Вы находитесь на странице: 1из 7

PENGARUH VARIABEL PROSES (KOMPOSISI ASAM LEMAK, SCALE UP DAN

PENAMBAHAN PERSENTASE METANOL) TERHADAP KUALITAS BIODIESEL

Susila Arita, Elsa Fitri Rahmadani, Faulina Retty

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya


JL. Raya Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya, OI, Sumatera Selatan
Email : susilaarita@yahoo.com

Abstrak
Seiring dengan berjalannya waktu kebutuhan bahan bakar akan semakin meningkat, termasuk juga
bahan bakar solar. Kebutuhan energy yang banyak tidak berbanding lurus dengan jumlah bahan bakar yang
tersedia dibumi. Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternative yang dapat digunakan untuk
menghemat penggunaan solar. Saat ini terus dilakukan penelitian pengembangan untuk mendapatan kualitas
dan kuantitas terbaik pada pembuatan biodiesel. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
komposisi asam lemak, scale up dan penambahan persentase metanol terhadap kualitas produksi biodiesel.
Bahan baku yang digunakan adalah minyak jagung, minyak jelantah dan CPO yang direaksikan dengan
metanol menggunakan katalis basa natrium hidroksida (NaOH). Transesterifikasi berlangsung pada labu leher
tiga dengan refluks kondensor, magnetic stirrer dan termometer pada temperature 55-65 oC selama satu jam.
Variasi persentase methanol 30% dan 35% dari volume bahan baku yang digunakan. Variasi scale up dengan
kapasitas produksi 50 ml dan 500 ml. Pada pengaruh komposisi asam lemak yield terbesar diperoleh dari
bahan baku minyak jagung. Pada pengaruh penambahan persentase methanol yield terbesar diperoleh pada
persentase methanol 35%. Pada scale up kapasitas produksi yield terbesar diperoleh pada kapasitas produksi
500 ml.
Kata kunci : biodiesel, asam lemak, transesterifikasi
Abstract
By time fuel requirements increased, as well as diesel fuel. Needs a lot of energy was not directly
proportional to the amount of the available fuel on earth. Biodiesel was one of the alternative fuel that can be
used to save the use diesel fuel. Currently ongoing research and development to get the best quality and
quantity in the manufacture of biodiesel. The research was conducted to determine the effect of fatty acid
composition, scale up and to increase the percentage of methanol for biodiesel production quality. The raw
material used were corn oil, waste cooking oil, and CPO reacted with methanol using sodium hydroxide
(NaOH) catalyst. The transeseterifiction takes place at three-neck flask with reflux condenser, magnetic
stirrer and thermometer at temperature 55-65 oC for one hour . Variation in the percentage of methanol were
30 and 35% of the volume of raw materials used. Variations scale up the production capacity of 50 ml and 500
ml. On the effect of the fatty acid composition , the biggest yield was obtained from the raw material of corn
oil. On the effect of the percentage of methanol added,the biggest yield was obtained at 35% methanol. On the
scale up production capacity the biggest yield was obtained in the production capacity of 500ml

1. Pendahuluan

Seiring dengan berjalannya waktu komposisi

kimianya,

kebutuhan bahan bakar akan semakin mengandung

minyak

jelantah

senyawa-senyawa

yang

meningkat, termasuk juga bahan bakar solar. bersifat karsinogenik yang terjadi selama
khususnya pada bahan bakar solar dan proses penggorengan.
bensin. Kebutuhan energy yang banyak

Tabel 2.4. Komposisi senyawa minyak

tidak berbanding lurus dengan jumlah bahan jelantah


bakar yang tersedia dibumi. Cadangan

Asam lemak

Komposi

minyak bumi dunia pada akhir 2008 adalah

si

1.258.000 juta barel. Dengan produksi

(%berat

minyak bumi global 3.928.000 barel per hari


dan

konsumsi

84.455.000

minyak

barel

bumi

global

Asam miristat

)
0 - 0,1

hari,

maka

Asam palmitat

14,1

per

15,3

diperkirakan cadangan minyak bumi akan


habis 42 tahun lagi ( Jonathan Ginting,
2013).

Asam

0 - 1,3

palmioleat
Biodiesel

bahan

bakar

merupakan
alternative

salah
yang

satu
dapat

Asam stearat

3,7 - 9.8

Asam oleat

34,3

29,0

mensubtitusi bahan bakar solar. Biodiesel


dihasilkan dengan mereaksikan trigliserida
dengan alcohol yang akan menghasilkan
produk samping berupa gliserol dengan

45,8
asam linoleat
44,2
Asam linolenat

0 - 0,3

biodiesel dapat bersifat asam ataupun basa.

Asam

0 - 0,3

Bahan baku pembuatan biodiesel dapat

arakhidrat

bantuan katalis. Katalis pada pembuatan

diperoleh dari
hewan(hewani) , minyak nabati atau
minyak bekas seperti minyak jelantah.
Minyak Jelantah

asam behenat

0 - 0,2

(Sumber: Gubitz et al, 1999)

Minyak Jagung
Minyak

jagung

merupakan

Minyak jelantah merupakan minyak trigliserida yang disususn oleh gliserol dan
bekas pemakaian. Ditinjau kembali dari asam-asam lemak. Presentase trigliserida

sekitar 98.6% sedangkan sisanya abu, zat gliserida

harus

dikurangi

ataupun

warna atau lilin yang merupakan bahan non

dihilangkan. (Rahmi Hidayati, 2012)

minyak.

