Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
3*
Hasil tangkapan ikan di kabupaten Pidie Jaya mencapai 5.000 ton pertahun.
Tetapi, pendapatan nelayan setempat masih rendah. Telah dilakukan
perencanaan untuk pembangunan satu unit pengolahan ikan skala kecil yang
dilengkapi dengan unit pembuat es balok kapasitas produksi es 3 ton/hari
dan unit penyimpanan ikan (cold storage) kapasitas 500 kg ikan/hari.
Produktivitas unit pengolahan ikan tersebut sangat tergantung pada
ketersediaan energi listrik, yang mana pada saat ini belum mampu
disediakan oleh PLN. Hal ini mengakibatkan unit pengolahan ikan belum
mampu melakukan produksi sesuai dengan perencanaan awal dan akhirnya
kondisi ekonomi para nelayan belum berubah. Berdasarkan hasil
perancangan sistem pembangkit listrik hibrid menggunakan potensi energi
angin dan surya untuk unit pengolahan ikan skala kecil di peoleh hasil bahwa
sistem PLH yang diusulkan mampu memenuhi 100% beban. Porsi energy
surya adalah 76% dan 24 % berasal dari turbin angin.Porsi terbesar biaya
sistem PLH adalah biaya awal penyediaan panel surya sebesar 58%, dan
diikuti oleh turbin angin dan batrei masing-masing 19 %, serta untuk
pengadaan converter sebesar 0,1 %.
Kata kunci: Pembangkit listrik hibrid, energi angin, surya, pengolahan ikan,
skala kecil, HOMER Software
Pendahuluan
Potensi kelautan dan perikanan Provinsi Aceh begitu besar dan berbagai kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan telah
dilaksanakan dan dirasakan manfaatnya. Namun, sejalan dengan perubahan yang
begitu cepat di segala bidang, baik secara internasional maupun nasional, maka
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan
memerlukan penyesuaian atau perubahan agar dapat memenuhi kebutuhan ekonomi
yang lebih fokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dalam rangka memenuhi harapan tersebut, diperlukan kebijakan strategis yang
didasarkan pada realitas beserta permasalahannya dan kondisi masa depan yang
diharapkan. Realitas dan permasalahan, sekaligus tantangan yang perlu mendapat
perhatian serius dalam penyusunan kebijakan strategis ke depan antara lain;
produksi nelayan meningkat setiap tahun akan tetapi mereka tetap tergolong miskin,
armada perikanan tangkap yang dimiliki tergolong kualitas rendah, dan industri
pengolahan ikan yang ada tergolong industri kecil dan menggunakan teknologi
tradisional.
62
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2009-2010 mendapatkan bantuan dari
Bank Dunia melalui program Aceh-Economic Development Financing Facility
(EDFF), yang didasarkan pada kenyataan sektor perikanan merupakan sumber mata
pencaharian utama sebagian warga Kabupaten Pidie Jaya. Hasil tangkapan ikan di
kabupaten ini mencapai 5.000 ton pertahun. Tetapi, pendapatan nelayan setempat
masih rendah. Melalui program EDFF telah dibangun satu unit pengolahan ikan
skala kecil yang dilengkapi dengan unit pembuat es balok kapasitas produksi es 3
ton/hari dan unit penyimpanan ikan (cold storage) kapasitas 500 kg ikan/hari.
Produktivitas unit pengolahan ikan tersebut sangat tergantung pada ketersediaan
energi listrik, yang mana pada saat ini belum mampu disediakan oleh PLN. Hal ini
mengakibatkan unit pengolahan ikan belum mampu melakukan produksi sesuai
dengan perencanaan awal dan akhirnya kondisi ekonomi para nelayan belum
berubah.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah Kabupaten Pidie Jaya untuk pengembangan
kawasan minipolitan berlokasi Kuala Meureudu terkendala dengan ketersediaan dan
keterjaminan suplai energi listrik, karena PLN mengalami defisit daya yang
dibangkitkan oleh PLTD sektor Pidie.
Pembangunan unit pengolahan ikan skala kecil di pusatkan di Kuala Meureudu
terletak pada posisi 05o.17 lintang utara dan 96o.13 bujur timur. Daerah tersebut
tergolong daerah pesisir dengan demikian potensi sumber daya energi terbarukan
seperti energi surya dan angin dapat dipertimbangkan. Berdasarkan data yang
diperoleh Data for Solar and Wind Renewable Energy Surface (SWERA-2012),
radiasi matahari total tahunan wilayah itu mencapai 1.654.000 kWh/m2, dan radiasi
surya yang mencapai permukaan sekitar 45,5 %, atau 3985 jam sinar matahari
cerah per tahun.
