Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
5.
135040101111027
135040101111044
135040101111047
135040101111054
135040101111055
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Terjadinya
kesenjangan
sosial
sehingga
disparitas
pendapatan
pemerintah
telah
berupaya
memberikan
prioritas
dengan
telah
menjadi
salah
satu
pilar
dalam
strategi
1.2
Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat memahami kebijakan pertanian yaitu kebijakan
mengenai kredit pertanian
2. Agar mahasiswa dapat mengerti perkembangan kebijakan kredit pertanian
di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dari pola tata hidup pertanian yang selalu terkait dengan keadaan alam, luas
tanah garapan, pola tanam, dan musim.
Kredit sektor pertanian ini secara tehnis perkreditan dan sosial
ekonomi memerlukan suatu kajian secara khusus, hal ini tidak terlepas faktorfaktor kehidupan petani, pedesaan, kepadatan penduduk, semakin sempitnya
tanah garapan, adat istiadat dan tata kehidupan yang tidak berubah, serta
kemampuan SDM petani itu sendiri. Kalau kita perhatikan, perbankan rasanya
belum serius memberdayakan agrikultur. Rata-rata proporsi kredit Investasi
untuk pertanian hanya 12.13 % sedang untuk industri 32.13 % dan jasa 36.87
%. Disamping itu, kredit modal kerja untukl pertanian hanya 6.05 % jauh
lebih kecil bila dibandingkan dengan kredit ke industri yang rata-rata 37.67 %
dan jasa 23.39 %. Lagi pula hanya bank-bank pemerintah yang dominan
memberikan kredit ke sektor ini, dengan menyumbang 61 % dari total kredit
ke sektor pertanian. Dari sebanyak 131 bank yang ada, hanya 4 % saja yang
peduli dengan sektor pertanian.
2.2
tumbuh 17.66 % menjadi Rp. 147.1 Triliun per oktober 2007 dibandingkan
dengan Desember 2006. Meski terjadi pertumbuhan kredit yang cukup
signifikan, perbankan nasional ternyata masih mampu menekan non
performing loans (NPL) nya. NPL (gross) perbankan turun dari 6.98 %
menjadi 5.63 %. Fungsi intermidiasipun membaik, yang tercermin dari
meningkatnya loan to deposit ratio (LDR), menurut data Bank Indonesia (BI)
LDR perbankan saat ini berada pada level 69 %.
Arah Kebijakan Perbankan 2008, Info Bank, Edisi Januari 2008. Bank
Indonesia dalam tahun 2008 ini telah mencanangkan sebagai tahun gerakan
edukasi masyarakat, dimanana sejak awal Januari 2008 terus digelar program
dengan tema AYO KE BANK , tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mewujudkan masyarakat yang makin bijaksana dalam mengelola keuangnya
sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dimasa depan. Tujuan program
edukasi perbankan ini bukan hanya semata-mata menjaring nasabah, tetapi
juga membangun kesadaran tentang hak dan kewajiban, cara penyelesaian jika
terjadi ketidak sepahaman, maupun untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat mengenai produk dan jasa perbankan yang ditawarkan.
Meski telah terjadi peningkatan fungsi intermidiasi, harus diakui
bahwa peningkatan tersebut belum terlihat optimal. Karena permintaan
(demand) kredit dari sektor riil masih terbatas, belum lagi perilaku perbankan
yang cenderung risk overs alias menghindari resiko dan operasi bank yang
belum efisien. Untuk itu Bank Indonesia sebagai regulator harus
mengeluarkan beberapa kebijakan yang mampu mendorong pertumbuhan
kredit, sehingga dana dana perbankan tidak hanya tersimpan dalam
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) saja tetapi disalurkan pada masyarakat dalam
bentuk kredit. Dengan berlakunya Undang Undang No.23 Tahun 1999 yang
diperbaruhi dengan Undang Undang No. 3 tahun 2004 tentang Bank
Indonesia, lembaga keuangan (bank) didorong untuk dapat lebih mandiri dan
mampu melaksanakan pengerahan dana masyarakat dengan menyalurkan
kredit secara lebih mantap dengan mengurangi ketergantungannya pada
3.1.3. BLM/BPLM/PMUK
Departemen Pertanian memperkenalkan program Penigkatan
Ketahanan Pangan (PKP) pada tahun 2001 dengan menggunakan dana
BLM. Dana BLM ini merupakan dana bergulir yang disalurkan
langsung ke kelompok tani (klomtan).
