Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
MASFIAH, S.Kep
Laporan Pendahuluan
CVA (CEREBRO VASCULAR ACCIDENT)
A. Pengertian
CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya
gangguan peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir,
daya
ingat
dan
bentuk-bentuk
kecacatan
lain
hingga
penurunan
disebabkan
tekanan
darah.
karena
Trombosis
serebri
ini
adanya:
melambatkan
aliran
darah
cerebral
karena
adanya
penyumbatan
pada
terlepas
dan
menyumbat
sistem
arteri
serebri.
serebri
berasal
dari
penyakit
jantung
kongestif.
Kolesterol tinggi
Obesitas
Peningkatan hematokrit
Diabetes Melitus
Merokok
D. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan patologi
serangannya
(Brasherz,
2008:
274)
yaitu:
1. Lobus Frontal
a. Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian
singkat, peningkatan distraktibilitas (mudah buyar), penilaian
buruk, tidak mampu menghitung, memberi alasan atau berpikir
abstrak.
b. Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan
otot-otot bicara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan).
c. Defici aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas
emosional,
kehilangan
kontrol
diri
dan
hambatan
soaial,
dingin),
hilangnya
respon
terhadap
proprioresepsi
tulisan).
menginterpretasi
diri/lingkungan)
antara
lain:
lapang
penglihatan penurunan
Pemeriksaan Penunjang
Periksaan
penunjang
pada
pasien
CVA
infark:
1. Laboratorium :
a. Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien
CVA ada peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT),
Asam
Arachidonic
fibrinogen
(AA),
Platelet
Activating
(Muttaqin,
2008:
Factor
(PAF),
249-252)
gagal
jantung
kongestif
(Prince,dkk,2005:1122)
3.
Ultrasonografi
(USG)
karaois:
evaluasi
standard
untuk
kausa
stroke
(Prince,dkk
,2005:1122).
atau
iskemia
dan
posisinya
secara
pasti.
Hasil
(Muttaqin,
2008:140).
Penatalaksanaan
Ada bebrapa penatalaksanaan pada pasien dengan CVA infark
(Muttaqin,
2008:14):
embolisasi
dari
tempat
lain
ke
sistem
kardiovaskuler.
d. Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan:
1) Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35
mmHg
2) Osmoterapi antara lain :
- Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam
waktu 15-30 menit, 4-6 kali/hari.
- Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari
3) Posisi kepala head up (15-30)
4) Menghindari mengejan pada BAB
5) Hindari batuk
6) Meminimalkan lingkungan yang panas
H.
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi CVA infark (Muttaqin, 2008: 253)
1. Dalam hal imobilisasi:
a. Infeksi pernafasan (Pneumoni),
b. Nyeri tekan pada dekubitus.
c. Konstipasi
2. Dalam hal paralisis:
a. Nyeri pada punggung,
b. Dislokasi sendi, deformitas
3. Dalam hal kerusakan otak:
a. Epilepsy
b. sakit kepala
4. Hipoksia serebral
5. Herniasi otak
6. Kontraktur
PENGKAJIAN
A. Pengkajian Data Dasar
a. Identitas
b. Keluhan utama
sesak
c. Riwayat keperawatan :
Klien merasakan jantungnya sering berdebar-debar dan nafas
menjadi sesak dan terasa lelah jika beraktivitas.. Riwayat
hipertensi, DM, Asthma, Riwayat MRS
1. Aktivitas/istirahat :
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah
tidur.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, MCI, katup jantung, disritmia,
CHF, polisitemia. dan hipertensi arterial.
3. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan
untuk mengekspresikan diri.
4. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia
urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara
usus menghilang.
5. Makanan/cairan :
Nausea,
vomiting,
daya
tenggorokan, dysfagia.
sensori
hilang,
di
lidah,
pipi,
6. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan,
kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian
ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
7. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka
8. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.
Aspirasi irreguler, suara nafas, whezing,ronchi.
9. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi
Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur
kebutuhan nutrisi
Tidak mampu mengambil keputusan.
10.
Interaksi sosial
d. Data keperawatan
1. Sistem pernafasan
Data
Etiologi
S : Sesak nafas sejak, Dekompensasi
Masalah
Resiko
terjadi
ketidakefektifan
rendah,
sekret
bersihan
berbuih,
jalan
nafas
Resiko
(odem paru)
tinggi
tinggi
gangguan
pertukaran gas
O : RR >20 X/mnt,
Rh , Wh , Retraksi otot
pernafasan,
produksi
sekret banyak
2. Sistem kardiovaskuler
Data
Etiologi
S : Kepala pusing, Dekompensasi kordis
Masalah
Gangguan
jantung
perfusi jaringan
berdebar-
kontraktilitas jantung
O : Bendungan vena
jugularis
(+),
S1S2
pada
pada
penurunan
darah
tekanan
Ggn
perfusi
ke
jaringan
3. Rasa aman
Data
S
:
Etiologi
Masalah
Gelisah, Persaan tidak enak Resiko
terjadi
Tidak
ventilator,
tenang,
Cemas
aktivitas
tak
terkontrol
S : Gelisah,
O
Tidak
Ruangan
tenang,
berbagai alat
dengan Cemas
monitor
penyakit
yg
mengancam jiwa
Lingkungan
asing
cemas
PRIORITAS KEPERAWATAN
yang
Gangguan
komunikasi
verbal
fungsi
serebral
dan
menurunnya
defisit
neurologis.
