Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Gangguan depresi mayor, atau lebih sering disebut sebagai, "depresi berat,"
ditandai dengan adanya satu atau lebih serangan depresi selama hidup pasien.
Biasanya, serangan depresi dapat berlangsung kapan saja. setelah itu sebagian besar
pasien umumnya kembali lagi dalam keadaan kesehatan yang normal. Meskipun pada
beberapa pasien mungkin hanya memiliki satu episode selama hidup mereka, tetapi
mayoritas memiliki dua atau lebih. Jadi depresi berat bersifat periodik, atau berulang,
penyakit pada pasien seperti tersimpan di dalam, dan kemudian keluar pada saat
periode depresi. Sebagai contoh, dalam sebagian kecil kasus serangan depresi
mungkin dapat bersifat kronis, atau sekali serangan terjadi dapat bertahan sepanjang
hidup pasien.1
Depresi berat dapat berpengaruh pada perasaan, pikiran dan berprilaku, dan
juga bisa memicu berbagai masalah emosional dan fisik. Depresi juga dapat membuat
kesulitan dalam melakukan kegiatan normal sehari-hari, dan juga dapat membuat ada
merasa seolah-olah hidup ini tidak layak. Lebih dari perasaan sedih, depresi bukan
merupakan kelemahan, atau sesuatu yang secara cepat dapat dihilangkan, depresi
memerlukan pengobatan jangka panjang, banyak pasien depresi dapat kembali baik
dengan obat-obatan, konseling psikologis atau keduanya, perawatan lain juga dapat
membantu.2
Hampir setengah dari individu yang terkena serangan pertama depresi dapat
prodromal selama gejala depresi yang signifikan, gejala ini mungkin dapat ditemukan
dari beberapa minggu atau tahun sebelum terdiagnosis, termasuk kecemasan atau
gejala-gejala depresi lainnya, pada orang dengan depresi berat sedikitnya 25% dapat
menahan gejala-gejala lebih dari satu tahun, lama pengobatan depresi rata-rata 3
bulan, bagaimanapun, menghentikan anti-depresi sebelum 3 bulan penuh digunakan
selalu mengakibatkan kembalinya gejala-gejala depresi.3
Depresi berat dapat terjadi pada lebih dari 6,7% dari populasi dari Amerika
Serikat pada usia lebih dari 18 tahun menurut National Institute Of Mental Health,
secara keseluruhan, antara 20% dan 25% orang dewasa mungkin menderita episode
depresi berat selama hidup mereka, depresi berat juga terjadi pada orang yang lebih
tua, remaja dan anak-anak, tetapi sering tidak terdiagnosa dan di obati pada kelompok
populasi tersebut.4
1

Beberapa penelitian yang berfokus pada indikator prognosis dapat diprediksi


dari rata-rata pemulihan dan kemungkinan dari kekambuhan episode depresi masingmasing individu.3
1.1.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melaporkan kaskus

gangguaan depresi mayor yang ditemukan di lapangan dan membandingkannya


dengan landasan teori yang sesuai. Penyusunan makalah ini sekaligus dilakukan untuk
memenuhi persyaratan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.2.

Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis, pada

umumnya, maupun pembaca, pada khususnya, untuk mengintegarasikan teori yang


ada dengan aplikasi kasus yang ditemui di lapangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Gangguan depresif mayor didefinisikan sebagai satu atau lebih episode
depresif berat tanpa adanya riwayat episode manik, campuran, atau hipomanik. Suatu
episode depresif mayor harus dialami sekurang-kurangnya 2 minggu, dan secara
tipikal seorang pasien mengalami depresi dan atau kehilangan minat dalam
kebanyakan aktifitas. Seseorang dengan diagnosis episode depresif mayor harus juga
mengalami paling lima (atau lebih) dari kriteria yang mana termasuk perubahan nafsu
makan dan berat badan, perubahan tidur dan aktifitas, pengurangan energi, perasaan
bersalah, masalah dalam berpikir dan dalam membuat keputusan, dan pikiran yang
berulang tentang kematian atau bunuh diri. Usia rata-rata onset gangguan depresif
adalah sekitar 40 tahun, dengan 50% dari semua pasien depresif dengan onset usia
diantara 20 dan 50.5
II.2. Etiologi.
1. Faktor biologis
Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada pasienpasien dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine
neurotransmitter seperti norephinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin
merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood.
2. Biogenic amines
Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling
berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
a. Norephinefrin
Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi berdasarkan penelitian
dikatakan bahwa penurunan regulasi atau penurunan sensitivitas dari reseptor
2 adrenergik dan penurunan respon terhadap antidepressan berperan dalam
terjadinya gangguan depresi.
b. Serotonin
Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya gangguan
depresi, dan beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri atau mengakhiri
hidupnya mempunyai kadar cairan cerebrospinal yang mengandung kadar
3

