Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
terlihat
dengan
jelas
tanpa
bayangan
hitam
yang
harus
bersih
dari
saliva
dan
darah
yang
dapat
mengganggu
penglihatan
ke
daerah
tersebut
sehingga
Mungkin
dikarenakan
jumlah
pasien
yang
sakit
sehingga
diindikasikan
untuk
pencabutan.
(Peterson, 2003)
c Penyakit periodontal yang parah
Alasan umum untuk pencabutan gigi adalah adanya
penyakit periodontal yang parah. Jika periodontitis dewasa
yang parah telah ada selama beberapa waktu, maka akan
nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi
yang
irreversibel.
Dalam
situasi
seperti
ini,
gigi
yang
pencabutan
dalam
situasi
yang
parah.
Jika
gigi
mengalami
malposisi
ini
dapat
dipertimbangkan
untuk
gigi yang telah retak. Pencabutan gigi yang retak bisa sangat
sakit dan rumit dengan tekhnik yang lebih konservatif. Bahkan
prosedur restoratif endodontik dan kompleks tidak dapat
mengurangi rasa sakit akibat gigi yang retak tersebut.
(Peterson, 2003)
g Pra-prostetik ekstraksi
Kadang-kadang,
gigi
mengganggu
desain
dan
h Gigi impaksi
Gigi
yang
impaksi
harus
dipertimbangkan
untuk
usia
lanjut,
dibiarkan.
i
Supernumary gigi
maka
gigi
impaksi
tersebut
dapat
10
erupsi
gigi
dan
memiliki
potensi
untuk
yang
terkait
dengan
lesi
patologis
mungkin
maka
pencabutan
mungkin
diperlukan
untuk
11
lebih
memilih
untuk
rekonstruksi
ekstraksi
dan
Semua
indikasi
untuk
ekstraksi
yang
telah
tidak
keputusan
mampu
dalam
secara
finansial
untuk
mempertahankan
gigi
mendukung
tersebut.
anemia
Diabetes melitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi
penyembuhan luka.
Pasien dengan penyakit ginjal (nephritis) pada kasus ini
bila
dilakukan
ekstraksi
gigi
akan
menyebabkan
keadaan akut
Penyakit hepar (hepatitis).
Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu
daya tahan terutama tubuh sangat rendah sehingga
mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan memakan
12
bisa fatal.
Toxic goiter
Kehamilan. pada trimester ke-dua karena obat-obatan
b Kontraindikasi lokal
Radang akut. Keradangan akut dengan cellulitis, terlebih
dahulu keradangannya harus dikontrol untuk mencegah
penyebaran yang lebih luas. Jadi tidak boleh langsung
dicabut.
Infeksi akut. Pericoronitis akut, penyakit ini sering terjadi
pencabutan
akan
menyebabkan
bekas
ekstraksi
gigi
sulit
sembuh.
Jadi
konservasi,
endodontik
dan
sebagainya
(Pederson, 1996)
sebab
dan
bervariasi
pula
dalam
akibat
yang
tanpa
memandang
operator,
kesempurnaan
13
lunak
Dry socket .
Osteomyelitis akut dari mandibula.
14
Arthritis
traumatik
dari
senditemporo
mandibula.
h. Pembengkakan pasca operasi :
Edema.
Hematoma.
Infeksi.
Trismus.
Terjadinya fistula oro antral.
Sinkop.
Terhentinya respirasi.
Terhentinya jantung.
Keadaan darurat akibat anastesi.
Penanggulangan Komplikasi.
a. Kegagalan Anestesi.
Kegagalan anastesi biasanya be rhubungan dengan teknik anaste si yang salah
atau dosis obat anastesi tidak cukup.
b.Kegagalan pencabutan gigi.
Bila gigi gagal dicabut dengan menggunakan aplikasi tang ata u elevator dengan
tekanan yang cukup maka instrumen tersebut harus dikesampingkan dan dicari
sebab kesulitan. Pada kebanyakan kasus lebih mudah dicabut dengan tindakan
pembedahan.
1. Fraktur.
a. Fraktur mahkota gigi.
