Вы находитесь на странице: 1из 128

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN


MALANG I

SKRIPSI

Oleh :
Muhammad Din Haq
05110063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2009

ii

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA


TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN
MALANG I

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik IbrahimMalang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

Oleh :
Muhammad Din Haq
05110063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2009

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA


TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI
MAN MALANG I

SKRIPSI
OLEH:
MUHAMMAD DIN HAQ
NIM : 05110063

Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Sulalah, M.Ag


NIP: 150 267 279

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M. Pdi


NIP. 150 267 235

iv

HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS XI DI MAN MALANG I

SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh Muhammad Din Haq (05110063) telah
dipertahankan
di depan dewan penguji pada tanggal 08 Agustus 2009 dengan nilai A
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada tanggal 08 Agustus 2009

Panitia Ujian

Ketua Sidang
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag
NIP. 150 267 297

:______________________

Sekretaris Sidang
M. Amin Nur, MA
NIP. 150 327 263

:_______________________

Pembimbing,
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag
NIP. 150 267 297

:______________________

Penguji Utama
Marno, M. Ag
NIP. 150 321 639

:_______________________

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Dr. M. Zainuddin, MA
NIP.150 275 502

PERSEMBAHAN

Karyaku ini akan aku persembahkan pada orang - orang yang terdekat denganku
dan telah membantuku selama ini, mereka adalah :

1. Ayah dan ibuku tercinta (Abd. Manaf & Mabruroh), karena merekalah yang
telah membesarkanku sampai saat ini.
2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Saudara-saudaraq satu perjuangan dan satu atap mereka adalah temen-temen
MES: Howos, mas. Arip, mas Sunu, Samsul, Bagus, amin, syarib, dan rodhi
yang telah membantu menghitung data statistik.
4. Temen-temen kerjaan, mas Halim yang sudah membantu dan memberi
masukan, mas Idris yang selalu cooperative, obet, dll yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
5. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkanku
dalam menulis skripsi ini.
6. Dr. M. Zainuddin, MA selaku dekan fakultas tarbiyah.
7. M. Padil, M. Pdi selaku ketua jurusan PAI.
8. Kepala sekolah MAN Malang I, dan seluruh guru beserta karyawan dan
murid-murid kelas XI yang telah membantu dalam penggalian data.
9. Dan yang terakhir adalah mahasiswa psikologi smt VI yang telah membantu
saya dalam segala hal, dan kamu telah banyak berjasa atas semua ini, terima
kasih Vida.

vi

Motto
$
y y

) $

t !
#$ #
=k 3
s

Allah tidak akan membebani hambanya di luar kemampuannya.

vii

Nota Dinas Pembimbing


Dra. Hj. Sulalah, M. Ag
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal
: Skripsi Muhammad Din Haq
Lamp : 1 (satu) Eksemplar

Malang, 25 Juli 2009

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang
Di
Malang

Assalamualaikum Wr. Wb
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini:
Nama

: Muhammad Din Haq

NIM

: 05110063

Jurusan

: PAI

Judul Skripsi :
Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Siswa
Kelas XI MAN Malang I
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk ujian.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Pembimbing

Dra. Hj. Sulalah, M. Ag


NIP: 150 267 279

viii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 25 Juli 2009

Muhammad Din Haq

ix

KATA PENGANTAR

U||t{|t{t|t{|
Alhamdulillah, tiada kata-kata yang pantas dan patut penulis ucapkan
selain ungkapan rasa syukur kehadirat-Mu Ya Allah, dengan taufik, hidayah dan
limpahan rahmat-Mu lah serta ridha-Mu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar
Siswa
Sholawat dan salam senantiasa tetap tercurah dan terlimpahkan kepada
tauladan seluruh umat manusia, pemimpin umat Islam beliaulah Nabi Muhammad
SAW. beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya, karena beliaulah sampai saat
ini kita dapat menikmati tentramnya iman dan indahnya Islam.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Yang Tercinta; Ayah dan Ibu yang telah mendukung baik dari segi materi
maupun moril. Beserta keluarga besarku yang dengan adanya mereka maka
aku mempunyai garis keturunan.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pd.I. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri Malang.

5. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan konstribusi tenaga dan pikiran, guna
memberikan bimbingan dan petunjuk serta pengarahan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Drs. H Zainal Mahmudi, M. Ag selaku kepala madrasah MAN Malang
I beserta para dewan guru dan karyawan dan para murid-murid kelas XI yang
telah banyak membantu dalam pengumpulan data selama ini.
7. Seluruh sahabat-sahabati PMII Rayon CHONDRODIMUKO dan kawankawan IMADU (ikatan mahasiswa alumni Darul Ulum) yang dengan
kebesaran hati mendoakan saya di sela-sela kegiatan mereka

Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah semoga amal baik Bapak/Ibu
serta sahabat-sahabat akan diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT.
Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan dengan sebaik-baiknya, namun tidak menutup kemungkinan masih
terdapat kekurangan dan kekeliruan, sehingga masih jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya dan semoga Allah SWT. melimpahkan hidayah-Nya kepada kita
semua sehingga dapat mengemban tugas untuk melaksanakan pendidikan.
Malang, 25 Juli 2009
Penulis

Muhammad Din Haq


NIM: 05110063

xi

DAFTAR TABEL
TABEL 3.1

VARIABEL PENELITIAN

TABEL 3.2

PEDOMAN PEMBERIAN SKOR

TABEL 3.3

BLUE PRINT SKALA POLA ASUH


ORANGTUA

TABEL 4.1

SASARAN PROGRAM
UNGGULAN

TABEL 4.2

DATA LUAS TANAH

TABEL 4.3

KEADAAN GEDUNG MADRASAH


MAN MALANG I

TABEL 4.4

KEADAAN PERSONIL SEKOLAH

TABEL 4.5

KEADAAN SISWA

TABEL 4.6

KEADAAN TIDAK NAIK KELAS,


TIDAK LULUS, DAN PUTUS
SEKOLAH

TABEL 4.7

INPUT DAN OUTPUT NEM


PESERTA DIDIK

TABEL 4.8

DATA NUN LIMA TAHUN


TERAKHIR

TABEL 4.9

DATA PRESTASI NON


AKADEMIK

TABEL 4.10

KEGIATAN KEAGAMAAN

TABEL 4.11

DISTRIBUSI FREKUENSI POLA


ASUH DEMOKRATIS

TABEL 4.12

DISTRIBUSI FREKUENSI POLA


ASUH OTORITER

TABEL 4.13

DISTRIBUSI FREKUENSI POLA


ASUH PERMISIF

TABEL 3.14

DISTRIBUSI FREKUENSI
PRESTASI SISWA

TABEL 3.15

RINGKASAN REGRESI

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

ANGKET LAMPIRAN

LAMPIRAN 2

REKAP NILAI SISWA

LAMPIRAN 3

HASIL ANGKET

LAMPIRAN 4

RELIABILITY

LAMPIRAN 5

HASIL ANALISIS DESKRIPTIF DAN DISTRIBUSI


FREKUENSI

LAMPIRAN 6

HASIL ANALISISREGRESI LINIER SEDERHANA

xiii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................

MOTTO ...................................................................................................

vi

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING..........................................

vii

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................

viii

KATA PENGANTAR..............................................................................

ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

xii

DAFTAR ISI ............................................................................................

xiii

ABSTRAK................................................................................................

xvii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................

C. Tujuan Penelitian .........................................................

D. Manfaat Penelitian ........................................................

E. Hipotesis ......................................................................

F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................

G. Penegasan Istilah...........................................................

H. Sistematika Pembahasan ...............................................

xiv

BAB II

KAJIAN TEORITIS
A. Pola Asuh Orangtua ......................................................

11

1. Pengertian Pola Asuh. .............................................

11

2. Pola Asuh Dalam Perspektif Islam ..........................

14

3. Macam-macam Pola Asuh.......................................

18

4. Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak............................

27

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Pola Asuh Orangtua. ...............................................
B. Prestai Belajar...............................................................

35
`39

1. Pengertian Prestasi Belajar ......................................

39

2. Macam-macam Prestasi Belajar...............................

42

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .

43

4. Langkah-langkah dalam Meningkatkan Prestasi


Belajar Siswa ..........................................................
BAB III

51

METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian....................................................

54

B. Variabel Penelitian........................................................

54

C. Sumber Data .................................................................

57

D. Populasi dan Sampel .....................................................

58

E. Instrumen Penelitian .....................................................

59

F. Validitas dan Reliabilitas ..............................................

61

G. Metode Pengumpulan Data ...........................................

63

H. Analisis Data ................................................................

65

xv

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...............................

68

1. Sejarah Obyek Penelitian ........................................

68

2. Visi, Misi, dan Tujuan.............................................

70

3. Sasaran Program Unggulan .....................................

72

4. Sarana dan Prasarana...............................................

75

5. Keadaan Guru dan Karyawan ..................................

78

6. Data Siswa ..............................................................

82

7. Sumber Belajar........................................................

87

8. Kegiatan Keagamaan...............................................

89

9. Gambaran Umum Orangtua Siswa ..........................

91

B. Analisis Statistik Deskriptif...........................................

91

1. Pola Asuh Orangtua ................................................

91

2. Prestasi Belajar Siswa .............................................

95

3. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap


Prestasi Belajar Siswa .............................................

BAB V

96

PEMBAHASAN
A. Penerapan Pola Asuh Orangtua Siswa
Kelas XI MAN Malang I...............................................

97

B. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap


Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MAN Malang I............

103

xvi

BAB VI

PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................

105

B. Saran ............................................................................

106

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvii

ABSTRAK
Muhammad Din Haq, Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Siswa
Kelas XI MAN Malang I. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dra. Hj.
Sulalah, M. Ag
Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama
masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk membimbing dan mendidik
anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik dalam suatu lingkungan keluarga.
Peran keluarga terutama orangtua sangat penting dalam mendidik anak baik
tinjauan agama, sosial, maupun individu sehingga mampu menumbuhkan
perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap
positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan
rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Dalam keluarga,
orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan keteladanan yang
baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat mengenalkan nilai-nilai
yang mengandung suasana religi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari
pekerjaan, sedangkan belajar adalah suatu proses mental yang dilakukan untuk
memperoleh perubahan perilaku yang lebih baik. Jadi prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana pola asuh yang diterapkan
orangtua siswa terhadap anaknya. Setelah diketahui bagaimana pola asuh yang
diterapkan langkah selanjutnya adalah mencari pengaruh pola asuh orangtua
terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai
adalah metode angket (kuesioner), wawancara dan metode dokumentasi. Subjek
penelitiaan ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 236 dan diambil sampel
sebanyak 60 siswa atau 25 % dari jumlah populasi. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan regresi sederhana.
Dari hasil analisis deskriptif diperoleh: (a) pola asuh yang digunakan oleh
orangtua siswa adalah pola asuh campuran dari ketiga tipe yaitu demokratis,
otoriter, dan permisif dengan rincian sebagai berikut: demokratis 32 %, otoriter 35
%, dan permisif 47 %. (b) prestasi belajar dari 60 siswa mayoritas berada pada
level prestasi tinggi dengan frekuensi sebesar 32 siswa atau 53 %. Dari hasil uji
regresi linier sederhana diperoleh: angka r sebesar 0.638 yang lebih besar dari
taraf signifikansi 0.5, jadi hipotesis nol ditoalak dan hipotesis kerja diterima. Nilai
koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Suquare) sebesar 0.400
yang berarti variabel terikat prestasi belajar dijelaskan oleh variabel bebas pola
asuh orang tua sebesar 40 % sedangkan sisanya 60 % dijelaskan oleh variabe lain
di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Disarankan bagi pihak
sekolah untuk lebih mengintensifkan hubungan yang sinergis antara sekolah
dengan wali murid untuk membantu siswa dalam kegiatan belajar.
Kata kunci: Pola Asuh, Prestasi Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan
sosial manusia. Menurut K.J. Veeger pada hakekatnya kehidupan sosial itu
terdiri dari jumlah aksi dan reaksi yang tidak terbilang banyaknya, baik antara
perorangan

maupun

antara

kelompok.1

Pihak-pihak

yang

terlibat

menyesuaikan diri dengan salah satu pola perilaku yang kolektif. Kesatuan
yang berasal dari penyesuaian diri itu disebut kelompok atau masyarakat. Oleh
karena itu, pendidikan merupakan bagian dari interaksi sosial yang telah ada
bersamaan dengan kehidupan manusia.
Kian maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang
sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri. Pemicu utamanya diduga adalah
situasi dan kondisi keluarga yang negatif.2 Keluarga adalah pondasi utama
bagi pendidikan anak, dimana dia dibentuk oleh orangtua mereka. Orangtua
merupakan guru pertama bagi anak dan sekaligus sebagai panutan dan
pembimbing dalam melewati fase-fase perkembangannya. Kebiasaankebiasaan di lingkungan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi
kebiasaan anak-anak yang ada dalam lingkungan tersebut karena tipe
kepribadian pada masa kanak-kanak adalah imitasi

Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Quran Mendidik Anak, (Malang: UINMalang Press, 2008), hlm 1
2
Moh. Shochib, Pola Asuh Orangtua, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1998), hlm. V

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk


membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam
rangka

membangun

mensosialisasikan

masa

depan.

kemampuan

baru

Karena

itu

kepada

pendidikan

mereka

agar

berperan
mampu

mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik.3


Dalam keseluruhan proses pendidikan tujuannya untuk menyiapkan
generasi penerus yang berkualitas, baik moral maupun intelektual serta
berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu upaya untuk menyiapkan
genearasi penerus tersebut adalah melalui lembaga pesekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Hasan Langgulung menyebutkan bahwa dalam pendidikan mengandung
dua aspek, Pertama: Aspek mengajar dan Kedua: Aspek belajar. Aspek
mengajar itu hanyalah suatu cara untuk memantapkan proses belajar itu.
Sedangkan proses belajar berlaku apa sebanarnya yang terjadi pada manusia.4
Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh
setiap orang5. Maka dari itu banyak para ahli-ahli membahas dan
menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak
dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan, tetapi yang lebih
penting adalah pemakaian teori-teori itu dalam praktek kehidupan yang paling
cocok dengan situasi kebudayaan kita.

Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo: Ramadhan, 1991), hlm. 9


Ibid., hlm. 23
5
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara,
1988), hlm. V
4

Tokoh Lintang dalam sebuah novel yang berjudul Laskar Pelangi


karangan Andrea Hirata menunjukkan bahwa dia adalah seorang anak yang
berasal dari keluarga yang miskin, ibunya telah meninggal dan bapaknya
adalah seorang nelayan tradisional di pulau Belitong (Bangka Belitung) yang
setiap harinya selalu berangkat pagi dan pulang menjelang malam untuk
menangkap ikan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga waktu untuk
mendampingi anak-anaknya hampir tidak ada sama sekali, akan tetapi
semangat belajar yang tinggi itu dimiliki oleh sosok seorang Lintang. Dia
tidak mudah putus asa meski harus berjalan puluhan kilometer setiap harinya
untuk bersekolah
Lintang adalah sosok yang pintar bahkan memiliki IQ diatas rata-rata
bila dibandingkan dengan teman sebaya satu kelasnya, dia menjadi contoh
bagi teman-temannya untuk selalu belajar agar bisa menyaingi kepintarannya
di kelas. Contoh yang dihadirkan dalam sosok seorang Lintang adalah sebuah
refleksi bahwasannya tidak hanya faktor pola asuh saja yang dijadikan sebagai
acuan untuk menentukan prestasi seorang anak dalam belajarnya, akan tetapi
pola asuh adalah salah satu unsur yang mendukung anak untuk memeproleh
prestasi yang gemilang dalam proses belajarnya.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan
segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan
kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku
teks atau yang diajarkan oleh guru.

