Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan organ terluas penyusun tubuh manusia yang terletak paling luar
dan menutupi seluruh permukaan tubuh. Karena letaknya paling luar, maka kulit yang
pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun
pengaruh buruk dari luar. Fungsi kulit antara lain : melindungi permukaan tubuh,
memelihara suhu tubuh, dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting
bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat
pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh di dalamnya, maka kulit perlu
dijaga kesehatannya. Selain sebagai pelindung tubuh, kulit juga memiliki nilai estetika.
Kulit yang bersih dan terawat akan tampak indah dilihat.
Gangguan pada kulit sering terjadi karena berbagai faktor penyebab, antara lain
yaitu iklim, lingkungan tempat tinggal, kebiasaan hidup yang kurang sehat, alergi, dan
lain-lain.
Pengetahuan tentang penyakit kulit sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah
penyakit kulit tersebut secara cepat dan tepat. Meski kadang orang menganggapnya
sepele, gangguan kulit ternyata bisa sangat berbahaya bila salah dalam perawatannya.
Untuk itu pengobatannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
1.2 Rumusan Masalah
2.1 Apa pengertian dari lesi kulit dan erupsi kulit?
2.2 Apa saja klasifikasi dari lesi kulit?
2.3 Apa etiologi dari lesi kulit?
2.4 Bagaimana distribusi dari lesi kulit?
2.5 Bagaimana konfigurasi dari lesi kulit?
2.6 Bagaimana deskripsi dari lesi kulit?
2.7 Bagaimana manifestasi kelainan kulit pada penyakit sistemik?

1.3 Tujuan
1.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui seputar lesi kulit yang rentan terjadi pada manusia.
1.2
Tujuan Khusus
2.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan lesi kulit dan erupsi kulit
2.2 Untuk mengetahui klasifikasi dari lesi kulit
1

2.3
2.4
2.5
2.6
2.7

Untuk mengetahui etiologi dari lesi kulit


Untuk mengetahui distribusi dari lesi kulit?
Untuk mengetahui konfigurasi dari lesi kulit?
Untuk mengetahui deskripsi dari lesi kulit?
Untuk mengetahui kelainan kulit pada penyakit sistemik?

1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah adalah untuk melatih dan menambah pengetahuan
tentang penyakit lesi kulit.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Lesi Kulit adalah zona jaringan yang fungsinya terganggu akibat penyakit dan
trauma. Keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh. Hal ini dapat terjadi karena proses
beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan elektris; infeksi, masalah
metabolisme, dan autoimun. Reaksi peradangan daerah sub.epitel yg akhirnya
menimbulkan luka pada sub mukosa.
Keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh karena proses trauma atau infeksi,
masalah metabolisme dan autoimun (berkaitan erat dengan alergi. Faktor tertentu di
dalam jaringan tubuh mengembangkan sifat2 autogenik).
Erupsi kulit adalah kelainan pada kulit yang timbul secara cepat dan mendadak.
Erupsi kulit merupakan gejala klinis yang paling sering, dapat berupa gatal,
urtika,purpura, dermatitis kontak, eritema multiforme,eritema nodusum, erupsi obat
fikstum, reaksi fotosensifitas, dermatitis eksfoliatif, erupsi vesikobulosa dan sidroma
Steven Johnson.
2.2 Klasifikasi
A. Lesi kulit primer adalah lesi yang timbul pada kulit yang sebelumnya sehat sebagai
respon terhadap penyakit atau iritasi dari luar. Lesi primer tersebut diklasifikasikan
berdasarkan penampakannya menjadi:
Lesi Kulit

Keterangan

Gambar

Primer
1. Macule
/

Merupakan lesi datar, berbatas, yang


terlihatpunya perbedaan warna daripada kulit

Makula sekelilingnya.
Bisa : hiperpigmentasi, hipopigmentasi,
depigmentasi, erythema.

Contoh : Tinea versicolor


2. Papule/ Merupakan lesi yang solid, timbul (elevasi),
Papula

dan berbatas, ukuran dari sebesar titik hingga 1


cm.
Bentuknya bisa :
-acuminate (miliaria rubra); surmounted with
scale (2ndary syphilis); dome shape
(mulluscum contagiosum); flat-topped (lichen
planus) ; round; pedunculated
Contoh : molluscum contangiosum.

