Вы находитесь на странице: 1из 13

A.

DEFINISI SYOK

Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi untuk kebutuhan
organ-organ di dalam tubuh. Shock juga didefinisikan sebagai gangguan sirkulasi yang
mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah yang
bersirkulasi secara efektif. Apabila sel tidak dapat menghasilkan energi secara adekuat, maka
sel tidak akan berfungsi dengan baik sehingga pada gilirannya akan menimbulkan disfungsi
dan kegagalan berbagai organ, akhirnya dapat menimbulkan kematian.
Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal
berpindah tempat dalam vaskular seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah
perifer. Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh
pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada
resiko syok distributif yaitu :
1)

syok neurogenik seperti cedera medulla spinalis, anastesi spinal

2)

syok anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan
lebah

3)

syok septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun,
malnutrisi

B. DEFINISI SYOK SEPTIK


Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributif dan disebabkan oleh infeksi
yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik
pengendalian infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk
membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan
mencuci tangan secara menyeluruh.
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas yang
merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok septik dapat terjadi
bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik terutama terjadi pada
pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi rongga peritonium dengan isi
usus.
Syok septic yaitu infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai potensi
untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan ketidak
adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth vol. 3 edisi 8,
2002). Syok septic sering terjadi karena adanya infeksi nosokomial, yaitu terpapar oleh
bakteri di RS. Sebagian besar syok septic disebabkan oleh bakteri gram negative tapi bakteri
gram positif dan virus juga dapat menyebabkan syok septic.
Syok septik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (sistolik <
90mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik > 40mmHg) disertai tanda kegagalan
sirkulasi, meski telah dilakukan resusitasi secara adekuat atau perlu vasopressor untuk
mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ (Chen dan Pohan, 2007).
Syok septic adalah suatu bentuk syok yang menyebar dan vasogenik yang dicirikan
oleh adanya penurunan daya tahan vascular sistemik serta adanya penyebaran yang tidak
normal dari volume vascular.
C. ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon imun.
Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai
berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, yang mengarah
pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.

Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif. Namun demikian, agen
infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga dapat menyebab syok septic.
(Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2002)
Infeksi bakteri aerobik dan anaerobic :
1. Gram negatif seperti: Echerichia coli, Kebsiella sp, Pseudomonas sp, Bacteroides sp,
dan Proteus sp.
2. Gram positif seperti: Stafilokokus, Streptokokus, dan Pneumokokus.
Sumber eksogen meliputi lingkungan rumah sakit dan anggota tim perawatan
kesehatan. Sumber endogen seperti kulit pasien, saluran gastrointestinal (GI), saluran
pernapasan, dan traktus genitourinaria. Dalam beberapa tahun terakhir, kejadian infeksi dada
meningkat secara dramatis dan paru-paru telah menggantikan organ intrabdominal sebagai
faktor yang paling umum terjadi dalam memproduksi sepsis berat dan syok septik.
Factor pencetus berhubungan dengan syok septik :
a. Faktor intrinsik :
Usia
Luka bakar
AIDS
Diabetes
Penyalahgunaan zat
Disfungsi dari satu atau lebih dari tubuh sistem utama malnutrisi
b. Faktor ekstrinsik :
Perangkat invasive
Terapi obat
Terapi Cairan
Bedah dan luka traumatis
Prosedur diagnostik invasif Bedah
Terapi imunosupresif
D. FASE-FASE
Dalam syok septik terjadi 2 fase yang berbeda yaitu :
a. Fase pertama disebut sebagai fase hangat atau hiperdinamik ditandai oleh tingginya
curah jantung dan fase dilatasi. Pasien menjadi sangat panas atau hipertermi dengan kulit
hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat. Pengeluaran urin dapat
meningkat atau tetap dalam kadar normal. Status gastroinstestinal mungkin terganggu seperti
mual, muntah, atau diare.
b. Fase lanjut disebut sebagai fase dingin atu hipodinamik, yang ditandi oleh curah
jantung yang rendah dengan fasekontriksi yang mencerminkan upaya tubuh untuk
mengkompensasi hipofolemia yang disebabkan oleh kehilangan volume intravsakuliar
melalui kapiler. Pada fase ini tekanan darah pasien turun, dan kulit dingin dan serta pucat.
Suhu tubuh mungkin normal atau dobawah normal. Frekuensi jantung dan pernafasan tetap
cepat. Pasien tidak lagi membentuk urin dan dapat terjadi kegagalan organ multipel.
E. MANIFESTASI KLINIK
Syok septic terjadi dalam dua fase yang berbeda.
1. Fase pertama disebut sebagai fase hangat (hiperdinamik)
Hipotensi
Takikardi