Tidak disangkal lagi bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh


beberapa faktor. Sehingga bagi pelajar sendiri penting untuk mengetahui
faktor-faktor yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting lagi tidak hanya
bagi pelajar tetapi juga bagi (calon-calon) pendidik, pembimbing dan pengajar
didalam mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar sedemikian rupa hingga dapat terjadi proses belajar yang optimal.
Proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktorfaktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan
menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan
faktor ekstern adalah yang ada di luar individu6
Dalam hal ini penulis lebih menitik beratkan pada faktor ekstern pada
siswa salah satunya yaitu faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor
lingkungan sekolah dan masyarakat juga banyak mempengaruhi proses belajar
siswa.
Pada dasarnya hubungan orangtua dan anak tergantung pada sikap serta
perilaku orangtua dalam keluarga. Sikap orangtua sangat menentukan
terbentuknya hubungan keluarga sebab apabila hubungan telah terbentuk
dengan baik, maka hal ini cenderung untuk di pertahankan, karenanya sikap
orangtua terhadap anak merupakan hasil belajar. Banyak faktor yang juga
menentukan sikap apa yang di pelajari, yang paling umum diantaranya adalah

Ibid., hlm. 56

sebagai berikut: pengalaman awal orangtua sebagai anak (dari pola asuh
orangtuanya yang di terapkan ketika mereka masih anak-anak) serta nilai
budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak. Orangtua yang
dahulunya menerima suatu bentuk pola asuh tertentu seringkali orang akan
menerapkan kembali kepada anak-anak mereka di kemudian hari
Ketika berbicara masalah prestasi-prestasi yang telah diraih oleh para
siswa sekolah, hal itu banyak yang mempengaruhi. Disamping model
pendidikan yang diterapkan pada sekolahan terdapat faktor lain, yaitu
pendampingan keluarga selama proses belajar mereka. Pendidikan yang
dilakukan di sekolah terbatas pada jam belajar saja, selebihnya para siswa
berada pada lingkungan keluarga maka unsur keluarga sangat berperan dalam
perjalanan belajar siswa. Banyak siswa yang berprestasi akan tetapi kondisi
keluarganya tidak sehat atau bisa dikatakan broken home. Hal ini sangat
bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga
sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa.
Meski pencapaian prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan
yang harus dihadapi oleh seseorang, namun seseorang tidak akan pernah
menyerah untuk mencapainya. Di sinilah nampaknya persaingan dalam
mendapatkan prestasi dalam keompok terjadi secara konsisten dan persisten.
Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan
prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing
individu, kegiatan mana yang akan digeluti untuk mendapatkan prestasi

tersebut. Konsekuensinya kegiatan tersebut harus digeluti secara optimal agar


menjadi bagian dari diri secara pribadi.7
Penulis menemukan beberapa realita yang terjadi yaitu ketika ada
seorang teman yang berangkat dari keluarga mampu, akan tetapi kehidupan
belajarnya tidak maksimal maka hasil belajarnya pun tergolong rendah.
Sebaliknya ada seorang yang berangkat dari keluarga pas-pasan bahkan
termasuk miskin akan tetapi prestasinya bagus dan semangat belajarnya tinggi.
Hal ini tentu bertolak belakang dengan iklim pendidikan di Indonesia yang
mana biaya pendidikan semakin tinggi. Maka yang punya kesempatan untuk
mengenyam pendidikan yang bagus adalah mereka yang berangkat dari
keluarga mampu.
Hemat penulis anak yang mempunyai kesempatan untuk mengenyam
pendidikan tinggi dan bagus berkualitas adalah mereka yang berangkat dari
keluarga mampu (menengah-ke atas) dan itu berimplikasi dengan semangat
belajar yang tinggi mengingat hanya sedikit yang bisa menikmati pendidikan
dengan kualitas tinggi. Namun pada kenyataannya banyak diantara mereka
yang mengabaikan dan meremehkan kesempatan itu sehingga tidak sedikit
dari mereka yang tidak berprestasi dalam belajarnya. Sebaliknya banyak
diantara anak-anak yang dari keluarga tidak mampu dan latar belakang
pendidikan keluarganya rendah justru berprestasi dalam belajarnya.
Seorang anak ketika masih kanak-kanak pembentukan mental secara
psikologis sangat bergantung sekali pada pola asuh yang digunakan
orangtuanya, sedangkan proses belajar adalah proses mental, maka penulis
7

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm. 20

disini beranggapan bahwa ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan
tingkat belajar siswa yang akhirnya terukur dengan adanya prestasi belajar.
Adanya hubungan antara pola asuh dengan proses mental seorang anak maka
ada juga pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa. Atas dasar latar belakang
yang sudah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengangkat sebuah judul
Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orangtua siswa terhadap
anaknya?
2. Bagaimana pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar
siswa kelas XI MAN Malang I?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelititan ini adalah:
1. Untuk mengetahui, mendiskripsikan dan menganalisis pola asuh yang
diterapkan orangtua terhadap anaknya.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar
siswa
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Dari hasil penelitian ini bagi masyarakat umum dapat dijadikan sebagai
tambahan wawasan keilmuan tentang pola asuh dan pengaruhnya

2. Hasil dari penelitian ini bagi lembaga pendidikan yang diteliti dapat
digunakan acuan dalam mengembangkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi penulis penelitian ini sebagai wawasan serta pengalaman baru dalam
dunia penelitian
E. HIPOTESIS
Hipotesis

diartikan

sebagai

suatu

jawaban

sementara

terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul8.


Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Hipotesis Kerja (Ha)
Adanya pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa
b. Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian lazim dibutuhkan, hal ini
dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian yang akan dibahas oleh
peniliti sehingga pembaca mudah untuk memahami arah berpikir peniliti.
Dalam penilitian ini peneliti hanya meneliti bagaimana pengaruh pola
asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I
G. PENEGASAN ISTILAH
Dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya kerancuan dalam
memahami maksud definisi istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka
dipandang perlu penegasan istilah dalam penelitian ini. Adapaun istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm. 71

1. Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama
masa pengasuhan dan perawatan, dengan tujuan untuk membimbing atau
mengarahkan serta mendidik ank-anknya pada kehidupan yang lebih baik
dalam suatu lingkungan keluarga. Pola asuh tersebut meliputi demokratis,
otoriter dan permisif. Dalam hal ini yang dimaksud orangtua yaitu ayah
dan ibu atau yang mempunyai tanggung jawab untuk mengasuh anak.
2. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai
hasil dari aktifitas dalam belajar
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang skripsi ini, maka
penulis akan menguraikan dalam enam bab sebagai berikut:
1. Bab I, pada bab ini peneiliti akan menguraikan pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, dan penegasan istilah.
2. Bab II, pada bab ini akan dikemukakan kajian teoritis mengenai variabel
penelitian yang digunakan meliputi: definisi pola asuh, pola asuh dalam
perspektif islam, macam-macam pola asuh, pentingnya pola asuh bagi
anak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua.
3. Bab III, merupakan pemaparan tentang metodologi penelitian yang
digunakan terdiri dari: rancangan penelitian, variabel penlitian, data dan
sumber data, populasi dan sampel, instrumen penelitian, metode
pengumpulan data, analisis data.

10

4. Bab IV, merupakan pemaparan hasil penelitian yang meliputi profil temapt
penelitian dan analisa statistik deskriptif tentang pola asuh orang tua,
prestasi belajar siswa, serta pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap
prestasi belajar siswa.
5. Bab V, dalam bab ini akan dijelaskan tentang pembahasan yang meliputi
bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa, bagaimana
prestasi siswa di sekolah, dan bagaimana pengaruh antara pola asuh
orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I
6. Bab VI, bab inimerupakan bab yang terakhir yang berisi kesimpulan dari
penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran yang
diperlukan.

11

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pola Asuh Orangtua
1. Pengertian Pola Asuh
Orangtua merupakan model figur utama bagi anak. Sebab orangtua
memiliki peluang yang cukup banyak untuk mensosialisasikan aturan,
nilai, dan kebiasaan serta sikap hidup. Disamping itu, orangtua dalam
keluarga juga merupakan sosok yang menjadi panutan dan perlakuan yang
akan diterapkannya kepada anak-anaknya, serta mempunyai hak untuk
mengasuh dan membesarkan anak-anaknya karena orangtua berperan
sebagai guru, penuntun, dan pengajar.
Bagi orangtua, anak adalah dambaan, buah hati, pelipur lara, amanah
sekaligus cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu sudah
seharusnya jika mereka mengetahui dan memahami dengan benar apakah
fungsi daripada anak dalam sebuah keluarga dan bagaimana metode
pendidikan yang seharusnya mereka terapkan dalam rangka membentuk
pribadi anak yang berakhlak, berkualitas dan kompeten. Sehingga dari
pendidikan keluarga tersebut diharapkan akan tercetak generasi-generasi
umat yang tangguh di dalam maupun di luar.
Mengasuh anak merupakan proses yang sangat kompleks, sebab
banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengasuh anak. Dalam
mengasuh dan mendidik anak membutuhkan beberapa kemampuan yang
perlu diperhatikan, seperti memberikan kasih sayang, penanaman rasa
disiplin, pemberian hukuman dan hadiah, pemberian teladan, penanaman

12

sikap dan moral, serta kecakapan dalam mengatur anak. Hal tersebut
merupakan rangkaian suatu pola yaitu pola asuh orangtua.
Menurut Wahyuni, bahwa dalam mengasuh dan mendidik anak,
sikap orangtua ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya
pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun
sikap orangtua mereka, nilai-nilai yang dianut oleh orangtua, tipe
kepribadian orangtua maupun keluarga, kehidupan perkawinan orangtua
dan alasan orangtua mempunyai anak.9
Sehingga Wahyuni dalam penelitiannya menjelaskan pola asuh
adalah suatu model dan cara pemberian perlakuan seseorang kepada orang
lain dalam suatau lingkungan sosial, atau dengan kata lain pola asuh
adalah model dan cara dari orangtua memperlakukan anak dalam suatu
lingkungan keluarganya sehari-hari, baik perlakuan yang berupa fisik
maupun psikis.10
Menurut pendapat Mussen, mendefinisikan pola asuh orangtua
adalah suatu cara yang digunakan oleh orang dalam mencoba berbagai
strategi untuk mendorong anak-anaknya mencapai tujuan yang diinginkan.
Dimana tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standart
perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti.11
Pandangan Meichati yang mengutarakan bahwa pola asuh orangtua
adalah perlakuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan dan memberikan
perlindungan, serta mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 1976),

hlm. 144
10
11

Ibid
Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakartan : Arcan , 1994), hlm. 395

13

Sehingga setiap orangtua dapat menerapkan cara pengasuahan yang


berbeda dalam sebuah keluarga.
Setiap orangtua memegang teguh prinsip-prinsip islam sebagai tolak
ukur dalam mendidik anak-anaknya, sebab ia akan membimbing manusia
pada fitrahnya yang lurus, yaitu pembentukan pribadi-pribadi yang
bertaqwa. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam sebuah hadits
bahwasannya Rasulullah SAW membuat garis dengan tangannya seraya
bersabda: Inilah jalan Allah SWT yang lurus Kemudian beliau membuat
garis-garis yang banyak sekali di kanan kirinya seraya beliau bersabda:
Inilah jalan-jalan yang tak satupun terlepas dari intaian setan yang
menyesatkan Kemudian beliau membaca ayat Al-Quran:

t 3/ sxtGs 69$# (#7Fs? u ( 7?$$s $V)tG u #xy r&u


t)Gs? 6=ys9 / 38u 39s 4 &#7y
Artinya: Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka
ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar
kamu bertakwa. (QS. Al-anam; 153)12

Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan


bahwa pengertian pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua
dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk
membimbing dan mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik
dalam suatu lingkungan keluarga.

12

Al-Quran dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra). hlm 283

14

2. Pola asuh Orangtua Perspektif Islam


Mengasuh dan memelihara anak merupakan kewajiban dari orangtua
sekaligus sebagai hak yang sudah semestinya diterima oleh setiap anak.
Dalam hukum islam terdapat suatu istilah yang disebut dengan hadanah,
yaitu memelihara anak-anak yang masih kecil, baik itu laki-laki maupun
perempuan dengan menyediakan sesuatu yang menjadikan anak baik,
mengasuh, merawat, dan menjaganya dari sesuatu yang membahayakan
dirinya serta memberikannya pendidikan dalam seluruh aspek kehidupan
sehingga ketika dewasa mereka menjadi pribadi yang mandiri dan
memiliki tanggung jawab.
Doktrin islam menggariskan dan mengatur orang islam agar dapat
mengikuti gaya hidup yang berbudaya atas dasar kerja sama, kasih sayang,
dan kesetiaan sehingga meningkatkan kemajuan budaya masyarakat islam.
Sehingga islam mulai pengaturannya pada manusia sebagai individu
karena ia merupakan organisme yang pertama yang membentuk kehidupan
keluarga dan masyarakat, dan selanjutnya kehidupan bangsa.13
Rasulullah SAW merupakan sosok teladan dalam hal menyayangi
anak dan orang pertama yang senantiasa menasihatkan kepada para
orangtua agar menyayangi anak-anak mereka, karena persahabatan
orangtua dengan anak-anaknya akan menanamkan dalam diri anak tersebut
watak yang mulia dan mengarahkan tingkah laku yang disiplin pada anak.
Seperti dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

:
13

Zamarkasyi Dhifier, dkk, Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam. (Jakarta: UNICEF
Indonesia, 1986), hlm. 53

15

()
Artinya: Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik
akhlaknya serta paling penyayang kepada keluarganya (HR. Tirmidzi).

Peran keluarga terutama orangtua menjadi penting untuk mendidik


anak baik tinjauan agama, sosial, maupun individu. Akan tetapi bagaimana
pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa
yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan
mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang
secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan dalam
keluarga merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan penting. Dalam
keluarga, orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan
keteladanan yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat
mengenalkan nilai-nilai yang mengandung suasana religi.
Syariah islam membebani kewajiban orangtua untuk memelihara
keselamatan anak dan perkembangan anak, atas dasar pertimbangan bahwa
anak adalah titipan Allah SWT yang harus dijaga baik-baik sebab mereka
akan mempertanggung jawabkannya kepada Allah SWT.14
Seperti dalam hadits Bukhori yang menjelaskan dengan tegas bahwa
bagian tanggung jawab yang harus dipikul oleh orangtua, yaitu kewajiban
untuk memelihara keselamatan anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan

14

Dhofier, dkk, Op.cit, hlm. 29

16

hidupnya. Hal ini berarti bahwa orangtua harus menyediakan makanan


dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW menganjurkan kepada setiap orangtua agar
menyuruh anak-anknya untuk menjalankan ibadah shalat ketika mereka
telah berumur tujuh tahun, adalah tidak lain agar supaya mereka terbiasa
melakukan hal itu dan membina anak mempunyai sifat yang terpuji.
Disamping itu juga, orangtua dapat bersikap adil (tidak membedakan
dengan saudara lain) dalam memberikan perhatian dan kasih sayang
terhadap anak-anaknya, agar kewajiban mereka tumbuh dengan baik
dalam kasih sayang dan persaudaraan. Rasulullah bersabda:

:
, ,
( )
Artinya:

Kamu semua adalah penanggung jawab dan akan dimintai pertanggung

jawaban atas apa yang dipercayakan kepadamu. Seorang ayah bertanggung jawab
membiayai dan memelihara kehidupan keluarganya, dan akan dimintai pertanggung
jawaban atasnya. Seorang istri bertanggung jawab terhadap anak dan harta suaminya dan
akan dimintai pertanggung jawaban atasnya (Shahih Al-Bukhori Juz.VII: 34)

Menurut Dharmawan, terdapat tiga macam pola asuh orangtua dalam


mendidik anak, diantaranya:15

15

Budi Dharmawan dan Yoyoh Yusroh, Metode pendidikan Rasulullah SAW dalam
Mengembangkan kepribadian anak, one-line: http//www.pks-anz.org/print.php?sid. akses: 11
Maret 2009

17

1. Pola asuh koersif


a. Cara

orangtua

mendisiplinkan

anak

tanpa

memberi anak

kebebasan.
b. Membuat keputusan untuk anak, dan anak tinggal melaksanakan
keputusan orangtua.
c. Memberikan dorongan dari luar kepada anak.
2. Pola asuh permisif
a. Orangtua memberi anak kebebasan tanpa disiplin.
b. Mengambil alih tanggung jawab anak menjadi tanggung jawab
orangtua.
c. Tidak memberikan dorongan kepada anak.
3. Pola asuh dialogis
a. Orangtua memberi anak kebebasan tetapi disiplin.
b. Memberi pilihan kepada anak untuk membuat keputusannya
sendiri.
c. Menumbuhkan dorongan dari dalam pada diri anak.
Dari ketiga macam pola asuh di atas, maka landasan pola asuh yang
diterapkan oleh Rasulullah SAW adalah pola asuh dialogis yaitu tertib
dengan kebebasan, karena sesuai dengan fitrah penciptaan manusia dan
diwajibkan oleh Allah SWT terhadap para utusannya. Disamping itu,
berpijak pada dorongan dan konsekuensi dalam membagun dan
memelihara fitrah anak.

18

Di bawah ini merupakan tiga fase pola asuh yang diterapkan oleh
Rasulullah SAW, diantaranya:16
a. 0-7 tahun (dialogis-permisif), menjadikan anak manja-terarah
b. 7-14 tahun (dialogis-koersif), menjadikan anak disiplin-terdidik.
c. 14-21 tahun (dialogis-dialogis), menjadikan anak dapat mandiribertanggung jawab.
Hal tersebut juga dapat diketahui dari contoh Rasulullah SAW yang
sangat memperhatikan dan memperlakukan anak kecil dengan sangat baik.
Beliau merawat cucu-cucunya yaitu Hasan dan Husen dengan penuh
kelembutan, kehangatan dan cinta kasih, dimana hal tersebut merupakan
wujud dari kecintaan dan perhatian beliau kepada mereka.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh
orangtua dalam prespektif Islam yaitu pola asuh koersif (tertib tanpa
kebebasan), pola asuh permisif (bebas tanpa ketertiban), dan pola asuh
dialogis (tertib dengan kebebasan). Sedangkan pola asuh yang diterapkan
Rasulullah SAW yaitu pola asuh dialogis, dimana terbagi menjadi tiga
macam yaitu dialogis-permisif (menjadikan anak manja-terarah), dialogiskoersif

(menjadikan

anak

disiplin-terdidik)

dan

dialogis-dislogis

(menjadikan anak mandiri-bertanggung jawab).

3. Macam-macam Pola Asuh


Dalam menentukan aturan yang berlaku dalam sebuah keluarga,
harus dipertimbangkan dengan berbagai macam aspek yang dapat

16

Dharmawan dan Yusroh, Op.cit, akses: 11 Maret 2009

19

menjamin adanya kerukunan dan kedamaian dalam berkeluarga.