serotonin yang rendah dan konsentrasi rendah dari uptake serotonin pada
platelet.
3. Gangguan neurotransmitter lainnya
Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara menyebar pada
korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang bersifat kolinergik terdapat
hubungan yang interaktif terhadap semua sistem yang mengatur monoamine
neurotransmitter. Kadar choline yang abnormal yang dimana merupakan
prekursor untuk pembentukan Ach ditemukan abnormal pada pasien-pasien
yang menderita gangguan depresi.
4. Faktor neuroendokrin
Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan penting dalam gangguan
mood, terutama gangguan depresi. Sistem neuroendokrin meregulasi hormonhormon penting yang berperan dalam gangguan mood, yang akan
mempengaruhi fungsi dasar, seperti : gangguan tidur, makan, seksual, dan
ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan senang. 3 komponen
penting dalam sistem neuroendokrin yaitu : hipotalamus, kelenjar pituitari, dan
korteks adrenal yang bekerja sama dalam feedback biologis yang secara penuh
berkoneksi dengan sistem limbik dan korteks serebral.
5. Abnormalitas otak
Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT) scan,
positron-emission tomography (PET), dan magnetic resonance imaging (MRI)
telah menemukan abnormalitas pada 4 area otak pada individu dengan
gangguan mood. Area-area tersebut adalah korteks prefrontal, hippocampus,
korteks cingulate anterior, dan amygdala. Adanya reduksi dari aktivitas
metabolik dan reduksi volume dari gray matter pada korteks prefrontal, secara
partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu dengan depresi berat atau
gangguan bipolar.5
II.3. Epidemiologi
Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan yang sering, dengan
prevalensi seumur hidup adalah kira-kira 15%, kemungkinan setinggi 25% pada
wanita. Insidensi gangguan depresif berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada
pasien perawatan primer, yang mendekati 10%, dan pada pasien medis rawat inap,
yang mendekati 15%.5
4

Insidensi gangguan depresif berat hampir dua kali lebih banyak pada wanita
dari pada laki-laki, perubahan hormon, pubertas, menstruasi, kehamilan, keguguran,
dan menopause, dapat meningkatkan faktor resiko. Faktor resiko lain yang dapat
meningkatkan resiko depresi pada wanita adalah meningkatnya stres pada saat di
rumah dan tempat kerja, menyeimbangkan kehidupan keluarga dan karier, dan
merawat orang tua. Membesarkan anak sendirian juga dapat meningkatkan faktor
resiko.4
II.4. Diagnosis.
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Depresif Mayor menurut DSM-IV
a. Terdapat lima atau lebih simtom yang ada selama periode 2 minggu dan terlihat
adanya perubahan fungsi sebelumnya paling sedikit satu simtom lainnya, (1)
mood depresif, (2) hilangnya minat dan rasa nyaman.
Catatan: Jangan memasukkan gejala-gejala yang jelas-jelas karena suatu kondisi
medis umum, atau waham atau halusinasi yang tidak sejalan dengan mood.
1. Mood depresif hampir sepanjang hari, seperti yang ditunjukkan baik oleh
laporan subjektif (misalnya merasa sedih atau kosong) maupun pengamatan
yang dilakukan oleh orang lain (misalnya tampak sedih atau menangis).
Catatan: Pada anak-anak dan remaja, dapat berupa mood yang iritabel.
2. Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua atau hampir
semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang ditunjukkan
baik oleh keterangan subjektif maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang
lain).
3. Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang melakukan diet
atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan lebih dari 50%
dalam satu bulan) atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap
hari.
Catatan: Pada anak anak , pertimbangkan kegagalan mencapai pertambahan
berat badan yang diharapkan.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati oleh orang lain,
tidak semata-mata perasaan subjektif dari kegelisahan atau menjadi lamban).
6. Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari.