Begitu juga halnya dengan sumber daya energi angin, berdasarkan data yang
diperoleh dari Data for Solar and Wind Renewable Energy Surface (SWERA-2012),
kecepatan angin rata-rata tahunan daerah tersebut mencapai 3,3 m/s, atau memiliki
potensi energi sebesar 53,5 KWh/tahun untuk setiap 1 m2 luas penampang rotor
pada efisiensi 34 %.
Sampai saat ini, sumber daya energi terbarukan yang tersedia tidak dimanfaatkan
dengan baik, terutama terkendala pada kurangnya studi kelayakan dan penelitian
pemanfaatan sumber daya energi terbarukan untuk pembangkit listrik.
Bertitik tolak dari permasalahan diatas, pada penelitian ini akan dilakukan
perancangan awal sistem hibrid energi angin-surya untuk pembangkit listrik pada unit
pengolahan ikan skala kecil.
Metode Penelitian
Unit pengolahan ikan skala kecil di Kuala Meureudu memiliki peralatan pembuatan
es dengan kapasitas produksi 3 ton es per hari. Dan peralatan untuk penyimpanan
ikan dengan kapasitas 500 kg ikan per hari, dan kebutuhan listrik untuk peralatan
pendukung.
Kebutuhan listrik untuk peralatan pembuat es batangan dapat dihitung dari
persamaan :
)
(1)
63
dimana :
Ees = adalah saya listrik yang dibutuhkan untuk membuat es (kW)
m = massa ess (kg)
t = waktu yang dibutuhkan untuk membekukan air (detik)
Cp-air = 4.2 kJ/kg.K
Cp-es = 2.09 kJ/kg.K
h = entalpi air at 0 oC = 335 kJ/kg.
Ta = Temperatur air awal (oC)
To = Temperatur air dibekukan = 0oC
Ti = Temperatur es = -5 oC
Maka untuk membuat es sebanyak 3000 kg, dlaam waktu 8 jam, dengan tempetarur
awal air 29 oC, maka dibutuhkan energi total sebesar : 6 kW. Dengan cara yang
sama, daya dibutuhkan untuk menjaga temperatur 300 kg ikan pada 7 oC dalam
ruang penyimpan ikan membutuhkan daya sebesar 2 kW. Dan kebutuhan energi
listrik untuk kebutuhan peralatan pendukung dan penerangan serta perkantoran
mencapai 2 kW, maka daya listrik total yang dibutuhkan sebesar total 10 kW.
Penelitain ini akan dimulai dengan pengukuran potensi energi angin dan energy
surya. Untuk penukuran potensi energi angin dilakukan dengan cara mengukur
kecepatan angin menggunakan anemometer dan untuk data tahunan diperoleh dari
Badan Metrologi dan Geofisika Banda Aceh. Sedangkan untuk potensi energy surya
diperoleh seluruhnya dari Badan Metrologi dan Geofisika dengan memberikan lokasi
peletakan pembangkit listrik tenaga surya.
Kegiatan dilanjutkan dengan simulasi dengan software Homer. Perangkat lunak ini
bekerja berdasarkan tiga langkah, yaitu simulasi, optimasi dan analisis sensitivitas.
Perangkat lunak ini akan melakukan simulasi pengoperasian sistem pembangkit
listrik tenaga hibrida dengan membuat perhitungan keseimbangan energi selama
8.760 jam dalam satu tahun. Untuk setiap jamnya, HOMER membandingkan
kebutuhan listrik dan panas dengan energi yang dapat dipasok oleh sistem pada jam
tersebut, dan menghitung aliran energi dari dan ke setiap komponen dari sistem.
Untuk sistem dengan baterai atau generator bahan bakar, HOMER juga
memutuskan kapan akan mengoperasikan generator dan mengisi atau
mengosongkan baterai.
Hasil dan Pembahasan
Kecepatan angin bulan Januari s.d Desember 2011 yang didapat peroleh dari hasil
pengukuran dan data online dari SWERA berdasarkan data lintang dan bujur Kuala
Meureudu dapat dilihat pada Tabel 1, kecepatan angin tersebut diukur pada
ketinggian 10 meter di atas permukaan tanah.
Energi yang dihasilkan turbin angin dalam setahun dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti, kecepatan angin, ketinggian dan karakteristik daerah lokasi dimana data
kecepatan angin diambil, lihat Tabel 2. Maka kita harus mengkoreksi kecepatan
angin rata-rata yang dihitung dengan Persamaan. 2.