Takipnea
Alkalosis respiratorik
Curah jantung (CJ) tinggi dengan TVS (Tahanan Vaskuler Vistemik) rendah
Kulit dingin, pucat
Hipertermia/hipotermia
Perubahan status mental
Poliuria
SDP meningkat
Hiperglikemia
2. Fase lanjut disebut fase dingin (hipodinamik)
Hipotensi
Takikardi
Takipnea
Asidosis metabolic
CJ rendah dengan TVS tinggi
Kulit hangat, kemerahan
Hiportermia
Status mental memburuk
Disfungsi organ dan selular (spt, ARDS, KIT, oliguria)
SDP menurun
Hipoglisemia
Tanda-tanda dan gejala-gejala primer syok septik adalah; Demam, Kedinginan
menggigil, Hiperventilasi, Takikardi, Hipotermia, Lesi kulit ( petekie, ekimosis, ektima
gangrenosum, eritema difusa, selulitis), Perubahan status mental seperti rancu, Agitasi,
Kecemasan, Eksitasi, Letargi, penumpulan (obtundasi), koma
Manifestasi sekunder seperti:

Hipotensi
Sianosis
gnangren perifer simetreis(purpura reaksi-langsung)
tanda-tanda gagal jantung (Arvin, 2000)
Peningkatan tingkat jantung
Penurunan tekanan darah
Penurunan PaO2
Penurunan PaCO2 (awal) / peningkatan PaCO2 (akhir)
Penurunan HCO3Meningkatkan saturasi oksigen vena campuran (Svo2)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Biakan: dari darah, sputum, urine, luka operasi atau non operasi dan aliran invasif (selang
atau kateter) hasil positip tidak perlu untuk diagnosis.
2. Lekositosis atau lekopenia, trombositopenis, granulosit toksik, CRP (+), LED meningkat
dan hasil biakan kuman penyebab dapat (+) atau (-).
3. Gas-gas darah arteri: alkalosis respiratorik terjadi pada sepsis (PH > 7,45, PCO2 < 35)
dengan hipoksemia ringan (PO2 < 80)
4. Kultur ( luka, sputum, urine, darah ) untuk mengindentifikasi organisme penyebab sepsis.
Sensitivitas menentukan pilihan obat-obatan yang paling efektif. Ujung jalur
kateter/intravaskuler mungkin diperlukan untuk memindahkan dan memelihara jika tidak
diketahui cara memasukannya.

5. SDP : Ht mungkinmeningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi.


Leukopenia ( penurunan SDP ) terjadi sebelumnya, dikuti oleh pengulangan leukositosis
( 15.000 30.000 ) dengan peningkatan pita ( berpiondah ke kiri ) yang mempublikasikan
produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
6. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
7. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan ( trombositopenia ) dapat terjadi
karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang mengindentifikasikan koagulopati
yang diasosiasikan dengan iskemia hati / sirkulasi toksin / status syok.
8. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
9. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan glukoneogenesis dan
glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari perubahan selulaer dalam metabolisme.
10.
BUN/Kr terjadi peningkatan
ketidakseimbangan / gagalan hati.

kadar

disasosiasikan

dengan

dehidrasi

11. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya dalam tahap
lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi karena kegagalan
mekanismekompensasi.
12. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul protein dan SDM.
13. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindentifikasikan udara bebas
didalam abdomen dapat menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ pelvis.
14. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupaiinfarkmiokard.
H. PENATALAKSANAAN
Pasien dengan syok septic memerlukan pemantauan cepat dan agresif serta
penatalaksanaan dalam unit perawatan kritis penatalaksanaannya melibatkan seluruh sistem
organ yang memerlukan pendekatan tim dari bebagai disiplin antara lain:
Terapi-terapi definitif

