
KK
Pendidika
(th)
27
Tamat SD
Pekerjaan
Keterangan
Pelayan
Sehat
rumah
2
Siti
Istri KK
29
Tamat SMP
makan
Ibu Rumah
Sehat
17
asmuni
Alif
Anak
14 bln
Belum
Tangga
-
Sakit
sekolah
Tabel 2. Daftar Anggota Yang Tinggal Serumah
No
Nama
Kedudukan
L/P
dalam
1
Munandir
Keluarga
KK
Umur
Pendidikan Pekerjaan
Keterangan
(th)
L
27
Tamat SD
Pelayan
Sehat
rumah
2
Siti
Istri KK
29
Tamat SMP
makan
Ibu
Asmuni
Rumah
Alif
Tangga
-
Anak
14 bln
Belum
Sehat
Sakit
sekolah
Keterangan :
18
: laki-laki
: perempuan
II. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH
DILAKUKAN
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara aloanamnesis dengan ibu pasien pada
tanggal 9 Desember 2014 pukul 13.00 WIB di rumah pasien di RT 4/RW 2
Dusun Brigasan, Desa Tugurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah.
a. Keluhan Utama
Batuk
b. Riwayat Penyakit Saat Datang Pertama (15 Agustus 2014)
anak batuk sejak 5 hari yang lalu, batuk berdahak (+) tetapi sulit keluar,
batuk dirasakan terus menerus sepanjang hari, pilek (+), nafsu makan
turun (+), nyeri telan (+), demam (-), anak rewel (-), muntah (-), sesak
nafas (-).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi (-)
Riwayat batuk lama (-)
Riwayat pneumonia (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat dirawat di rumah sakit karena luka bakar pada bulan Oktober
2014
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi (-)
Riwayat batuk lama (-)
Ibu mempunyai riwayat asma (-)
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah bekerja sebagai pelayan di rumah makan, ibu sebagai ibu rumah
tangga, penghasilan orang tua Rp. 1.200.000/bulan, orang tua menanggung
1 anak yang belum mandiri, pembiayaan dengan jamkesmas.
Kesan : Sosial ekonomi kurang
f.
19
ANC >4x di bidan, TT 2x, minum tablet Fe, dan vitamin (-), minum jamu /
obat (-), ANB (-), riwayat trauma (-), riwayat sakit saat hamil (-)
g.
No
Usia
14 bulan
Status
Kesehatan
Sehat
i.
Riwayat Kontrasepsi
Ibu penderita belum pernah melakukan KB.
j.
k.
Riwayat Imunisasi
1. BCG
1 kali
2. Difteri
3 kali
3. Tetanus
3 kali
4. Pertusis
3 kali
5. Polio
4 kali
6. Hepatitis B
1 kali
Kesan:
Lengkap dan sesuai umur
Usia 1 bulan
Usia 2,3,4 bulan
Usia 2,3,4 bulan
Usia 2,3,4 bulan
Usia 0,2,3,4 bulan
Usia 9 bulan
20
l.
j,
Pemeriksaan Fisik
Tanggal 9 Desember 2014 pukul 13.00 WIB di rumah pasien.
Keluhan
: Batuk
Keadaan umum : Compos mentis, GCS = 15
Tanda vital:
Nadi
: 90 x/menit
TB : 82 cm
0
Suhu
: 37,6 C
BB : 8 kg
RR
: 20x/menit
Status Generalis
Kepala
: Mesosefal
Mata
Telinga
Hidung
Bibir
Tenggorok
21
Leher
Thoraks
Paru
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Jantung
-
klavikularis kiri
Perkusi: batas jantung kanan pada linea sternalis dextra setinggi SIC
IV, batas jantung kiri setinggi SIC V 2 cm medial garis midklavikularis
kiri, batas atas jantung kiri setinggi SIC II linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
-
Palpasi: Nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior
Inferior
Oedema
-/-
-/-
22
Sianosis
-/-
-/-
Diagnosis Banding
ISPA non pneumoni
Faringitis akut
Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan laboratorium
Diagnosis Kerja
Faringitis akut
Rencana Penatalaksanaan
Tatalaksana medikamentosa yang akan diberikan :
OBH Sirup 3 x 1 Cth
Paracetamol syrup 120mg/5ml 3x 1 C (bila demam)
Vitamin C 50 mg tablet hisap rasa jeruk 2 x 1 tab
Tatalaksana nonmedikamentosa
Rencana pembinaan
Sasaran
kesehatan
1.