Katalis
Katalis yang sering digunakan

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak

untuk reaksi transesterifikasi yaitu alkali,

Jagung
Asam Lemak
Miristat
Palmitat
Stearat
Oleat
Linoleat

asam, atau enzim. Alkali yang sering

Jumlah (%)
0,1
8,1
4,9
30,1
56,8

digunakan
kalium

hidroksida

(KOH),

kalium

kalium amida, dan kalium hidrida (Sprules


and Price, 1950).

Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak


Kelapa Sawit

Metanol
Alkohol

yang

paling

umum

Jumlah

digunakan untuk transesterifikasi adalah

(%)

metanol, karena harganya lebih murah dan

Asam Kaprilat
Asam Kaproat
Asam Miristat

1,1

daya reaksinya lebih tinggi dibandingkan


-

dengan alkohol rantai panjang, sehingga

2,5
Asam Palmitat
Asam Stearat

methanol ini mampu memproduksi biodiesel

40 - 46
3,6
-

yang lebih stabil. (Erliza, dkk, 2007).

4,7
Asam oleat
Asam Laurat
Asam Linoleat

Biodiesel

30 - 45
7 - 11

Biodiesel
pengganti minyak

(Sumber: http://library.usu.ac.id

mengandung

metoksida

metoksida, natrium amida, natrium hidrida,

Minyak Kelapa Sawit

Asam Lemak

natrium

(NaOCH3), natrium hidroksida (NaOH),

Sumber : Ketaren(1986)

Minyak

yaitu

kelapa

sawit

gliserida-gliserida

banyak
dan

sebagian kecil komponen non gliserida.


Untuk tujuan merubah minyak ke bentuk
yang dapat digunakan, beberapa dari non

diperuntukan
solar

sebagai

fosil yang tak

terbarukan (unrenewable). Selain mampu


mereduksi efek rumah kaca,

penggunaan

biodiesel juga akan meningkatkan kualitas


udara local dengan mereduksi emisi
berbahaya.
Gliserin

gas

Gliserin atau dengan nama lain


propana-1,2,3,-triol
dari

proses

biasanya

saponifikasi

3.

mencapai suhu 60 oC, masukkan larutan

didapatkan

minyak

pada

pembuatan sabun atau pemisahan secara

katalis secara perlahan-lahan.


4.
5.

Reaksi Alkoholisis
antara

tranesterifikasi
ester

Setelah 1 jam reaksi masukkan ke


dalam corong pemisah dan tunggu

Reaksi Transesetrifikasi

reaksi

Biarkan reaksi terjadi selama 1 jam


dan suhu dijaga pada range 55-65 oC.

langsung dari lemak pada pemroduksian


asam lemak.

Setelah Minyak yang dipanaskan

selama 30 menit sehingga terbentuk dua

dari ester atau

merupkan

reaksi

alcohol

yang

dengan

menghasilkan ester baru dan alcohol baru.


Reaksi Transesterifikasi dapat berlangsung 2

lapisan.
6.

Lapisan antara metil ester dan


gliserol dipisahkan.

3. Hasil dan pembahasan


1.

arah dengan salah satu reaktan dibuat

komposisi

berlebih agar diperoleh hasil yang optimal.

yield.

Hasil metil ester yang optimal dapat

asam

Pengaruh

lemak

kapasitas 50 ml

91.49
83.0481.
75.3576.17
70.4
70.3
68.969.11
68.12

(Fassenden and fassenden, 1986 pada Latif


Sahubawa, 2011).
% Yield

Pembuatan Biodiesel
1.

Minyak jelantah ditimbang dengan


volume 500 ml dan 50 ml kemudian
dimasukkan ke labu leher tiga dan
dipanaskan pada temperatur 55-600C
sambil dilakukan pengadukan.

2.

Larutan

katalis

dibuat

dengan

melarutkan NaOH kedalam Metanol


kemudian dipanaskan sampai suhu 40oC
sampai larut seluruhnya.

kapasitas 500 ml

87.9190.7

meningkat karena methanol yang belebih.

2. Metodelogi Penelitian

terhadap

Gambar 1. Pengaruh komposisi asam lemak

kapasitas 50 ml

kapasitas 500 ml

terhadap yield biodiesel.