Identifikasi dan singkirkan sumber infeksi

Multipel antibiotik spektrum luas

Terapi-terapi suportif

Pulihkan volume intra vaskuler

Pertahankan curah jantung yang adekuat

Pastikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

Berikan lingkungan metabolik yang sesuai

Terapi-terapi penelitian

Anti histamin

Antibodi monoklonal untuk:

Nalokson

Inhibitor neutrofil

Inhibitor prostagladin (obat-obat anti inflamatori nonsteroidal)

Steroid

Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan resusitasi yang perlu
dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6 jam pertama,
dimulai sejak pasien tiba di unit gawat darurat. Tindakan mencakup airway: a) breathing; b)
circulation; c) oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan.
Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai tekanan vena
sentral (CVP) 8-12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65 mmHg dan produksi urin >0,5
ml/kgBB/jam.
1. Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat disfungsi atau
kegagalan sistem respirasi karena gangguan ventilasi maupun perfusi. Transpor oksigen ke
jaringan juga dapat terganggu akibat keadaan hipovolemik dan disfungsi miokard
menyebabkan penurunan curah jantung. Kadar hemoglobin yang rendah akibat perdarahan
menyebabkan daya angkut oleh eritrosit menurun. Transpor oksigen ke jaringan dipengaruhi
juga oleh gangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler, mikrotrombus dan gangguan
penggunaan oksigen oleh jaringan yang mengalami iskemia.
Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan upaya meningkatkan saturasi oksigen di
darah, meningkatkan transpor oksigen dan memperbaiki utilisasi oksigen di jaringan.
2. Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan baik kristaloid
maupun koloid. Volume cairan yang diberikan perlu dimonitor kecukupannya agar tidak
kurang ataupun berlebih. Secara klinis respon terhadap pemberian cairan dapat terlihat dari
peningkatan tekanan darah, penurunan ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit
dan ekstremitas, produksi urin, dan membaiknya penurunan kesadaran. Perlu diperhatikan
tanda kelebihan cairan berupa peningkatan tekanan vena jugular, ronki, gallop S3, dan
penurunan saturasi oksigen.
Pada keadaan serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan hidrostatik melebihi
tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan. Transfusi eritrosit (PRC) perlu
diberikan pada keadaan perdarahan aktif, atau bila kadar Hb rendah pada keadaan tertentu
misalnya iskemia miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada sepsis
dipertahankan pada 8-10 g/dl.
3. Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi dengan pemberian
cairan secara adekuat, tetapi pasien masih mengalami hipotensi. Terapi vasopresor diberikan
mulai dosis rendah secara titrasi untuk mencapai MAP 60 mmHg, atau tekanan sistolik 90
mmHg. Untuk vasopresor dapat digunakan dopamin dengan dosis >8 mcg/kg/menit,
norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8 mcg/kg/menit atau epinefrin 0,1-0,5
mcg/kg/menit. Inotropik yang dapat digunakan adalah dobutamin dosis 2-28 mcg/kg/menit,
dopamin 3-8 mc/kg/menit, epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit atau inhibitor fosfodiesterase
(amrinon dan milrinon).
4. Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau serum bikarbonat <9 meq/l,
dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik.
5. Disfungsi renal

Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis maupun
hemofiltrasi kontinu (continuous hemofiltration). Pada hemodialisis digunakan gradien
tekanan osmotik dalam filtrasi substansi plasma, sedangkan pada hemofiltrasi digunakan
gradien tekanan hidrostatik. Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama perawatan, sedangkan
bila kondisi telah stabil dapat dilakukan hemodialisis.
6. Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak, cairan, vitamin dan
mineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan pemberian secara enteral dan bila tidak
memungkinkan beru diberikan secara parenteral.
7. Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi insufisiensi adrenal, dan
diberikan secara empirik bila terdapat dugaan keadaan tersebut. Hidrokortison dengan dosis
50mg bolus intravena 4 kali selama 7 hari pada pasien renjatan septik menunjukkan
penurunan mortalitas dibanding kontrol.(Chen dan Pohan, 2007).
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.

Pengkajian
1.

Pengkajian Primer

Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.


a. Airway
Yakinkan kepatenan jalan napas
Berikan alat bantu napas jika perlu
Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa
segera mungkin ke ICU
b. Breathing
Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
Kaji saturasi oksigen
Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
Periksa foto thorak
c. Circulation
Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
Monitoring tekanan darah, tekanan darah
Periksa waktu pengisian kapiler
Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar

Berikan cairan koloid gelofusin atau haemaccel


Pasang kateter
Lakukan pemeriksaan darah lengkap
Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari
360C
Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
d. Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.
e. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
2.