Fraktur mahkota gigi selama pe ncabutan mungkin sulit dihindarkan pada
gigi dengan karies besar sekali atau restor asi besar. Namun hal ini sering ju ga
disebabkan oleh tidak tepat nya aplikasi tang pada gigi, bila tang diaplikasikan
15
pada mahkota gigi bukan pada akar atau masa akargigi, atau dengan sumbu
panjangtang tidak sejajar dengan sumb u panjang gigi. Juga bisa disebabkan oleh
pemilihan tang dengan ujung yang terlalu leb ar dan hanya memberi kontak satu
titik s ehingga gigi dapat pecah bila ditekan. Dapat pula diseb abkan karena
tangkai tang tida k dipegang dengan kuat sehingga
terlepas/bergeser dan mematahk an mahkota gigi. Selain itu juga fraktur mahkota
gigi bisa dise babkan oleh pemberian tekan an yang berlebihan dalam upaya me
ngatasi perlawanan dari gigi.Untuk itulah operator harus bekerja sesuai dengan
metode
yang
benar
dalam
melakukan
pencabutan
gigi.
Tindakan
Selanjutnya
terbentuknya
fistula
oro
antral
pada
kebanyakan
kasus
lebih
ba
ik
16
17
dipotong dulu dengan carborundum disk atau carborundum disk intan sebelum
pencabutan. Bila gigi sebelahn ya terkena karies besar dan tambalannya
goyangatau overhang maka harus diambil dulu danditambal denga tambalan
sement ara sebelum pencabutan dilakukan. Tidak boleh diaplik asikan tekanan
pada gigi yang berdekatan selama pencabutan dan gigi lain tidakboleh
digunakansebagai fulkrum untuk elevatorkecuali bila gigi tersebut juga akan
dicabut pada kunjungan yang sama.Gigi antagonis bisa fraktur ji ka gigi yang
akan dicabut tiba -tiba diberikan tekanan yang tidak terkendali
dan tang
18
2. Dislokasi.
a. Dislokasi dari gigi yang berdekatan.
Dislokasi dari gigi yang berde katan selama pencabutan ini dapat dihindari
dengan menggunakan elevator yang tepat dan sebagian besar tekanan dititik
beratkan pada septum interdental . Selama penggunaan elevator jari harus
diletakkan pada gigi yang berdekatan dengan gigi yang ak an dicabut untuk
mendeteksi adanya kegoyangan pada gigi ya ng berdekatan dengan gigi yang akan
dicabut.
b. Dislokasi dari sendi temporo mandibula.
Dapat terjadi pada pasien deng an riwayat dislokasi rekuren tidak boleh
dikesampingkan. Komplika si ini pada pencabutan dapat dicegah bila pembukaan
rahang bawah tidak sampai maksimal dan bila rahang bawah dipegang (fiksasi)
dengan baik oleh operator selama pencabutan. Dislokasi dapat pula disebabka n
oleh penggunaan mouth gags yang ceroboh. Jika terjadi dislokasi maka mouth
gags harus dikurangi regangannya.Cara penanggulangan dislokasi temporo
mandibular jointoperator berdiri didepan pasien dan men empatkan ibu jarinya
kedalam mulut pada Krista oblique ekst erna, dilateral gigi molar bawah yang ada,
dan jari -jari lainnya berada ditepi bawah mandibula secara ekstra oral, tekan
keba wah dari kedua ibu jari, kemudian dorong ke posterior, kemudian lepaskan
sehingga rah ang oklusi selanjutnya dilakukan fiksasi dengan elastic verban
(fiksasi ekstra oral). Kemudian pasien diingat kan agar tidak membuka mulut
terlalu lebar atau menguap ter lalu sering selama beberapa hari pasca operasi.
Perawatan dislokasi temporo mandibular joint tidak boleh terlambat karena dapat
m enyebabkan spasme otot akibatnya mempersulit pengembalian sendi temporo
mandibular joint padatempatnya kecuali dibawah anastesi umum.
3. Berpindahnya akar gigi.
a. Masuknya akar gigi ke dalam jaringan lunak.
Berpindahnya akar gigi masuk kedalam jaringan lunak merupakan
komplikasi yang biasanya terjadi karena a kar gigi tidak dipegang secara efektif
19
pada keadaan la pang pandang yang terbatas.Komplikasi ini dapat dihindari bila
operator mencoba untuk memegang akar dengan pandanganlangsung.
b. Masuknya akar gigi ke dalam sinus maxillaris.