0.4
0.4
0.4

Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa


nilai yield rata-rata yang paling tinggi dari
Angka Asam (mg NaOH/g)

ketiga bahan baku adalah biodiesel dengan

0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2

bahan baku minyak jagung Berdasarkan


analisa kami maka asam lemak yang paling
JG 30%

baik untuk dijadikan biodiesel adalah asam


lemak yang memiliki ikatan rangkap paling
banyak. Minyak jagung memiliki ikatan
rangkap yang paling banyak dan memiliki
range persentase yield rata-rata yang paling
tinggi. Minyak jelantah juga memiliki ikatan
rangkap yang lebih banyak dibandingkan
minyak kelapa sawit, tetapi nilai yield yang

didapatkan lebih kecil dibandingkan dengan Gambar 2. Pengaruh Komposisi Asam


yield minyak kelapa sawit. Hal ini dapat lemak terhadap angka asam
disebabakan
memiliki

karena
%FFA

minyak

yang

jelantah

lebih

tinggi

dibandingkan %FFA pada minyak kelapa


sawit. Selain itu dapat juga disebabkan
karena kandungan air yang terdapat didalam
minyak sehingga yield yang didapatkan
menurun.
2.

Pengaruh
Komposisi
angka asam

Asam

lemak

terhadap

Bilangan asam menunjukan kandungan


asam lemak bebas dan mineral-mineral
asam yang terkandung didalam biodiesel
(Tazora, 2011 pada Sabihanaz Musadhaz,
2012).

Menurut

bilangan

asam

SNI

maupun

maksimal

ASTM

adalah

0.8

mgKOH/g sampel, dikarenakan semakin


lama waktu penyimpanan biodiesel, mka
biodiesel tersebut akan kontak langsung
dengan udara dan uap air sehingga bilangan
asam

akan

meningkat.

Meningkatnya

bilangan asam akan mengakibatkan korosi

pada mesin diesel. Pada produk yang

akan semakin tinggi viskositas biodiesel

dihasilkan diketahui bilangan asam semua

tersebut. Dari ketiga bahan baku yang

sampel memenuhi standar SNI dan ASTM digunakan kandungan asam lemak jenuh
dengan range nilai antara 0.2 mg NaOH/g yang paling banyak secara berurutan adalah
hingga 0.4 mgNaOH/g.

minyak kelapa sawit, minyak jelantah dan

3.

Pengaruh
komposisi

asam

lemak

terhadap

viskositas biodiesel
kapasitas 50 ml

minyak jagung.
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa
untuk kapasitas produksi 500 ml. viskositas

kapasitas 500 ml
3.54
3.28
3.2
3.14
3.05
3.01
2.96
2.9
2.85
2.83
2.76
2.47

yang paling tinggi adalah minyak kelapa


sawit dengan viskositas 3.54 cst dan 3.28
cst. Hal ini disebabkan karena minyak
kelapa sawit memiliki kejenuhan yang

Viskositas (cst)

tinggi akibat sedikitnya ikatan rangkap yang


dimiliki. Untuk minyak jelantah viskositas
lebih rendah dibandingkan minyak kelapa
sawit dengan nilai 3.14 cst dan 3.05 cst. Hal
ini disebabkan karena ikatan rangkap yang
dimiliki minyak jelantah lebih banyak
dibandingkan minyak kelapa sawit sehingga
minyak

jelantah

dibandingkan

lebih

minyak

tidak

jenuh

kelapa

sawit.

Sedangkan minyak jagung minyak yang


Gambar 3. Pengaruh Komposisi Asam paling banyak memiliki ikatan rangkap
lemak terhadap viskositas
Menurut
Remschmidt

memilki viskositas yang paling rendah dari

Mittelbach
(2006

pada

dan ketiga bahan baku yang digunakan, dengan


sabihanaz nilai viskositas 3.2 cst dan 2.76 cst.

musadhaz, 2011) semakin tinggi tingkat Sedangkan untuk kapasitas produksi 50 ml


kejenuhan minyak pembentuk biodiesel dan hasil yang didapatkan untuk ketiga sampel
semakin panjang rantai karbonnya, maka dengan nilai yang fluktuatif. Hal ini dapat

disebabkan karena proses pemurnian yang musadhaz, 2011) semakin pendek rantai
kurang sempurna.

karbon, semakin banyak jumlah ikatan

4.

rangkap yang dimiliki ester asam lemak

Pengaruh
komposisi

asam

lemak

densitas biodiesel

terhadap maka akan semakin tinggi densitas yang


dihasilkan. Pada gambar 4.4dapat dilihat
bahwa densitas minyak jagung paling tinggi

0.89
0.88

jika dibandingkan dengan yang lain. Hal ini

0.88
0.87

disebabkan
karena
minyak
jagung
0.87
0.86
0.86
0.860.86
0.85 0.85 0.86
0.85
0.85
0.85
0.85
mempunyai banyak ikatan rangkap sehingga
0.85
Densitas (gr/ml)
minyak jagung bersifat tidak jenuh. Densitas
0.84
0.83

minyak jelantah lebih rendah dibandingkan


minyak jagung hal ini disebabkan karena

kapasitas 50 ml

kapasitas 500 ml

minyak jelantah memiliki lebih sedikit


ikatan rangkap. Sedangkan untuk minyak
kelapa sawit rata-rata memiliki densitas
yang paling rendah.
5.

Pengaruh
penambahan

persentase

terhadap yield biodiesel

Gambar 4. Pengaruh komposisi asam lemak


terhadap densitas biodiesel
Menurut
Remschmidt

Mittelbach
(2006

pada

dan
sabihanaz

methanol

Вам также может понравиться