Вы находитесь на странице: 1из 5

BLOK BASIC MEDICAL SCIENCE-1

SELF LEARNING REPORT


JIGSAW SMALL GROUP DISCUSSION-3
KELAINAN DARAH
LEUKEMIA

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh:
Marsaa Paramita
G1G013010

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2014

1. Gambaran Umum
Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang
ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah
abnormal atau sel leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol
dari sel darah immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. Sel leukemik
tersebut juga ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi jaringan
retikuloendotelial seperti limpa, hati dan kelenjar limfe (Rofinda, 2012: 68). SDP
bentuk pengukuran jumalah leukosit dalam tubuh. SDP pada leukosit bisa
berjumlah lebih sedikit atau lebih banyak dari normalnya. Pada leukimia, hitungan
SDPnya dapat mencapai 500.000/mm3, dibandingkan dengan nilai normalnya
yaitu 7.000/mm3. Walaupun jumlah leukosit meningkat, kemampuan dalam
menginvasi organisme lain mejadi berkurang karena sebagian besar leukosit yang
dihasilkan adalah abnormal maupun imatur sehingga tidak bisa menjalankan
fungsi pertahanannya dengan baik (Sherwood, 2011: 433).
Leukemia diklasifikasikan berdasarkan tipe sel, baik menurut maturitas sel
maupun turunan sel. Berdasarkan maturitas sel, leukemia dibedakan atas akut dan
kronik. Jika sel ganas tersebut sebagian besar immatur (blast) maka leukemia
diklasifikasikan akut, sedangkan jika yang dominan adalah sel matur maka
diklasifikasikan sebagai leukemia kronik. Berdasarkan turunan sel, leukemia
diklasifikasikan atas leukemia mieloid dan leukemia limfoid. Kelompok leukemia
mieloid meliputi granulositik (mieloblastik) kronik dan mieloblastik akut.
Sedangkan untuk kelompok leukemia limfoid meliputi leukemia limfositik
(limfoblastik) kronik dan leukemia limfoblastik akut (Rofinda, 2012: 68).
2. Etiologi
Pada dasarnya, faktor-faktor penyebab penyakit leukemia ini sebagian besar tidak
dapat diidentifikasi, akan tetapi ada beberapa faktor yang telah terbukti dapat
menyebabkan leukemia diantaranya yaitu faktor genetik, sinar radioaktif, dan
virus (Handayani dan Haribowo, 2008: 88-89).

a. Faktor Genetik
Jarang sekali ditemukan leukemia familial, tetapi kelihatannya terdapat
insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang menderita
penyakit ini dan insiden ini dapat meningkat hingga 20% pada kembar monozigot.
Kemudian insiden pada anak-anak yang menderita penyakit genetik, seperti down
sindrom, memiliki angka 20 kali lebih banyak daripada yang normal.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian leukemia mieloblastik (AML) dan
leukemia granulositik kronis (LGK) jelas sekali meningkat sesudah tepapar sinar
radioaktif. Akhir-akhir ini dapat dibuktikan bahwa penderita suatu penyakit yang
diobati dengan sinar radioaktif akan menderita leukemia dengan persentase 6%
dan baru akan terjadi sesudah 5 tahun.
c.

Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan keukemia pada binatang.


Akan tetapi sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia
pada manusia adalah virus. Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian
yang mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia adalah enzyme reverse
transcriptase yang telah ditemukan dalam darah manusia. Enzim ini ditemukan
dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe c, yaitu jenis RNA yang
menyebabkan leukemia pada binatang.
3. Patofisiologi
Pada penyakit ini, dihasilkan leukosit yang imatur atau abnormal dalam
jumlah berlebih dan leukosit-leukosit tersebut meninvasi ke berbagai organ
tubuh. Sel leukosit yang abnormal ini diakibatkan oleh sebuah faktor genetik
yang