Komplikasi ini biasanya pada p encabutan gigi premolar/molar rahang atas dan
yang lebih sering akar palatal. Adanya sinus yang besar adalah faktor predisposi
si tapi insiden ini dapat diku rangi bila petunjuk sederhana ini diperhatikan :
1. Jangan menggunakan tang pada a kar gigi posterior atas kecuali bila panjang
gigi atau akar gigi terlihat cukup besar baik dalam ar ah palatal dan bukal,
sehingga ujung tang dapat menc engkram akar gigi dan operator dapat melihatnya
dengan jelas.
2. Tinggalkan 1/3 ujung akar pala tal molar atas bila tertinggal selama pencabutan
dengan tang kecuali bila ada indikasi positif untuk mengeluarkannya.
3. Jangan mencoba mencabut akar g igi atas yang patah dengan memasukkan
instru ment kedalam soket. Bila di indikasikan unt uk pencabutan sebaiknya
dibuat flap muko periosteal yang luas dan buang tulang secukupnya se hingga
elevator dapat dimasukkan diatas permukaan akar yang patah sehingga semua
tekanan dapat dialihkan pada akar gigi yang tertinggal dan
cenderung
menggerakkannya kebawah jauh d ari sinus. Adanya riwayat perforasi sinus dari
riwayat pencabutan sebelumnya tidak bo leh diabaikan, karena kemungkinan
pasien memiliki sinus maxillaris yang besar. Bila ak ar masuk ke sinus maxillaris
maka pasien harus dirujuk ke ahli bedah mulut atau ahli THT dan tindakan
pencabutan gigi serta penutupan fistula oro an tral dilakukan dengan anastesi
umum.
4. Perdarahan berlebihan.
Perdarahan berlebihan mungkin
Oleh karena itu anamnesis harus dil akukan secara cermat untuk mengungkap
adanya riwayat perdarahan sebe lum melakukan pencabutan gigi. Bila pasien
20
mengatakan belum pernah mengal ami perdarahan berlebihan maka harus dicari
keterangan yang lebih terperinci mengenai riwayat tersebut. Perhatikan secara
khusus hubungan waktu antara perdarahan dengan lamanya pencabutan (trauma
jaringan)dan banyaknya perdarahan dan pemeriksaan laboratorium harus
dilakukan (diindikasikan). Riwayat keluarga pasien yang pernah mengalami
perdarahan akibat su atu tindakan operasi juga amat penting. Pasien dengan
adanya riwayat d iatas harus dirujuk ke ahli he matologi untuk dilakukan
pemeriksaan lebih ce rmat sebe lum tindakan pencabutan gigi dilakukan. Bila
pasien memiliki riwayat perdarahan pasca penca butan maka sangat bijaksana
jika membatasi jumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan pertama dan
menjahit jaringan lunak serta memonitor penyembuhan pasca pencabu tan gigi.
Bila tidak terjadi komplikasi makajumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan
berikutnya dapat ditingkatkansecara perlahan -lahan. Perembesan darah secara
konstan selama pencabutan gigi dapat diatasi dengan apli kasi gulungan tampon
atau deng an penggunaan suction. Perdarahan yang lebih parah dapat diatasi
dengan pemberian tampon yang diberi larutan adrenalin : aqua bidest 1 : 1000
dan dib iarkan selama 2 menit dalam soket. Perdarahan yang disebabkan
pembuluh darahbesar jarang terjadi dan bila ini terjadi maka pembuluh darah te
rsebut harus ditarik dan dijepit dengan arteri klem kem udian dijahit/cauter.
Perdarah an pasca operasi dapat terjadi karena pasien tidak mematuhi instruksi
atau sebab lain yang harus segera ditemukan. Cara penanggulangan komplikasi
seperti pada kebanyakan kasus disarankan un tuk melakukan penjahitan pada
muko periosteal, jahitan horizontal terputus paling cocok dan untuk tujuan ini
harus diletakkan pada soket sesegera mungkin. Tujuan dari penjahit an ini adalah
bukan untuk menutu p soket tetapi untuk mendekatk an jaringan lunak diatas
soket untuk mengencangkan muko perioteal yang menutupi tulang sehingga
menjadi iakemik. Karena pada kebanyakan kasus perdarahan tidak timbul dari
soket tetapi berasal dari jari ngan lunak yang berada di sekitarnya, selanjutnya
pasien diinstruksikan untuk me nggigit tampon selama 5 menit setelah penjahitan.
