Вы находитесь на странице: 1из 13

A.

DEFINISI
Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak.
Tumor otak ( tumor intrakranial ) meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor otak
dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompk umur.
Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.
Tumor otak jarang bermtastasi keluar dari dari sistem syaraf pusat tapi
menyebabkan kematian dengan cara merusak fungsi vital / terlibat secara langsung
meningkatkan intrakranial.
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal didalam otak, tetapi
tidak ganas.
Tumor otak maligna adalah kanker didalam otak yang berpotensi menyusup dan
menghancurkan jaringan sebelahnya / yang telah menyebar keotak dari bagian
tubuh lainnya melalui aliran darah, ( Reeves C,J. 2001. Keperawatan medical
bedah ).
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi merupakan salah satu
dari factor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi, dan toksin belum dapat
dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak tetapi bahan industri tertentu
seperti nitrosourea adalah krasinogen yang paten. Limfoma lebih sering terdapat
pada mereka yang mendapat imunosupesan seperti pada transplantasi ginjal.
Sumsum tulang dan pada AIDS, ( Reeves C,J. 2001. Keperawatan medical bedah ).
C. KLASIFIKASI
Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM ). Terdiri dari 3 kategori,
yaitu : T ( tumor primer ), N ( nodul regional, metastase ke kelenjar limfe regional )
dan M ( metastase jauh ).
Kategori T :
Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.
Tis = Tumor in situ.
T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer.
T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm.
T2 = Tumor dengan f maksimal 2 5 cm.
T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm.
T4 = Tumor invasi keluar organ.
Kategori N :
N0 = Nodul regional negative.
N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ).

N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan.


N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.
Kategori M :
Mo = Tidak ada metastase organ jauh.
M1 = Ada metastase organ jauh.
M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut (Lionel Ginsberg,
Neurologi :117) yaitu :
Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen, nervus kranialis, atau
struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak.
Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :
a)
Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia ( glioma ) tumor ini
diklasifikasikan maligna karena sifat invasif lokal, metastasis ekstrakranial sangat
jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan derajat diferensiasi.
b)
Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh lainnya.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut lokasi tumor :
Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkahlaku
aneh, sulit memberi argumentasi / menilai salah atau benar, hemiparesis, ataksia
dan gangguan bicara.
Korteks presentalis poterior
Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.
Lobus parasentalis
Kelemahan ekstrimitas bawah.
Lobus oksipintalis
Kejang, gangguan penglihatan.
Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia senorik, kelumpuhan otot wajah.
Lobus parietalis
Hilang fungsi sensorik karotikalif, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan
penglihatan.
Ceribulum
a)
Nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperextrimitas, sendi.
b)
Tanda dan gejala umum :
c)
Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila batuk membungkuk.
d) Kejang.

e)
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : pandangan kabur, mual,
muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan TTV, afasia.
f)
Perubahan kepribadian.
g)
Gangguan memory.
h)
Gangguan alam perasaan.
E. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan hal
ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala neurologik
pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan
fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan
dengan kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak.
Peningkatan intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya
masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
serebrospinal.
Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan
mengambilkan ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum
sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan
pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak
semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan
serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan
hidrosephalus.
Peningkatan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat
salah satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh
karena itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume
cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus/
serebulum.herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser keinterior

melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister otak. Herniasi menekan
ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf ke tiga.
Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa poterior, ( Suddart, Brunner. 2001 ).
PATHWAY

1.
G. KOMPLIKASIEdema serebral.
Tekanan intrakranial meningkat.
Herniasi otak.
Hidrosefalus.
Kejang.
Metastase ketempat lain.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgent tengkorak
Untuk diagnostik sekurang-kurangnya diambil dari dua arah yaitu antero poterior dan
lateral.
Angiograf serebral.
EEG.
CT. Scan.
MRI.
I.
PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATANTerapi radiasi.
Kemoterapi.
Prosedur pembedahan otak.
Laser karbondioksida.
Transplantasi sumsum tulang.
Implantasi radioisotop.
Ganti balut.
Relaksasi nafas dalam.