( )=( )
(2)
64
daerah pisir dengan koefesien gesekan ( ) = 0,25. Maka kecepatan angin rata-rata
setelah dikoreksi ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 1 Kecepatan angin rata-rata di Kuala Meureudu
Bulan
Kecepatan Angin Rata-rata (m/s)
Januari
3,774
Februari
3,143
Maret
3,097
April
2,867
Mei
4,065
Juni
4,655
Juli
4,258
Agustus
3,677
September
3,833
Oktober
4,097
November
3,993
Desember
4,067
Tabel 2 Kecepatan angin rata rata setelah dikoreksi
Bulan
Kecepatan angin rata-rata koreksi (m/s)
Januari
4.177
Februari
3.478
Maret
3.427
April
3.173
Mei
4.499
Juni
5.152
Juli
4.712
Agustus
4.069
September
4.242
Oktober
4.534
November
4.419
Desember
4.501
Hasil pengukuran potensi energi surya untuk Daerah Kuala Meureudu ditunjukkan
dalam tabel 3.
Tabel 3 Potensi energi surya Kuala Meureudu
Month
Clearness (Index) Daily Radiation (kWh/m2/d)
January
0.47
4.456
February
0.518
5.173
March
0.489
5.083
April
0.469
4.884
May
0.43
4.336
June
0.467
4.597
July
0.433
4.299
August
0.438
4.475
September
0.418
4.319
October
0.423
4.253
November
0.448
4.283
December
0.462
4.283
65
Berdasarkan data potensi angin dipilih turbin dengan kemampuan maksimum 10KW,
turbin ini mampu memberikan daya awal pada kecepatan angin 3 m/s dan
memberikan daya maksimum pada kecepatan angin 12 m/s. Kurva daya dari turbin
ini diberikan dalam Gambar 4.
dimanfaat terbesar diperoleh dari energi surya dibandingkan dengan turbin angin
disebabkan oleh, distribusi kecepatan angin yang ada dilokasi berkisar 3 6 m/s,
sedangkan kerja maksimum turbin hanya tercapai pada kecempatan angin 8-12 m/s.
Jika dilakukan pemilihan turbin angin yang lebih kecil dari daya 10 KW, akan
memberikan permasalahan dalam pengaturan daya terhadap perubahan beban
dalam sisyem hibrid (Alliance for Rural Electrification, 2008).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan sistem pembangkit listrik hibrid menggunakan
potensi energi angin dan surya untuk unit pengolahan ikan skala kecil yang berlokasi
di Kuala Meureudu Kabupaten Pidie Jaya dapat disimpulkan:
1. Potensi energy baru terbarukan yang ada lokasi unit pengolahan ikan
terpadu dapat dimanfaatkan untuk menyediakan listrik.
2. Sistem optimal yang dihasilkan simulasi HOMER untuk pembangkit listrik
adalah sistem pembangkit listrik hibrid (PLH) yang terdiri dari photovoltaic,
turbin angin dan bank baterai, dan inverter.
3. Sistem PLH yang diusulkan mampu memenuhi 100% beban. Porsi energy
surya adalah 76% dan 24 % berasal dari turbin angin.
4. Porsi terbesar biaya sistem PLH adalah biaya awal penyediaan panel surya
sebesar 58%, dan diikuti oleh turbin angin dan batrei masing-masing 19 %,
serta untuk pengadaan converter sebesar 0,1 %.
Referensi
[1]
Gilman, P., Lambert, T., HOMER (Version 2.67) [Computer software], National
Renewable Energy Laboratory of United States Government, United States of America,
2005.
[2]
Buresh, M., Photovoltaic Energy Sistem Design and Installation, McGraw Hill Book
Company, United States of America, 1983.
[3]
Burton, T., Sharpe, D., Jenkins, N., Bossanyi, R., Wind Energy Handbook. England,
John Wiley & Sons Ltd., 2001.
[4]
Alliance for Rural Electrification, Hybrid Power Sistem Based on Renewable Energies: A
Suitable
and
Cost-Competitive
Solution
for
Rural
Electrification,
2008,
http://www.ruralelec.org.
[5]
Bekele, G., Palm, B., Feasibility Study for A Standalone Solar-Wind-Based Hybrid
Energy Sistem for Application in Ethiopia. Applied Energy, Vol. 87 (2010), 487-495.
[6]
Hrayshat, Eyad S., Techno-Economic Analysis of Autonomous Hybrid PhotovoltaicDiesel-Battery Sistem, Energy for Suitainable Development, Vol. 13, Pp. 143-150, 2009.
[7]
Nandi, Sanjoy K., Ghosh, Himangshu R., Techno-Economical Analysis of Off-Grid Hybrid
Sistems at Kutubdia Island, Bangladesh, Energy Policy, Vol. 35 (2010), 976-980.
[8]
SWERA-Data for Solar and Wind Renewable Energy, (Jan, 2011): http://swera.unep.net/
69