Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1.2.
Metode Sampling
1
Kwalitas Sampel
1.4.
Jenis-jenis Sampel
Secara garis besar, jenis sampel apat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
semen. Hal ini dikerjakan dengan seksama agar fosil mikro yang terkandung didalamnya
tidak rusak atau ikut larut bersama zat pelarut yang digunakan
Contoh:
Batulempung dan Lanau: penguraian batuan dilakukan dengan menggunakan larutan
Hydrogen Pyroksida (H2O2)
b. Proses Pengayakan
Dasar proses pengayakan adalah bahwa fosil-fosil dan butiran lain hasil penguraian
terbagi menjadi berbagai kelompok berdasarkan ukuran butirnya masing-masing yang
ditentukan oleh besar lubang. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua butiran
mempunyai bentuk bulat, tetapi ada juga yang panjang yang hanya bisa lolos dalam
kedudukan vertikal. Oleh karena itu, pengayakan harus digoyang sehingga dengan demikian
berarti bahwa yang dimaksudkan dengan besar butir adalah diameter yang kecil / terkecil
Pengayakan dapat dilakukan dengan cara basah dan cara kering :
Cara kering
Keringkan seluruh contoh batuan yang telah terurai
Masukkan kedalam ayakan paling atas dari unit ayakan yang telah tersusun baik
sesuai dengan keperluan
Mesin kocok dijalankan selama + 10 menit
Contoh batuan yang tertinggal di tiap-tiap ayakan ditimbang dan dimasukkan dalam
botol/plastik contoh batuan
Cara basah
Cara ini pada prinsipnya sama dengan cara kering, tetapi pada umumnya
menggunakan ayakan yang kecil. Pengayakan dilakukan dalam air sehingga contoh batuan
yang diperoleh masih harus dikeringkan terlebih dahulu.
c. Proses Pemisahan Fosil
Fosil-fosil dipisahkan dari butiran lainnya dengan menggunakan jarum. Untuk menjaga
agar fosil yang telah dipisahkan tidak hilang, maka fosil perlu disimpan di tempat yang aman.
Setelah selesai pemisahan fosil, penelitian terhadap masing-masing fosil dilakukan. Alat dan
bahan yang digunakan, seperti pada gambar dibawah:
setelah agak halus, maka sedimen tersebut dimasukkan ke dalam mangkok dan dilarutkan
dengan H2O2 (10 15%) secukupnya untuk memisahkan mikrofosil dalam batuan
tersebut dari matriks (lempung) yang melingkupinya.
Biarkan selama 2-5 jam hingga tidak ada lagi reaksi yang terjadi.
Setelah tidak terjadi reaksi, kemudian seluruh residu tersebut dicuci dengan air yang deras
diatas saringan yang berukuran dari atas ke bawah adalah 30-80-100 mesh.
Residu yang tertinggal pada saringan 80 & 100 mesh, diambil dan kemudian dikeringkan
didalam oven ( 600 C).
Setelah kering, residu tersebut dikemas dalam plastik residu dan diberi label sesuai
dengan nomor sampel yang dipreparasi.
Sampel siap dideterminasi.
Alat dan bahan yang digunakan untuk preparasi foraminifera kecil dan ostracoda:
Saringan dengan 30 80 100 mesh
Wadah pengamatan mikrofosil.
Jarum penguntik.
Slide karton (model Jerman, 40 x 25 mm )
Slide karton (model internasional, 75 x 25 mm)
b. Foraminifera besar
Istilah foram besar diberikan untuk golongan foram bentos yang memiliki
ukuranrelative besar, jumlah kamar relative banyak, dan struktur dalam kompleks. Umumnya
foram besar banyak dijumpai pada batuan karbonat khususnya batugamping terumbu dan
biasanya berasosiasi dengan algae yang menghasilkan CaCO3 untuk test foram itu sendiri.
Di Indonesia foraminifera bentos besar sangat banyak ditemukan dan bisa digunakan
untuk menentukan umur relatif batuan sedimen dengan menggunakan zonasiforaminifera
bentos besar berdasarkan Adams (1970), dengan demikian untuk menganalisanya dilakukan
dengan mempergunakan sayatan tipis. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
Contoh batuan yang akan dianalisis disayat terlebih dahulu dengan mesin
penyayat/gurinda.
Arah sayatan diusahakan memotong struktur tubuh foraminifera besar yang ada
didalamnya.
Setelah mendapatkan arah sayatan yang dimaksud, contoh tersebut ditipiskan pada kedua
sisinya.
Poleskan salah satu sisi contoh tersebut dengan mempergunakan bahan abrasif
(karbondum) dan air.
Setelah itu, tempel sisi tersebut pada objektif gelas (ukuran internasional 43 x 30 mm)
dengan mempergunakan Kanada Balsam.
Tipiskan kembali sisi lainnya hingga contoh tersebut menjadi transparan dan biasanya
ketebalan sekitar 30-50 m.
Setelah ketebalan yang dimaksud tercapai, teteskan Kanada Balsam secukupnya dan
kemudian ditutup dengan cover glass. Beri label.