Ketentuan-ketentuan tersebut harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan anggota keluarga yang bersangkutan.
Orangtua memang perlu memperhatikan keadaan anak-anaknya.
Dalam mengajarkan norma dibutuhkan ketrampilan berkomunikasi yang
baik dengan anak, karena komunikasi yang baik dan terarah diharapkan
apa yang diajarkan orangtua mudah diterima oleh anak. Semua perbuatan
dan tingkah laku dari orangtua merupakan contoh yang baik untuk
diterapkan pada diri anak dalam kehidupan sehari-harinya.
Orangtua dengan segala sikap, tindakan dan kebiasaannya sehari-hari
adalah teladan bagi anak-anaknya. Tidak heran bila mereka juga
berperilaku seperti orangtuanya. Terlebih pada masa kanak-kanak sampai
masa remaja karena mereka mulai berpikir kritis. Sebagian besar waktu
anak didapat di lingkungan keluarga. Dasar kelakuan, sikap hidup serta
kebiasaannya dibangun dari lingkungan keluarga. Pengaruh lingkungan
luar akan kalah pengaruhnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Dewantara mengatakan
bahwa setiap pemimpin (dalam hal ini adalah orangtua sebagai pemimpin
keluarga) sebaiknya menganut tiga aspek diantaranya:
a. Ing ngarso sung tulodo
Orangtua harus dapat menjadikan dirinya pola anutan melalui
tingkah laku kepada anak-anaknya dalam keluarga. Sebab jika
orangtua hanya memerintah tanpa memberikan contoh, maka akan
menimbulkan konflik bagi anak-anaknya karena anak merasa dituntut

20

sementara orangtua tidak melaksanakanya. Akibatnya anak tidak mau


menuruti perintah orangtua.
b. Ing madyo mangun karso
Orangtua harus mampu memberikan semangat kepada anakanaknya untuk mampu berkreasi dalam kehidupannya. Dengan kata
lain orangtua harus mampu menghidupkan jiwa dan semangat yang
positif kepada anak-anak, sehingga anak mampu untuk berkreativitas
sesuai dengan potensinya.
c. Tut wuri handayani
Orangtua harus memiliki kemampuan untuk dapat memberikan
dorongan kepada anak-anaknya agar berani melangkah ke depan
menatap dunia yang kian maju dan berani bertanggung jawab atas
semua yang diperbuatnya.
Menurut Baumrind (1967), terdapat empat macam pola asuh
orangtua, diantaranya:17
a. Pola asuh demokratis
Yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan
tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Orangtua dengan
pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada
rasio atau pemikiran-pemikiran serta bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui
batas kemampuan anak. Dismping itu, orangtua juga memberikan

17

Ira Petranto, Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orangtuanya, Buletin
DWP PTRI Jenewa, on-line: http;//www.binarymoon.co.uk/2005. Jakarta: Kawan Pustaka, Akses:
11 Maret 2009

21

kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan


serta pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
b. Pola asuh otoriter
Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standart yang
mutlak harus di turuti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.
Orangtua tipe ini cenderung untuk memaksa, memerintah, dan
menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan
oleh orangtua, maka orangtua tidak segan-segan untuk menghukum
anaknya. Orangtua juga tidak mengenal kompromi, dan dalam
komunikasi biasanya bersifat satu arah. Disamping itu, orangtua tidak
memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai
keinginan anaknya.
c. Pola asuh permisif
Pola asuh permisif atau biasa disebut pemanja biasanya
memberikan

pengawasan

yang

sangat

longgar.

Memberikan

kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan


yang cukup dari orangtua. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat
sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orangtua tipe
ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
d. Pola asuh penelantar
Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe penelantar. Orangtua tipe
ini umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada
anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan

22

pribadi mereka, seperti bekerja, dan kadang kala biayapun dihemathemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku
penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang
depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik
maupun psikis pada anak-anaknya.

Sehingga dari macam pola asuh yang diterapkan oleh orangtua,


masing-masing terdapat dampak yang terjadi pada anak. Karakteristikkarakteristik anak dalam kaitannya dengan pola asuh orangtua,
diantaranya:
a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan
teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal
baru, dan kooperatif terhadap orang-orang lain.
b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar
norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
implusif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang
sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
d. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
moody, implusive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau
mengalah, self esteem yang rendah, sering bolos, dan bermasalah
dengan teman.

23

Dari karakteristik-karakteristik tersebut, sebagai orangtua dapat lebih


mawas diri, karena apabila orangtua memahami pola asuh mana yang
cenderung diterapkan, maka orangtua dapat segera merubahnya. Orangtua
dapat melihat, bahwa harga diri anak yang rendah terutama disebabkan
karena pola asuh orangtua yang penelantar.
Dalam diri anak juga perlu ditanamkan karakter-karakter positif yang
akan mendorong anak untuk melakukan hal-hal yang terbaik dalam setiap
urusannya di dunia maupun di akhirat, seperti sifat jujur, optimisme,
keuletan, kemandirian, keberanian, kelembutan, kasih sayang dan
sebagainya. Karakter-karakter yang demikian sangat diperlukan bagi
setiap individu terlebih lagi dalam menghadapi zaman serba kompleks ini.
Seperti dalam syair di bawah ini, yang dapat dipahami oleh para
orangtua dalam mendidik anak, diantaranya:
Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat
Bila anak sering dikritik, ia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
Bila anak mendapat haknya, ia belajar bertindak adil
Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya
Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta

24

(karya: Dorothy Law Notle dalam syair Children Learn What They Live)18

Hal diatas juga senada dengan syair yang diungkapkan Rakhmat


dalam psikologi komunikasi, yang berbunyi:
Jika anak dibesarkan dengan celaan,
Ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
Ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
Ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
Ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
Ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
Ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
Ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,
Ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
Ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
18

Labib, MZ, Menciptakan Keluarga Sakinah Dalam Pandangan Islam, (Surabaya:


Bintang Usaha Jaya, 2006), hlm. 105

25

Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan


(Karya: Dorothy Law Notle dalam syair Children Learn What They Live)19

Menurut syair di atas menjelaskan bahwa orangtua dalam mendidik


anak tidak menggunakan cara yang dapat menyebabkan anak merasa tidak
disenangi, tidak dihargai, tidak diperhatikan bahkan merasa dibedakan
dengan saudara yang lain, karena akan berdampak tidak baik bagi anak.
Dalam sebuah hadits bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda:

( ):
Artinya: Tidak ada sesuatu pemberian (hadiah) dari orangtua kepada anak-anaknya yang
lebih utama ketimbang mengajarkan budi pekerti yang baik kepada mereka (HR.
Turmudzi).

Menurut Bolson, pola asuh orangtua dapat digolongkan dalam tiga


tipe, diantaranya:20
a. Otoriter
Orangtua berada dalam posisi sebagai arsitek. Orangtua dengan
cermat

memutuskan

bagaimana

individu

harus

berperilaku,

memberikan hadiah atau hukuman agar perintah orangtua ditaati.


Tugas dan kewajiban orangtua tidak sulit, tinggal menentukan apa
yang didinginkan dan harus dikerjakan atau yang tidak boleh
dilakukan oleh anak-anak mereka.

19

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1986), hlm.

128-129
20

Andrie, Winarti & Utami, Pola Asuh Orangtua dan Nilai-nilai Kehidupan yang Dimiliki
oleh Remaja (Fenomena: Jurnal Psiklogi, 2001), hlm. 71

26

b. Demokratis
Tipe ini bercirikan adanya kebebasan dan ketertiban, orangtua
memberikan arahan atau masukan-masukan yang sifatnya tidak
mengikat kepada anak. Dalam hal ini orangtua bersifat objektif,
perhatian dan kontrol terhadap perilaku anak-anaknya. Sehingga
orangtua dapat menyesuaikan dengan kemampuan anak.
c. Permisif
Orangtua biasanya bertindak menghindari adanya konflik ketika
orangtua merasa tidak berdaya untuk mempengaruhi anak. Akibatnya,
orangtua membiarkan perbuatan-perbuatan salah yang dilakukan anak.
Dalam hal ini orangtua kurang dapat membimbing terhadap anak,
karena anak dibiarkan melakukan tindakan sesuka hati dan tidak ada
kontrol dari orangtua.

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang demokratis, akan


membuat anak mudah bergaul, aktif dan ramah tamah. Anak belajar
menerima pandangan orang lain, belajar dengan bebas mengemukakan
pandangannya sendiri dan mengemukakan alasan-alasannya. Hal ini bukan
berarti bahwa anak bebas melakukan segala-galanya. Bimbingan kepada
anak tetap diberikan. Anak lebih mudah melakukan kontrol terhadap
sikapnya yang tidak disukai masyarakat, anak juga merasakan kehangatan
pergaulan. Hal ini sesuai dalam Al-Quran, yaitu:

/t%F{$# y7s?ut r&u

27

Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (QS. AsySyuraa; 214)21

Pada keluarga yang menerapkan pola asuh bebas, sering membiarkan


tindakan anak, maka akan membuat anak tidak aktif dalam kehidupan
sosial, dan dapat dikatakan anak menarik dir dari kehidupan sosial mereka.
Dari ketiga jenis pola asuh itu, Baldwin mengatakan bahwa tipe
demokratis merupakan cara yang terbaik untuk diterapkan oleh orangtua
bagi anaknya untuk memberikan kemampuan menyesuaikan diri. Namun
demikian, cara susunan keluarga ini kenyataannya tidak terbagi secara
tajam berdasarkan ciri-ciri keluarga dalam tiga tipe tersebut. Terbanyak
adalah campuran dari tiga tipe, dalam hal ini ditentukan mana yang paling
menonjol yang ada dalam susunan suatu keluarga.22
Berdasarkan beberapa uraian tentang macam-macam pola asuh
orangtua di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pola asuh yang
diterapkan oleh setiap orangtua sangtlah beragam, diantaranya; tipe
demokratis, otoriter, dan permisif. Tipe demokratis (orangtua bersikap
ramah terhadap anak) akan menghasilkan karakteristik anak yang baik
karena dapat mengontrol diri, sedangkan tipe otoriter (orangtua tidak
mengenal kompromi terhadap anak) akan menghasilkan karakteristik anak
yang penakut, suka melanggar norma, serta untuk tipe permisif (orangtua
memberikan pengawasan yang kurang terhadap anak) akan menghasilkan

21

Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 742


Notosudirjdo & Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan ( Malang: UMM
Press. 2005), hlm. 176.
22

28

karakteristik anak yang manja dan tidak mandiri. Penerapannya ini sesuai
dengan kesepakatan dalam suatu keluarga tersebut.

4. Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak


Orangtua sebagai pendidik, mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pendidikan anaknya. Karena dalam keluarga, anak pertama kali
mengenal pendidikan untuk mengembangkan segala potensi dasarnya,
baik potensi agama, sosial maupun budaya. Oleh karena itu, peran
orangtua dalam membimbing dan mendidik anak serta menyelamatkan
anak merupakan tujuan yang utama. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT yang berbunyi:

u$yft:$#u $9$# $y%u #Y$t /3=r&u /3|r& (#% (#t#u t%!$# $pr't
ts $t t=ytu ttr& !$t !$# tt #y s3n=t $pn=t
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahrim; 6)23

Menurut ayat tersebut diatas diketahui bahwa orangtua sebagai


pemimpin dalam keluarga, bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.
Sebagaimana mendidik anak tersebut menjadikan taat kepada Allah SWT
serta berbakti kepada orangtuanya. Ayat tersebut juga mengajarkan kepada
orang-orang yang beriman agar menjaga diri mereka dan keluarganya dari

23

Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 1148

29

siksaan api neraka, yaitu sikasaan Tuhan yang akan ditimpahkan kepada
orang-orang yang berbuat dosa di dunia.
Menurut pendapat Soekanto, sikap orangtua yang baik (ideal)
diterapkan kepada anak adalah:24
a. Orangtua seyogyanya bersikap tindak logis (sabenere), artinya
orangtua dapat membuktikan apa dan mana yang benar dan salah.
Misal: mendidik anak agar dia menjadi orang mandiri dan bertanggung
jawab.
b. Orangtua seyogyanga bersikap tindak etis (samestine), artinya
bersikap tindak didasarkan pada dasar tertentu, sehingga tidak asal saja
(sembrono). Misal: tidak serakah, mampu tidak berkekurangan tetapi
juga tidak serba kelebihan, dan berlarut-larut.
c. Orangtua seyogyanya bersikap tindak estetis (sapenake), artinya
seharusnya orangtua hidup enak, tanpa menyebabkan ketidak enakan
pada pihak lain.

Selain hal diatas, menurut pendapat Kartono dan Andari, sikap


orangtua yang baik adalah:25
a. Orangtua bisa menuntun anak untuk bertanggung jawab dan
menentukan jalan hidupnya sendiri.

24
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga; Ikhwal Tentang Keluarga, Remaja dan Anak,
cet. Ketiga (Jakarta: PT Rineka Cipta 2004), hlm. 6-7
25
Kartini Kartono dan Jeny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
(Bandung: Mandar Maju, 1998), hlm. 187-189.

30

b. Orangtua dapat bersikap toleran terhadap implus-implus dan emosiemosi anaknya serta bisa memberikan bimbingan penyalurannya
dengan cara yang sehat.
c. Adanya identifikasi anak yang sehat terhadap orangtua, guna
memperkuat kepribadian anak.
d. Orangtua mampu membimbing anak menetukan sikap dan tujuan
hidupnya sendiri agar mandiri dan mampu membangun diri sendiri.
e. Orangtua harus memberikan contoh sikap hidup dan perilaku yang
baik dan menyingkirkan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri
yang negatif (yang tidak sehat).

Tanggung jawab keluarga (orangtua) terhadap pendidikan anakanaknya menurut Syam harus berdasarkan pada:26
a. Dorongan (motivasi) cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua
dengan anaknya, yang nantinya mendorong sikap dan tindakan rela
menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk anak.
b. Dorongan

(motivasi)

kewajiban

moral,

sebagai

konsekuensi

kedudukan orangtua terhadap nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai


ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing.
c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada
gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan
negaranya, bahkan kemanusiaan.

26

Siti Muntamah, 2000, hlm. 53

31

Hal tersebut seperti yang difirmankan oleh Allah SWT yang


berbunyi:

u s9$# $ut Mu/$#u y# 4n?t 4syr't t$s%u ]t 4<us?u


x. s
Artinya: Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka
citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena Kesedihan dan Dia
adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). (QS. Yusuf; 84)27

Pentingnya pola asuh orangtua bagi anak juga dapat dilihat dari cara
mereka melakukan pendampingan terhadap anaknya pada saat belajar,
diantaranya:28
a. Mengajarkan tanggung jawab
Anak perlu mengetahui bahwa sebagai seorang siswa memiliki
tanggung jawab seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah dan mentaati
semua peraturan sekolah. Dengan mengetahui tanggung jawab, anak
akan menjadi percaya diri dan dapat mengorganisir pikirannya sendiri.
b. Harapan tinggi
Anak juga diajarkan bahwa mereka harus memiliki harapan dan
cita-cita yang tinggi, misalnya masuk Universitas. Dengan demikian
mereka akan giat (termotivasi) belajarnya. Hal tersebut untuk
melihatkan harapan yang tinggi dan menumbuhkan motivasi belajar.

27
28

Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 466


Jordan, Kiat Sukses Orangtua, (Yogyakarta: Dolphin Books, 2006), hlm. 69-73

32

c. Melibatkan diri dengan sekolah si anak


Orangtua memiliki tanggung jawab dan peran penting dalam
mencari tahu apa yang terjadi pada anaknya di sekolah. Bertemu
dengan guru-guru di sekolah secara teratur merupakan salah satu cara
keterlibatan orangtua di sekolah.
d. Belajar tidak selalu menyenangkan
Untuk membangun kepribadian anak dalam belajar, anak perlu
diberitahu bahwa belajar tidak selamanya menyenangkan. Orangtua
perlu memberi motivasi seperti penghargaan atau ciuman sayang atas
keberhasilan anak dalam pelajaran yang mereka anggap berat.
e. Memberi waktu untuk bermain dan bersantai
Orangtua dapat memberikan anak waktu untuk bermain agar
mereka bersantai, memberikan waktu untuk menonton televisi
meskipun tidak terlalu lama. Tidak memaksa anak untuk terus-menerus
mengerjakan PR, tugas-tugas sekolah, atau belajar melebihi waktu.
Anak akan bosan dan dapat menimbulkan stres padanya.

Disamping itu juga terdapat sepuluh kunci untuk membantu orangtua


menggunakan metode-metode yang telah terbukti memberikan rasa
eksistensi dan rasa keamanan pada anak-anak, diantaranya:29
a. Memanfaatkan waktu bercengkrama
Kepercayaan diri umumnya dipengaruhi oleh kualitas waktu
yang orangtua habiskan bersama anak, bukan jumlah waktu yang

29

Ibid. hlm. 9-15

33

dihabiskan orangtua. Jika kita tidak memberi anak-anak waktu


bercengkrama sepanjang hari, anak akan mulai bertingkah aneh. Anak
menganggap perhatian negatif itu lebih baik daripada merasa
diabaikan. Sehingga orangtua menggunakan tindakan, tidak hanya
sekedar kata-kata.
b. Memberi anak cara-cara yang benar untuk merasa kuat
Cara untuk membantu mereka agar merasa kuat dan bernilai
adalah meminta nasihat mereka, memberi mereka pilihan, mengizinkan
mereka membantu orangtua menyelesaikan perhitungan belanja,
meminta anak memasak (membantu) orangtua berbelanja.
c. Menggunakan konsekuensi-konsekuensi alami
Jika orangtua ikut campur ketika tidak perlu melakukannya,
berarti kita merampok peluang yang dimilik anak untuk belajar dari
konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul akibat perbuatannya.
Dengan membiarkan mereka menghadapi konsekuensi-konsekuensi
ini, orangtua tidak mengganggu hubungan anak dengan terlalu banyak
mengingatkan.
d. Menggunakan konsekuensi-konsekuensi logis
Seringkali konsekuensi-konsekuensi logis muncul jauh di masa
yang akan datang dengan memakai konsekuensi alamiah. Jika itu yang
terjadi, maka konsekuensi-konsekuensi logis memang efektif. Sebuah
konsekuensi untuk anak harus secara logis dikaitkan dengan
perilakunya agar konsekuensi itu berfungsi.