Bila perdarahan be lum teratasi maka kedalam soket gigi dapat dimasukkan
preparat foam gelat in atau fibrin (surgicel, kals ium alginat) setelah itu pasien
disuruh menggigit tampon dan kemudian dievaluasi kembali dan bila tetap tidak
21
22
menggunakan elevator tanpa kon trol yang tepat maka dapat meleset mengenai
lidah atau dasar mulut, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang ba nyak.
Perdarahan dapat diatasidengan menarik lidah dan penjahitan.
3.2 Anastesi
Anastesi (pembiusan) bersal dari bahasa yunani. An =
tidak, tanpa dan aesthtesos = persepsi, kemampuan merasa.
Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Latief, dkk, 2001).
3.2.1 Anastesi Lokal
Anastesi
lokal
atau
anastesi
regional
merupakan
23
Larutan anestesi lokal disuntikkan pada atau disekitar batang saraf utama,
sehingga mampu menganestesi daerah yang luas yang mendapat inervasi dari
percabangan saraf utama tersebut. Teknik ini sering digunakan di rongga mulut
khususnya di rahang bawah. Kerugian dari teknik ini adalah bahwa biasanya
pembuluh darah letaknya berdekatan dengan batang saraf, maka kemungkinan
terjadi penetrasi pembuluh darah cukup besar. Contoh : inferior alveolar nerve
block.
2. Field Block
Larutan anestesi lokal disuntikkan pada atau disekitar cabang saraf
terminal dengan tujuan untuk memblokir semua persarafan sebelah distal dari
tempat injeksi cairan anestesi. Efek anestesi meliputi darah yang terbatas (tidak
seluas pada teknik nerve block) contoh : injeksi di sekitar apeks akar gigi rahang
atas.
3. Lokal infiltrasi
Larutan anestesi lokal dituntikkan di sekitar ujung-ujung saraf terminal
sehingga efek anestesi hanya terbatas pada tempat difusi cairan anestesi tepat pada
area yang akan dilakukan instrumentasi. Teknik ini terbatas hanya untuk anestesi
jaringan lunak.
4. Topikal anesthesia
Teknik ini dilakukan dengan cara mengoleskan larutan anestesi pada
permukaan mukosa atau kulit dengan tujuan untuk meniadakan stimulasi pada
ujung-ujung saraf bebas (free nerve endings). Anestesi topikal dapat digunakan
pada tempat yang akan diinjeksi untuk mengurangi rasa sakit akibat insersi jarum.
24
berwujud zat cair, mempunyai titik didih sangat rendah dan cepat
menguap. Waktu menguap zat ini berasal dari panas sel-sel jaringan dan
syaraf-syaraf di sekitarnya, sehingga menyebabkan sel-sel syaraf tersebut
membeku. Akibatnya syaraf tidak dapat lagi menerima rangsangan sakit
sehingga rasa sakit tidak diteruskan ke pusat (sentrum) dari permukaan.
Hasil dari anestesi ini tidak dalam, hanya kira-kira 5 mm dan cepat hilang.
Indikasi topikal anestesi secara fisis antara lain :
Insisi abses
25
26
Submucosal injection
Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat di balik
27
atau seluruh struktur kompakta bagian bukal dan labial tipis. Anestesi pun
tidak dapat dilakukan bila adanya peradangan karena anesthetikum tidak
dapat merembes mencapai urat syaraf yang lebih dalam, sebab diblokir
oleh cairan yang terdapat di radang.
Indikasi deep infiltrasi anestesi :
28
Paraperiosteal injection
Jarum diinsersikan sampai mendekati atau menyentuh
Interseptal injection
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik intraosseous,
29
Intraperiodontal injection
Jarum diinsersikan pada sulkus gingival dengen bevel
Pappilary Injection
Teknik ini sebenarnya termasuk teknik submukosa yang
ini
diindikasikan
terutama
padagingivectomy, yang
30
31
c. Jarum
Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan
dilakukan. Jarum suntik pada kedokteran gigi tersedia dalam 3 ukuran (sesuai
standar American Dental Association = ADA) ; panjang (32 mm), pendek (20
mm, dan superpendek (10 mm).