Sampel siap dideterminasi
c. Nannoplankton
Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop optik. Dapat dilakukan dengan dua metode
preparasi, yaitu:
Quick smear-slide/metode poles
Smear slide/metode suspense
Ambil satu keping contoh batuan segar sebesar 10 gr., bersihkan dari kotoran yang
menempel dengan sikat halus.
Cungkil bagian dalam dari sampel tersebut dan letakkan cukilan tersebut di atas objektif
gelas.
Beri beberapa tetes aquades untuk melarutkan batuannya dan ratakan.
Buang kerikil-kerikil yang kasar yang tidak larut.
Panaskan dengan hot plate objektif gelas tersebut hingga larutan tersebut kering.
Setelah kering, bersihkan/tipiskan dengan cover glass supaya lebih homogen dan tipis.
Biarkan mendingin, beri label, sampel siap dideterminasi.
Smear Slide / Metode suspensi
Membutuhkan waktu yang lama, namun hasilnya lebih baik.
Ambil contoh batuan dengan berat 10-25 gr. Bersihkan dan usahakan diambil dari
sampel yang segar.
Larutkan dalam tabung gelas dengan aquades dan sedikit Natrium bikarbonat (Na2Co3).
Masukkan tabung tersebut kedalam ultrasonik vibrator 1 jam tergantung pada kerasnya
sampel.
Saring larutan tersebut dengan mesh 200, kemudian tampung suspensi dan butiran
halusnya kedalam bejana gelas.
Biarkan suspensi tersebut mengendap.
Teteskan 1-2 tetes pipet kecil dari larutan tersebut di atas gelas objektif dan panaskan
dengan hot plate.
Setelah kering teteskan kanada balsam dan dipanaskan hingga lem tersebut matang dan
tutup dengan cover glass.
Dinginkan dan beri label.
Sampel siap dideterminasi.
d. Polen
Untuk melepaskan pollen/spora dari mineral-mineral yang melimgkupinya, dapat
dilakukan dengan beberpa tahap preparasi yang mebutuhkan ketelitian dan ditunjang oleh
fasilitas laboratorium yang lengkap, seperti cerobong asap, ruang asam, tabung-tabung reaksi,
sentrifugal dan sebagainya. Beberapa larutan kimia yang dibutuhkan adalah: HCl, HF, KOH,
dan HNO3.
B. Penyajian Mikrofosil
Dalam penyajian mikrofosil ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu:
Observasi
7
Deskripsi
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada mikrofosil, baik sifat fisik maupun
kenampakan optiknya dapat direkam dalam suatu deskripsi terinci yang bila perlu dilengkapi
dengan gambar ilustrasi ataupun fotografi. Deskripsi sangat penting karena merupakan dasar
untuk mengambil keputusan tentang penamaan mikrofosil yang bersangkutan.
Ilustrasi
Pada tahap ilustrasi, gambar dan ilustrasi yang baik harus dapat menjelaskan berbagai
sifat khas tertentu dari mikrofosil itu. Juga, setiap gambar ilustrasi harus selalu dilengkapi
dengan skala ataupun ukuran perbesarannya.
Penamaan
Seorang sarjana Swedia Carl Von Line (17071778) yang kemudian melatinkan namanya
menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang dikenal denganLaw Of Priority,
1958 yang pada pokoknya menyebutkan bahwa nama yang telah dipergunakan pada suatu
individu tidak dipergunakan untuk individu yang lain.
Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata sedangkan tingkat spesies terdiri
dari dua kata, tingkat subspecies terdiri dari tiga kata. Nama-nama kehidupan selalu diikuti
oleh nama orang yang menemukannya. Contoh penamaan fosil sebagai berikut:
Globorotalia menardi exilis Blow, 1998, arti dari penamaan adalah fosil hingga subspesies
diketemukan oleh Blow pada tahun 1969
Globorotalia ruber elogatus (DOrbigny), 1826, arti dari n. sp adalah spesies baru.
Pleurotoma
carinata
Gray, Var
Woodwardi
Martin,
arti
dari
penamaan
adalah Graymemberikan nama spesies sedangkan Martin memberikan nama varietas.
Globorotalia acostaensis pseudopima Blow, 1969,s arti dari n.sbsp adalah subspecies.
Dentalium (s.str) ruteni Martin, arti dari penamaan adalah fosil tersebut sinonim dengan
dentalium rutteni yang diketemukan Martin.
8
Globorotalia of tumd, arti dari penamaan ini adalah penemu tidak yakin apakah bentuk
tersebut betul Globorotalia tumida tetapi dapat dibandingkan dengan spesies ini.
Spaeroidinella aff dehiscen, arti dari penamaan tersebut adalah fosil ini berdekatan
(berfamily) dengan sphaeroidinella dehiscens. (aff = affiliation)
Ammobaculites sp, artinya mempunyai bermacam-macam spesies
Recurvoides sp, artinya spesies (nama spesies belum dijelaskan)
DAFTAR PUSTAKA
http://rizalgunawan06.blogspot.com/2014/02/mikro-dan-makro-fosil.html
9
https://mwamir.wordpress.com/geologi/laporan-praktikum/mikropaleontologi/
10