34

e. Menjauh dari konflik


Jika anak sedang menguji orangtua melalui perilaku yang
membuat marah atau berbicara tanpa hormat kepada orangtua, maka
langkah terbaik adalah meninggalkan kamar. Tidak pergi dalam
keadaaan marah atau kalah.
f. Memisahkan antara perbuatan dari yang berbuat
Menjauhkan perkataan kepada anak bahwa dia nakal, karena
akan merusak harga dirinya. Membantu anak untuk menyadarinya
bahwa yang dibenci bukan dia melainkan perbuatannya.
g. Bersikap ramah sekaligus tegas
Memastikan bahwa orangtua penuh kasih saat menjemput anak,
namun bertindak tegas dengan menjemput anak secepat mungkin jika
waktunya habis tanpa mengomel lagi.
h. Orangtua dengan tujuan di kepala
Kebanyakan dari Orangtua telah menggunakan pola pikir untuk
dapat mengendalikan situasi dengan sesegera mungkin. Namun hal ini
dapat mengakibatkan anak-anak terlalu dikekang. Sebagai Orangtua
kita berpikir bagaimana agar anak kita menjadi dewasa, maka kita akan
sering merenung dengan cara itu saat mendidik.
i. Bersikap konsisten
Anak akan belajar untuk lebih menghormati orangtua jika
orangtua tersebut serius dengan ucapannya dan lebih bersikap
konsisten pada anak. Hal tersebut seperti firman Allah SWT yang
berbunyi:

35

6j.tu $oGt#u 3n=t (#=Gt 6i Zu 6 $u=yr& !$yx.


tn=s? (#3s? s9 $ 3k=yu sy6t:$#u |=tG39$# 6k=yu
Artinya: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan AlHikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.(QS. AlBaqarah; 151)30

Setelah kita telaah beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa


pentingnya pola asuh orangtua bagi anak adalah bagi penentuan anak
untuk masa depannya, karena orangtua mempunyai tanggung jawab untuk
dapat membimbing dan mengarahkan anak-anaknya kepada hal-hal yang
bersifat positif. Disamping itu, orangtua juga berperan aktif dalam
pendidikan anak, terutama dalam hal pendampingan belajar anaknya.
Kehadiran orangtua pada saat mereka belajar sangat berarti, dengan tujuan
supaya anak dapat termotivasi saat mereka sedang melakukan aktivitas
belajar.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua


Dalam setiap keluarga, terutama orangtua memiliki norma dan alasan
tertentu dalam menerapkan pola asuh kepada anak-anaknya. Menurut
Mussen, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua
yaitu:31

30
31

Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 45


Mussen, Op.cit, hlm. 392

36

a. Lingkungan tempat tinggal


Lingkungan tempat tinggal akan mempengaruhi cara orangtua
dalam menerapkan pola asuh. Hal ini dapat dilihat jika suatu keluarga
yang tinggal di kota besar, kemungkinan orangtua akan banyak
mengontrol anak karena merasa khawatir, misal: melarang anaknya
pergi kemana-mana sendiri. Sedangkan keluarga yang tinggal di
pedesaan, kemungkinan orangtua tidak begitu khawatir anaknya pergi
sendirian.
b. Sub kultur budaya
Budaya di lingkungan tempat tinggal keluarga menetap akan
mempengaruhi pola asuh orangtua. Hal ini dapat dilihat dari pendapat
Bunruws yang menyatakan bahwa banyak orangtua di Amerika Serikat
yang memperkenankan anak-anaknya untuk mempertanyakan tindakan
orangtua dan mengambil bagian dalam argumentasi tentang aturan dan
standart moral. Di Meksiko, perilaku seperti itu akan dianggap tidak
sopan dan tidak pada tempatnya.32
c. Status sosial ekonomi
Status sosial akan mempengaruhi pola asuh orangtua. Keluarga
dari kelas sosial yang berbeda, tentu juga mempunyai pandangan yang
berbeda pula bagaimana cara menerapkan pola asuh yang tepat dan
dapat diterima bagi masing-masing anggota keluarga.

32

Mussen, Op.cit, hlm. 393

37

Pendapat di atas juga didukung Mindel yang menyatakan bahwa ada


beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola asuh orangtua
dalam keluarga, diantaranya:33
a. Budaya setempat
Lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal memiliki peran
yang cukup besar dalam membentuk arah pengasuhan orangtua
terhadap anaknya. Dalam hal ini mencakup segala aturan, norma, adat
dan budaya yang berkembang di dalamnya.
b. Ideologi yang berkembang dalam diri orangtua
Orangtua yang mempunyai keyakinan dan ideologi tertentu
cenderung untuk menurunkan kepada anak-anaknya dengan harapan
bahwa nantinya nilai dan ideologi tersebut dapat tertanam dan
dikembangkan oleh anak dikemudian hari.
c. Letak geografis dan norma etis
Letak suatu daerah serta norma yang berkembang dalam
masyarakat memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk pola
asuh orangtua. Penduduk pada dataran tinggi tentu memiliki perbedaan
karakteristik dengan penduduk dataran rendah sesuai tuntutan dan
tradisi yang dikembangkan pada tiap-tiap daerah.
d. Orientasi religius
Arah

dan

orientasi

religiusitas

dapat

menjadi

pemicu

diterapkannya pola asuh dalam keluarga. Orangtua yang menganut

33

Walker, Handbook of Clinical Child Psychology, (Canada: A. Wiley-Inter Science


Publication, 1992), hlm. 3

38

agama dan keyakinan religius tertentu senantiasa berusaha agar anak


pada akhirnya nanti juga dapat mengikutinya.
e. Status ekonomi
Hal ini juga mempengaruhi pola asuh orangtua. Dengan
perekonomian yang cukup, kesempatan dan fasilitas yang diberikan
serta lingkungan material yang mendukung cenderung mengarahkan
pola asuh orangtua menuju perlakuan tertentu yang dianggap orangtua
sesuai.
f. Bakat dan kemampuan orangtua
Orangtua

yang

memiliki

kemampuan

komunikasi

dan

berhubungan dengan cara yang tepat dengan anaknya cenderung akan


mengembangkan pola asuh yang sesuai dengan diri anak.
g. Gaya hidup
Suatu norma yang dianut sehari-hari sangat dipengaruhi faktor
lingkungan yang mengembangkan suatu gaya hidup. Gaya hidup
masyarakat di desa dan di kota besar cenderung memiliki ragam dan
cara yang berbeda dalam mengatur interaksi orangtua dan anak.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi pola asuh orangtua yaitu adanya hal-hal yang bersifat
internal (seperti: ideologi yang berkembang dalam diri orangtua, bakat dan
kemampuan orangtua, orientasi religius serta gaya hidup) dan eksternal
(seperti: lingkungan tempat tinggal, budaya setempat, letak geografis

39

norma etis dan status ekonomi). Hal itu menentukan pola asuh terhadap
anak-anak untuk mencapai tujuan agar sesuai dengan norma yang berlaku.

B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Ada beberapa
definisi prestasi menurut para ahli adalah sebagai berikut;
Menurut WJS Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah
hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).34
Sedangkan menurut Mas'ud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang
telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.35 Sementara Nasrun
Harahap, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan
kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang
disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.36
Sedangkan menurut Bloom prestasi belajar adalah proses belajar yang
dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan,
pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.37
Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli di
atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan,
34

WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982),

hlm. 773
35
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional; 1994), hlm. 21
36
Ibid., hlm, 21
37
Reni Kbar Hawadi, Akselerasi (Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
2004), hlm 68

40

namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk
itu dapat difahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok
dalam bidang kegiatan tertentu.
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun
kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh
individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi
melalui usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan
pengajaran atau latihan. Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar tersebut relatif tetap dan bukan hanya perubahan yang bersifat
sementara. Tingkah laku mengalami perubahan menyangkut semua aspek
kepribadian, baik perubahan pengetahuan, kemampuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap dan aspek perilaku lainnya.
Agar manusia senantiasa tumbuh dan berkembang, seseorang pasti
memerlukan kegiatan belajar. Sebagian orang beranggapan bahwa yang
dimaksud belajar adalah mencari atau menuntut ilmu. Aliran modern
dewasa ini memberikan pengertian belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada

41

kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya:


perubahan fisik, mabuk gila dan sebagainya.38
Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang
diperoleh, artinya belajar harus dilakukan dengan usaha sendiri adapun
orang lain itu hanya sebagai pembantu atau penunjang dalam kegiatan
belajar agar belajar dapat berjalan dengan baik dan akhirnya hasilnya juga
baik.
Surya menyatakan

bahwa pengertian dari belajar adalah suatu

proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan


tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.39 Dan dalam
bukunya ANITA WOOLFOLK menjelaskan bahwa learning is process
through which experience causes permanent change in knowledge or
behavior.40
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan
tingkah laku yang relatif menetap terjadi sebagai hasil dari pengalaman
atau tingkah laku. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah segala
kejadian yang secara sengaja dialami oleh setiap orang. Sedangkan latihan
merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara
berulang-ulang.41

38

Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman


Konsep Umum dan Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm 6
39
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), hlm. 8
40
Anita Woolfolk., Educational Psychology (Printed in the United States of America
2004). Page.198
41
Muhaimin, Abd Ghofir, Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengaja, (Surabaya: CV.
Citra Media karya anak Bangsa, 1996), hlm. 43

42

Menurut Rebber dalam kamus susunannya yang tergolong modern,


Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi.
Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses
memperoleh pengetahuan. Pengetahuan ini biasanya lebih sering dipakai
dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang
kurang repsentatif karena tidak mengikutsertakan perolehan ketrampilan
non kognitif. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in
respons potentiality which occurs as a result of reinforces practice, yaitu
suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatife langgeng sebagai hasil
latihan yang diperkuat.42
Pandangan agama khususnya islam bahwa belajar adalah proses
kerja sistim memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan
ketrampilan oleh manusia. Namun islam, dalam hal penekanannya
terhadap signifikansi fungsi kognitif dan fungsi sensori sebagai alat
penting untuk belajar, sangat belajar

seperti halnya, ya'qilun,

yatafakkarun, yubshirun, yasma'un.43

2. Macam-macam Prestasi Belajar


Adapun macam-macam prestasi belajar antara lain;
a. Prestasi yang bersifat kognitif 44
Yang termasuk dalam prestasi yang bersifat kognitif yaitu; ingatan,
pemahaman, penerapan, pengamatan, analisis, sintesis dan lain-lain.

42

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm.

43

Ibid., hlm. 101


Muhibbin Syah, Op.Cit hlm 154

91
44

43

Misalnya seorang siswa mampu menyebutkan materi pelajaran yang sudah


dipelajari pada minggu lalu maka siswa tersebut bisa dikatakan potensi
dalam kognitifnya dan lain sebagainya.
b. Prestasi yang bersifat afektif
Yang termasuk dalam prestasi afektif adalah yaitu sikap
menghargai, penerimaan, penolakan dan lain-lain. Misalnya seorang siswa
dapat menunjukkan sikap menerima dan menolak terhadap sustu
pernyataan atau suatu permasalahan dan lain-lain. Itu bisa dikatakan
bahwa siswa mengalami prestasi afektif.
c. Prestasi yang bersifat psikomotorik
Yang termasuk prestasi yang bersifat psikomorik siswa yaitu;
kecakapan ekspresi verbal dan non verbal, ketrampilan bergerak dan
bertindak. Misalnya seorang siswa menerima tentang adab sopan santun
kepada orangtua, maka si anak mengaplikasikan pelajaran tersebut ke
dalam kehidupan sehari-hari.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a. Internal siswa
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, termasuk
kedalam faktor internal, yakni faktor dari diri dalam siswa. Faktor ini
terdiri dari dua aspek antara lain: 45

45

Ibid., hlm. 127

44

1) Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar berkenaan dengan
keadaan dengan keadaan dan kondisi umum jasmani seseorang,
misalnya menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau
terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh. Aspek ini juga
menyangkut kebugaran tubuh. Tubuh yang kurang prima, akan
mengalami kesulitan belajar. Untuk menjaga kondisi tubuh, dianjurkan
untuk menjaga atau mengatur pola istirahat yang baik dan mengatur
menu makanan atau mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
Dalam perspektif Islam makanan yang harus dikonsumsi adalah
makanan yang halal dan baik. Apabila sisiwa terbiasa mengasumsi
makanan yang haram atau tidak baik, akan mengalir darah yang tidak
baik. Kondisi ini sedikit banyak akan mempengaruhi kepada belaja.
Karena di dalam tubuh yang mengalir darah haram, menyebabkan cara
berfikir yang kurang baik, sulit berkonsentrasi, semua itu bisa
terefleksi pada prilaku yang tidak baik dalam belajar.
2) Aspek Psikologis
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang
menentukan

terjadi dan tidak terjadinya belajar. Untuk bertindak

belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa


tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik.

45

Faktor intern dalam aspek psikologis yang dialami dan dihayati oleh
siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut:46
a. Intellegensi siswa
Intellegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga
jenis, yaitu: pertama.

Kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan diri kedalam situasi yang baru denagn cepat dan


efektif Kedua. Mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang
abstrak

secara

efektif,

Ketiga.

Mengetahui

relasi

dan

mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi juga merupakan


kemampuan

psikologis

untuk

mereaksi

rangsangan

atau

menyesuaikan dri dengan dengan lingkungan dengan cara yang


tepat.
Dengan demikian, intelegensi bukan persoalan kualitas otak
saja, melainkan juga kualitas organorgan tubuh yang lainnya.
Intelegensi besar pengaruhnya

terhadap kemajuan dan hasil

belajar.47
b. Perhatian siswa
Gazali dalam Salameto menyatakan bahwa perhatian
merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu semata-mata
tertuju kepada suatu objek. Untuk memperoleh hasil belajar yang
baik,

siswa

harus

memberi

perhatian

pada

bahan

yang

dipelajarinya, karena apabila bahan pelajaran tidak menjadi


perhatian bagi siswa akan menimbulkan kebosanan, sehingga
46

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran(Bandung : Penerbit Rineka Cipta,


1997) hlm 238
47
Tohirin. Op.cit., hlm. 129

46

yang bersangkutan tidak suka lagi belajar. Supaya timbul perhatian


siswa terhadap bahan pelajaran.
Proses timbulnya perhatian ada dua cara, yaitu perhatian
yang timbul dari keinginan dan bukan dari keinginan (volitional
and nonvolitional attention). Perhatian volitional memerlukan
usaha sadar dari individu untuk menangkap suatu gagasan atau
objek, sedangkan perhatian nonvolisional timbul tanpa kesadaran
kehendak.
Islam memandang perhatian sebagai tindakan penting dan
sifat acuh merupakan aktifitas yang tidak terpuji dan merupakan
tanda tidak bersyukur kepada Allah swt. Berkenaan dengan
perhatian.

Al-Qur'an

banyak

menegaskan

agar

manusia

memperhatikan ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaannya. Ayat AlQur'an yang menegaskan tentang perhatian antara lain adalah surat
Al-A'araf (7):204.

txq? 3=ys9 (#Fr&u s9 (#tG$$s #u)9$# % #s)u

Artinya: Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan


perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat (QS. Al-Araf; 204)48

c. Sikap siswa
Sikap merupakan kemampuan memberikan penialaian
tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian
adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap
48

Al-Quran dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra). Hlm. 336

47

menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh


kesempatan belajar.49 Dan sikap dalam siswa yakni adakalanya
positif dan negatif sikap siswa yang positif terutama kepada anda
dan mata pelajaran yang anda sajkan merupakan, sikap negative
siswa terhadap anda dalam mata pelajaran anda, apalagi serta
diiringi dengan kebencian kepada anda dan mata pelajaran anda
dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.50
d. Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensional yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan

pada masa yang akan

datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki
bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi,
secara global itu bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya
seorang anak yang berintelegensi

sangat cerdasdisebut juga

sebagai anak talented child. Yakni anak berbakat. Dan dalam


perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai
kemampuan individu

untuk melakukan tugas tertentu

tanpa

banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.51


e. Minat siswa
Hilgard menyatakan minat adalah : interestis persiting
tendency to pay attention to and enjoy some activity or content.
49

Dimyati. Op.cit., hlm. 239


Muhibbin Syah. Op.Cit., hlm. 135
51
Ibid., hlm 135
50

48

Dengan demikian minat merupakan kecenderungan yang tetap


untuk memperhatiakan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan
terus menerus yang disertai rasa senang. Dan ada juga yang
mengartikan minat adalah perasaan sebag atau tidak senang pada
suatu objek.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa
maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya
karena tidak ada daya tarik baginya. Akan lebih mudah difahami
dan disimpan dalam memori kognitif siswa karena minat dapat
menambah kegiatan belajar.52
f. Motivasi siswa
Pengertian dasar motivassi adalah keadaan internal
organisme baik manusia maupun hewan

yang mendorongnya

untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti


pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah
Dalam

perkembangan

selanjutnya,

motivasi

dapat

dibedakan menjadi dua macam antara lain:


1. Motivasi intristik.
Motivasi instristik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam

52

Tohirin. Op.cit., hlm. 131

motivasi

49

instristik

siswa adalah perasaan menyenangi materi atau

kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk


kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang dating
dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, tata tertib
sekolah,

suri

tauladan

orangtua,

guru

dan

seterusnya

merupakan contoh-contoh konkrit motivasi ekstristik yang


dapat menolong siswa untuk belajar.
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan
bagi siswa adalah motivasi intristik karena lebih murni dan
langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh
orang lain.53

b. Eksternal siswa
Faktor eksternal siswa juga terdiri atas tiga macam yakni:
1) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat
belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dari
prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan
rajin khususnya

53

dalam hal belajar, misalnya rajin belajar dan

Muhibbin Syah. Op.Cit., hlm. 137

50

berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan


belajar siswa.
Selanjutnya, yang termasuk

lingkungan sosial siswa adalah

masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan

disekitar

perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan yang


kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya,
akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa.54
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orangtua

dan keluarga siswa

itu sendiri. Sifat-sifat

orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan


demografi keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
2) Lingkungan non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga

siswa dan

letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang


digunakan siswa. Factor-faktor ini turut menentukan

tingkat

keberhasilan belajar siswa.55


3) Pendekatan belajar siswa.
Faktor pendekatan belajar adalah upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.56

54

Ibid., hlm. 137


Ibid., hlm. 138
56
Ibid., hlm. 133
55

51

4. Langkah-langkah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa


Dengan adanya perkembangan dalam dunia pendidikan, usaha dalam
meningkatkan prestasi sekolah terus digalakkan dalam upaya meningkatkan
mutu

dengan

prinsip

bahwa

setiap

sekolah

berkesempatan

untuk

menampilakan keunggulannya. Ada empat langkah yang dapat ditempuh oleh


setiap sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar antara lain:
a. School Review
School Review adalah proses yang didalamnya mencakup seluruh
komponen sekolah bekerjasama dengan pihak-pihak yang relevan,
khususnya orang tua siswa dan tenaga profesional untuk mengevaluasi dan
menilai efektifitas kebijaksanaan sekolah, program pelaksanaannya, serta
mutu lulusannya. Dengan School Review diharapkan akan dapat ditemukan
jawaban atas pertanyaan di bawah ini.57
1. Apa yang hendak dicapai oleh sekolah sesuai dengan tuntutan orang
tua dan masyarakat
2. Apa yang perlu dilaksanakan sekolah dalam tiga atau empat tahun
mendatang
3. Bagaimana hasil pencapaian hasil belajar
4. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pencapaian belajar secara
maksimal
5. Faktor apa yang memungkinkan terjadinya peningkatan hasil belajar
siswa.