Jarum suntik yang pendek yang digunakan untuk anestesi infiltrasi
biasanya mempunyai panjang 2 atau 2,5 cm. Jarum yang digunakan harus
dapat melakukan penetrasi dengan kedalaman yang diperlukan sebelum
seluruh jarum dimasukan ke dalam jaringan. Tindakan pengamanan ini akan
membuat jarum tidak masuk ke jaringan, sehingga bila terjadi fraktur pada
hub, potongan jarum dapat ditarik keluar dengan tang atau sonde.
Petunjuk:
-
dalam.
Jarum cenderung tidak dipenetrasikan lebih dalam untuk mencegah
patahnya jarum.
Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relatif
pendek, dipasangkan pada syringe. Gunakan jarum sekali pakai
(disposable)
untuk
menjamin
ketajaman
dan
sterilisasinya.
Field Blok
32
Nerve blok
Larutan anestesi lokal disuntikkan pada atau disekitar batang saraf utama,
sehingga mampu menganestesi daerah yang luas yang mendapat inervasi dari
percabangan saraf utama tersebut. Teknik ini sering digunakan di rongga
mulut khususnya di rahang bawah. Kerugian dari teknik ini adalah bahwa
biasanya pembuluh darah letaknya berdekatan dengan batang saraf, maka
kemungkinan terjadi penetrasi pembuluh darah cukup besar. Contoh : inferior
alveolar nerve block.
Teknik-teknik anastesi blok pada maksila :
a. Injeksi Zigomatik
Dasar pemikiran: N.alveolaris superior posterior bisa di blok
sebelum masuk ke maksila di atas molar ketiga.
Titik suntikan terletak pada lipatan mukosa tertinggi diatas akar
distobukal molar kedua atas. Arahkan jarum ke atas dan ke dalam dengan
kedalaman kurang lebih 20 mm. ujung jarum harus tetap menempel pada
periosteum untuk menghindari masuknya jarum ke dalam plexus venosus
pterygoideus.
Perlu diingat bahwa injeksi zigomatik ini biasanya tidak dapat
menganestesi akar mesiobukal molar pertama atas. Karen itu, apabila gigi
tersebut perlu dianestesi untuk prosedur operatif atau ekstraksi, harus
dilakukan injeksi supraperiosteal yaitu di atas premolar kedua. Untuk
ekstraksi satu atau semua gigi molar, lakukanlah injeksi n.palatinus major.
33
34
ke depan. Tarik pipi, posisi jari yang mempalpasi jangna dirubah dan
tusukkan jarum dari seberang gigi premolar ke dua, kira-kira 5 mm ke luar
dari permukaan bukal. Arahkan jarum sejajar dengan aksis panjang gigi
premolar kedua sampai jarum dirasakan masuk kedalam foramen
infraorbitale di bawah jari yang mempalpasi foramen ini. Kurang lebih 2
cc anestetikum dideponir perlahan-lahan.
Beberapa operator menyukai pendekatan dari arah garis median,
dalam hal ini, bagian yang di tusuk adalah pada titik refleksi tertinggi dari
membran mukosa antara incisivus sentral dan lateral. Dengan cara ini,
jarum tidak perlu melalui otot-otot wajah.
Untuk memperkecil resiko masuknya jarum ke dalam orbita, klinisi
pemula sebaiknya mengukur dulu jarak dariforamen infraorbitale ke ujung
tonjol bukal gigi premolar ke dua atas. Kemudian ukuran ini dipindahkan
ke jarum. Apabila ditransfer pada siringe jarak tersebut sampai pada titik
perbatasan antara bagian yang runcing dengan bagian yang bergigi. Pada
waktu jarum diinsersikan sejajar dengan aksis gigi premolar kedua,
ujungnya akan terletak tepat pada foramen infraorbitale jika garis batas
tepat setinggi ujung bukal bonjol gigi premolar kedua. Jika foramen diraba
perlahan, pulsasi pembuluh darah kadang bisa dirasakan.
c. Injeksi N. Nasopalatinus
Titik suntikan terletak sepanjang papilla incisivus yang berlokasi
pada garis tengah rahang, di posterior gigi insicivus sentral. Ujung jarum
diarahkan ke atas pada garis tengah menuju canalis palatina anterior.