7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak
5

sesuai (yang mungkin bersifat waham) hampir setiap hari (tidak semata-mata
mencela diri sendiri atau perasaan bersalah karena sakit).
8. Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan perhatian, atau tidak
dapat mengambil keputusan, hampir setiap hari (baik oleh keterangan subjektif
maupun yang teramati oleh orang lain).
9. Pikiran tentang kematian yang berulang (bukan hanya rasa takut akan
kematian), ide bunuh diri yang berulang tanpa suatu rencana spesifik, atau
suatu usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.
b. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria untuk episode campuran.
c. Gejala-gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
d. Gejala-gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum (misalnya
hipotiroidisme).
e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita, yaitu setelah kehilangan orang
yang dicintai, gejala-gejalanya menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai oleh
hendaya fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga, ide
bunuh diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.5
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya mungkin dapat menolong
menyingkirkan masalah yang disebabkan oleh gejala lain, mendiagnosis yang tepat
dan memeriksa semua komplikasi yang mungkin berhubungan.2
II.5. Skala Penilaian Objektif Untuk Depresi
Beberapa skala penilai objektif yang dapat digunakan dalam praktek dokter
atau untuk dokumentasi keadaan klinik depresi.
The Zung Self-Rating Depression Scale terdiri dari 20 butir skala pelaporan.
Skor normal adalah < 34, skor depresi adalah > 50. Skala tersebut meliputi indek
global intesitas gejala depresi pasien, termasuk kecenderungan ekspresi dari depresi.
The Raskin Depression Scale adalah suatu skala nilai klinik yang mengukur
beratnya depresi, yang dilaporkan oleh pasien dan dokter pengamat, pada 5 poin skala
dari tiga dimensi meliputi pelaporan verbal, penampilan perilaku, dan gejala sekunder.
Skala berkisar antara 3 sampai 13, skor normal adalah 3, dan skor depresi adalah 7
atau lebih.
The Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D) adalah suatu skala
depresi yang terdiri dari 24 item, tiap item berkisar antara 0 sampai 4 atau 0 sampai 2
dengan total skor antara 0 sampai 76. Dokter mengevaluasi jawaban pasien terhadap
pertanyaan tentang rasa bersalah, pikiran bunuh diri, kebiasaan tidur, dan gejala lain
dari depresi, dan penilaian diperoleh dari wawancara klinik.7
6

II.6. Pengobatan
A. Non Farmako
Pada sebagian orang, prosedur pengobatan lain mungkin dapat dianjurkan:
1. Electroconculsive therapy (ECT)
Pada ECT ini, menggunakan arus listrik langsung mencapai otak, prosedur ini
mempengaruhi level neurotransmitter di otak dan dapat merupakan bantuan yang
cepat pada depresi berat ketika pengobatan lain tidak bekerja. Efek samping dari
ECT , dapat berupa sakit kepala yang dapat di toleransi pada beberapa orang
mungkin akan kehilangan ingatan, dimana berlangsung sementara. ECT biasanya
digunakan pada orang yang tidak sembuh dengan pengobatan farmako, dan tidak
bisa mendapatkan antidepresi kerena masalah kesehatan.2
2. Transcranial magnetic stimulation (TMS)
Ini merupakan salah satu opsi dimana seseorang tidak mendapat respon setelah
diberikan antidepresan, TMS ini mengunakan suatu gumpalan yang mengirim
tekanan magnet secara singkat untuk menstimulasi sel-sel saraf di otak yang
terlibat dengan regulasi mood dan depresi, biasanya pengobatan ini dilakukan
sebanyak lima kali seminggu sampai enam minggu.2
B. Farmako
Mekanisme kerja yang umum dimiliki oleh antidepresan melibatkan modulasi
dari reseptor pre-dan/atau postsinaptik atau respon-respon elektrofisologis untuk
meningkatkan availabilitas dari serotonin dan noradrenalin pada celah sinaptik. Hal
ini kemudian menghasilkan efek antidepresan. Kemungkinan melalui peningkatan
faktor neurotropic turunan otak (brain-derived neutrophic factor, BDNF), yang dapat
diturunkan dengan peningkatan kadar kortisol yang diproduksi saar stress. Trisiklik
dan SNRI menghambat reuptake, baik noradrenalin maupun serotonin ke neuron
presinaptik, SSRIs memiliki kerja yang serupa tetapi hanya terhadap serotonin, MAOI
menghambat pemecahan serotonin (dan dalam jumlah yang lebih kecil, noradrenalin)
pada sinaps melalui inhibisi MAO-A. Mianserin dan mirtazapine menghambat
reseptor 2-presinaptik.6
Pengobatan yang efektif dan spesifik (sebagai contoh, obat trisiklik) telah
tersedia untuk pengobatan gangguan depresif berat selama 40 tahun. Penggunaan
farmakoterapi spesifik kira-kira menggandakan kemungkinan bahwa seorang pasien
yang terdepresi akan pulih dalam satu bulan. Beberapa masalah ada di dalam
pengobatan gangguan depresif berat, beberapa pasien tidak berespons terhadap
pengobatan pertama, semua antidepresan yang tersedia sekarang ini memerlukan
7