57

hlm 151

Nursisto, Peningkatan Prestasi Belajar Menenga .(Insan Cendikia; Jakarta 2002.)

52

b. Quality Assurance
Dari data tentang school review, kita dapat berusaha untuk
melangkah agar rat-rata kondisi guru lebih baik, langkah tersebut dapt
ditempuh dengan Quality Assurance. Quality Assurance bersifat proses
oriented. Asumsinya, jika proses yang ideal telah ditempuh dalam suatu
kegiatan, maka dapat diharapkan outputnya akan maksimal pula.
c. Quality Control
Quality Control adalah suatu sistim untuk menditeksi terjadinya
penyimpangan kualitas out put yang tidak sesuai dengan standar. Standar
kualitas ini bersifat relatif dan dapat diciptakan oleh masing-masing
sekolah.
d. Bechmarking
Bechmarking adalah merupakan kegiatan untuk menetapkan suatu
standar baik proses maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu priode
tertentu. Untuk kepentingan praktis standar tersebut direfleksikan dari
realitas yang ada.
Langkah-langkah Bechmarking antara lain:
1. Memilih sekolah yang mempunyai aktifitas dengan indikator yang
lebih baik, sebagai standart.
2. Membandingkan indikator sekolah sendiri dengan indikator sekolah
yang baik lainnya.
3. Menetapkan gap antara indikator sendiri dengan indikator yang baik
dari sekolah lain. Tujuannya untuk mendapatkan perbedaan antara
keadaan sekolah sendiri dengan sekolah standar

53

4. Menentukan sasaran dan target yang akan dicapai dalam jangka waktu
tiga atau empat tahun mendatang
5. Merumuskan cara-cara agar skor indikator sekolah sendiri meningkat
mendekati skor sekolah yang baik (sekolah lain) dan menyusun
program.

Jadi

dapat

ditarik

kesimpulan

bahwa,

langkah-langkah

dalam

peningkatan prestasi belajar yang pertama adalah dengan mengundang wali


murid ke sekolah agar nantinya anak ketika lulus sesuai denagn yang
diharapkan orang tuanya, dan mengundang orang yang profesional ke sekolah
untuk mengevaluasi dan menilai efektifitas kebijaksanaan sekolah dengan
dilakukan kegiatan itu maka out putnya pun akan maksimal, dan juga
membandingkan indikator sekolah sendiri dengan sekolah lain agar menjadi
lebih baik.

54

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang
disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban
untuk pertanyaan penelitian. Penelitian merupakan salah satu cara yang
dilakukan untuk mencari pengetahuan baru.58 Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel yang ada.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif korelasional,
dimana penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan
yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan
mengenai apa yang ingin diketahui peneliti. Angka-angka yang terkumpul
sebagai hasil penelitian kemudian dapat dianalisis menggunakan metode
statistik.59 Sedangkan jenis penelitiannya berupa korelasi yang bertujuan
untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel, dan apabila ada
seberapa erat hubungannya.60
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian yang ditatap
dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukkan variasi, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.61 Dalam penelitian kuantitatif, variabel
mempunya ciri-ciri tertentu. Menurut purwanto variabel mempunyai tiga ciri,
58

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm.

59

Ibid, hlm. 105-106


Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta,, 2005), hlm.

103
60

247
61

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT


Rineka Cipta, 2006) hlm. 118

55

yaitu: dapat diukur, membedakan satu objek dari objek yang lain dalam satu
populasi, dan nilainya bervariasi.62 Djunaidi juga mengatakan bahwa dalam
penelitian pendidikan hubungan antara variabel adalah bersifat multivariate,
dengan kata lain hubungan deterministis antara satu variabel bebas dengan
satu variabel lain yang tidak bebas ada dan selalu terjadi.63 Maka dapat
ditentukan beberapa variabel sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent variable) atau variabel X adalah variabel
yang dipandang sebagai penyebab munculnya variabel terikat yang diduga
sebagai akibatnya.
2. Variabel terikat (dependent variable) atau variabel Y adalah variabel
(akibat) yang dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan dari
variabel-variabel bebas. Umumnya merupakan kondisi yang ingin kita
ungkap dan jelaskan.
Adapun variabel yang hendak diteliti adalah:
1. Variabel bebas (X)

: Pola Asuh Orang Tua

2. Variabel terikat (Y)

: Prestasi belajar siswa

Tabel 3.1
Variabel penelitian
Variabel

Sub variabel

Indikator

penelitian
1. Pola Asuh

1. Otoriter

 Orangtua menetapkan standart yang

62
Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), hlm. 45
63
Djunaidi Ghoni, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, (Malang:
UIN Malang-Press, 2009), hlm. 119

56

mutlak harus dituruti, biasanya


dibarengi dengan ancaman-ancaman
 Cenderung untuk memaksa,
memerintah, dan menghukum anak
 Tidak mengenal kompromi
 Dalam komunikasi biasanya bersifat
satu arah
 Tidak memerlukan umpan balik dari
anaknya untuk mengerti mengenai
keinginan anaknya

2.

Demokratis

 Orangtua lebih memprioritaskan


kepentingan anak
 Bersikap realistis terhadap
kemampuan anak
 Tidak berharap yang berlebihan yang
melampaui kemampuan anak
 Memberikan kebebasan kepada anak
untuk memilih dan melakukan suatu
tindakan
 Pendekatannya kepada anak bersifat
hangat

3. Permisif

 Orangtua memberikan pengawasan

57

yang sangat longgar pada anak


 Memberikan kesempatan pada
anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup dari
orangtua
 Cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak
sedang dalam bahaya
 Sangat sedikit bimbingan yang
diberikan oleh orangtua kepada anak
2. Prestasi
 Diukur dari nilai rata-rata raport

Belajar

C. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh64. apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam
pengumpulan data, maka sumber datanya adalah responden yaitu orang yang
merespon

atau

menjawab

pertanyaan-pertanyaan

peneliti.

Untuk

mempermudah mengidentifikasi sumber data penulis mengklasifikasikannya


menjadi tiga tingkatan huru p dari bahasa Inggris, yaitu65 :
o p : person, sumber data berupa orang
o p : place, sumber data berupa tempat
64
65

Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 129


Ibid

58

o p : paper, sumber data berupa simbol


Data yang dikumpulkan secara garis besar dapat dibagi menjadi66 :
1. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh
peneliti.
2. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh
pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal.
Adapun jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Data Primer yang diperoleh dari:
a. Siswa-siswi kelas XI MAN Malang I
b. Wali kelas
2. Data Sekunder yang diperoleh dari:
a. Buku-buku yang terkait dengan penelitian
b. Dokumen-dokumen
c. Catatan-catatan
d. Laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian67. Penelitian populasi
hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subyeknya tidak terlalu
banyak.

66

M. Zainuddin dan Muhammad Walid, Op.Cit, hlm. 43


Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 130

67

59

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah


semua obyek yang akan diteliti yaitu siswa-siswi kelas XI MAN Malang I
berjumlah 236 yang terbagi dalam tujuh kelas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti68.
Kemudian Suharsimi menegaskan apabila subyek penelitian kurang dari
100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Sebaliknya jika subyek terlalu besar, maka sampel
bisa diambil antara 10%-15% hingga 20%-25%.69
Dalam penelitian ini karena populasinya terlalu besar, maka
penelitian ini merupakan penelitian sampel. Sehingga peneliti dengan
berbagai pertimbangan diantaranya dari segi waktu dll, maka sampel yang
diambil sebanyak 25% yaitu 60 siswa dari 236 siswa.
Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tekhnik random sampling yaitu: pengambilan sampel random
(acak), peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi, sehingga
semua subyek dianggap sama70. Dalam artian random sampling
mengambil semua individu yang ada dalam populasi, sehingga semua
dianggap sama atau diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel dalam penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
68

Ibid, hlm. 131


Ibid, hlm 134
70
Ibid, hlm. 134
69

60

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga
lebih mudah untuk diolah71.
Berdasarkan prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka
instrumen penelitiannya berupa: interview (wawancara), pedoman dokumentasi, dan
pedoman kuisioner/angket.
Peneliti menggunakan satu Instrumen yaitu pola asuh orangtua, karena variabel
prestasi sudah diukur dengan nilai raport. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini berupa angket yang berisi pernyataan dengan jumlah soal seluruhnya 40 item dan
telah disediakan 4 pilihan jawaban yaitu: selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang
(KD), tidak pernah (TP).

72

Skala ini berdasar pada skala likert yang telah

dimodifikasi.
Pemberian skor pada pilihan jawaban adalah sebagai berikut :

1. Skor 4 untuk jawaban SL (selalu)


2. Skor 3 untuk jawaban SR (sering)
3. Skor 2 untuk jawaban KD (kadang-kadang)
4. Skor 1 untuk jawaban TP (tidak pernah)
Adapun pedoman pemberian skor pada skala ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.2
Pedoman pemberian skor skala
Jawaban

71
72

hlm. 197

Nilai

SL

SR

Ibid, hlm. 160


Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982),

61

KD

TP

Setelah dibuat pedoman pemberian skor item diatas, maka penulis


membuat 40 pernyataan sesuai dengan indikator-indikator pola asuh yang
terdiri dari 14 pernyataan demokratris, 14 pernyataan otoriter, 12 pernyataan
permisif.

Tabel 3.3
Blue print skala pola asuh orangtua

No

Aspek

Demokratis

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

14

Otoriter

15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28

14

Permisif

29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40

12

No item

Jumlah

Jumlah

40

F. Validitas dan Reliabilitas


Validitas dan Realibilitas merupakan hal yang penting dan sangat
berkaitan dalam menentukan kualitas suatu alat ukur. Kualitas alat ukur
tersebut akan sangat menentukan baik dan tidaknya suatu hasil penelitian. Alat
ukur sebelum digunakan harus diketahui validitas dan reliabilitasnya sehingga
alat ukur tersebut tidak menyimpang dari hal-hal yang ingin diketahui.

62

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat


kevalidan atau keshahihan suatu instrumen, suatu instrumen yang valid atau
shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah.73 Untuk mengukur validitas digunakan
rumus korelasi product moment Pearson sebagai berikut:
r xy

xy
( x ) y
2

Keterangan:
rxy

: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

: Jumlah skor item

: Jumlah skor total

: Jumlah skor kuadrat dari skoe item

: Jumlah skor kuadrat dari skor total

xy

: Jumlah perkalian antara skor total

Dalam melakukan perhitungan dengan remus diatas, peneliti menggunakan


bantuan software SPSS ( statistical product and service solution) 15.0 for
windows.

Alat ukur setelah dikatakan valid maka langkah selanjutnya adalah


mengukur reliabilitas. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.74 Instrumen yang baik
tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
73
74

Arikunto, op.cit, hlm. 168


Ibid, hlm. 178

63

jawaban-jawaban tertentu, instrumen yang sudah dapat dipercaya yang reliabel


akan menghasilkan data yang dapat dipercay a juga. Dalam menghitung
reliabilitas peneliti menggunakan rumus Alpha:75

k
r 11 =
1
2
k 1

2
b
t

Keterangan:
r 11

: Reliabilitas instrumen

: Banyaknya butir pertanyaan atau soal

: Jumlah varians butir


b

: Varians total
1

G. Metode Pengumpulan Data


Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah
penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama
apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk
dimasuki unsur minat peneliti76.
Data adalah bagian terpenting dalam suatu penelitian. Untuk kegiatan
pengumpulan data ini peneliti akan berusaha memperoleh dan mengumpulkan
sebanyak-banyaknya. Di mana dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa

75
76

Ibid, hlm. 196


Ibid, hlm. 222

64

metode. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam


penelitian ini adalah:77
1. Metode Wawancara (interview)
Interview sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner
lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh
peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data
tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian,
sikap terhadap sesuatu
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data tentang keadaan
prestasi siswa dalam kelas, dan juga tentang keikut sertaan wali murid
dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil dari wawancara ini sebagai
penguat dari hasil angket. Wawancara ini dilakukan kepada wali kelas
masing-masing, karena menurut pandangan peneliti yang paling
mengetahui keadaan siswa adalah wali kelas dari pada guru-guru yang
lain.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

77

Ibid, hlm.155

65

Metode ini dilakukan dengan cara mengutip berbagai data melalui


catatan-catatan, laporan-laporan, kejadian masa lampau untuk mengetahui
prestasi belajar siswa
3. Metode Angket (kuesioner)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan
data dari siswa tentang pola asuh yang diterapkan oleh masing-masing
orang tua.

F. Analisis Data
Setelah data diperoleh dari lokasi penelitian dan sudah terkumpul, maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Analisis data
merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Data yang diperoleh dari hasil angket dan
interview dituangkan dalam bentuk statistik, namun menggunakan teknik
statistik deskriptif dan analisis regresi sederhana
Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis
data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut78:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang menggambarkan kegiatan
berupa pengumpulan data, penyusunan data, pengolahan data, dan
penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, atupun diagram agar

78

Ibid, hlm. 290-295

66

memberikan gambaran yang teratur, ringkas, dan jelas mengenai suatu


keadaan atau peristiwa.79 Maka sesuai dengan pengertian diatas data akan
dikelompokkan dan dikumpulkan dalam distribusi frekuensi.
Panjang kelas interval : skor tertinggi skor terendah
Banyaknya kelas interval
Setelah ditentukan panjang interval, total nilai butir dimasukkan ke
kelas interval sehingga didapatkan frekwensi tiap kategori. Dari kategori
tersebut dipersentasikan.