3. Plaque
/ Plak

4. Nodule
/ Nodul

Papule yang lebih besar, diameter lebih dari 1


cm.

Palpable, solid, lesi bulat atau oval.


5 tipe nodul :
Epidermal, pidermal-dermal, dermal, dermalsubdermal, subcutaneous.
Contoh : lymphoma, late syphilis

5. Tumor

Istilah umum untuk adanya massa, baik jinak


ataupun ganas, dan kadang menginikasikan

--

nodul yang besar.


6. Wheal

Papule atau plaque yang bulat atau flat-topped

/ Hives/

dengan karakteristik edematous, tidak jelas dan

Urticar

menghilang dalam beberapa jam.

Contoh :dermatitis herpetiform

7. Vesicle/
Vesikel

Lesi berbata, timbul dan mengandung cairan,


dengan ukuran 1-10mm.
Jika pucat atau kuning berisi serous
exudates
Jika merah berisi darah
Contoh : pemphigoid, dermatitis herpetiform

8. Bullae / Bullae aalah vesikel dengan ukurang lebih


Blister/

besar, bentuknya bisa bulat atau irregular.

Bula

9. Pustule
/
Pustula

10. Cyst /
Kista

Pustula, berbatas, timbul dan mengandung


purulen exudates (pus).
Contoh : rosacea, pustular psoriasis.

Merupakan kantung yang berisi cairang atau


bahan yang semisolid (fluid cells, dan produk
sel)
Contoh : cystic adnexal tumor

11. Absces

Danya akumulsi purulen materisl yang dalam di

s/

dermis atau jaringan subcutaneous, dimana pus

Abses

tidak muncul ke permukaan. Lesi ini merah,

--

panas, dan nyeri.

12. Sinus

Suatu alur yang ruang suppurative ke


permukaan kuliy, atau antara ruang cyst atau

--

abscess.

B. Lesi kulit sekunder adalah lesi kulit primer yang sudah berubah, lesi ini terjadi akibat
ruptur, iritasi mekanis, ekstensi, invasi atau kesembuhan lesi primer yang normal
maupun abnormal. Lesi sekunder meliputi:
Sekunder
1. Scale /
Skuam
a

Peluruhan (shedding) abnormal atau akumulasi


dari stratum corneum.
Contoh : psoriasis

2. Crust /

Pengerasan dari adanya deposit serum, darah,

Krusta

atau purulen exudat mongering di permukaan


kulit.
Jika :
Kuning serous crusta/krusta serosa
Hijau atau hijau kekuningan krusta
pustulosa atau
Darah haemoraggic crust/ krusta
sanguinolenta)
Contoh ; infeksi jamur superficial
(Trichophyton schoenleinii)

3. Erosio

Lesi menjorok (depressed). Berbatas,

n/

merupakan akibat dari hilangnya seluruh atau

Erosi

sebagian dari epidermis.


Contoh : variola, vaccinia

4. Excori

Merupakan ekscavasi superficial di epidermis

ation /

berupa titik atau abrasi linear yang diakibatkan

Ekskor

mekanis, biasanya hanya melibatkan epidermis

iasi

dan jarang mencapai dermis (lapisan papilla

--

layer).
Contoh : atopic eczema
5. Fissure

Celah linear atau retakan di kulit dan bisa terasa

nyeri. Fissure ini bisa bersifat kering maupun

Fisura

lembab, merah, lurus, irregular ataupun


bercabang. Terjadi umumnya ketika kulit

--

menebal dan tidak elastis alibat inflamasi atau


kekeringan.
Contoh : perianal psoriasis
6. Ulcer /
Ulkus

Lubang di kulit dimana terjadi destruksi dari


epidermis atau setidaknya hingga bagian atas
dermis (papillary dermis).
Contoh : terjadi pada nodul-nodul
ganulomatous atau neoplastic.

7. Scar /

Scar terdiri dari jaringan ikat baru (proliferasi

Sikatri

kolagen) yang menggantikan substansi hilang

di dermis atau bagian yang lebih dalam sebagai


akibat dari adanya injury ataupun penyakit.
Pada luka atau ulcer yang telah diambil atau diremove ini adalah pola dari penyembuhannya.

