Вы находитесь на странице: 1из 3

Kritik Terhadap Durkheim

Di lihat dari sisi fungsonalisme dan positivisme, fokus Durkheim pada fakta-fakta sosial
level makro merupakan salah satu alasan kenapa karyanya memliki peran sentral dalam
perkembangan

fungsionalisme

struktural

yang

juga

sama-sama

berorientasi

makro(fungsionalisme sturktural). Namun apakah Durkheim adalah seorang fungsionalis atau


tidak masih bisa diperdebatkan, tergantung dari sudut pandang mana kita mendefinisikan
fungsionalisme.
Untuk masalah solidaritas sosial, dalam satu tempat tidak mungkin berlaku dua jenis
solidaritas. Solidaritas organik dan mekanik memiliki ciri masing-masing. Selain itu mereka
juga memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Teori ini sebenarnya masih berlaku di
kehidupan di masyarakat. Namun cenderung lebih condong ke solidaritas organik karena
masyarakat sekarang sudah mulai menuju modern bahkan sudah modern dan ini membuat mau
tidak mau spesialisasi itu terjadi dengan sendirinya.

Kritik Terhadap Karl Marx


Jika kita perhatikan bahwa pemikiran marx merupakan bentuk keprihatinan mengenai nasib
buruh yang amat memprihatinkan di eropa kala itu. Dalam sistem kapitalisme eropa pada saat itu
buruh amat di eksploitasi tenaganya dengan upah yang sangat murah untuk memenuhi kebutuhan
produksi para pemilik modal. Dalam teorinya yang terkenal surplus value, marx menggambarkan
bahwa dalam suatu nilai komoditas buruh hanya mendapat jatah yang merupakan sebagian dari
biaya produksi, sedangkan yang menjadi surplus dari komoditas tersebut tidak dinikmati sama
sekali oleh para buruh. Hal ini yang kemudian mendasari munculnya teori sosialisme marxisme.
Lebih lanjut menurut marx, kondisi tersebut menunjukkan kapitalisme yang semakin tinggi
justru akan menghancurkan kapitalisme itu sendiri. Kapitalisme selalu berusaha memperbanyak
pegumpulan kekayaan. Membeli byk modal dan relatif tdk butuh tenaga kerja akan mengurangi
nilai surplus keuntungan.Penggantian tenaga kerja dgn mesin akan meningkatkan pengangguran .
serta dengan upah yang tetap rendah akan menimbulkan keresahan sosial. Ini akan mengakhiri
kapitalisme.
Marx berpendapat bahwa kehancuran kapitalisme akan ditandai engan revolusi sosial yang
dilakukan para buruh. Revolusi sosial tersebut akan mengubah tatanan masyarakat dari ekonomi

kapitalis menuju ekonomi sosialis. Keberhasilan Ekonomi sosialis baru tersebut akan ditandai
oleh beberapa hal seperti penghapusan hak milik atas tanah dan menggunakan semua bentuk
sewa tanah u/ tujuan2 umum,program pajak pendapatan progresif atau gradual,Pemusatan kredit
di tangan Negara,Pemusatan alat2 komunikasi dan transportasi di tangan Negara,,Pengembangan
pabrik2 dan alat2 produksi milik negara.
Sampai pada tahap tersebut sebenarnya tidak ada masalah antara pemikiran marx dengan
para revisionisnya. Namun satu perbedaan yang menjadi perdebatan adalah mengenai cara
revolusi sosial yang digambarkan marx tersebut terjadi. Marx berpendapat bahwa revolusi sosial
tersebut akan terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu selama tahap kapitalisme menuju
kehancuran buruh juga akan dimatangkan dengan sendirinya untuk mengganti tatanan
kapitalisme itu. Pendapat tersebut yang dianggap oleh para revisionis menjadi kelemahan dari
pemikiran marx.
Ketika saya membaca pokok pokok pikiran Bernstein (salah satu revisionis marx yang
muncul dengan pemikirannya sendiri. Bernstein merupakan seorang politisi disamping sebagai
teoriwan sosialis democrat jerman.) dengan kondisi ekonomi sekarang, saya mendapatkan
gambaran yang lebih rasional tentang bagaimana perubahan menuju sosialisme bisa terjadi.
bagaimana tidak, jika marx menggambarkan sosialisme hanya akan tercipta ketika kapitalisme
runtuh, maka selama kapitalisme masih dapat mempertahankan surplus valuenya otomatis
revolusi sosial tidak akan terjadi. Lebih riilnya lagi apabila apabila Negara Negara pendukung
kapitalisme sukses dalam kebijakan kebijakan anti monopoli dan pasar bebasnya, maka seperti
yang dikatakan Bernstein, kapitalisme tidaklah sedang menuju kehancuran. Hal itu berarti amat
sulit untuk mengharapkan revolusi sosial terjadi secara otomatis.
Bernstein seperti halnya revisionis yang lain memikirkan cara untuk mempercepat
terjadinya sosialisme. Namun tidak seperti Lenin yang gagal melaksanakan revolusi sosial di
Russia, pemikiran bernstein tampaknya mempunyai progress dari waktu ke waktu dan lebih bisa
diterima di Negara Negara penganut paham kapitalis itu sendiri. Seperti halnya di inggris dimana
partai serikat buruh berhasil secara terus menerus menguasai parlemen. Hal itu berakibat nilai
tawar buruh di inggris yang tinggi.

Satu lagi yang menjadi kelebihan dari pemikiran ini adalah pada saat terjadinya perubahan
menuju sosialisme terlihat bahwa lebih kecil kemungkinan terjadi chaos dan stagnasi ekonomi.
Hal itu disebabkan karena dalam pemikiran Bernstein pada saat perubahan menuju sosialisme,
kapitalisme akan secara sukarela untuk digantikan. Jauh berbeda dengan Lenin dimana
perubahan sosial dilakukan dengan menghapus secara paksa kapitalisme.
Artinya pemikiran Bernstein layak dikedepankan dalam proses menuju masyarakat
sosialisme seperti yang diutopiakan oleh karl marx dimana terdapat pembagian hasil yang adil
dalam ekonomi masyarakat.
Ilmplikasi-implikasi teori Marx tentang masyarakat pada dasarnya berhubungan sebabakibat. Dengan menelanjangi mekanisme-mekanisme yang berlangsung di dalam ekonomi
kapitalis Marx merasa mampu meramalkan keruntuhannya yang segera menyonsong. Selain itu,
dilihat dari teorinya tentang produksi pabrik dan stabilitas sistem yang ada di dalamnya, maka
dapat ditemukan bahwa ilmplikasi Marx juga merujuk pada revolusi proktarial.
Teori Marxian kadang-kadang dikatakan tidak konsisten di dalam dirinya sendiri. Marx
tidak berpikir bahwa sebab-sebab material dari tingkah-laku sosial melampaui kesadaran
manusia. Ketidak konsisten-an dikatakan terjadi dalam kritik Marx atas moralitas sebagai
ungkapan dari kepentingan-kepentingan kelas yang disembunyikan sebagai patokan-patokan hak
yang bersifat universal dan dipakai oleh kelas-kelas lain sebagai hasil dari kesadaran palsu.
Kelemahan Marx sebagai seorang filsuf moral barangkali adalah dia relatif kurang memberi
persetujuan evaluatif mengenai prioritas moral dari kedamaian, kemakmuran, harmoni sosial dan
kerja kreatif..

Вам также может понравиться