Walaupun anestesi topikal bisa digunakan untuk membantu mengurangi
rasa sakit pada daerah titik suntikan, anestesi ini mutlak harus digunakan
untuk injeksi nasopalatinus. Di anjurkan juga untuk melakukan anestesi
permulaan pada jarigan yang akan dilalui jarum.
35
36
bila
injeksi
upraperiosteal
dan
zigomatik
37
38
anestetikum
dideponir
perlahan-lahan
seperti
pada
waktu
Operator
yang
harus
berada
dalam
posisi
semisupine.
menggunakan tangan kanan berada dalam posisi searah dengan jarum jam
delapan sedangkan operator yang kidal berada pada posisi searah dengan
jarum jam empat.Injeksi ini menganestesi jaringan bukal pada area molar
bawah. Bersama dengan injeksi lingual, jika diindikasikan, dapat melengkapi
blok n.alveolaris inferior untuk ekstraksi semua gigi pada sisi yang diinjeksi.
In jeksi ini tidak selalu diindikasikan dalam pembuatan preparasi kavitas
kecuali jika kavitas bukal dibuat sampai di bawah tepi gingival.
a. Injeksi N. Lingualis
39
yang
timbul
akibat
prosedur
kedokteran
gigi
yang
amida
diantaranya
yaitu
lidokain,
mepivakain,
40
akan
dihidrolisis
menjadi
PABA
yang
dapat
41
Fentanil.
Farmakodinamik:
Kokain
atau
kokain
yang
paling
penting
yaitu
menghambat
Efek
terpenting
anestetik
yaitu
lokal:
Efek
kemampuannya
lokal
untuk
kokain
yang
memblokade
konduksi saraf. Atas dasar efek ini, pada suatu masa kokain
pernah digunakan secara luas untuk tindakan di bidang
oftalmologi,
tetapi
kokain
ini
dapat
menyebabkan
sangat
dibatasi
untuk
pemakaian
topikal,
42
3 Tetrakain
Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat.
Pada pemberian intravena, zat ini 10 kali lebih aktif dan
lebih toksik daripada prokain. Obat ini digunakan untuk
segala macam anestesia, untuk pemakaian topilak pada
mata digunakan larutan tetrakain 0.5%, untuk hidung dan
tenggorok larutan 2%. Pada anestesia spinal, dosis total
10-20mg. Tetrakain memerlukan dosis yang besar dan
mula kerjanya lambat, dimetabolisme lambat sehingga
berpotensi toksik. Namun bila diperlukan masa kerja yang
panjang anestesia spinal, digunakan tetrakain (Malamed
SF, 1997)
4 Benzokain
Absorbsi
lambat
karena
sukar
larut
dalam
air
Tidak
digunakan
seperti
secara
prokain,
topikal
dan
lidokain
lebih
merupakan
efektif
obat
anti
43
lokal
golongan
amida
ini
sifat
efektif
sebagai
anestetik
topikal.Dosis
maksimum
44
3 Bupivakain
Struktur mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang
mengandung
amin
dan
butyl
piperidin.
Merupakan
untuk
memperpanjang
analgesia
selama
morfin
pascapembedahan
dalam
Caesar.
mengontrol
Pada
dosis
nyeri
pada
efektif
yang
(cardiac
sistolik
45
dibandingkan
hidroklorida
tersedia
bupivakain.Larutan
dalam
konsentrasi
bupivakain
0,25%
untuk
lokal
golongan
amida
ini
efek
46
sudah
mengalami
bersihan,
sebelum
semua
dengan
nama
dapat
efek
anestesi
topikal.Prilokain
biasanya
dibanding
dengan
lignokain
dan
biasanya
47
400
mg,
dan
biasanya
diperlukan
tingkatan
pada
maksila
palatum,
dan
gingiva
maksila.
48
foramen
mental.
Cabang
pada
gigi
ini
tidaklah
ada
pesrayaran
juga
cabang
mandibula.
lain
Nervus
yang
buccal,
berkontribusi
meskipun
pada
distribusi
Nervus
mylohyoid,
terkadang
dapat
melanjutkan
49