A. Scar hipertrophic
B. Scar Atrophic
7

Tipe :
Hypertrophic(timbul) ; Atrophic, dan Eutrophic
Contoh : pada acne, herpes
8. Licheni Di kulit terlihat adanya peneblan plaque .
fication Terjadi akibat proliferasi dari keratinosit dan
/

stratum corneum, dengan kombinasi perubahan

Liknifi

collagen di bawah dermis.

kasi
9. Scleros

Merupakan pengerasan kulit yang jelas

is /

batasnya atau diffuse, dan bisa diketahui

Skleros

dengan mudah jika di palpasi.

is

Merupakan akibat dari edema dermis atau


subcutaneous, infiltrasi selullar, atau proliferasi

--

--

collagen.
Contoh : chronic statis dermatitis,chronic
lympedema,dll.
10. Atroph
y/
Atrofi

Adanya penegcilan ukuran sel, jaringan, organ


atau bagian dari tubuh.
Tipe :

Epidermal atrophy

Dermal atrophy

Pannicular atrophy (terjadi di


panninculus)

Contoh : striae pada khamilan,adanya depresi


terlokalisasi pada kulit, dll.

2.3 Etiologi
1. Cedera fisik
2. Cidera Kimia (missal alcohol)
8

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Virus (misal Stomatitis aphtosa akibat virus herpes simplex)


Bakteri
Jamur
Alergi makanan
Menstruasi
Chronic cheek / lip chewing (kebiasaan menggigit pipi)
Mengunyah pada alveolar, tidak pada gigi

2.4 Distribusi Lesi


1. Lokalisata.

1.

Pada 1

2.

regio
Jumlah
lesi
soliter/beb

3.

erapa 2-4
Ukuran
lesi kecil

2. Regioner.

10

1. Pada 1 regio
2. Jumlah
lesi
soliter dengan
ukuran

lesi

besar

atau

jumlah

lesi

multipel
dengan ukuran
lesi

kecil-

sedang.
Atau
1. Pada beberapa
regio

tetapi

kulit

sehat

jauh

lebih

banyak
daripada kulit
sakit
2. Jumlah

lesi

multipel
dengan ukuran
bervariasi

3. Generalisata.

11

1. Pada

beberapa

regio kulit sehat


lebih

sedikit

daripada kulit sakit

4. Universalis.
1. Kulit sakit mencapai
90%-100%

(kulit

normal hanya 10%


atau tidak ada)

2.5 Konfigurasi Lesi

12

1. Unilateral

Mengenai sebelah/satu sisi kiri atau kanan organ


tubuh.
misal: dada sisi kiri/kanan

2. Bilateral

Mengenai kedua belah/kedua sisi kanan & kiri organ


tubuh.
misal : perut sebelah kanan& kiri

3. Asimetris

Mengenai salah satu bagian/organ tubuh.


misal: tangan kanan/kiri

4. Simetris

Mengenai kedua bagian/organ tubuh.


misal: kaki kanan dan kiri.

5. Dermatomal

Mengenai bagian kulit yang dipersarafi serabut


aferen yang keluar dari ganglion posterior
(segmental).
misal: Herpes zoster torakalis

6. Herpetiformis

Beberapa vesikel berkelompok seperti


anggur(grape formis).
misal: Herpes simpleks & Herpes zoster

7. Zosteriformis

Beberapa vesikel berkelompok dan tersusun seperti


pita karena mengikuti dermatom.
misal: herpes zoster

8. Anular

Lesi bulat seperti cin-cin, tepi lesi lebih aktif


daripada tengah lesi.

9. Sirsinar

Lesi bulat seperti uang logam (koin).

10. Irisformis

Lesi bulat seperti iris mata, lesi bagian sentral gelap


(keunguan//kehitaman) dikelilingi area yang pucat
dan bagian tepi lesi merah berbatas tegas(ada 3
zona).

13

11. Arsiformis

Lesi berbentuk seperti busur/bulan sabit.

12. Linearis

lesi berbentuk seperti garis lurus.

13. Korimbiformis

Satu lesi besar dikelilingi beberapa lesi kecil (lesilesi satelit) menyerupai induk ayam dikelilingi anakanaknya.

14. Umbilikasi(dele)

Bagian tengah lesi melekuk seperti umbilikus.

