Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB 5 

PENGIDENTIFIKASIAN &  
PENGUKURAN TRANSAKSI 

Asgard Chapter

2008

www.cherrycorner.com
PENGIDENTIFIKASIAN & PENGUKURAN TRANSAKSI

Akuntansi hanya memproses transaksi. Di bab ini kita


mendiskusikan tentang pengidentifikasian transaksi (bukti transaksi dan
pengarsipan bukti) dan pengukuran transaksi.

A. Pengidentifikasian Transaksi
eristiwa bisnis dibagi menjadi dua (2), yaitu peristiwa ekonomi
(transaksi) dan peristiwa non-ekonomi (non-transaksi). Peristiwa bisnis
disebut transaksi jika memenuhi dua (2) kriteria berikut ini:
1. Bersifat keuangan
2. Menyebabkan perubahan di PDA
Akuntansi hanya memproses transaksi. Berikut ini contoh transaksi:
a. Penjualan produk secara kredit
b. Pembelian aktiva secara tunai
c. Penyetoran aktiva ke perusahaan oleh pemilik
d. Pembayaran biaya honorarium staff
e. Penerimaan pelunasan piutang dari pelanggan

Sedangkan peristiwa non-ekonomi tidak diproses oleh akuntansi. Berikut


ini contoh peristiwa non-transaksi:
a. Pelanggan menanyakan tentang tarif jasa konsultasi.
b. Penghitungan perkiraan upah lembur untuk 1 bulan berikutnya
c. Penyimpanan uang tunai di brankas pada akhir jam kerja
d. Rotasi karyawan yang dilakukan perusahaan
e. Pemindahan persediaan ke gudang.

B. Bukti Transaksi
erusahaan merekam transaksi ke dalam dokumen yang lazim
disebut bukti transaksi. Bukti ini berfungsi untuk mendokumentasikan

Halaman | 1
transaksi secara baik dan benar yang diharapkan memperlancar proses
akuntansi selanjutnya. Bukti transaksi berfungsi untuk :
a. Merekam transaksi
b. Mengurangi kemungkinan kesalahan
c. Menetapkan tanggung jawab atas timbulnya transaksi
d. Menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

Bukti transaksi digunakan sebagai dasar untuk proses akuntansi


selanjutnya. Sebagai contoh, bukti transaksi digunakan sebagai dasar
untuk penjurnalan. Bukti transaksi dapat berupa kertas maupun
elektronik. Pada prinsipnya bukti transaksi harus dirancang sedemikian
rupa sehingga perekaman transaksi dapat berjalan dengan cepat, ringkas,
terhindar dari kesalahan, dan bermanfaat untuk pengendalian.
Ketidak-cermatan dalam perancangan dokumen berakibat ketidak-
akuratan data yang akan diolah akuntansi. Konsekuensinya, informasi
keuangan menjadi tidak berkualitas bagi pengguna akuntansi.

B.1. Jenis Bukti


Dilihat dari asal pembuatannya, bukti transaksi dapat berasal dari:
a. Internal; bukti yang dibuat oleh perusahaan sendiri. Contohnya bukti
pembayaran honorarium, dan surat tagihan ke pelanggan (disebut
faktur penjualan).
b. Eksternal; bukti yang dibuat oleh pihak eksternal dan diterima oleh
perusahaan. Contohnya surat tagihan dari rekanan (disebut faktur
pembelian) dan bukti pelunasan utang dari pelanggan.

Dilihat dari perannya bagi akuntansi, bukti transaksi diklasifikasi


menjadi dua (2), yaitu:
1. Dokumen sumber (source document); bukti transaksi yang digunakan
sebagai dasar untuk pencatatan. Contohnya adalah faktur pembelian
dan faktur penjualan.
2. Dokumen pendukung (supporting document); bukti transaksi yang
digunakan untuk mendukung keberadaan dokumen sumber.

Halaman | 2
Contohnya, surat pesanan dari pelanggan digunakan untuk mendukung
faktur penjualan yang merupakan dokumen sumber, dan surat
permintaan barang dari departemen yang membutuhkan barang yang
digunakan untuk mendukung faktur pembelian.