Pada tahun 2002, Deptan juga meluncurkan program yang
disebut Proyek Pembangunan Agribisnis berbasis Komunitas (PPABK)
melalui Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM). BPLM
merupakan design ulang dari BLM dalam konteks desentralisasi yaitu
pengelolaan di tingkat kabupaten/kota dengan melibatkan penyuluh
pertanian dalam peningkatan kapasitas petani dalam kredit, seleksi
group dan monitoring.
Pada tahun 2003, dengan adanya Program Pemberdayaan
Masyarakat Agribisnis melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok
(PMUK), BPLM lebih difokuskan untuk lebih menitikberatkan pada
penguatan modal dalam klomtan, meneruskan pola perguliran modal
dan memperkuat modal kelompok.
3.1.4. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA)
sehingga
mampu
meningkatkan
taraf
hidup
dan
adanya
kerjasama
kelompok
yang
saling
Teknologi
Pertanian/
Primatani,
Proyek
Peningkatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kredit pertanian memiliki peranan yang sangat signifikan dalam sejarah
pelaksanaan program pembangunan pertanian di Indonesia. Selain sebagai faktor
pelancar, kredit juga berfungsi sebagai simpul kritis pembangunan yang efektif,
sehingga kredit pertanian tetap harus tersedia. Sejarah kredit pertanian diawali
dengan adanya kredit program untuk Padi Sentra pada tahun 1963 dan dilanjutkan
dengan Program Bimas pada tahun 1966 dan 1969 menjadi Bimas Gotong
Royong. Pada tahun 1970 Bimas Gotong Royong diubah menjadi Bimas yang
Disempurnakan sampai dengan tahun 1985. Pada tahun 1985 Kredit Bimas
diganti dengan Kredit Usaha Tani (KUT). Kredit program sektor pertanian
tersebut digulirkan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program
intensifikasi padi. Namun sejak digulirkannya KUT, cakupan komoditas yang
dapat dilayani menjadi lebih banyak yaitu padi, palawija dan hortikultura.. Sejak
dikeluarkannya UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia
tidak lagi mengeluarkan KLBI untuk pendanaan kredit program (termasuk KUT),
sehingga semua kredit program yang bersumber dari KLBI dihapuskan mulai
rahun 2000. Sebagai pengganti skim pembiayaan pertanian maka diluncurkan
skim Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Mekanisme penyaluran KKP mirip
dengan KUT dengan beberapa penyesuaian pada tingkat pelaksana kredit.
Kemudian dilanjutkan dengan Proyek Peningkatan Pendapatan Petani/Nelayan
Kecil (P4K), Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian / SP3, dan Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan/ PUAP
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat mengetahui
Kebijakan Pemerintah dalam Kredit Pertanian. Selain itu, saran dan kritik dari
para pembaca juga sangat dibutuhkan demi perkembangan bahasan makalah ini
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari. 2009. Optimalisasi kebijakan Kredit Program Sektor Pertanian di Indonesia.
Pusat Analisis social Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Aulia Pohan, 2008, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta
Daromi Sunardji, 1988, Manajemen Bank, Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UII,
Yogyakarta.
Esmi Warassih, 2005, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Suyandaru Utama,
Semarang.
Fuady Munir, 1999, Hukum Perbankan Modern, Citra Adtya Bakti, Bandung.
Ghozali Imam, 2007, Manajemen Resiko Perbankan, badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Pasaribu Sahat,dkk. 2007. Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian. Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijkan Pertanian.