Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
http://indonesian-furnitures.com/2008/12/17/jepara-klaster-industri-mebel/
Kerja. Sekolah yang dibangun atas bantuan kedutaan Jepang ini berdiri di
sentra industri ukir Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan. Sekolah ini
menyediakan fasilitas gedung, asrama, dan peralatan praktik. Kurikulum
yang digunakan berbasis kompeten perkayuan. Para siswa selama
sembilan bulan mendapatkan pendidikan di kelas, dan 3 bulan berikutnya
akan menjalani magang di industri.
Tidak jauh dari Jepara, yakni di kota Semarang, dibuka juga Pendidikan
Industri Kayu (PIKA). Sekolah yang bergerak di bidang desain dan teknik
perkayuan ini telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2001. Selain talenta,
cluster Jepara didukung oleh tersedianya pasokan bahan baku kayu jati
dan mahoni dari daerah seputar Jepara. Kayu tersebut bisa didapatkan
dari Perhutani, pedagang kayu, maupun hutan rakyat. Daerah penghasil
kayu yang selama ini memasok kayu untuk mebel Jepara adalah Boyolali,
Blora, Kendal, Klaten, Pemalang, Rembang, dan Sragen. Namun
belakangan ini kayu jati menjadi langka karena kebijakan Perhutani yang
membatasi volume tebang kayu jati, sedangkan, permintaan pasar yang
terus meningkat membutuhkan pasokan dalam jumlah besar. Kebutuhan
kayu jati di Jepara yang semula di bawah 100.000 meter kubik per tahun,
melonjak menjadi 600.000 -800.000 meter kubik. Karena pasokan kayu
dari daerah sekitar tidak lagi mencukupi, beberapa produsen berinisiatif
melakukan impor kayu.
Pada tahun 1980 dan awal 1990an, pemerintah melalui Program
Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil Departemen Perindustrian
mendirikan unit pelayanan teknis (UPT) yang memperkenalkan teknologi
pengeringan kayu. Pemerintah juga melakukan pelatihan dan memberikan
bantuan peralatan kepada sejumlah produsen. Pelatihan tersebut
kemudian diikuti dengan penyediaan kredit kepada produsen terpilih.
Pemerintah juga menyediakan pelatihan kepada para pedagang maupun
produsen bagaimana menembus pasar ekspor untuk menghadapi pasar
bebas.
Sedangkan untuk mengembangkan klaster lebih jauh lagi, pemerintah
melakukan perbaikan infrastruktur berupa perbaikan jalan dan pengadaan
sara telekomunikasi. Pemerintah juga mensponsori pameran mebel baik
dalam skala regional, nasional, maupun internasional, yang dananya
diambil dari APBD. Pemerintah Jepara juga memberlakukan pajak untuk
prospek wirausaha
http://bisnisukm.com/potensi-industri-meubel-jepara.html
VIDEO PRAKTISI
Siapa yang tak kenal ukiran kayu Jepara, yang sudah mampu menembus pasar
ekspor di pelbagai negara? Kota Jepara, yang berada di bagian utara Jawa Tengah,
memang terkenal dengan sentra industri mebel (kayu) ukiran. Total nilai bisnis
industri mebel di kota ini tahun 2006 tercatat Rp 1,3 triliun. Jumlah perusahaan yang
terlibat di industri ini mencapai 518 perusahaan, sementara jumlah tenaga kerjanya
27.271 orang. Dan, sekitar 60% produk meubel Jepara dijual ke pasar
mancanegara dan sisanya ke pasar dalam negeri.
Pemerintah daerah Jepara akan terus memperbaiki sejumlah fasilitas yang ada untuk
mendorong perkembangan sentra industri mebel ukir di kota ini. Caranya,
memperkuat fasilitas umum, seperti Jepara Trade Center. Pusat perdagangan yang
diluncurkan pada 2007 ini terdiri atas pusat promosi (yang juga berfungsi sebagai
balai lelang), pusat informasi, pusat desain, serta advokasi atas hak dan kekayaan
intelektual.
Seputar Industri Mebel
Industri mebel Indonesia terdiri atas produk-produk kayu (kayu karet, mahogani, jati,
akasia), rotan dan logam/plastik baik untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri.
Sementara perusahaan besar umumnya mengkhususkan diri pada campuran panel
(kayu lapis, papan partikel dan papan serat kepadatan sedang) dan kayu keras,
produsen kecil-menengah berfokus pada mebel kayu keras. Hal itu disebabkan oleh
tingginya biaya modalyang diperlukan untuk menghasilkan mebel berlapis panel.
