Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. IDENTITAS
Nama
: Tn. UA
Umur
: 40 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Status perkawinan
: Sudah menikah
Pekerjaan
: Karyawan swasta
: 27 Ferbruari 2015
: 29.92.09
B. ANAMNESIS
Diperoleh dari pasien (alloanamnesis)
o Keluhan Utama
Pada kelihan saat ini pasien telah meminum obat warung (ibuprofen) namun
keluhan yang ia rasakan tidak kunjung membaik. Riwayat minum obat rutin setiap
hari selama 6 bulan disangkal.
Riwayat allergi
Kepala
Telinga: deformitas (-), tanda radang (-), sekret (-), nyeri tekan (-), membran
timpani intak
Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, uvula di tengah, arkus faring
simetris
Gimul
Leher
Dada
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan (-), hati-limpa tidak teraba, bising usus (+)
gallop (-)
normal
Kulit
2. Status neurologic
GCS
: E4M6V5 = 15
Pupil
3. Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius)
:
Hidung Kanan
Normosmia
Daya Pembauan
Hidung Kiri
Normosmia
N.II (Optikus)
Visus
Lapang Pandang
Funduskopi
Mata kanan
6/6
Normal
Tidak dilakukan
Mata kiri
6/6
Normal
Tidak dilakukan
N.III (Okulomotoris)
Ptosis
Pupil
a. Bentuk
b. Diameter
c. Reflex Cahaya
Direk
Indirek
Gerak bola mata
a. Atas
b. Bawah
c. Medial
d. Medial atas
Mata kanan
(-)
Mata kiri
(-)
Bulat
3 mm
Bulat
3 mm
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
N. IV (Throklearis)
Posisi bola mata
Stabismus
divergen
Gerakan bola mata
Medial bawah
Mata kanan
Mata kiri
(-)
(-)
(+)
(+)
N.V (Trigeminus)
Kanan
Motorik
Mengunyah
Sensibilitas
a. Cabang
oftalmikus
b. Cabang maksila
c. Cabang
mandibula
Reflex
a. Kornea
b. Bersin
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Tidak dilakukan
(+)
Tidak dilakukan
N. VI (Abdusens)
Mata kanan
Mata kiri
(-)
(-)
(+)
(+)
Kanan
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N.VIII (Vestibulokoklearis)
Kanan
Kiri
Pendengaran
a.
b.
c.
d.
Test Bisik
Tese Rinne
Test Weber
Test Swabach
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Simetris
Terangkat, simetris
(+) / (+)
Tidak dilakukan
N. XI (Assesorius)
Memalingkan kepala
Kanan
(+)
Kiri
(+)
Mengangkat bahu
(+)
(+)
N.XII (Hypoglosus)
Sikap lidah
Atropi otot lidah
Tremor lidah
Fasikulasi lidah
Deviasi ke kanan
(-)
(-)
(-)
4. Sensorik
Rangsang
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Nyeri
Raba
Suhu
Kanan
(+)
(+)
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
5. Motorik :
Kekuatan Motorik
: 5555 / 5555
5555 / 5555
Reflex fisiologis:
-
biseps +/+,
triseps +/+,
patella +/+,
Refleks patologis:
-
Babinski : (-)
Chaddock :(-)
Oppenheim : (-)
Gordon(-)
Gonda(-)
Shcaeffer(-)
Tes Hoffman Trommer (-)
Sensorik
Otonom
Pemeriksaan khusus
-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal/Jam
Darah rutin
26/02/ 2015
Urinalisis
05/05/2015
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai rujukan
Hemoglobin
Hematokrit
14,3
42
g/dl
%
13.5-17.5
40-50
Trombosit
Leukosit
Kreatinin
GDS
225
11,1 (H)
0,9
137
Ribu/dl
Ribu/dl
mg/dL
Mg/dL
150-400
5,00 10,00
0.67-1.17
70-200
Color
Clarity
PH
Specific Gravity
Urobilinnogen
Bilirubin
Albumin urin
Glucose urine
Keton
Leucocyte
Pale Yellow
Clear
7.20
1,005 (L)
<1
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Yellow
Clear
4,8 - 7,4
1,016 - 1,022
<1
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Esterase
Nitrit
Blood Urine
Leucocyte
Eritrocyte
Negative
Negative
2-3
0-1
Negative
Negative
0-5
0-1
/HPF
/HPF
Epirhel
Crystal urine
Bacterial
Cast
Ocal fat bodies
Others
Positive
Negative
Negative
Negative
Negative
--
/LPF
/HPF
/LPF
/HPF
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
2. Radiologi
Tanggal 27 Februari 2015
Vertebra Lumbo-sacral-coxygeus
Aligment Vertebra lumbal regular, lordotik berkurang
Struktur tulang corpud dan paedicel intak, tidak terlihat fraktur
Discus intervertebralis lumbal, sacral coxygeus tidak menyempit
Soft tissue paravertebral tenang
Kesan : tidak terlihat tanda fraktur / listhesis
E. RESUME
Pasien laki-laki 40 tahun datang dengan keluahan nyeri pinggang (punggung
bagian bawah) sejak 12 jam SMRS. Nyeri dirasakan setempat. Pasien kesulitan berjalan
karena nyeri bertambah bila pasien bergerak atau dalam pisis yang memberatkan
pinggang. Pasien masih dapat menggerakkan kakinya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan di sekitar lumbal 3,4,5 , laseque
(>70/>70), kernig sign (>135/>135)
Pada hasil pemeriksaan laboratorium (urin dan darah rutin) menunnjukkan hasil
dalam batas normal.