waktu tiga sampai empat minggu untuk menunjukkan efek terapeutik yang bermakna,
walaupun mungkin dapat mulai menunjukkan efeknya lebih awal, dan sampai belum
lama ini, semua antidepresan yang tersedia adalah toksik pada overdosis dan memiliki
efek merugikan. Tetapi, sekarang, diperkenalkannya bupropion (Wellbutrin) dan
serotonin-specific reuptake inhibitors (SSRIs) sebagai contoh fluoxetine, paroxetine
(Paxil), dan sertraline (Zoloft) memberikan klnisi obat yang jauh lebih aman dan jauh
lebih baik ditoleransi daripada obat yang sebelumnya tetapi sama efektifnya. Indikasi
saat ini (sebagai contoh, gangguan makan dan gangguan kecemasan) untuk medikasi
antidepresan

menyebabkan

pengelompokan

obat

ini,

bahwa

label

tunggal

antidepresan agak membingungkan.5


Indikasi utama untuk antidepresan adalah episode depresif berat. Gejala
pertama yang membaik adalah pola tidur dan makan yang terganggu, walaupun hal
tersebut mungkin kurang benar jika SSRIs digunakan dibandingkan digunakannya
obat trisiklik. Agitasi, kecemasan, episode depresif dan keputusasaan adalah gejala
selanjutnya yang membaik. Gejala sasaran lainnya adalah energi yang rendah,
konsentrasi yang buruk, ketidakberdayaan dan penurunan libido.5

II.6.1. Selektif Serotonin Reuptake Inhibitor (SNRIs)3


Selektif Serotonin Reuptake Inhibitor
Mekanisme kerja

Efek Samping Umum

Obat, dosis harian

Menghambat
reuptake
serotonin

Citalopram, 20-60 mg
Fluoxetine, 20-80 mg
Fluvoxamine, 100-300 mg
Paroxetine, 20-60 mg
Sertraline, 50-200 mg

Gastrointestinal (distress, mual,


muntah, diare)
SSP (sakit kepala, agitasi, sulit tidur,
tremor)
Perasaan mengantuk, sadatif, mulut
kering

II.6.2. Serotonin And Noradrenalin Reuptake Inhibitors (SNIRs)3


Serotonin And Noradrenalin Reuptake Inhibitors

Mekanisme kerja

Efek Samping Umum

Menghambat
reuptake
serotonin
Menghambat
reuptake
noradrenalin

Obat, dosis harian

Gastrointestinal (distress, mual,


Duloxetin, 60 mg
muntah, diare)
Venlafaxine-XR, 75-225 mg
SSP (sakit kepala, agitasi, sulit tidur,
tremor)
Perasaan mengantuk, sadatif, mulut
kering