Persentasi : P = f

x100%

N
Keterangan:
P

: angka persentase

: frekwensi

: jumlah frekwensi

2. Analisis Regresi Linier


Faishal mengatakan regresi linier sederhana memperkirakan satu
variabel terikat berdasarkan satu variabel bebas. Variabel terikat diberi
notasi Y dan variabel bebas diberi notasi X, sehingga yang dicari adalah
regresi Y dan X.80 rumus yang digunakan untuk menghitung persamaan
regresi linier adalah:
Y = a + bX

79

Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hlm. 12


Sanapiah Faishal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm.
43
80

67

Keterangan:
Y

: nilai dari variabel terikat (dependent)

: nilai dari variabel bebas (independent)

: nilai konstanta

: koefisien regresi

68

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Sejarah Berdirinya MAN Malang I
Madrasah Aliyah Negeri Malang I lahir berdasarkan SK Menteri
Agama No. 17 Tahun 1978, yang merupakan alih fungsi dari PGAN 6
Tahun Puteri Malang. Pengalihfungsian PGAN 6 Puteri menjadi dua
madrasah, yaitu MTsN Malang II (saat ini pindah ke Jl. Cemorokandang
77 Malang) dan MAN Malang I
MAN I sejak masih berstatus PGAN 6 Tahun Puteri menempati
gedung milik Lembaga Pendidikan Maarif di Jalan MT. Haryono 139
Malang dengan hak sewa sampai akhir Desember 1988. Kemudian pada
tanggal 2 Januari 1989, MAN Malang I pindah ke lokasi baru yang
berstatus milik sendiri di Jalan Simpang Tlogomas I/40 Malang. Di tempat
terakhir inilah; yang saat ini bernama Jalan Baiduri Bulan 40 Malang,
sampai sekarang MAN Malang I berkembang.
MAN Malang I adalah sebagai lembaga pendidikan umum
ditingkat menengah, yang diselenggarakan oleh Departemen Agama yang
mempunyai keunggulan dibidang pemahaman agama Islam. Secara fisik
citra yang ditampilkan adalah bernafaskan Islam, sehingga terkesan
berwibawa, sejuk, rapi dan indah. Cerminan pokok yang ditampilkan
kampus MAN Malang I adalah Islami dan terkesan modern, serta dihuni

69

oleh orang-orang yang dekat dengan Allah SWT., ramah terhadap sesama,
santun, selalu tersenyum, serta peduli terhadap lingkungannya.
Ditinjau dari kelembagaan, MAN Malang I mempunyai tenaga
akademik yang handal dalam pemikiran, memiliki manajemen yang kokoh
yang mampu menggerakkan seluruh potensi untuk mengembangkan
kreatifitas civitas akademika MAN Malang I, serta memiliki kemampuan
antisipatif masa depan dan proaktif. Selain itu MAN Malang I memiliki
pimpinan yang mampu mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki
menjadi kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh.
Sejak resmi memiliki sebutan MAN Malang I, madrasah ini telah
mengalami 5 masa kepemimpinan, yaitu:
1) Raimin, BA

: Tahun 1978 1986

2) Drs. H. Kusnan A

: Tahun 1986 1993

3) Drs. H. Toras Gultom

: Tahun 1993 2004

4) Drs. H. Tonem Hadi

: Tahun 2004 2006

5) Drs. H. Zainal Mahmudi, M.Ag

: Tahun 2006 Sekarang

Di bawah kepemimpinan kelima orang di atas, MAN Malang I


menunjukkan peningkatan kualitas dan mutunya. Dan kita berharap
dengan semakin bertambah usia, MAN Malang I semakin mampu
memberikan sumbangan yang terbaik bagi kemajuan Iptek yang didasari
oleh kemantapan Imtaq

70

2. Visi, Misi, dan Tujuan


Perkembangan dan tantangan masa depan seperti: perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang sangat cepat, era
informasi, dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap
pendidikan memicu Madrasah untuk merespon tantangan sekaligus
peluang itu. MAN Malang I memiliki citra moral yang menggambarkan
profil Madrasah yang diinginkan di masa datang yang diwujudkan dalam
Visi Madrasah sebagai berikut :

a. Visi
TERWUJUDNYA INSAN BERKUALITAS TINGGI DALAM
IPTEK YANG RELIGIUS DAN HUMANIS
Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:

BERKUALITAS: mempunyai kemampuan yang tinggi dalam


penguasaan iptek dan imtaq serta mempunyai daya saing yang tinggi

RELIGIUS:

memiliki ketakwaan dan kesalehan serta selalu

menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari

HUMANIS: mempunyai kepedulian terhadap diri dan lingkungan


serta dapat diterima dan dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.

b. Misi
Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada mutu
lulusan baik secara keilmuan, maupun secara moral dan sosial
sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan sumberdaya insani
yang unggul dibidang iptek dan imtaq. Sedangkan misi dari

71

penyelenggaran pembelajaran dan pendidikan di MAN

Malang I

terurai sebagai berikut


1. Menumbuhkan semangat belajar untuk pengembangan Iptek dan
Imtaq
2. Mengembangkan penelitian untuk mendapatkan gagasan baru yang
berorientasi masa depan
3. Mewujudkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif
dan inovatif.
4. Menumbuhkembangkan semangat penghayatan dan pengamalan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
5. Mewujudkan warga sekolah yang memiliki kepedulian terhadap
diri, lingkungan dan berestetika tinggi

c. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan di
MAN Malang I adalah
1. Meningkatkankan prosentase kelulusan Ujian Nasional menjadi
100 %
2. Meningkatkan angka prosentase siswa yang diterima di Perguruan
Tinggi Negeri baik melalui jalur SPMB maupun PMDK.
3. Meningkatkan kemampuan

berfikir ilmiah warga madrasah

melalui kegiatan penelitian sehingga dapat berprestasi di level


lokal, regional maupun internasional

72

4. Menciptakan

proses

pembelajaran

yang

mengasyikkan,

menyenangkan, dan mencerdaskan dengan melengkapi ruang


belajar yang berbasis multimedia.
5. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan diri
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian yang berjiwa ajaran agama Islam yang diimplementasikan
melalui shalat berjamaah, diskusi keagamaan, khitobah dua bahasa
( Arab dan Inggris), dan seni Islami.
Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat
dalam mengadakan hubungan timbal balik dalam lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran agama Islam melalui
kegiatan bakti sosial dan Studi Kenal Lingkungan

3. Sasaran Program Unggulan


Tabel 4.1
Sasaran program unggulan
SASARAN PROGRAM

SASARAN

SASARAN

1 TAHUN

PROGRAM

PROGRAM

5 TAHUN

10 TAHUN

(Program Jangka

( 2007 / 2012)

Pendek)

(Program

(Program Jangka

Jangka

Panjang)

( 2007 / 2008 )

2007/

2017)

Menengah)
1. Kehadiran

didik,

Peserta 1. Kehadiran

Guru

Karyawan

dan
lebih

Peserta
Guru

1. Kehadiran
didik,
dan

didik,

Peserta

Guru

Karyawan

dan
lebih

73

SASARAN PROGRAM

SASARAN

SASARAN

1 TAHUN

PROGRAM

PROGRAM

( 2007 / 2008 )

5 TAHUN

10 TAHUN

(Program Jangka

( 2007 / 2012)

Pendek)

(Program

(Program Jangka

Jangka

Panjang)

2007/

2017)

Menengah)
dari 96%.

Karyawan lebih

dari 98 %.

dari 97%.
2. Target

pencapaian 2. Target

2. Target pencapaian

rata-rata Nilai Ujian

pencapaian rata-

rata-rata

UN

Akhir 7.5

rata UN lulusan

lulusan 7,9

7,7.
3. 65 % lulusan dapat 3. 70%

lulusan 3. 85 % lulusan dapat

diterima di PTN,

dapat diterima di

diterima

baik melalui jalur

PTN

baik

baik melalui jalur

PMDK

melalui

jalur

PMDK

PMDK maupun

SPMB.

maupun

SPMB.

di

PTN

maupun

SPMB.
4. 25 % peserta didik 4. 35

dapat

aktif

berbahasa Arab.

didik dapat aktif

dapat

berbahasa Arab.

berbahasa Arab.

5. 25 % peserta didik 5. 40

dapat

aktif

berbahasa Inggris.

% peserta 4. 45 % peserta didik


aktif

% peserta 5. 60 % peserta didik

didik dapat aktif

dapat

aktif

berbahasa

berbahasa Inggris.

Inggris.
6. 70 % peserta didik 6. 75

dapat

didik

peserta 6. 90 % peserta didik


dapat

dapat

74

SASARAN PROGRAM

SASARAN

SASARAN

1 TAHUN

PROGRAM

PROGRAM

( 2007 / 2008 )

5 TAHUN

10 TAHUN

(Program Jangka

( 2007 / 2012)

Pendek)

(Program

(Program Jangka

Jangka

Panjang)

2007/

2017)

Menengah)
mengoperasikan

mengoperasikan

mengoperasikan

program Ms Word,

program komputer

Ms

komputer

Excel,

Power

Ms

program
Ms

(Ms

Word,

Ms

Point,

Word, Ms Excel,

Excel, Ms Power

dan

Ms Power Point,

Point,

CorelDraw,

Bahasa

Bahasa Program

dan Internet).

CorelDraw,
Bahasa Program

CorelDraw,
Program

dan Internet).
7. 10 % peserta didik 7. 20

peserta 7. 30 % peserta didik

dapat

didik

mengoperasikan

mengoperasikan

mengoperasikan

program

program

program

PhotoShop, Swish,

PhotoShop,

PhotoShop, Swish,

AutocaD, 3D max,

Swish, AutocaD,

AutocaD, 3D max,

Windows

3D

Windows

Movie

maker

dapat

max,

Windows Movie

dapat

Movie

maker

maker
8. 15 % Peserta didik 8. 30

jurusan

BAHASA

mampu

membuat

film Drama

didik

Peserta 8. 40 % Peserta didik


jurusan

BAHASA
mampu
membuat

mampu
film

jurusan

BAHASA

mampu

mampu

membuat
Drama

film

75

SASARAN PROGRAM

SASARAN

SASARAN

1 TAHUN

PROGRAM

PROGRAM

( 2007 / 2008 )

5 TAHUN

10 TAHUN

(Program Jangka

( 2007 / 2012)

Pendek)

(Program

(Program Jangka

Jangka

Panjang)

2007/

2017)

Menengah)
Drama
9. 80% peserta didik 9. 90%

peserta 9. 100% peserta didik

dapat membaca Al

didik

Quran dengan baik

membaca

dan benar

Quran

dapat

dapat membaca Al

Al

Quran dengan baik

dengan

dan benar

baik dan benar


10. 15 % Peserta didik 10. 30

Peserta 10. 40 % Peserta didik

mampu

didik

mengembangkan

mengembangkan

mengembangkan

tanaman Hias dan

tanaman

tanaman Hias dan

Toga

dan Toga

11. Memiliki

ekstra 11. Extra

mampu

Hias

mampu

Toga

kurikuler 11. Ekstrakurikuler

kurikuler unggulan

unggulan

dapat

unggulan

dapat

(KIR & Olah Raga

menjuarai tingkat

meraih

Atletik)

Kota/provinsi

tinggkat nasional

prestasi

4. Sarana dan Prasarana


a. Tanah dan Halaman
Tanah Madrasah sepenuhnya milik negara.
seluruhnya 6.150 m2.

Luas areal

76

Tabel 4.2
Data luas tanah

Status Kepemilikan

Sudah

Belum

Digunak

Digunaka

n (m2)

an (m )
Sumber Tanah
Sudah

Belum

Sertifik Bersertifik
at

at

Pemerintah

350 m2

3.700 m2 6.150 m2

Wakaf/Sumbangan

2.100 m2

Pinjam / Sewa / Beli

b. Gedung Madrasah
Bangunan Madrasah pada umumnya dalam kondisi baik.
Jumlah ruang kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai.

Tabel 4.3
Keadaan Gedung Madrasah MAN Malang I
2

Ruang

16

1991

Tahun
1991


Keadaan-

Baik


Rusak
Ringan

Kamad
No
3

Jenis
Ruang

Jml
Luas
1
100
2

Guru

(m )

Bangun

Ruang T 1
Banguna

40

89-91

U n
5
1

Perpustak 1
Ruang
20
aan
Kelas

Rusa
-k
Berat

100
94-96
1.296 1983-2005




77

Laborator 1

96-97

ium
AlQuran
2

57,5

96-97

Fisika

56

84-85

Kimia

72

96-97

Biologi

72

85-86

Ketrampi

30

97-98

IPS

72

2006

Bahasa

72

1997/2005

Ket.

72

85-86

42

92-93

24

86-87

88-89

300

2007

234

89-90

Kompute
r

lan

Elektro
8

Ruang
Ketramp.

Ruang
BP / BK

10

Ruang
UKS

11

Ruang
AULA

12

Masjid/
Musholla

13

Rumah
Dinas

14

Kantin

15

97-98

15

Asrama/

Pondok
16

Micro

78

Teaching
17

Ruang

2006

56

2005

Multime
dia
18

Ruang
KIR

19

Ruang
TRICC

20

Ruang

Sidang
21

Gudang

20

2005

22

Rumah

Dinas
Kepala
23

Rumah
Penjaga

5. Keadaan Guru dan Karyawan


Jumlah seluruh personil Madrasah ada sebanyak 88 orang, terdiri
atas guru 74 orang, karyawan tata usaha 14 orang.

Tabel 4.4
KEADAAN PERSONIL MADRASAH
No

Nama

1.

Drs.

Jabatan
H.

Zainal

Mahmudi, Kepala Madrasah / Guru PNS

M.Ag.

Pengembangan diri

2.

Dra. Hj. Istarsyidah, S.Pd

Guru Q-Hadits/Geografi

3.

Dra.

Hj.

Wahyuning Guru

Widyastuti
4.

Drs. M. Husnan

STATUS

PNS
PNS

Fisika
Guru

Matematika

PNS

79

No

Nama

Jabatan

5.

Dra. Hj. Siti Kholifah

Guru

STATUS

Bp/Bk/Peng. Diri

Waka Humas /Guru

6.

PNS
PNS

Drs. M. Shohib, M.Ag.

Bahasa Arab

7.

Drs. Muh. Dahri, S.Pd

Guru

Qur'an Hadits/Fiqih

PNS

8.

Dra. Hj. Nur Laila, S.Pd

Guru

Sosiologi

PNS

Waka Prasarana/

9.
Agung Nugroho, S.Pd.
10. Dra. Sri Pusporini

Guru

11.

Waka
Drs. Nur Hidayatullah

12.

PNS

Bahasa Indonesia
Kimia
Kesiswaan/

PNS
Guru PNS

Matematika
Guru

Arlis Y. Zubaidah, S.Pd.

Matematika/Ketram PNS
p.

13. Betti Sumiwati, S.Pd.

Guru

Kimia

PNS

14. Drs. Sudirman, ST., S.Pd

Guru

Eko-Akn/Elektro

PNS

15.

Waka

Kurikulum/

Guru PNS

Matematika

Drs. Arif Djunaidi


16. Dra. Hj. Rida Ruhamawati

Guru

Bp/Bk/Peng. Diri

PNS

17. Dra. Hidayatus Shibyana, M.A

Guru

Bahasa Arab/Asing

PNS

18. Chusnul Chotimah, S.Pd.

Guru

Ekonomi/Akuntansi PNS

Khisbiyah Guru

PNS

19. Dra.

Yayuk

Wiryaningsih

Bahasa Inggris

20. Dra. Erni Qomaria Rida

Guru

Matematika

PNS

21. Dra. Ismiati Mahmudah

Guru

Biologi

PNS

22. Emi Rohanum, S.Pd.

Guru

Fisika

PNS

23. Syaiin Qodir, S.Pd.

Guru

Ppkn

PNS

80

No

Nama

24.

Jabatan
Guru

Dra. Hj. Ninik Rukayati, M.Ag

Bahasa

STATUS
PNS

Inggris/Ketr.

25. Dra. Dyah Istami Suharti.

Guru

Biologi

PNS

26. Drs. Imam Istamar

Guru

Antro/Sejarah/Tik

PNS

27. Nur Handayani, S.P

Guru

Biologi

PNS

28. Dra. Yuni Widayati

Guru

Ekonomi-Akuntansi PNS

29. Dra. Luluk Machsufah

Guru

Bhs Inggris/Sejarah

PNS

30. R. Heru Lesmana, S.Pt

Guru

Biologi/Tik

PNS

31.

Guru

Sej./Sos./Atropolog

PNS

Robil Alamin, S.Pd


32. Ary Budiono, S.Pd

Guru

Bahasa Idonesia

PNS

33. Rahmah Farida, S.Pd.I

Guru

Bhs. Arab/Qur'an H

PNS

34. Azin Priyo Kunantiono, S.Pd

Guru

Penjaskes

PNS

35. Muzainah, S.Ag

Guru

Quran Hadist

PNS

36. Drs. Sabilal Rosyad

Guru

Fisika

PNS

37. Yasin, S.Pd

Guru

Bhs. Arab/Fiqih

PNS

38. Endro Soebagyo, S.Pd

Guru

Seni Budaya/Tik

PNS

39. Subhan, S.Pd

Guru

Sosiologi/Sejarah

PNS

40. Lely Pancaratna, S.Pd

Guru

Matematika

PNS

41. Nurul Fitriah, S.Si

Guru

Kimia/Tik

PNS

42. Drs. Musthofa, M.Pd.I

Guru

Akidah Akhlaq

PNS

43. Hanik Ulfa, S.Ag. M.Pd

Guru

Ski

PNS

44. H. Pramoe Soetedjo, BA

Guru

Penjaskes

GTT

45. Muchamad Khuseini, S.Pd

Guru

Bhs

GTT

81

No

Nama

Jabatan

STATUS

Inggris/Kaligrafi
46. Nur Faridatul Qomariah, S.Pd.

Guru

Bahasa Indonesia

GTT

47. Joko Sugiharto, S.Pd.

Guru

Penjaskes

GTT

48. Moh. Taufik Al-Fajar, S.Pd.

Guru

Sejarah

GTT

49. Istiqomah, S.Pd.

Guru

Bhs. Inggris/Jerman GTT

50. Slamet Priyanto, S.Pd.

Guru

Geografi

GTT

51. Dewi Nurjanah, S.Pd.

Guru

Ppkn

GTT

52. Riyono, S.Pd.

Guru

Bahasa Indonesia

GTT

53. Farah Fuadati, S.Pd.

Guru

Ekonomi/Akuntansi GTT

54. Chusnul Mauluah, S.Psi.

Guru

Bp/Bk/Peng. Diri

GTT

55. Sugiono, S.Ag

Guru

Qur'an Hadits

GTT

56. Mila Poerwanti, S.Pd.

Guru Bahasa Inggris

GTT

57. Imam Syaroni

Pelatih

GTT

58. Erlangga

Pelatih

GTT

59. David Rahardian Pandarangga

Pelatih

GTT

60. Siti Dwi Yuliastuti

Pelatih

GTT

61. Samsul Hidayat

Pelatih

GTT

62. Siti Aqofah Meimoenah

Kepala Tata Usaha

PNS

63. Wahyu Ujiati

Bendahara Pengeluaran

PNS

64. Heri Mulyo Cahyo

Kepegawaian

PNS

65. Anita Fanti Hariyani, A.Md

Staf Kepegawaian

PNS

66. Kamsin

Kebersihan

PTT

67. Naniek Swandayani

Staf Pengajaran

PTT

82

No

Nama

Jabatan

STATUS

68. Sugiono, S.Ag

Perpustakaan

PTT

69. Suryadi

Kebersihan

PTT

70. Mohammad Nur Khambali

Komputer

PTT

71. Luluk Ilfianah

Staf Pengajaran

PTT

72. Agus Suroso

Satpam

PTT

73. Kusnadi

Kebersihan/ Keamanan

PTT

74. Moch. Solichin

Perpustakaan

PTT

75. Lilik Ayu Octavia

Petugas Kopsis

PTT

76. Edi

Petugas Kebersihan

PTT

Dari sejumlah guru, 67% yang berstatus guru PNS. Sisanya 33 %


guru GTT dan sebagai guru honorer.