2. Mencegah/meminimalkan komplikasi.
3. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi baik oleh dirinya maupun orang
lain.
4. Mekanisme koping positip dan mampu merencanakan keadaan
setelah sakit
5. Mengerti terhadap proses penyakit dan prognosis.
dapat
menunjukan
lokasi
peningkatan
TIK
dan
keutuhan
batang
otak.ukuran
pupil
menunjukan
perdarahan kembali.
k. Kaji adanya kaku kuduk, twitching, kelelahan, iritabilitas dan onset kejang
Merupakan indikasi iritasi meningen terutama pada perdarahan. Kejang
merupakan akibat dari peningkatan TIK.
Kolaborasi :
a. Berikan oksigen bila ada indikasi
Menurunkan hipoksemia, yang dapat menyebabkan vasodilatasi cerebral
dan peningkatan tekanan formasi edema.
b. Berikan pengobatan sesuai dengan indikasi
Antikoagulan seperti, warfarin sodium, heparin, antiplatelets agen atau
dypridamole.
Biasa digunakan untuk meningkatkan aliran darah otak dan mencegah
terjadinya embolus, kontra indikasi meliputi hipertensi karena akan
meningkatkan resiko perdarahan
c. Berikan antibiotika seperti Aminocaproic acid ( amicar )
Digunakan pada kasus haemorhagic, untuk mencegah lisis bekuan darah
dan perdarahan kembali.
d. Antihypertensi
Digunakan pada hyperteni kronis, karena managemen secara berlebihan
akan meningkatkan perluasan kerusakan jaringan.
e. Peripheral vasodilator seperti cyclandilate, papaverin, isoxsuprine
posisi
dan
fungsi
optimal
dengan
tidak
adanya
Intervensi
a. Kaji kemampuan fungsional otot, Klasifikasi dengan skala 0-4
Mengidentifikasi
kekuatan
/kelemahan
dapat
membantu
memberi
b. Rubah posisi tiap 2 jam, (supinasi, sidelying) terutama pada bagian yang
sakit
Dapat menurunkan resiko iskemia jaringan injury. Sisi yang sakit biasanya
kekurangan sirkulasi dan sensasi yang buruk serta lebih mudah terjadi
kerusakan kulit/dekubitus.
c. Berikan posisi prone satu atau dua kali sehari jika pasien dapat mentolerir.
Membantu memelihara fungsi ekstensi panggul dan membantu bernafas.
d. Mulai ROM. Aktif/pasif untuk semua ekstremitas. Anjurkan latihan meliputi
latihan otot quadriceps/gluteal ekstensi, jari dan telapak tangan serta kali.
Meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah
kontraktur, menurunkan resiko hiperkalsiurea dan osteoporosis pada
pasien dengan haemorhagic.
e. Sangga ekstremitas pada posisi fungsional, gunakan footboard selama
periode placid paralisis, pertahankan posisi kepala netral.
Dapat
mencegah
pengembalian
kontraktur
fungsi.
Flaccid
atau
footdrop
paralisis
dapat
dan
memfasilitasi
dikurangi
dengan
gulungan
padat
pada
telapak
tangan
dengan
jari-jari
menggengam.
Menurunkan stimulasi fleksi jari-jari dan memelihara jari dan jempol pada
posisi fungsional.
k. Pertahankan kaki pada posisi netral dengan trochanter.
Mencegah terjadinya rotasi eksternal pinggul.
l. Bantu pasien duduk jika tanda-tanda vital stabil, kecuali pada stroke
haemorhagic.
Membantu
menstabilkan
tekanan
darah,
membantu
memelihara
2. Bantu dengan stimulasi elektrik seperti TENS unit sesuai dengan indikasi.
Dapat membantu pengembalian kekuatan otot dan peningkatan kontrol
otot volunter.
3. Berikan relaksasi otot, antispasmodik sesuai dengan indikasi seperti
baclopen, dantrolene.
Memperbaiki spastisitas pada sisi yang sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Ester.Jakarta
EGC
Ester.
Jakarta:
EGC.
EGC:Jakarta
Hudak, C.M. Gallo, B.M. (1996). Keperawatan Kritis. Pendekatan holistic Edisi
VI
volume
II.
EGC:Jakarta
salemba
medika:
jakarta.
Huriawati,
Hartanto.(2005).
Jakarta:EGC