II.6.3. Trisiklik Antidepresant (TCAs)3


Trisiklik Antidepresant
Mekanisme kerja

Efek Samping Umum

Menghambat
reuptake serotonin
Menghambat
reuptake
noradrenalin
Mempengaruhi
reseptor lainnya
(histamine,
asetilkolin, 2adrenergic)

Obat, dosis harian

Efek samping pada obat secondary - Secondary amines


amine TCAs lebih sedikit dari pada
Nortripyline, 75-150 mg
tertiary amine
Desipramine, 75-225 mg
Antikolinergik (penglihatan kabur,
Dopthiepin, 75-300 mg
mulut kering, konstipasi,
- Tertiary amines
berkeringat, dll)
Amitriptyline, 75-300 mg
Antihistamin (Perasaan kantuk,
Imipramine, 100-300 mg
sadatif, peningkatan berat badan)
Clomipramine, 100-300 mg
Kardiovaskular (pusing, postural - Heterocyclic
hypotension, antirrhythimic effect,
Maprotiline, 100-225 mg
QRS prolong)
Amoxapine, 200-400 mg
Gastrointestinal (mual, muntah)
Lofepramine, 140-210 mg
SSP (sakit kepala, agitasi, Insomnia,
kejang)

II.6.4. Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)3


Monoamine Oxidase Inhibitors
Mekanisme kerja

Efek Samping Umum

Obat, dosis harian

Phenelzine, 45-90 mg
Tranylcypromine, 30-60
mg Isocaboxazid, 2060mg

Menghambat
irreversible MAO
(A dan B)

Hipertensi
Perasaan kantuk, agitasi, hipereflek,
Sakit kepala, Gastroinstestinal
distress, peningkatan berat badan,
Sulit tidur, Hipotensi ortostastik,
edema

Menghambat
reversible MAO-A

Insomnia, agitasi, sakit kepala,


sadatif, mulut kering, konstipasi,
mual, pusing

Moclobemide, 300-600
mg

Menghambat
Selective
Irreversible MAO-B

Insomnia, sakit kepala, mulut


kering, diare

Selegiline transderma
patch, 6-12 mg

C. Psikoterapi
Diberikan untuk membantu pasien mengembangkan strategi coping yang lebih
baik dalam mengatasi stresor kehidupan sehari-hari.
Yang peril diingat pada pemilihan jenis psikoterapi yaitu tentang kondisi
pasien, bila pasien dalam kondisi depresi berat terlebih dengan ciri psikotik yang
dapat dilakukan hanya psikoterapi suportif, itu pun jangan dihibur atau diberi nasehat
(karena pasien akan bertambah sedih bila tidak mampu melaksanakan nasihat
dokternya). Bila pasien sudah lebih tenang (tidak dipengaruhi gejala psikotiknya),
dapat dipertimbangkan pemberian psikoterapi kognitif, atau kognitif-perilaku atau
psikoterapi dinamik.7
D. Terapi Keluarga
Terapi keluarga diindikasikan untuk gangguan yang membahayakan
perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood di dasari atau dapat
ditangani oleh situasi keluarga. Terapi keluarga menguji peran pasien gangguan mood
pada seluruh keluarg, juga menguji peran dari keluarga untuk menangani gejala
pasien. Pasien dengan gangguan depresi mempunyai angka tinggi untuk perceraian,
dan sekitar 50% pasangan dilaporkan tidak akan menikah atau punya anak jika
mereka tahu pasien mempunyai gangguan mood.
II.7. Diagnosis Banding
Berbagai kondisi organik dapat muncul dengan gejala-gejala depresi dan
dipertimbangkan secara singkat dibawah ini. Depresi dapat sulit dibedakan dengan
kesedihan normal, terutama dalam konteks kehilangan atau penyakit fisik berat.
Diagnosis tergantung pada penemuan pola gambaran khas dan pada tingkat serta
durasi dari disabilitas terkait.6
Gangguan Obsesif kompulsif sering disering disertai atau didahului dengan
gejala-gejala depresi.1
Atipikal depresi masih dalam perderbatan, para pakar percaya gangguan ini
dipisahkan dari depresi mayor, walaupun dipertimbangkan sebagai suatu gangguan
yang dipisahkan dengan depresi mayor atau salah satu bentuknya, secara umum
dipercayai atipikal depresi mempunyai ciri-ciri, seperti aktifitas mood, sensitifitas
10