B.2. Pengarsipan Bukti


Pengarsipan bukti transaksi dimaksudkan agar bukti dapat disimpan
dengan baik, dan bermanfaat ketika dibutuhkan. Pengarsipan lazimnya
menggunakan beberapa metode berikut ini:
a. Berbasis tanggal; bukti diarsip sesuai urutan tanggal terjadinya
transaksi. Misalnya, bukti penerimaan kas disimpan berdasar urutan
waktu terjadinya transaksi.
b. Berbasis nomor; bukti diarsip sesuai urutan nomor tertentu. Misalnya,
faktur penjualan diarsip berdasar urutan nomor faktur penjualan yang
tertera di bukti tersebut.
c. Berbasis abjad; bukti diarsip sesuai urutan abjad. Misalnya, bukti
pembayaran dari pelanggan diarsip berdasar abjad depan nama
pelanggan.

B.3. Arsip Sementara vs. Arsip Permanen


Pengarsipan bukti diklasifikasikan menjadi dua (2), yaitu:
a. Pengarsipan sementara; bukti disimpan yang akan dimanfaatkan lagi
dalam pencatatan. Sebagai contoh, bukti faktur pembelian disimpan
sementara oleh perusahaan yang akan dimanfaatkan kembali oleh
perusahaan ketika melunasi utang tersebut.
b. Pengarsipan permanen; bukti disimpan seterusnya, dan tidak
dimanfaatkan lagi untuk pencatatan, kecuali untuk kepentingan
pemeriksaan (audit). Sebagai contoh, setelah mencatat pelunasan utang
ke rekanan, perusahaan menyimpan secara permanen faktur
pembelian.

Halaman | 3
C. Pengukuran Transaksi
encatatan transaksi menggunakan satuan uang. Oleh karenanya,
salah satu proses penting di akuntansi adalah proses pengukuran. Proses
ini meliputi beberapa jenis aktivitas berikut ini:
a. Penghitungan nilai rupiah; akuntansi menghitung besarnya nilai rupiah
suatu transaksi. Untuk transaksi yang sederhana, penghitungan nilai
rupiah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Misalnya, pembelian
supplies dan pembayaran honorarium staff. Dalam situasi tertentu,
penghitungan nilai rupiah suatu transaksi harus dilakukan secara
cermat dan teliti. Misalnya, pembelian tanah dan gedung yang sekaligus
perbaikan atas aktiva tetap tersebut sebelum siap digunakan.
b. Penetapan nilai rupiah; akuntansi menetapkan nilai rupiah suatu
transaksi. Misalnya, setiap akhir periode perusahaan menetapkan nilai
rupiah penyusutan aktiva tetap, dan menetapkan besarnya porsekot
(pembayaran dimuka) asuransi yang telah berubah menjadi biaya.

Halaman | 4
KESIMPULAN

eristiwa bisnis dikategorikan sebagai transaksi jika peristiwa


tersebut bersifat keuangan, dan mengubah elemen-elemen PDA. Akuntansi
mengolah transaksi untuk menghasilkan informasi keuangan. Transaksi
didokumentasikan ke dalam bukti transaksi. Bukti transaksi ini dapat
dibuat oleh pihak internal perusahaan, ataupun oleh pihak eksternal yang
diterima oleh perusahaan. Bukti transaksi juga harus diarsipkan agar
dapat bermanfaat di masa datang. Terdapat 3 cara pengarsipan, yaitu
berdasar tanggal, nomor urut, atau huruf abjad.
ransaksi diukur menggunakan satuan uang (di Indonesia
menggunakan satuan rupiah). Pengukuran meliputi dua (2) aktivitas dasar,
yaitu penghitungan nilai rupiah, dan penetapan nilai rupiah.

Kata-kata Kunci

01. Transaksi 06. Pengukuran

02. Bukti transaksi 07. Penghitungan nilai rupiah

03. Dokumen sumber 08. Dokumen pendukung

04. Faktur penjualan 09. Penetapan nilai rupiah

05 Pengarsipan 10. Faktur pembelian

Halaman | 5

Вам также может понравиться