J.
FOKUS PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan
a)
Keluhan utama : sakit kepala pagi hari, anoreksia, nyeri, diare, muntah,
papiladema, perubahan status mental dan malaise.
b)
Riwayat ksehatan sekarang : kejang, gangguan berjalan, kabur penglihatan,
perubahan kepribadian, perubahan kemampuan mengingat, kelemahan vokal, dan
afasia.
c)
Riwayat kesehatan masa lalu : masalah pernafasan, masalah eliminasi dan
berkemih, gangguan tidur dan integritas kulit.
Pemeriksaan fisik
Saraf
: kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan /
kehilangan memory,afek tidak sesuai, berdesis.
Penglihatan
: penurunan lapang pandangan, penglihatan kabur.
Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, hlusinasi.
Sietem pernafasan: irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas,
disfungsi neuromaskuler.
Sistem hormonal: amenrea, rambut rontok, DM.
Motorik
: hiperekstensi, kelemahan sendi.
K. FOKUS INTERVENSI
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan disfungsi neuromaskuler
( hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ).
Ditandai dengan
: perubahan kedalaman nafas, dispnea, obstruksi jalan nafas,
aspirasi.
Tujuan
: gangguan pertukaran gas dapat teratasi.
Tindakan
:
Bebaskan jalan nafas.
Pantau vital sign.
Monitor pola nafas.
Pantau AGD.
Monitor penurunan gas darah.
Kolaborasi O2.
Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
Ditandai dengan
: Nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan.
Tujuan
: Rasa nyeri berkurang.
Tindakan
:
Pantau skala nyeri.
Berikan kompres pada area yang sakit.

Monitor tanda-tanda vital.


Berikan posisi yang nyaman.
Lakukan massage.
Observasi tanda nyeri non verbal.
Kaji faktor difisid, emosi dari keadaan seseorang.
Catat adanya pengaruh nyeri.
Observasi mual, muntah.
Kolaborasi pemberian analgetik, prednisan, relaksasi.
Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder terhadap depresi
sistem saraf pusat.
Ditandai dengan
: kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran.
Tujuan
: tidak terjadi cidera.
Tindakan
:
Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien.
Pantau tingkat kesadaran.
Orientasikan pasien pada tempat, waktu, orang, dan kejadian.
Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas.
Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis.
Ditandai dengan
: disorientasi, penurunan kesadaran,sulit konsentrasi.
Tujuan
: mempertahakan orientasi mental.
Tindakan
:
Kaji tentang perhatian.
Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma
dengan respon klien sekarang.
Pertahankan bantuan yang konsisten.
Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis.
Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif.
Dengarkan klien dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan klien.
Instruksikan untuk melakukan relaksasi.
Hindari meninggalkan klien sendiri.

A. PENGERTIAN
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor
intracranial ( Long C , 1996 : 130).
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di
otak, meningen dan tengkorak (Lombardo, Mary caster 2005 : 1183).
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang
didalam tengkorak .(Suzanne C.smaltzer 2001:2167)
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest).


Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari
bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma,
tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan
tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethylurea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

C. MANIFESTASI KLINIS
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinis yang tersebar bila tumor ini menyebabkan
peningkatan TIK( tekanan intra kranial ) serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari
tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.