pada penolakan, mudah lelah, hipersomia dan hiperfagia. 1


II.8. Prognosis
Episode tunggal depresi biasanya berlangsung selama 3-8 bulan. Sekitar 20%
pasien tetap depresi selama 2 tahun atau lebih dan sekitar 50% Memiliki episode
ulangan, angka ini meningkat menjadi 80% pada kasus berat, seperti pada kasus yang
memerlukan rawat inap. Episode ulangan memiliki kecendrungan untuk menjadi lebih
berat dengan periode bebas penyakit yang semakin pendek. Hal ini menekankan
pentingnya profilaksis. Resiko bunuh diri selama masa hidup adalah 15% pada
depresi berat, tetapi jauh lebih rendah pada penyakit yang lebih ringan. Kesuksesan
terapi jangka pendek maupun jangka panjang dari depresi mengurangi angka kejadian
bunuh diri dan angka morbiditas dan mortalitas secara umum. Prediksi dari hasil yang
buruk termasuk onset awal, keparahan gejala awal, dan penyakit fisik atau psikiatri
yang terjadi secara bersamaan.6

BAB III
KESIMPULAN
Gangguan depresif mayor didefenisikan sebagai satu atau lebih episode
depresif berat tanpa adanya riwayat episode manik, campuran, atau hipomanik. Suatu
episode depresif mayor harus dialami sekurang-kurangnya 2 minggu, dan secara
tipikal seorang pasien mengalami depresi dan atau kehilangan minat dalam
kebanyakan aktifitas. 5
Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan yang sering, dengan
prevalensi seumur hidup adalah kira-kira 15%, kemungkinan setinggi 25% pada
wanita. Insidensi gangguan depresif berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada

11

pasien perawatan primer, yang mendekati 10%, dan pada pasien medis rawat inap,
yang mendekati 15%.5
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Depresif Mayor menurut DSM-IV,
Terdapat lima atau lebih simtom yang ada selama periode 2 minggu dan terlihat
adanya perubahan fungsi sebelumnya paling sedikit satu simtom lainnya, (1) mood
depresif, (2) hilangnya minat dan rasa nyaman. 5
Pengobatan untuk depresi menggunakan SSRIs, SNRIs, Trisiklik dan MAOIs.
Indikasi utama untuk antidepresan adalah episode depresif berat. Gejala pertama yang
membaik adalah pola tidur dan makan yang terganggu.5
Episode tunggal depresi biasanya berlangsung selama 3-8 bulan. Sekitar 20%
pasien tetap depresi selama 2 tahun atau lebih dan sekitar 50% Memiliki episode
ulangan, angka ini meningkat menjadi 80% pada kasus berat, seperti pada kasus yang
memerlukan rawat inap. Episode ulangan memiliki kecendrungan untuk menjadi lebih
berat dengan periode bebas penyakit yang semakin pendek. Hal ini menekankan
pentingnya profilaksis 6

DAFTAR PUSTAKA
1. Moore PD, Jafferson WJ. Handbook of Medical Psychiatry. 2nd edition. Mosby
Inc. 2004.
2. Diseases and Conditions Depresion (Major Depressive Disorder). Akses dari:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditons/depression/basics/definition/con20032977. Tgl 25 Juni 2014.
3. Lam, W. Raymond, Mok, Hiram. Oxford Psychiatry Library: Depression. Oxford
University Press. 2008.

12

4. Major Depression (Clinical Depression) Symptoms, Treatments, and More. Akses


dari: http://www.webmd.com/depression/guide/major-depression. Tgl 25 Juni
2014.
5. Kaplan IH, Sadock JB, Grebb AJ. Kaplan Sadock: Sinopsis Psikiatri . Jilid Dua.
Binarupa Aksara. 2010.
6. Katona C, Cooper C, Robertson M. At a Glance Psikiatri. Edisi Keempat.
Erlangga. 2012.
7. Elvira DS, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2013.

13

Вам также может понравиться