Pengkajian Sekunder

a.

Aktivitas dan istirahat


Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia

b.

Sirkulasi

Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary,


fenomena embolik (darah, udara, lemak)
Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)
-

Heart rate : takikardi biasa terjadi

Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat


terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa
terjadi (stadium lanjut)
c.

d.

Integritas Ego
-

Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian

Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.

Makanan/Cairan
-

Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea

Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya


bowel sounds
e.

Neurosensori

Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental,


disfungsi motorik

f.

Respirasi

Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal


diffuse, kesulitan bernafas akut atau khronis, air hunger
g.

Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting

Rasa Aman

Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi


darah, episode anaplastik
h.

Seksualitas

eklampsia

Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi

J. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2 , edema paru.
2.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipertensi pulmonal

3.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload.

4.

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output yang


tidak mencukupi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
7.

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

K. INTERVENSI
a.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2 edema paru.
Tujuan & Kriteria hasil

Intervensi

( NOC)

(NIC)

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama ... x 24 jam
. pasien akan :

Airway Managemen :

TTV dalam rentang normal

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


( fowler/semifowler)

Menunjukkan jalan napas


yang paten
Mendemostrasikan suara
napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dypsneu.

Buka jalan nafas

Auskultasi suara nafas , catat adanya suara


tambahan
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Monitor respirasi dan status O2
Monitor TTV.

b.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload.

Tujuan & Kriteria hasil

Intervensi

( NOC)

(NIC)

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama ... x 24 jam
. pasien akan :
Menunjukkan TTV dalam
rentang normal
Tidak ada oedema paru dan
tidak ada asites
Tidak ada penurunan
kesadaran

catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac


output
monitor balance cairan
catat adanya distritmia jantung
monitor TTV
atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan

Dapat mentoleransi aktivitas


dan tidak ada kelelahan.
c.

Cardiac care :

monitor status pernapasan yang menandakan


gagal jantung.

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan & Kriteria hasil

Intervensi

( NOC)

(NIC)

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama ... x 24
jam . pasien akan :

Fever Treatment :

Suhu tubuh dalam rentang


normal

Beri kompres hangat pada bagian lipatan tubuh ( Paha dan


aksila ).

Tidak ada perubahan


warna kulit dan tidak ada
pusing

Monitor intake dan output

Nadi dan respirasi dalam


rentang normal

Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.

Monitor warna dan suhu kulit


Berikan obat anti piretik
Temperature Regulation
Beri banyak minum ( 1-1,5 liter/hari) sedikit tapi sering
Ganti pakaian klien dengan bahan tipis menyerap keringat.

d.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output yang
tidak mencukupi.
Tujuan & Kriteria hasil

Intervensi

( NOC)

(NIC)

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam .
pasien akan :
Tekanan sisitole dan
diastole dalam rentang
normal
Menunjukkan tingkat
kesadaran yang baik

Management sensasi perifer:


Monitor tekanan darah dan nadi apikal setiap 4 jam
Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
ada lesi
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
terhadap panas atau dingin
Kolaborasi obat antihipertensi.

e.
Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
Tujuan & Kriteria hasil

Intervensi

( NOC)

(NIC)

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam .
pasien akan :
Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah nadi dan
respirasi

Activity Therapy
Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.
Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai
dengan tingkat keterbatasan klien
Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat
membantu dan meningkatkan kekuatan fisik klien.
Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL klien

Mampu melakukan
Jelaskan pada keluarga dan klien tentang pentingnya
aktivitas sehari-hari secara bedrest ditempat tidur.
mandiri
TTV dalam rentang
normal
Status sirkulasi baik
f.

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Tujuan & Kriteria hasil

Intervensi

( NOC)

(NIC)

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam .
pasien akan :
Mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
TTV normal
Menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas.

Anxiety Reduction
Kaji tingkat kecemasan
Jelaskan prosedur pengobatan perawatan.
Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
tentang kondisi pasien.
Beri penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien dan manfaatnya bagi pasien.
Beri dorongan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedoteran. Jakarta: EGC.


Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC,
Jakarta, EGC
Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA
NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Вам также может понравиться