15. Serpiginosa

lesi baru tumbuh kesatu arah diikuti dengan


penyembuhan lesi yang ditinggalkan.

16. Polisiklik / Gyrata

Beberapa lesi bergabung menjadi satu(konfluens)


ditandai dengan tepi lesi yang tidak teratur(berkelokkelok).

2.6 Deskripsi Lesi


1. Jumlah

2. Penyebaran

Soliter

: satu lesi

Multipel

: beberapa lesi

Diskret

: beberapa lesi tersebar secara terpisah


diantaranya terdapat kulit normal

Konfluens

: beberapa lesi bergabung menjadi satu karena


lesi melebar atau bertambah dengan tidak ada
kulit normal diantaranya

3. Bentuk

Teratur

: bulat,oval, garis pada lesi-lesi yang diskret

Tidak teratur

: pada lesi-lesi yang konfluens dengan tepi lesi


polisiklik/gyrata

4. Ukuran

Tidak menimbul

: Pungtata = sebesar titik; Gutata = sebesar tetes

Menimbul

air
: Milier = sebesar kepala jarum pentul
Lentikuler = sebesar biji jagung
Numuler = sebesar uang logam/coin lesion

Plakat = sebesar telapak tangan bayi/kartu pos


Atau diukur dengan mistar dalam satuan sentimeter
14

5. Batas

Tegas
Tidak tegas

6. Stadium

Basah/madidans

: diraba erosi

: cairan serosa

ekskoriasi : cairan darah

Kering

pus

: cairan nanah

ulkus

: cairan

: darah/nanah/obat/kotoran
diraba tidak basah(tidak ada cairan yang
menempel)

2.7 Manifestasi Kelainan Kulit Pada Penyakit Sistemik


Ada 2 golongan :
1. Dermatosis yang menyebabkan keterlibatan sistemik, misalnya :
-

Kombusio dengan syok

Impetigo (streptococcus B hemoliticus) dengan nefritis

2. Manifestasi kutan akibat penyakit sistemik, misalnya:


-

Ikterus karena disfungsi hepar

Sianosis karena kelainan pulmonal dan kardial

Spider nevi pada sirosis hepatis

Ulkus pada diabetes mellitus (DM)

Beberapa kelainan yang penting untuk praktek medis :


1. Kualitas kulit, warna kulit penting pada pemeriksaan diagnosis fisik
2. Pruritus, graviditas, diabetes mellitus, penyakit hepar dan penyakit ginjal

15

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin
(laki-laki dan wanita. Pada dermatitis kontak wanita dua kali lipat dari pada lakilaki.),umur (orang di semua umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda,
namun dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak),
alamat,suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan, pekerjaan,tinggi badan,
berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.
2.

Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
16

Pada kasus dermatitis biasanya pasien mengeluh kulitnya terasa gatal


serta nyeri. Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat sekarang menjelaskan tentang perjalanan penyakit yang
dialami pasien dari rumah sampai dengan masuk ke Rumah Sakit
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu kaji apakah pasien pernah menderita
alergi.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami
penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis.
3.

Pemeriksaan Fisik
(a) Keadaan umum pasien

Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah (120/80 mmHg)

: Normal

Pernafasan (15-24x/mnt)

: Normal

Nadi (60-100x/mnt)

: Normal

Suhu (36-37oC)

: Meningkat

(b) Head To Toe


(a) Kepala
: Kulit kepala bersih, bulat sempurna, warna rambut normal,
tidak ada benjolan atau lesi.
(b) Kulit
: adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis
dan kekakuan kulit.
(c) Mata
: periksa konjungtiva sclera, pupil, reflek cahaya, fungsi
penglihatan.
(d) Hidung
: kebersihan hidung, pernafasan hidung, polip hidung, adanya
deviasi septum.
(e) Mulut
: Mukosa bibir kering, lidah dan mulut tampak bersih, tidak ada
perdarahan pada mukosa dan gusi, tidak ada kotoran yang menempel pada
sela-sela gigi.
(f) Telinga
: simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga bersih dan tidak
ada cairan yang keluar, serta pendengaran baik/ tidak tuli.
(g) Leher
: tidak ada benjolan
17

(h) Thorax/ dada :


Pemeriksaan paru :
Inspeksi

: tidak menggunakan otok bantu (sternokloidomasteudeus

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

dan trapezius)
: ekspansi dan taktil fremitus normal.
: sonor pada kedua lapang paru.
: Suara nafas normal

Pemeriksaan jantung :

Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Ictus cordis tidak terlihat.