F. DIAGNOSIS
G. PROGNOSIS
H. PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa:
Mengajarkan pasien tentang posisi yang ergonomis untuk tubuh ketika bekerja.
Medikamentosa:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LOW BACK PAIN
A. DEFINISI
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara
sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral
dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP atau nyeri
punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan
psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP akut akan terjadi dalam waktu
kurang dari 12 minggu, sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 6 bulan.
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk
dalam low back pain terdiri dari :
a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:
Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus
dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang
melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh
garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi :
Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus
spinosus vErtebra sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang
melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui
spina iliaka superior posterior dan inferior.
c) Lumbosacral Pain,
Nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah
sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah
lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain.
B. ETIOLOGI
1. Organ yang mendasari
10
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :
a) LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah pelvis,
serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah berat
dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP
viserogenik yang mengalami neri hebat akan selalu menggeliat untuk
mengurangi nyeri, sedang penderita LBP spondilogenik akan lebih memilih
berbaring diam dalam posisi tertentu untuk menghilangkan nyerinya.
b) LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung
atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat
menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan
mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip
dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi
tertentu misalnya: membungkuk, mengangkat benda berat yang mana dapat
menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis. Klaudikatio intermitten
nyerinya menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
c) LBP neurogenik
o Neoplasma:
o Araknoiditis:
11
Nyeri
d) LBP spondilogenik
o Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna
vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses
patologik di artikulatio sacroiliaka.
e) LBP psikogenik
o Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi
atau campuran keduanya.
f) LBP osteogenik
o Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberculosa,
trauma
yang
dapat
mengakibatkan
fraktur
maupun
h) LBP miogenik
o Ketegangan otot
sikap tegang yang berulang ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri.
Rasa nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot,
regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasialterhadap
tulang, serta regangan pada kapsula.
o Defisiensi otot
14
15
18
C. PATOFISIOLOGI
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang
tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan
D. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :
1. Usia
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada
umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok
umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik
tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini
mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi
dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama
semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
2. Jenis Kelamin
20
21
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi
yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran
yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi,
atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada
waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau
menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak
menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat
tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri
langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah,
seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
6. Faktor Risiko Lain
kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis
degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan
yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi
dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik),
getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar,
dan kehamilan.
Merokok dikatakan dapat meningkatkan resiko terjadinya nyeri pinggang
bawah pada usia muda dengan odds ratio 2,4 95% CI 1,3-6,0.
E. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
a) Nyeri pinggang lokal
22
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan
radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di
bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan
ligamen.
b) Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada
dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang
dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat
disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam
kanalis vertebralis.
c) Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat
dirasakan di bagian lebih superfisial.
d) Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam
ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
e) Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang
dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat
disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka
komunis.
f) Nyeri psikogen
23
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan
dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul
setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot,
peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain
timbul bertahap.
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih
dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan
nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio
80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu
tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya
tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak
memerlukan tindakan operatif.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa
gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi
diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama
2-4 minggu.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang
biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun
sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif
sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya
berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan
meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk,
bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri
pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan
adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau
gangguan miksi-defekasi, karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda
24
ekuina dimana harus dicari dengan teliti adanya hipestesi peri-anal, retensio urin,
overflow incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi dan gejala-gejala ini
merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang memerlukan suatu
diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa yang
menyebabkan kompresi.
Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu
penyakit metabolik seperti polineuropati diabetik, namun juga harus diingat
bahwa hilangnya nyeri tanpa terapi yang adekuat dapat menandakan adanya suatu
penyembuhan, namun dapat pula berarti bahwa serabut nyeri hancur sehingga
perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih ada.
Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan dapat diperberat
dengan adanya depresi sehingga harus diberi pengobatan yang sesuai. Terdapat 5
tanda depresi yang menyertai nyeri yang hebat, yaitu anergi (tak ada energi),
anhedonia (tak dapat menikmati diri sendiri), gangguan tidur, menangis spontan
dan perasaan depresi secara umum.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri
punggung meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan
neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
a) Inspeksi :
o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri
dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu
herniasi diskus.
o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya
lordosis serta
b) Palpasi :
o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis.
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (stepoff) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra.
o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor
26
c) Pemeriksaaan Motorik
o Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris.
o Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
d) Pemeriksaan Sensorik
o Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru
o Nyeri dalam otot.
o Rasa gerak.
e) Refleks
o Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan
Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui
lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
Special Test
o Tes Lasegue:
27
o Tes kernig:
28
terdapat
spasme
involunter
otot
semimembraneus,
o Tes valsava:
o Spasme m. psoas:
o Tes Gaenselen:
30
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena. MRI sangat berguna bila:
31
Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat diagnostik yang
sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf atau
ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah
adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.
Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative diskus
prolaps pada mielografi dan 10% false positive dengan akurasi 67%.
Elektromiografi (EMG) :
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis
sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan
untuk :
Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer
tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve
Conduction Velocity/NCV) dapat diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari
refleks dengan masa laten panjang seperti F-wave dan H-reflex. Pada gangguan
radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa menurun bila telah
ada kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan
Potensial Cetusan Somatosensorik (Somato-Sensory Evoked Potentials/SSEP)
Kadang-kadang pemeriksaan SSEP diperlukan untuk membuat diagnosis lesilesi yang lebih proksimal sepanjang jaras-jaras somatosensorik.
Semua tes mempunyai hasil yang positif palsu dan negatif palsu serta
penggunaan tes diagnostik lebih dari satu akan mempertajam akurasi diagnostik.
Harus diingat bahwa seluruh pemeriksaan tambahan ini dilakukan dalam
kerangka
tentang nyeri.
Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang memperberat.
33
untuk
kronisitas
berikut
dengan
strategi
penatalaksanaan
yang
dikatakan.
Empati terhadap perasaan pasien.
Memotivasi agar pasien tidak merasa takut.
Memperbaiki kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam konsultasi dokter-
pasien.
Menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak membantu (atau bahkan merusak).
Mengerti kondisi sosial ekonomi pasien.
34
menekankan pada metode aktif daripada pasif, dan self care daripada hanya
menerima terapi.
5. Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik
biasanya.
Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus dapat
dilakukan
tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan
hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau NSAID. Jika tidak ada
perbaikan, coba campuran parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan
tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat
bahaya ketergantungan.
Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas
Aktivitas:
pasien
didorong
melakukan
beragam
aktivitas
walaupun
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono, M., 2003, Neurologi Klinis, Dian Rakyat, Jakarta.
2. Meliala, L., Wibowo, S., 2003, Terapi Nyeri Secara Rasional, Yogyakarta.
3. Borenstein DG. 2001. Epidemiology, Etiology, Diagnostic Evaluation, and Treatment
of Low Back Pain. Curr Opin Rheumatol.
4. Kasjmir, YI. 2010. Nyeri Spinal. buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V.
Jakarta.
5. Lubis I. 2003. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Kelompok Studi Nyeri
PERDOSSI.
6. Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia , Jakarta: Gramedia, 2004.
7. Wheeler, Stephanie G, MD. Et. all.: Approach To The Diagnosis And Evaluation Of
Low Back Pain In Adults. 2014. http://www.uptodate.com/contents/approach-to-thediagnosis-and-evaluation-of-low-back-pain-in-adults
8. Fields. Theodore R., MD, FACP. A Primary Care Approach to the Diagnosis and
Management of Low Back Pain. 2004. http://www.hss.edu/professionalconditions_primary-care-approach-low-back-pain.asp#.VPQwUi7sTvo
9. Hills. Everett C, MD, MS. Mechanical Low Back Pain.
www.emedicine.medscape.com/article/310353
10. Atul T. Patel, M.D., And Abna A. Ogle, M.D. 2000. Diagnosis and Management of
Acute Low Back Pain. http://www.aafp.org/afp/2000/0315/p1779.html
36
37