mengganggu

aktivitas

faktor

transkripsi

yang

diperlukan

untuk

mendiferensiasikan sel leukosit yang normal. Kemudian sel-sel leukemik ini

berinfiltrasi ke dalam sumsum tulang belakang, mengganti unsur-unsur sel


normal. Akibatnya timbul anemia karena produksi sel darah merah yang
terganggu. Timbul pendarahan juga akibat dari berkurangnya jumlah trombosit
yang bersirkulasi. Infeksi juga dapat terjadi karena berkurangnya jumlah leukosit
normal. Invasi sel-sel leukemik ke dalam organ-organ vital menimbulkan
hepatomegali, splenomegali dan limfadenopati.
4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita leukemia ini berupa rasa lelah,
demam tanpa infeksi, penurunan berat badan, rasa penuh pada perut, kadangkadang disertai dengan rasa nyeri pada perut, dan mudah sekali mengalami
pendarahan baik itu di oral maupun di dermal ataupun retina. Pada pemeriksaan
fisik juga hampir ditemukan splenomegali (pembengkakan limpa), limfanodepati,
dan hepatomegali. Terkadang juga terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
Kemudian ditemukan juga pada beberapa kelompok seperti Leukemia
mieloblastik akut, terdapat gejala seperti petekie dan hipertropi gusi (Mansjoer,
2009: 561-563).
5. Manifestasi Oral
Manifestasi oral pada penderita leukemia ini adalah terjadinya infiltrasi gusi
yang dapat mengakibatkan hipertropi gingiva, khususnya pada leukemia
mieloblastik akut (Burke: 2006). Selain itu penderita leukemia juga sering
mengalami pendarahan di gusi terutama saat menyikat gigi dan rasa nyeri akibat
pembengkakan pada gigi geraham bawah (Kano dkk, 2013: 25). Kemudian
ditemukan juga pembengkakan gingiva, borok, pendarahan, ulserasi, perubahan
tulang, dan infeksi. Pembengkakan gingiva itu disebabkan oleh jumlah trombosit
di bawah 10 000 sampai 20.000 / mm3 ( Araujo dkk, 2012: 167).
6. Relevansi Dengan Kedokteran Gigi
Dokter gigi dapat memainkan peran penting dalam penyakit sebagai
pengidentifikasi awal gejala leukemia akut karena banyak menifestasi yang terjadi
pada oral. Dokter gigi juga harus akrab dengan intervensi terapi untuk penyakit

neoplastik ganas ini dan pengobatannya terkait komplikasi pada oral. Dokter gigi
memiliki peran dalam pengelolaan komprehensif pasien dengan penyakit
neoplastik ganas ini sebelum, selama dan setelah pengobatan. Sadar akan
manifestasi suatu penyakit, dapat membantu dalam diagnosa pengobatan dan
tindak perawatan untuk selanjutnya (Kano dkk, 2013:27).
7. Referensi
Araujo, S., Castro, P., Silva. B. A., Siqueira C. R., Volpato, L. E., 2012, Oral
Manifestations Leading To The Diagnosis Of Acute Lymphoblastic
Leukemia In A Young Girl, Journal Of Indian Society Of Pedodontics And
Preventive Dentistry, 30 (2): 166-168
Bezt, C. L., Sowden, L. A., 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5, EGC:
Jakarta
Burke, J. M., 2006, Dx/Rx: Leukemia, Jones And Bartlett Publishers Dx/Rx
Oncology Series: United State
Handayani, W., Haribowo, S., 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Hematologi, Salemba Medika: Jakarta
Kano, H., Kobayashi, T., Niimil, K.,Odha, Y., Saito, C., Saito, D., 2013, Oral
manifestations of acute promyelocytic leukemia: A case report, Open
Journal of Stomatology, 3(1): 25-27
Mansjoer, A., Savitri, R., Setiowulan, W.,Triyanti, K.,Wardhani, W.I., 2009,
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI: Jakarta
Rofinda, Z. D., 2012, Kelainan Hemostasis pada Leukemia, Jurnal Kesehatan
Andalas, 1(2): 68-74
Sherwood, L., 2011, Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem, EGC: Jakarta

Вам также может понравиться