Bagi produsen kecil-menengah, biaya panel yang dibeli sebagai bahan masih tinggi,
sebagaimana harga pasar produk-produk ini tercermin pada permintaan dalam
negeri dan ekspor terhadap kayu lapis, papan partikel, dan papan serat kepadatan
sedang (Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007).
Sentra-sentra industri mebel dan kerajinan di Jawa Tengah terutama berkembang
pesat di Semarang, Jepara, Solo dan Yogyakarta. Industri permebelan dan kerajinan
ini didominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan sistem home
industry yang bekerjasama dengan industri-industri besar (Road Map Revitalisasi
Industri Kehutanan Indonesia, 2007).
Menurut Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia (2007), permasalahan
yang dihadapi industri permeubelan dan kerajinan sebagai berikut:
kurangnya bahan baku
negative brand image akibat pembalakan liar
rendahnya kualitas produk Indonesia dibanding produk dari negara lainnya.
lebih mahalnya harga produk Indonesia dibanding pesaing.
lebih disukainya produk-produk bersertifikat.
Ambar Tjahyono, Ketua Umum ASMINDO menyebutkan dari segi kualitas bahan
baku dan desain produk, Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan
negara produsen mebel lainnya (Bank Ekspor Indonesia, 2007).
Proses Produksi
1. Setelah ditebang, kayu bulat dikuliti dan dipotong menjadi papan di kilang gergaji,
kemudian kayu ditumpuk dan diantar dengan truk ke lahan penerimaan pabrik
mebel. Syarat pembayaran biasanya tunai ke kontraktor yang memotong dan
mengangkut kayu. Bahan-bahan lain, dari panel sampai lem, bahan pemulas,
perkakas, kemasan, dan bahan tak langsung dibuat setempat atau di pabrik
mancanegara dan dibeli dari pemasok yang biasanya bekerja atas pembayaran net30, yang berarti seluruh tagihan harus dibayar ke pemasok bahan mentah dalam 30
hari.
disusul Cina (13,69%), Jerman (8,43%), Polandia (6,38%), dan Kanada (5,77%).
Sedangkan pangsa pasar meubel Indonesia saat ini hanya mencapai 2,9% (Bank
Ekspor Indonesia, 2007).
Indonesia telah memertahankan pangsa pasarnya lebih-kurang tetap selama lebih
dari tiga tahun terakhir pada angka 2,5%, sekalipun terjadi lonjakan tajam pangsa
pasar yang direbut oleh China.
Pemerintah telah mengupayakan untuk mengembangkan industri meubel dan
menetapkan sektor ini sebagai salah satu dari 10 komoditas unggulan ekspor Tanah
Air. Selama tahun 2005, ekspor meubel dan kerajinan Indonesia telah mencapai
sebesar USD 1,8 miliar. Skala itu meningkat di tahun 2006 menjadi USD 2,2 miliar.
Bahkan, di tahun 2007, nilai ekspor meubel dan kerajinan ditargetkan mencapai USD
2,9 miliar. Dan, jika tak ada hambatan, pada 2010 pemerintah menargetkan ekspor
meubel nasional bisa menembus USD 5 miliar (Bank Ekspor Indonesia, 2007).
Kondisi persaingan
- Persaingan di pasar ekspor berasal baik dari produsen lokal maupun produsen luar
negeri relatif ketat, antara lain :
- Pesaing usaha sejenis yang berasal dari lokal dan sekitarnya.
- Pesaing usaha sejenis yang berasal dari luar negeri saat ini masih cukup banyak
yaitu antara lain dari negara Cina, Vietnam, Kamboja, Malaysia dan Myanmar,
dimana mereka cukup gencar menyerbu pasar Eropa dengan keunggulan kualitas
yang tinggi dan harga yang lebih murah karena bahan kayu jati yang melimpah di
negara masing-masing, namun dari negara-negara tersebut sebagian besar
perusahaan besar yang tidak mau mengekspor dalam partai kecil (satu-dua
kontainer dengan barang yang tidak sejenis).
Strategi usaha
Strategi usaha yang perlu dilakukan oleh industri meubel adalah:
- Menciptakan produk yang responsif terhadap permintaan pasar, khususnya
pengembangan produk yang unik dan berdesain etnik.
- Membangun dan menggunakan sumber-sumber pasokan bahan baku alternatif.
- Investasi dan perbaikan teknologi.