6. Data Siswa
a. Jumlah peserta didik
Jumlah peserta didik
seluruhnya berjumlah

pada tahun pelajaran 2007/2008

731 orang. Persebaran jumlah peserta didik

antar kelas merata. Peserta didik di kelas X ada sebanyak 7 rombongan


belajar. Peserta didik pada program IPA baik di kelas XI maupun di
kelas XII masing-masing tiga dan dua rombongan belajar, pada
program IPS di Kelas XI dan Kelas XII masing-masing ada tiga
rombongan belajar. Sedangkan pada program BAHASA di Kelas XI
ada satu rombongan belajar dan Kelas XII ada dua rombongan belajar

83

Tabel 4.5
Keadaan siswa
Tahun

Kelas

Pelajaran

2001 / 2002

2002 / 2003

2003 / 2004

2004 / 2005

2005/2006

2006/2007

2007/2008

Jenis Siswa

Jumlah

Perempuan

Laki-laki

165

102

267

II

160

114

274

III

155

98

240

129

96

225

II

158

104

262

III

155

112

267

158

85

243

II

129

94

223

III

157

99

256

135

77

212

II

159

72

231

III

122

91

213

164

80

244

XI

128

63

191

XII

157

69

226

171

100

271

XI

159

74

230

XII

128

63

191

148

105

253

XI

162

95

257

XII

151

70

221

b. Keadaan tidak naik kelas, tidak lulus, dan droup out


Peserta didik yang tidak naik kelas, tidak lulus dan angka
putus Madrasah (Droup-Out) peserta didik sampai tahun pelajaran
2006/2007.

84

Tabel 4.6
Tidak Naik Kelas, Tidak Lulus dan Putus Madrasah
Tahun
Pelajaran

2001 / 2002

2002 / 2003

2003 / 2004

2004 / 2005

2005 / 2006

2006 / 2007

2007 / 2008

Kelas

Jumlah

Tidak

Tidak

Putus

Naik

Lulus

Madrasah/DO

267

II

274

III

240

225

II

262

III

267

243

10

II

223

10

III

256

212

13

II

231

III

213

244

XI

191

XII

226

280

10

15

XI

230

10

10

XII

191

253

XI

257

XII

221

Tingginya keadaan tidak naik kelas dan putus Madrasah peserta didik
terutama disebabkan karena masih kurangnya kesadaran orang tua dan
peserta didik tentang arti pentingnya pendidikan dan perhatian orang
tua peserta didik..

85

c. Input dan output NEM


Pencapaian nilai rata-rata NEM peserta dari tahun ke tahun
cenderung mengalami kenaikan. Peserta didik yang melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, khususnya PMDK atau UMPTN
ternyata kenaikannya cukup signifikan.

Tabel 4.7
INPUT DAN OUTPUT NEM PESERTA DIDIK
Input

Rata-rata

Output

Rata-

Yang ke PTN

Tahun

NEM

Tahun

rata

Tahun 2000-2007

NEM

1999-2000

3,85

2001-2002

5.08

Terlampir

2000-2001

4,55

2002-2003

5.78

130 Siswa

2001-2002

4,36

2003-2004

6,22

120 Siswa

2002-2003

5,85

2004-2005

7.59

48 PMDK dan 66
SPMB

2003-2004

5,97

2005-2006

7.97

52 PMDK dan 50
SPMB

2004-2005

5,73

2006-2007

7.11

74 PMDK dan

33

SPMB
2005-2006

6,01

2007-2008

2006-2007

6,27

2008-2009

2007-2008

6,8

2009-2010

Faktor ekonomi dan konflik keluarga diduga menjadi penghambat


dalam kemajuan pendidikan di Madrasah.

86

Tabel 4.8
DATA NUN LIMA TAHUN TERAKHIR
TAHUN
KELA
S

NILAI

2002/

2003/

2004/

2005/

2006/

2003

2004

2005

2006

2007

7.54

9.39

9.53

9.07

3.9

4.69

6.45

6.73

5.24

5.8

6.46

8.06

8.28

7.30

8.28

8.81

8.52

4.2

4.5

3.21

4.12

4.15

5.5

5.75

6.93

7.59

6.77

TERTINGG 6.8

9.03

8.4

9.2

9.53

5.1

4.58

6.17

7.13

6.27

5.95

6.46

7.77

8.04

7.30

NILAI
TERTINGG 7.6
I
NILAI
IPA

TERENDA
H
NILAI
RATARATA
NILAI

TERTINGG 6.8
I
NILAI
IPS

TERENDA
H
NILAI
RATARATA
NILAI

I
BHS

NILAI
TERENDA
H
NILAI
RATA-

87

RATA

Tabel 4.9
DATA PRESTASI SISWA NON AKADEMIK EMPAT TAHUN
TERAKHIR
TAHUN

TINGKAT
KOTA/KAB.
MALANG
JAWA
TIMUR
NASIONAL

2003/2004 2004/2005 2005/2006

2006/2007

44

34

38

18

14

17

7. Sumber belajar
Sumber
meningkatkan

belajar
dan

merupakan

sarana

mengembangkan

belajar

wawasan

yang

keilmuan

dapat
serta

kreatifitas sumber daya manusia. MAN Malang I sebagai lembaga


pendidikan yang unggul memiliki beberapa sumber belajar yang cukup
memadai. Sumber belajar tersebut meliputi:
1. Ruang multimedia
Ruangan ini merupakan ruang audio visual, digunakan
sebagai tempat belajar bersama serta dilengkapi sarana teknologi
informasi.
2. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu sarana belajar yang
memadai untuk menambah dan meningkatkan wawasan keilmuan.

88

Hal ini ditunjang dengan berbagai fasilitas yaitu buku, referensi,


area multi media dan sentral pelayanan.
3. Koperasi Siswa
Koperasi merupakan salah satu penunjang sarana belajar
yang selama ini sangat efektif bagi program sosial yaitu IPS
4. Laboratorium Bahasa
Ruangan ini merupakan salah satu tempat belajar yang sangat
bagus dalam meningkatkan kemamupan berbahasa, baik itu
berbahasa Indonesia, berbahasa Inggris, berbahasa Arab dan
berbahasa Jerman. Lab. Bahasa terdiri atas 2 ruangan salah satunya
perangkatnya menggunakan sistem komputer.
5. Laboratorium Komputer / Pusat Komputer
Pusat komputer adalah merupakan salah satu unit yang
fungsinya sebagai salah satu sumber belajar yang sangat
mendukung untuk meningkatkan kualitas SDM. Ini bisa dilakukan
dengan cara mempelajari referensi dari internet yang menjangkau
wilayah regional maupun internasional. 34 komputer yang tersedia
di lab. komputer beserta LCD dan 4 komputer dan 4 lektop yang
tersebar di ruang-ruang yang lain semuanya akan dilengkapi
dengan internet online selama 24 jam.
6. Laboratorium IPA
Laboratorium

adalah

ruangan

yang

representative,

memerlukan penanganan yang serius sehingga fungsinya betulbetul optimal.

Laboratorium IPA terdiri dari 4 lab. yaitu Lab

89

Fisika, Biologi, Elektronika dan Kimia. Salah satu fungsi dari


laboratorium tersebut ialah sebagai tempat praktek untuk
menunjang tercapainya program IPA.

8. Kegiatan keagamaan
Tabel 4.10
Kegiatan keagamaan
Semester
NO Jenis Kegiatan

Waktu

I (2006/2007)

Ket

II (2006/2007)

10 11 12 1 2 3 4

v v v v

v v v v

v v v v

IBADAH
Pembelajaran
1

Al-

Qur'an
* Tadarus rutin
untuk

siswa

sebelum

jam Harian

pelajaran pertama
dimulai
* Tadarus rutin
untuk

guru

dan Mingguan

karyawan
* Seni membaca
Al Quran

Mingguan

Pembelajaran
2

Sholat
a) Bagi Siswi/a
yang

belum

mampu

sholat

dengan benar

Insidentil

90

Semester
NO Jenis Kegiatan

b)

Waktu

I (2006/2007)

Ket

II (2006/2007)

10 11 12 1 2 3 4

Membudayakan

sholat

Dhuha

setiap

hari

dengan Harian

kelas

berbeda

yang

sudah

v v v v

dijadwal.
Pada
c) Wajib jama'ah

hari

Dhuhur

untuk Harian

civitas

MAN

v v v v

v senin
Sabtu

Malang I

Pada
d) Jama'ah sholat Mingguan v

v v v v

v hari

jum'at

Infaq
3

jum'at

jum'at

Pada

sebagai

dana

qurban

dan

Mingguan v

v v v v

keagamaan)
Seni
4

Qosidah

orkes gambus

2
Minggu

v v v v

v v v v

dalam

dua bahasa setelah


sholat dhuhur di
masjid

jum'at
jam 5

Kontemporer dan

Khitobah

hari

Harian

91

9. Gambaran Umum Orangtua Siswa


Orangtua yang dimaksudkan adalah orang yang bertanggung jawab
atas anak yang disekolahkan di MAN Malang I, baik itu tentang biaya
pendidikan atau pengasuhan (wali murid). Orangtua siswa kelas XI MAN
Malang I cukup berperan aktif dalam proses belajar anaknya di sekolah,
hal ini tercermin dalam sikap orangtua siswa yang aktif mengikuti
perkembangan belajar anaknya di sekolah dengan menghadiri setiap
undangan dari sekolahan untuk evaluasi akhir biasanya dalam akhir
semester. Du luar itu orangtua siswa juga aktif berkomunikasi secara
pribadi dengan pihak sekolah, baik itu dengan kepala sekolah, waka
kesiswaan dan wali kelas tentang perkembangan belajar anaknya.
Pihak sekolah juga menyediakan contact service yang disediakan
untuk beberapa keperluan diantaranya untuk memudahkan orangtua dalam
mengakses perkembangan belajar anaknya disekolah. Dalam lingkungan
keluarga-pun anak diasuh dengan baik, artinya mereka diperhatikan dalam
belajarnya tidak dibiarkan begitu saja. Oarangtu cukup memahami bahwa
proses pendidikan tidak hanya terjadi dalam lingkungan sekolah, akan
tetapi di lingkungan keluarga dan masyarakat luas belajar terus terjadi.
Penanaman nilai sangat efektif diterapkan dalam lingkungan keluarga,
maka

dalam

pengasuhannya

orangtua

tidak

lepas

atau

hanya

mengandalkan pihak sekolah untuk mendidik anaknya.

B. Analisis Statistik Deskriptif


1. Pola Asuh
Kepada 60 responden diberikan 40 pertanyaan yang terdiri 14 item
pernyataan demokratis, 14 pernyataan otoriter, dan 12 pernyataan permisif.
Dari pernyataan-pernyataan yang diberikan telah diperoleh skor tertinggi
dan terendah sesuai dengan kriteria pola asuh masing-masing.

92

a. Demokratis
Dari 14 pernyataan yang disediakan didapat skor tertinggi 52 dan
skor terendah 33, maka panjang kelas interval adalah sebagai berikut:
Panjang kelas interval = 52-33

= 4.75

Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Demokratis
No

Interval

Kriteria

Frekuensi Persentase

48-52

Sangat baik

16

27 %

43-47

Baik

19

32 %

38-42

Sedang

17

28 %

33-37

kurang

13 %

60

100 %

Jumlah

Dari tabel distribusi frekuensi pola asuh demokratis diatas


diperoleh frekuensi 16 atau 27 % dengan kriteria sangat baik, frekuensi
19 atau 32 % kriteria baik, frekuensi 17 atau 28 % dengan kriteria
sedang, frekuensi 8 atau 13 % dengan kriteria kurang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI MAN Malang I
yang sebagian besar orangtuanya menerapkan pola asuh yang
demokratis kriteria baik dengan frekuensi 19 atau 32 %.

b. Otoriter
Dari 14 pernyataan yang disediakan didapat skor tertinggi 53 dan
skor terendah 29, maka panjang kelas interval adalah sebagai berikut:
Panjang kelas interval = 53-29
4

=6

93

Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Otoriter
No

Interval

Kriteria

Frekuensi Persentase

47-53

Sangat baik

17

28 %

41-46

Baik

21

35 %

35-40

Sedang

16

27 %

29-34

kurang

10 %

60

100 %

Jumlah

Dari tabel distribusi frekuensi pola asuh otoriter diatas diperoleh


frekuensi 17 atau 28 % dengan kriteria sangat baik, frekuensi 21 atau
35 % kriteria baik, frekuensi 16 atau 27 % dengan kriteria sedang,
frekuensi 6 atau 10 % dengan kriteria kurang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas XI MAN Malang I yang sebagian
besar orangtuanya menerapkan pola asuh yang otoriter kriteria baik
dengan frekuensi 21 atau 35 %.

c. Permisif
Dari 12 pernyataan yang disediakan didapat skor tertinggi 47 dan
skor terendah 25, maka panjang kelas interval adalah sebagai berikut:
Panjang kelas interval = 47-25

= 5.5

Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Permisif
No

Interval

Kriteria

Frekuensi

Persentase

45-49

Sangat baik

3%

40-44

Baik

18

30 %

35-39

Sedang

28

47 %

94

30-34

Kurang

15 %

25-29

Sangat kurang

5%

60

100 %

Jumlah

Dari tabel distribusi frekuensi pola asuh permisif diatas diperoleh


frekuensi 2 atau 3 % dengan kriteria sangat baik, frekuensi 18 atau 30
% kriteria baik, frekuensi 28 atau 4 7% dengan kriteria sedang,
frekuensi 9 atau 15 % dengan kriteria kurang, frekuensi 3 atau 5 %
dengan kriteria sangat kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa siswa kelas XI MAN Malang I yang sebagian besar
orangtuanya menerapkan pola asuh yang permisif kriteria sedang
dengan frekuensi 28 atau 47 %.
Hasil dari analisis deskriptif dari tiap-tiap sub variabel diatas
mengindikasikan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
siswa kelas XI MAN Malang I adalah campuran dari ketiga jenis pola
asuh yang diteliti, karena tidak ada gradasi yang ekstrim dari frekuensi
yang tersebar dalam tabel-tabel diatas. Data analisis angket diatas juga
diperkuat dengan hasil wawancara di MAN Malang I:
Wawancara dengan bapak Sudirman81
Memang ada beberapa wali murid itu yang menyerahkan
sepenuhnya tanpa ada kontrol dari orang tua tentang kegiatan
belajar anak, tetapi itu sangat sedikit sekali. Lebih banyak yang
ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar, dan itu terbukti dari
banyak diantara wali murid itu yang menelpon saya menanyakan
keadaaan belajar anaknya disekolah.