Kelurga
pasien
pasien
2.
Keluarga
pasien
23
3.
4.
rumah.
Keluarga
pasien
diderita pasien
penanganannya
Keluarga
dalam rumah
pasien
ISPA
mempunyai kartu
Jamkesmas.
d. Fungsi Pendidikan
Penderita belum bersekolah
.
24
e. Fungsi Religius
Penderita dan keluarga memeluk agama Islam. Penerapan nilai agama
dalam keluarga cukup baik.
f. Fungsi Sosial dan Budaya
Penderita dan keluarga tinggal di dusun Brigasan di kawasan pemukiman
yang cukup padat penduduk. Penderita dan keluarga dapat diterima dengan
baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi dengan tetangga baik. Keluarga
penderita aktif dalam kegiatan di lingkungan seperti pengajian yang rutin
dilakukan seminggu sekali.
V.
25
VII.
5x 8 m2,
26
b. Denah Rumah
K Mandi
Kamar
Tidur
Rg.
makan
Kamar
Tidur
Dapur
Rg.
Keluarga
Rg. Tamu
c. Fungsi Psikologis
27
28
GENETIK
STATUS
YANKES
LINGKUNGAN
KESEHATAN
Puskesmas
Pencahayaan kurang
Bidan desa
Ventilasi kurang
PERILAKU
Kebiasaan bermain di
tanah dan tempat
berdebu
X.
Tanggal
Keluarga
Hasil Kegiatan
yang
terlibat
9
2014
Pasien
lingkungan sekitar
2014
Mendapatkan diagnosis
memahami penjelasan
pola hidup
29
30
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan pasien anak laki-laki umur 14 bulan dengan pendekatan
kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:
Pengobatan medikamentosa yang diberikan:
R/ OBH Syrup fl No I 3 dd
Terapi edukasi
Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa anaknya terkena Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Atas
Edukasi pasien mengenai infeksi saluran pernafasan, faktor resiko, faktor
pencetus serta penangannya
Menjelaskan kepada keluarga pasien agar anaknya istirshat yang cukup
dan hindari faktor pencetus (debu, asap rokok dan udara dingi)
Menjelaskan kepada keluarga pasien, agar anaknya mengkonsumsi obat
secara teratur
Menjelaskan kepada keluarga pencegahan agar anggota keluarga
pencegahan agar anggota keluarga yang lain tidak tertular, antara lain
dengan mencuci tangan sebelum makan, memisahkan peralatan makan
anak yang sedang sakit.
Menejelaskan kepada keluarga pasien mengenai rumah sehat
31
DAFTAR PUSTAKA
1.
Alsagaff, Hood & H. Abdul Mukty, 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru..
Surabaya : Airlangga University Press.
2.
3.
Negeri
Diperoleh
dari:
ISPA.
http:
Rasmaliah, 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) dan tanda tanda
bahaya
ISPA.
Diperoleh
dari
http://repository
Pneumonia. dari:
http://www.depkes.go.id/download/publikasi/buletin%
20Pneumonia.pdf
32
7.
Depkes RI (2000). Informasi Tentang ISPA pada Anak Balita, Jakarta : Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
8.
Agustama, 2005. Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita
di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Tesis, Universitas Medan.
Diperoleh dari : http://www.repisitory.usu.ac.id[diakses pada tanggal 9
Desember 2014]
9.
Sudoyo AW,Setiyohadi B,Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
dan
33