: Denyut apeks/iktus kordis
: Batas jantung kanan atas: SIC II LPS dextra normal
Batas jantung kanan bawah : SIC V LPS dextra normal
Batas jantung kiri atas: SIC II LMC sinistra normal
Batas jantung kiri bawah: SIC VI LAA sinistra normal

Auskultasi

: BJ 1 dan BJ 2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan,


dan tidak ada murmur.

Pemeriksaan abdomen :

Inspeksi

: Bentuk simetris

Auskultasi

: Bising usus normal.

Palpasi

: tidak ada benjolan

Perkusi

: timpani.

(i) Pemeriksaan muskuloskeletal : Tonus otot buruk.


(j) Pemeriksaan Ekstermitas : turgor kulit buruk ( kembali > 2 detik)
4.

Pola kebiasaan
(a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan
perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan.
(b) Pola nutrisi dan metabolik
Adanya penurunan nafsu makan yang
(c) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan
pada kebiasaan BAB dan BAK.
(d) Pola aktivitas dan latihan
Pada Pola aktivitas klien dengan dermatitis mengalami keletihan, dan
kelemahan dalam melakukan aktivitas gangguan karena adanya dispnea yang
dialami.
18

(e) Pola istirahat tidur


Gangguan yang terjadi pada pasien salah satunya adalah gangguan
pola tidur, pasien diharuskan tidur dalam posisi semi fowler. Sedangkan pada
pola istirahat pasien diharuskan untuk istirahat karena untuk mengurangi
adanya sesak yang disebabkan oleh aktivitas yang berlebih.
(f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif
untuk mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (Body
Image, identitas diri, Peran diri, ideal diri, dan harga diri).
(g) Pola Reproduksi dan Seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah
akan mengalami perubahan.
(h) Pola Mekanisme Koping
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk menjalani pengobatan yang
intensif.
(i) Pola nilai dan kepercayaan
Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah
yang baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan akan
mengganggu kebiasaan ibadahnya.
(j) Pola Peran dan Hubungan
Pasien bertingkah laku biasa / normal dengan keluarganya sebelum
sakit. Saat sakit pasien terlihat sensitive dan dan pasif.
(k) Hubungan dengan masyarakat
Hubungan pasien dengan masyarakat buruk akibat citra tubuh
menurun.
3.2 Pemeriksaan Penunjang
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari
kulit yang terdapat lesi.
Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi
yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
19

Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur
pada kulit.
Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut
resisten pada obat obat tertentu.
Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat
pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus.
Factor pencahayaan memegang peranan penting.
d. Uji tempel
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.
Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis.
Untuk mengidentifikasi respon alergi
Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat
bagaimana reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasilnya positif.
3.3 Diagnosa Keperawatan
1.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, perubahan
2.

pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit.


Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, adanya vesikel lesi dan

3.
4.
5.

garukan berulang.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
Ganguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.
Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat
informasi.

3.4 Perencanaan
Nama pasien :

Ruang/kelas

Umur

No. Reg

No.

:
Tujuan dan KH

Intervensi

Rasional

Ttd

dx
1.

Setelah
tindakan

dilakukan O : Lakukan inspeksi


keperawatan lesi setiap hari dan

1. Mengetahui

dan

mengidentifikasi
20

1x24

jam

dengan Pantau adanya tanda-

Tujuan : integritas kulit tanda infeksi

2. Mencegah

membaik
N : Ubah posisi pasien
Kriterian Hasil :

tiap

2-4

jam

anjurkan

kerusakan kulit

dan

tidak

agar
terjadi

infeksi.

klien

K : pasien mengerti menggunakan pakaian


penyebab
kerusakan tipis dan alat tenun
kulit.

yang lembut

A :

percaya E : Berikan penjelasan

pasien

klien
dan
kulitnya akan kembali pada
tentang
seperti saat sebelum keluarga
kondisi klien

sakit.

yang

adekuat

dapat

meningkatkan
derajat kesehatan
dan

mengurangi

kecemasan klien
dan keluarga

P : pasien mengikuti
prosedur

4. Obat

perawatan

dapat

mengurangi

dengan baik.
P

3. Informasi

penyebaran lesi

menunjukkan

integritas C : kolaborasi dengan


dalam
kulit (kulit utuh, lesi dokter
obat
kulit berkurang/hilang). pemberian
peningkatan

topikal
2.