Gejala peningkatan tekanan intra kranial. Sesuai dengan hipotesis monro killie yang di
modifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang berisi materi esensial, yang
tidak dapat tertekan : benda otak , darah dalam vaskuler,dan cairan serebro spinal ( CSS ).
Jika salah satu komponen dalam tengkorak ini volumenya meningkat , TIK akan meningkat ,
kecuali satu dari komponen lain menurunkan volumenya. Konsekuensinya , terdapat
perubahan volume otak bila terjadi gangguan seperti tumor otak atau edema serebral ini akan
menimbulkan tanda dan gejala peningkatan tekanan intra kranial .
Gejala gejala peningkatan TIK di sebabkan oleh tekanan yang berangsur angsur
terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang
nyata antara otak , cairan serebro spinal, dan darah serebral semua terletak di dalam
tengkorak. Sebagai akibat pertumbuhan tumor , maka kompensasi penyesuaian diri dapat
dilakukan melalui penekanan pada vena vena intra kranial, melalui penurunan volume
cairan serebro spinal ( melalui peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi ) , penurunan
sedang pada aliran darah serebral dan menurunya masa jaringan otak intra seluler dan exstra
seluler. Bila kompensasi semua ini gagal , pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan
TIK.
Gejala gejala TIK. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit
kepala , muntah , papil edema ( choked disc atau edema saraf optik ) , perubahan kepribadian
dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensorik dan disfungsi saraf kranial.
Sakit kepala, meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan
menjadi buruk oleh karena batuk , menengang atau melakukan gerakan yang tiba tiba.
Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau penyimpanan struktur, sensitif
nyeri atau oleh karena edema yang mengiringi adanya tumor.
Sakit kepala selalu di gambarkan dalam atau meluas atau dangkal tetapi terus menerus.
Tumor frontal menghasilkan sakit kepala pada frontal bilateral : tumor kelenjar hipofisis
menghasilakn nyeri yang menyebar antara dua pelipis ( bitemporal ) : tumor serebelum
menyebabkan sakit kepala yang terletak pada daerah suboksipital bagian belakang kepala.
Muntah,kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan,yang selalu disebabkan adanya
iritasi pada pusat vagal dimedula.jika muntah dengan tipe yang kuat,ini digambarkan sebagai
muntah proyektil.
Papiledema (edema pada saraf optik) ada sekitar 70% -75% dari pasien dan dihubungkan
dengan gangguan penglihatan seperti penurunan ketajaman penglihatan,diploppia (pandangan
ganda) dan penurunan lapang pandangan.
Gejala terlokalisasi.lokasi gejala-gejala terjadi sepesifik sesuai dengan gangguan daerah
otak yang terkena,menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal,seperti pada
ketidak normalan sensori dan motorik , perubahan penglihatan dan kejang.
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak diketahui,lokasi
tumor dapat ditentukan,pada bagiannya,dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi
oleh adanya tumor.

D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan timbulnya ganguan neurologik progresif, gangguan neurologik
pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua factor-faktor gangguan fokal akibat tumor dan
peningkataan TIK.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dari infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan suplai
darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat disebabkan oleh beberapa factor : bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberepa tumor dapat menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edema akibat kerusakan
sawar darah otak, semuanya menimbulkan volume intracranial dan TIK.
Pada mekanisme kompensasi akan bekerja menurunkan volume darah ntrakranial, volume
CSF< kandunan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang
tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi unkus atau serebelum. Herniasi menekan
mensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran. Pada herniasi serebelum, tonsil bergeser ke
bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata
dan henti nafas terjadi dengan cepat, perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan
TIK adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik ( pelebaran nadi) dan gagal nafas. (price
Sylvia A.2005: 1187)
A. KOMPLIKASI
1. Gangguan fungsi neurologis.
Jika tumor otak menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebelum maka akan
menyebabkan pusing, ataksia ( kehilangan keseimbangan ) atau gaya berjalan yang
sempoyongan dan kecenderunan jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot tidak terkoordinasi dan
ristagmus ( gerakan mata berirama tidak disengaja ) biasanya menunjukkan gerakan
horizontal
2. Gangguan kognitif.
Pada tumor otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan sehingga dampaknya
kemampuan berfikir, memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi,
persepsi dan memerhatikan juga akan menurun.
3. Gangguan tidur & mood
Tumor otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjar pireal, sehingga hormone melatonin
menurun akibatnya akan terjadi resiko sulit tidur, badan malas, depresi, dan penyakit
melemahkan system lain dalam tubuh.
4. Disfungsi seksual
a. Pada wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang mensekresi kuantitas prolaktin yang
berlebihan dengan menimbulkan amenurrea atau galaktorea (kelebihan atau aliran spontan
susu )
b. Pada pria dengan prolaktinoma dapat muncul dengan impoteni dan hipogonadisme.

Gejala pada seksualitas biasanya berdampak pada hubungan dan perubahan tingkat kepuasan.
( nurse 87. wordpress.com )

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan.
Memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor dan
meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang sistem vaskuler.

2.

MRI.
Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan
daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan.

3. Biopsi Stereotaktik bantuan komputer (tiga dimensi)


Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar
pengobatan serta informasi prognosis.
4. Angiografi
Memberi gambaran pembuluh darahserebral dan letak tumor.
5. Elektroensefalografi (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
C. PENATALAKSANAAN
Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak meliputi :
1.