81

Wawancara dengan Sudirman, wali kelas XI MAN Malang I

95

Wawancara dengan siswa kelas XI MAN Malang I82


Orang tua saya sering menanyakan bagaimana belajar saya
disekolah, dan tidak jarang saya dimarahi karena nilai saya turun
tapi tidak terlalu keras, dan menurut saya mereka memberikan
motivasi sekaligus tanggung jawab kepada saya dalam hal
belajar. Saya juga pernah mendapat hadiah ketika nilai saya
bagus

2. Prestasi Belajar
Prestasi yang dimaksud dalam penilitian ini adalah penghargaan atas
hasil belajar yang diambil dari nilai raport ujian semester yang dicapai
oleh siswa kelas XI MAN Malang I.
Nilai dari semua responden diperoleh nilai tertinggi 84 dan terendah
67. Maka skor dari nilai tersebut dapat dibuat kelas interval sebagai
berikut:
Panjang kelas interval : 84 67 =6
3

Tabel 4.14
Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I
No

Interval

Kriteria

Frekuensi

persentase

79-84

Tinggi

32

53 %

73-78

Sedang

27

45 %

67-72

Rendah

2%

60

100 %

Jumlah

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa


sebagian besar prestasi siswa kelas XI MAN Malang I termasuk pada
kriteria tinggi dengan frekuensi 32 dari 60 siswa yang menjadi responden
atau 53 % memiliki tingkat prestasi yang tinggi.
82

Wawancara dengan Okta Dewi Kurnia, siswa kelas XI MAN Malang I

96

3. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Prestasi Belajar Siswa


Untuk mengetahui pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar
siswa, peneliti menggunakan analisis regresi. Untuk mencari persamaan
regresi peneliti menghitung dengan software SPSS 15.0 for windows.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi, maka
diketahui hasil sebagai berikut:

Tabel 4.15
Ringkasan Hasil Regresi
F

Signifikan

R Square

F
63.714

0.000

0.407

Adjusted R Constant

Koefisien

square

0.400

45.204

0.499

Perhitungan regresi diatas didapatkan nilai konstanta sebesar 45.204,


koefisien 0.499. dengan demikian didapatkan persamaan regresi:
Y = 45.204 + 0.499 X
Koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square)
sebesar 0.407 dengan adjusted r square 0.400 berarti variabel terikat
prestasi belajar dijelaskan oleh variabel bebas pola asuh sebesar 40 %.
Sedangkan sisanya 60 % dijelaskan oleh variabel diluar variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Hal ini dapat diartikan bahwa jika pola asuh naik sebanyak satusatuan saja, maka prerstasi belajar naik sebanyak 0.499. Dapat diartikan
bahwa variabel pola asuh mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa MAN Malang I

97

BAB V
PEMBAHASAN

A. Penerapan Pola Asuh Orangtua Siswa Kelas XI MAN Malang I


Orangtua merupakan model figur utama bagi anak. Sebab orangtua
memiliki peluang yang cukup banyak untuk mensosialisasikan aturan, nilai,
dan kebiasaan serta sikap hidup. Disamping itu, orangtua dalam keluarga juga
merupakan sosok yang menjadi panutan dan perlakuan yang akan
diterapkannya kepada anak-anaknya, serta mempunyai hak untuk mengasuh
dan membesarkan anak-anaknya karena orangtua berperan sebagai guru,
penuntun, dan pengajar.
Bagi orangtua, anak adalah dambaan, buah hati, pelipur lara, amanah
sekaligus cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu sudah
seharusnya jika mereka mengetahui dan memahami dengan benar apakah
fungsi daripada anak dalam sebuah keluarga dan bagaimana metode
pendidikan yang seharusnya mereka terapkan dalam rangka membentuk
pribadi anak yang berakhlak, berkualitas dan kompeten. Sehingga dari
pendidikan keluarga tersebut diharapkan akan tercetak generasi-generasi umat
yang tangguh di dalam maupun di luar.
Mengasuh anak merupakan proses yang sangat kompleks, sebab banyak
hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengasuh anak. Dalam mengasuh dan
mendidik anak membutuhkan beberapa kemampuan yang perlu diperhatikan,
seperti memberikan kasih sayang, penanaman rasa disiplin, pemberian
hukuman dan hadiah, pemberian teladan, penanaman sikap dan moral, serta

98

kecakapan dalam mengatur anak. Hal tersebut merupakan rangkaian suatu


pola yaitu pola asuh orangtua.
Anak merupakan titipan sekaligus anugerah bagi orangtua, dia
merupakan pelita dalam kehidupan berkeluarga serta kebanggaan bagi
orangtua. Maka orangtua akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi
orangtua yang baik dengan membimbing dan mendidik anak agar kelak
menjadi anak yang pintar dan berbakti bagi orang tua. Peran orangtua sangat
penting dalam perjalanan kehidupan anak, anak bagaikan sebuah kertas
kosong yang polos, putih dan bersih dan orangtualah yang akan mewarnai
kehiduan sang anak.
Menurut Wahyuni, bahwa dalam mengasuh dan mendidik anak, sikap
orangtua ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya pengalaman
masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun sikap orangtua
mereka, nilai-nilai yang dianut oleh orangtua, tipe kepribadian orangtua
maupun keluarga, kehidupan perkawinan orangtua dan alasan orangtua
mempunyai anak.83
Sehingga Wahyuni dalam penelitiannya menjelaskan pola asuh adalah
suatu model dan cara pemberian perlakuan seseorang kepada orang lain dalam
suatau lingkungan sosial, atau dengan kata lain pola asuh adalah model dan
cara dari orangtua memperlakukan anak dalam suatu lingkungan keluarganya
sehari-hari, baik perlakuan yang berupa fisik maupun psikis.84
Menurut pendapat Mussen, mendefinisikan pola asuh orangtua adalah
suatu cara yang digunakan oleh orang dalam mencoba berbagai strategi untuk
83

Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 1976),

84

Ibid

hlm. 144

99

mendorong anak-anaknya mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana tujuan


tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standart perilaku yang harus
dimiliki anak bila dewasa nanti.85
Pandangan Meichati yang mengutarakan bahwa pola asuh orangtua
adalah perlakuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan dan memberikan
perlindungan, serta mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga setiap orangtua dapat menerapkan cara pengasuahan yang berbeda
dalam sebuah keluarga.
Setiap orangtua memegang teguh prinsip-prinsip islam sebagai tolak
ukur dalam mendidik anak-anaknya, sebab ia akan membimbing manusia pada
fitrahnya yang lurus, yaitu pembentukan pribadi-pribadi yang bertaqwa. Hal
ini sebagaimana yang tersirat dalam sebuah hadits bahwasannya Rasulullah
SAW membuat garis dengan tangannya seraya bersabda: Inilah jalan Allah
SWT yang lurus Kemudian beliau membuat garis-garis yang banyak sekali di
kanan kirinya seraya beliau bersabda: Inilah jalan-jalan yang tak satupun
terlepas dari intaian setan yang menyesatkan Kemudian beliau membaca ayat
Al-Quran:

t 3/ sxtGs 69$# (#7Fs? u ( 7?$$s $V)tG u #xy r&u


t)Gs? 6=ys9 / 38u 39s 4 &#7y
Artinya: Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah
Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai

85

Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakartan : Arcan , 1994), hlm. 395

100

beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
(QS. Al-anam; 153)86

Mengasuh dan memelihara anak merupakan kewajiban dari orangtua


sekaligus sebagai hak yang sudah semestinya diterima oleh setiap anak. Dalam
hukum islam terdapat suatu istilah yang disebut dengan hadanah, yaitu
memelihara anak-anak yang masih kecil, baik itu laki-laki maupun perempuan
dengan menyediakan sesuatu yang menjadikan anak baik, mengasuh,
merawat, dan menjaganya dari sesuatu yang membahayakan dirinya serta
memberikannya pendidikan dalam seluruh aspek kehidupan sehingga ketika
dewasa mereka menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki tanggung jawab.
Doktrin Islam menggariskan dan mengatur orang islam agar dapat
mengikuti gaya hidup yang berbudaya atas dasar kerja sama, kasih sayang,
dan kesetiaan sehingga meningkatkan kemajuan budaya masyarakat islam.
Sehingga islam mulai pengaturannya pada manusia sebagai individu karena ia
merupakan organisme yang pertama yang membentuk kehidupan keluarga dan
masyarakat, dan selanjutnya kehidupan bangsa.87
Rasulullah SAW merupakan sosok teladan dalam hal menyayangi anak
dan orang pertama yang senantiasa menasihatkan kepada para orangtua agar
menyayangi anak-anak mereka, karena persahabatan orangtua dengan anakanaknya akan menanamkan dalam diri anak tersebut watak yang mulia dan
mengarahkan tingkah laku yang disiplin pada anak. Seperti dalam sabda
Rasulullah SAW yang berbunyi:

86

Al-Quran dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra). hlm 283
Zamarkasyi Dhifier, dkk, Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam. (Jakarta: UNICEF
Indonesia, 1986), hlm. 53
87

101

:
()
Artinya: Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya
serta paling penyayang kepada keluarganya (HR. Tirmidzi).

Peran keluarga terutama orangtua menjadi penting untuk mendidik anak


baik tinjauan agama, sosial, maupun individu. Akan tetapi bagaimana
pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa
yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan
mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara
optimal. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan dalam keluarga
merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan penting. Dalam keluarga,
orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan keteladanan
yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat mengenalkan
nilai-nilai yang mengandung suasana religi.
Syariah islam membebani kewajiban orangtua untuk memelihara
keselamatan anak dan perkembangan anak, atas dasar pertimbangan bahwa
anak adalah titipan Allah SWT yang harus dijaga baik-baik sebab mereka akan
mempertanggung jawabkannya kepada Allah SWT.88
Seperti dalam hadits Bukhori yang menjelaskan dengan tegas bahwa
bagian tanggung jawab yang harus dipikul oleh orangtua, yaitu kewajiban
untuk memelihara keselamatan anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan
88

Dhofier, dkk, Op.cit, hlm. 29

102

hidupnya. Hal ini berarti bahwa orangtua harus menyediakan makanan dengan
sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW menganjurkan kepada setiap orangtua agar menyuruh
anak-anknya untuk menjalankan ibadah shalat ketika mereka telah berumur
tujuh tahun, adalah tidak lain agar supaya mereka terbiasa melakukan hal itu
dan membina anak mempunyai sifat yang terpuji. Disamping itu juga,
orangtua dapat bersikap adil (tidak membedakan dengan saudara lain) dalam
memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap anak-anaknya, agar
kewajiban mereka tumbuh dengan baik dalam kasih sayang dan persaudaraan.
Rasulullah bersabda:

:
, ,
( )
Artinya: Kamu semua adalah penanggung jawab dan akan dimintai pertanggung jawaban
atas apa yang dipercayakan kepadamu. Seorang ayah bertanggung jawab membiayai dan
memelihara kehidupan keluarganya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Seorang
istri bertanggung jawab terhadap anak dan harta suaminya dan akan dimintai pertanggung
jawaban atasnya (Shahih Al-Bukhori Juz.VII: 34)

Menurut Bolson, pola asuh dapat digolongkan menjadi tiga89 yaitu:


1. Demokratis
2. Otoriter
3. Permisif

89

Andrie, Winarti & Utami, op.cit, hlm. 71.

103

Hasil analisis statistik deskriptif yang sudah dijabarkan pada bab IV


diketahui pola asuh yang dominan dan berada pada kriteria baik diantara
ketiga pola asuh diatas adalah pola asuh demokratis dan otoriter dengan
frekuensi 32 % dan 35 %. Sedangkan pola asuh permisif mendapatkan
frekuensi sebesar 47 % dari 60 siswa, meskipun nilai persentase pola asuh
permisif lebih besar daripada dua pola asuh yang dominan diatas pola ini tidak
dikatakan dominan karena frekuensi terbesar menempati pada kriteria sedang
yang artinya orang tua siswa yang menggunakan pola asuh permisif tidak
terlalu mendominasi dalam penerapannya atau dengan kata lain tidak tinggi
frekuensinya.
Berdasarkan penjelasan di atas rata-rata pola asuh yang digunakan oleh
orangtua siswa adalah campuran dari ketiga pola asuh tersebut. Baldwin juga
menyebutkan bahwa yang terbanyak adalah campuran dari ketiga pola
tersebut.90

B. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI


MAN Malang I
Berdasarkan angket yang telah disebar kepada 60 responden tentang pola
asuh orangtua, hasil dari angket tersebut diolah dalam distribusi frekuensi
diperoleh data mengenai pola asuh yang diterapkan oleh orangtua siswa dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu demokratis, otoriter, dan permisif.
Dari 60 responden menunjukkan pola asuh yang dominan adalah
demokratis dan otoriter sebesar 32 % dan 35 %. Atas dasar hasil yang

90

Notosudirjdo, op.cit, hlm. 176.

104

diperoleh maka siswa dalam kehidupan sehari-hari berada dalam asuhan yang
demokrratis yaitu orangtua lebih memprioritaskan kepentingan anak, bersikap
realistis dan tidak berharap lebih yang tidak berada pada batas kemampuan
anak. Orangtua pun memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih sikap
dalam setiap mengambil keputusan baik itu dalam belajar maupun yang lain,
orangtua hanya membimbing dan memberi masukan terhadap setiap
keputusan yang diambil oleh anak dengan pendekatan yang hangat.
Pola asuh otoriter juga ditemukan hasil yang dominan dan baik dalam
segi prestasi siswa. Berarti disamping siswa mendapatkan cara asuh yang
demokratis mereka juga diasuh dengan otoriter yaitu orangtua menetapkan
standart yang harus dipenuhi oleh anak kadang-kadang memaksa untuk
melakukan apa yang telah ditentukan oleh orangtua.
Pola asuh yang terakhir yaitu permisif ini dalam distribusi frekuensi
mendapatkan 47 % akan tetapi pada kriteria sedang, jadi dalam penerapannya
tidak terlalu signifikan atau dominan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan
berarti tidak sama sekali namun jarang dan biasanya sebagai selingan dari
kedua pola asuh diatas.
Penjelasan yang telah diuraikan menunjukan bahwa secara simultan pola
asuh mempengaruhi prestasi belajar siswa karena belajar adalah proses mental
sedangkan pola asuh pendekatannya menggunakan pendekatan mental dari
hati ke hati.

105

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya disertai dengan
analisis data maka dalam penelitian pengaruh pola asuh orangtua terhadap
prestasi siswa dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama
masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk membimbing dan
mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik dalam suatu
lingkungan keluarga. Pola asuh orangtua yang diterapkan oleh orangtua
siswa kelas XI MAN Malang I adalah demokratis 32 % dengan kriteria
baik dan prestasi siswa adalah baik dengan bentangan nilai antara 79 - 84
dengan interval 6. Artian baik yang dimaksud adalah tingkat signifikansi
penerapannya pada anak, otoriter 45 % dengan kriteria baik dan prestasi
siswa tergolong baik dengan bentangan nilai 79 84 dengan interval 6,
dan permisif 47 % dengan kriteria sedang dan prestasi siswa sedang
dengan bentangan nilai 73 78 dengan interval 6. Namun sebagian besar
pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa adalah tipe campuran dari
ketiga tipe pola asuh yang diteliti yaitu anatra demokratis, otoriter dan
permisif
2. Pola asuh orangtua berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap
prestasi belajar siswa dengan persamaan regresi Y = 45.204 + 0.499 X.
persamaan regresi ini menunjukkan bahwa jika skor pola asuh nol, maka
skor resiliensi sebesar 45.204. Angka r sebesar 0.638 menunjukkan bahwa

106

korelasi atau hubungan antara prestasi dengan pola asuh adalah signifikan
karena angka r lebih besar dari 0.5 ( = 0.5 > sig) jadi hipotesis nol ditolak
dan hipotesis kerja diterima. Selain itu dapat diprediksikan bahwa jika
terdapat perubahan pada skor pola asuh sebesar satu dapat mempengaruhi
perubahan resilensi rata-rata sebesar 0.499. . Nilai koefisien determinasi
yang sudah disesuaikan (Adjusted R Suquare) sebesar 0.400yang berarti
variabel terikat prestasi belajar dijelaskan oleh variabel bebas pola asuh
orang tua sebesar 40 % sedangkan sisanya 60 % dijelaskan oleh variabe
lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

B. Saran
Penelitian telah dilakukan, maka dari pengalaman hasil penelitian
peneliti menawarkan beberapa saran :
1. Bagi pihak sekolah, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk lebih
mengintensifkan hubungan yang sinergis

antara sekolah dengan wali

murid untuk membantu siswa dalam kegiatan belajar.


2. Bagi guru , diharapkan bisa mengerti apa yang harus dilakukan ketika
menghadapi anak yang pola asuhannya menggunakan pola demokratis,
otoriter maupun permisif. Meskipun tidak mengetahui secara langsung
dalam artian mengadakan penlitian untuk setiap anak, para guru bisa
melihat bagaimana respon dari anak tersebut. Karena sikap dan perilaku
anak adalah cerminan dari pola asuh yang diterapkan orangtua.

107

3. Bagi penelitian selanjutnya, mungkin ini bisa dijadikan bahan acuan dasar
tentang penelitian pola asuh dan prestasi dan diharapkan penelitian
selanjutnya bisa lebih fokus dan mendalam dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andrie, Winarti & Utami. 2001. Pola Asuh Orangtua dan Nilai-nilai Kehidupan
yang Dimiliki oleh Remaja (Fenomena: Jurnal Psiklogi, 2001)

Al-Quran dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra)

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bahri Syaiful. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional.

Dharmawan Budi dan Yusroh Yoyoh. 2009.

Metode pendidikan Rasulullah

SAW dalam Mengembangkan kepribadian anak. (one-line: http//www.pksanz.org/print.php?sid. akses: 11 Maret 2009)

Dimyati, Mudjiono. 1997. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Penerbit


Rineka Cipta.

Dhofier Zamarkasy, dkk. 1986. Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam. Jakarta:
UNICEF Indonesia.

Fathurrohman Pupuh, dkk. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman


Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama.

Faisal Sanapiah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha


Nasional.

Ghoni Djunaidi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan


Kuantitatif. Malang: UIN-Malang Press

Gunarsa Singgih D.1976 Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK. Gunung


Mulia.

Hawadi Reni. 2004. AkselerasiI.Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Huda Miftahul. 2008. Interaksi Pendidikan 10 Cara Quran Mendidik Anak.


Malang: UIN-Malang Press.

Kartono Kartini dan Andari Jeny. 1998. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental
dalam Islam. Bandung: Mandar Maju.

Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Muhaimin,dkk. 1996. Strategi Belajar Mengaja. Surabaya: CV. Citra Media


karya anak Bangsa.

Muhaimin. 1991. Konsep Pendidikan Islam. Solo: Ramadhan.

Mussen. 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta : Arcan.

MZ Labib. 2006. Menciptakan Keluarga Sakinah Dalam Pandangan Islam.


Surabaya: Bintang Usaha Jaya.

Notosudirjdo & Latipun. 2005. Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan.


Malang: UMM Press.

Nursisto. 2002. Peningkatan Prestasi Belajar Menengah . Jakarta: Insan


Cendikia.

Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Poerwadarminta WJS. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Petranto Ira. 2009. Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh
Orangtuanya

Buletin

DWP

PTRI

Jenewa,

on-line:

http;//www.binarymoon.co.uk/2005. Jakarta: Kawan Pustaka, Akses: 11


Maret 2009.

Rakhmat Jalaludin. 1986. Psikologi Komunikasi. Bandung: CV. Remaja Karya.

Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Bina Aksara.

Syah Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung:

PT Remaja

Rosdakarya.

Shochib Moh. 1998. Pola Asuh Orangtua. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Soekanto Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga; Ikhwal Tentang Keluarga,


Remaja dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Subana. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:

PT Raja

Grafindo Persada.

Walker. 1992. Handbook of Clinical Child Psychology. Canada: A. Wiley-Inter


Science Publication.

Woolfolk Anita. 2004. Educational Psycholog. Printed in the United States of


America.

Вам также может понравиться