Setelah

dilakukan O:

Kaji

adanya

1. Mencegah

asuhan

keperawatan komplikasi

akibat

terjadinya

selama

1x24

jam adanya lesi.

yang

dengan
Tujuan:

semakin

menyebar
nyeri

Kriteria Hasil :

dan

parah.
2. Mencegah hal-

akibat

adanya lesi berkurang.

lesi

N:

Pantau

aktivitas

hal yang bisa

klien, cegah hal-hal

memicu

yang

terjadinya

bisa

memicu

21

K: Pasien mengetahui terjadinya infeksi

infeksi.
3. Reaksi

penyebab nyeri

alergi

yang berlebihan
dapat

A : Pasien mengetahui
cara mengatasi nyeri E:

Hindari bahan

yang

dan gatal

menimbulkan

menimbulkan
infeksi.

peradangan.
P:

Pasien

mampu

mengendalikan

nyeri

4. Pemberian

dengan
P

antibiotik dapat
rasa

mencegah

nyeri
C:

berkurang

infeksi.

Kolaborasi

pemberian
antibiotik.
3.

Setelah

dilakukan O: observasi pola tidur

1. Untuk

tindakan selama 1x24 klien.

mengetahui

jam diharapkan klien

adanya

dapat gangguan pola

gangguan pola

tidur dapat teratasi.

tidur klien

Kriteria Hasil:
K:

klien

mengetahui

penyebab

gangguan

pola tidur
A:

klien

cara

N: Jaga kamar tidur


agar tetap memiliki
ventilasi
kelembaban

dan
yang

mengetahui baik.
mengatasi

klien

pola tidur

kering
membuat kulit
terasa

gatal,

lingkungan
yang

nyaman

relaksasi.

mampu

3. Tindakan

melakukan cara untuk


mengatasi

yang

meningkatkan

gangguan pola tidur


P:

2. Udara

tersebut

gangguan
E: ajarkan kepada

P: gangguan pola tidur klien dan keluarga


dapat teratasi dan klien untuk mandi dan

berguna untuk
menjaga
kelembapan
22

dapat

memenuhui gunakan sabun

kebutuhan tidurnya

kulit,

kafein

lembut, oleskan krim

memiliki

setelah mandi serta

puncak 2-4 jam

Menghindari

setelah

minuman yang
mengandung kafein
menjelang tidur.

efek

dikonsumsi.
4. Obat
gatal
dapat
mengurangi

C: kolaborasi dengan

gatal

dokter dalam

dirasakan klien

pemberian obat gatal

sehingga klien

yang sesuai

dapat

yang

memenuhi
kebutuhan
tidur.

23

BAB 3
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Lesi kulit dibagi dalam bentuk yang tidak merusak kulit (lesi primer) dan mereka
yang merusak kulit (lesi sekunder). Lesi Kulit adalah zona jaringan yang fungsinya
terganggu akibat penyakit dan trauma. Keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh.
Etiologi dapat berupa Cedera fisik, Cidera Kimia (missal alcohol)
Stomatitis aphtosa akibat virus herpes simplex) , Bakteri

Virus (misal

Jamur, Alergi makanan,

Menstruas, dsb.

4.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, keilmuan mengenai Sistem
Integumen sangatlah luas dan tidak bisa kami masukkan semua di dalam makalah ini.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan dalam membuat
makalah dikemudian hari.

24

DAFTAR PUSTAKA
Brown, R., & Burns, T. (2005). Lecture Notes Dermatology . Jakarta: Erlangga Medical
Series.
Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IN, Austen KF (editors), Dermatology in
General Medicine, 7th ed, McGraw-Hill, New York, 2008.
Kowalak, J., & Welsh, W. (2003). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Orkin M, Maibach HI, Dahl MV. Dermatology, Lange Medical Publication, 1991.
Wolf K, Johnson RA, Surmond D, Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 5th ed,
McGraw-Hill, 2005.

25

Вам также может понравиться