Pembedahan
Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi
patologi dari otak untuk mengurangi TIK dan mengangkat tumor.
Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut dengan Craniotomy.
Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intracranial adalah :
Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-perasaan takut yang
dialami.
c. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan pasien dan
mengurangi perasaan takut.
d. Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan shampo antiseptik dan
mencukur daerah kepala.
Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan pembedahan, meliputi :
1) Balutan kepala.
a.
b.

2)
3)

a.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka.


Menurunnya status mental sementara.
Perawatan post operasi, meliputi :
Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 - 6 jam pertama
setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi stabil pada 24 jam frekuensi
pemeriksaan dapat diturunkan setiap 2 samapai 4 jam sekali.
Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akibat ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500 cc / hari.
Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran balik dari kepala.
Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan darah lengkap, serum
elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah.
Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya : antikonvulsi,antasida, atau
antihistamin reseptor, kortikosteroid.
Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.

2.

Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan
therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena
inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.

3.

Chemoterapi

Kemoterapi dilakukan dalam berbagai cara, termasuk secara sistemik,


intracranial atau dengan memasukkan polimer yang membawa agen kemoterapi secara
langsung ke jaringan tumor. Masalah utama dengan komplikasi depresi sum-sum tulang,
paru, dan hepar tetap merupakan factor penyulit utama dalam kemoterapi. Sawar darah otak
juga mempersulit pemberian agen kemoterapi. Penelitian sawar darah otak dengan manitol
hiperosmotik member hasil yang mengecewakan, penelitian mengenai penggunaan
dexametason untuk menutup sawar darah otak dan efek obat antiepilepsi pada metabolism
obat kemoterapi masih terus dilakukan dan mulai memberikan hasil.
4.

Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
5. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun
tidak berefek langsung terhada tumor.Pemilihan terapi ditentukan dengan tipe dan letak
dari tumor. Suatu kombinasi metode sering dilakukan.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN SOL
A. PENGKAJAN
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilkukan perawat untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . Pengkajian pada pasien dapat
dilakukan dengan teknik wawancara,pengukuran,dan pemeriksaan fisik.tahap-tahapannya
meliputi :
a. Anamnesa.
1. Identitas klien : usia,jenis kelamin,pendidikan,alamat,pekerjaan,agama,suku bangsa,dll.
2. Keluhan utama : nyeri kepala .
3. Riwayat penyakit sekarang :demam,anoreksia dan malaise peningkatan tekanan intrakranial
serta gejala nerologik fokal
4. Riwayat penyakit dahulu : pernah atau tidak menderita infeksi telingga (otitis media
mestoiditis) atau infeksi pari-paru (bronkiektasis,abses paru,empiema) jantung (endokarditis)
organ pelvis,gigi dan kulit.
b. Pemeriksaan fisik .
Keadaan umum :
Pola fungsional kesehatan.
1. Aktivitas / istirahat .
Gejala : Malaise .
Tanda : Ataksia,masalah berjalan,kelumpuhan .
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi seperti endokarditis .
Tanda : Tekanan darah meningkat .
3. Eliminasi .
Gejala : Tanda : Adanya inkontininsia .
4. Nutrisi .
Gejala : kehilangan nafsu makan.
Tanda :Anoreksia,mual,munth,turgor kulit jelek,membran mukosa kering.
5. Hygiene .
Gejala : Tanda : Ketergantungan semua kebutuhan,perawtan diri (pada masa akut).
6. Neurosensori .
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit dalam keputusan,
afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang umum lokal.
7. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pungung kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
8. Pernapasan .
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru

B.
1.
2.
3.
4.
5.

Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental (letargi sampai
koma) dan gelisah .
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pola nafas inefektif b.d gangguan fungsi otot pernafasan
Perubahan perfusi jaringan otak b.d kerusakan sirkulasi vaskuler serebral
Nyeri b.d Peningkatan TIK
Kebutuhan nutrisi tidak adekuat b.d anoreksia
Perubahan persepsi sensori visual b.d Penurunan ketajaman penglihatan

Вам также может понравиться