Вы находитесь на странице: 1из 4

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO.

1/JANUARI/2011

Hubungan Pemberian Zink dengan Hitung Limfosit dan


Lama Rawat Inap pada Anak dengan Infeksi Virus Dengue
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
The Association Between Administration of Zinc and Lymphocyte Count
and Length of Stay in Children with Dengue Virus Infection
at RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Imelda Panggabean
Divisi Pediatri Infeksi dan Penyakit Tropis, Ilmu Kesehatan Anak
FK UNS-RSUD Dr. Moewardi Surakarta

ABSTRACT
Background. In theory, lymphocyte count increases in pediatric patients with dengue virus infection,
because this infection increases apoptosis process and activation of T lymphocyte function, Th1 cytokine
production, and B lymphocytes. Administration of zinc is hypothsized to affect immunity changes as
shown by these biomarkers. This study aimed to examine the effect of zinc on lymphocyte count and
length of stay in pediatric patients with dengue virus infection.
Methods. This study was a randomized controlled trial. A sample of 78 pediatric inpatients with
dengue virus infection was selected for study at Dr. Moewardi Hospital Surakarta, between October
2010 and March 2011. This sample was divided into 2 groups, consisting of 39 children receiving
standard therapy plus zinc and 39 children receiving standard therapy alone. The dependent variables
under study were lymphocyte count and length of stay (days) The independent variable was
administration of zinc. The mean difference in lymphocyte count and length of stay between the two
groups was tested by independent t, using SPSS version 17.0.
Results: No statistically significant difference in means was shown of lympocyte count between the
two groups (p=0.313), meaning that there is no association between administration of zinc and
lymphocyte count. In contrast, there was statistically significant difference in means of length of stay
(days) between the two groups (p=0.006). Patients receiving zinc had 0.62 days shorter length of stay
than those without zinc.
Conclusion: Administration of zinc is associated with shortening of length of stay but not associated
with lymphocyte count.
Keywords: children, dengue infection, zinc, lymphocyte, length of stay

PENDAHULUAN
Demam dengue merupakan penyakit demam akut
yang disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan
melalui perantara nyamuk Aedes aegypti. WHO
memasukkan Indonesia dalam strata A dengan
insidensi demam berdarah dengue (DBD) yang
tinggi, sehingga mengakibatkan tingginya angka
perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD
pada anak (WHO, 2008ab). Data kasus dengue di
RS Moewardi pada tahun 2009 menujukkan
terdapat 283 pasien anak menderita infeksi dengue
pada semua derajat, dan tujuh diantaranya meninggal
(RSUD Dr. Moewardi, 2009).
30

Apoptosis adalah modulator penting dari respons


imun selular selama fase infeksi virus. Analisis dari
sel darah tepi yang diperiksa pada 29 pasien dengue
di Taiwan, ditemukan 10 kasus memperlihatkan
peningkatan limfosit atipikal pada hari 8-10 demam
(Liu, 2002). Limfosit atipikal sebagai transformed lymphocytes (limfosit T dan B) yang dijumpai persentase
yang tinggi (20-50%). Hal ini khas untuk DBD
karena proporsinya sangat berbeda dengan infeksi
virus lain (0-10%) (Soedarmo et al., 2008). Sutaryo
et al. menyebutnya sebagai limfosit plasma biru
(LPB), yang ditemukan pada hari ke 3 panas dan
mencapai puncak pada hari demam keenam. Hari
kedua sampai hari kesembilan demam, tidak terdapat

IMELDA PANGGABEAN/ HUBUNGAN PEMBERIAN ZINK

perbedaan bermakna proporsi LPB pada DBD


dengan ataupun tanpa syok (titik potong/ cut-off point
LPB 4%) (Soetaryo et al. 1999). Jumlah limfosit
absolut dan relatif akan meningkat pada kejadian
DD, DBD, dan SSD (Ardianto, 2002).
Demam Berdarah Dengue didiagnosis
berdasarkan kriteria WHO, pemeriksaan laboratoris,
pemeriksaan serologis, isolasi virus, dan metode
molekular. Terapi DBD adalah bersifat suportif dan
simtomatis. Dalam pemberian terapi cairan, hal
terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan
baik secara klinis maupun laboratoris.
Zink merupakan mineral penting yang terlibat
dalam aktivitas katalisis hampir 100 enzim dan
memegang peranan penting dalam imunitas tubuh.
Pada sejumlah penelitian yang melibatkan manusia
dan hewan percobaan dilaporkan defisiensi zink akan
menekan fungsi imun dan menimbulkan resistensi
terhadap penyakit infeksi. Studi yang lebih spesifik
menemukan pemberian suplemen zink secara
bermakna mengurangi insidensi dan lama rawat dari
anak dengan diare (Soebagyo, 2008). Penelitian lain
yang dilakukan di Jakarta dimana ditemukan kadar
zink yang rendah secara bermakna pada 34 dari 44
pasien dengue yang pada semua derajat menujukkan
peningkatan limfosit (Widagdo, 2009). Pemberian
zink pada penderita infeksi dengue diharapkan selain
melindungi integritas endotel, juga menurunkan
kadar mikotoksin yang mencetuskan apoptosis dari
produksi atau aktivitas biologi berbagai sitokin yang
berdampak terhadap perkembangan dan fungsi
limfosit T, limfosit B, makrofag, dan sel natural killer.
Mekanisme pasti zink mempengaruhi apoptosis
endotel masih belum dapat dijelaskan (Sazawal et
al., 2006; Widagdo, 2009).
SUBJEK DAN METODE
Penelitian ini merupakan randomized controlled trial
(RCT) untuk menguji terjadinya penurunan kadar

limfosit dan pemendekan masa rawat inap pasien anak


dengan dengue yang diterapi dengan zink. Populasi
sasaran pada penelitian ini adalah anak-anak dengan
demam dengue dan demam berdarah dengue pada
semua derajat. Populasi terjangkau pada penelitian
ini adalah anak berusia lebih dari dan sama dengan
1 tahun dan kurang dan sama dari 18 tahun yang
dirawat di ruangan perawatan anak Dr. Moewardi,
Surakarta antara Oktober 2010 Maret 2011.
Kriteria inklusi untuk memperoleh sampel meliputi
semua anak berusia > 1 tahun dan < 18 tahun,
memenuhi kriteria diagnosis WHO, pemeriksaan
IgM anti dengue (+), dan orang tua/ wali
menandatangani informed consent penelitian. Kriteria
eksklusi sampel adalah penderita datang dalam
keadaan syok dan telah diketahui menderita kelainan
hematologi sebelumnya. Sampel sebesar 78 anak
dengan infeksi dengue yang dipilih secara acak dari
populasi terjangkau, kemudian dibagi ke dalam dua
kelompok. Sebanyak 39 anak diberi terapi Zinc
sedang 39 anak lainnya diberi terapi standar..
Variabel bebas yang diteliti adalah pemberian
zink. Variabel tergantung adalah kadar limfosit dan
masa rawat inap (hari). Variabel limfosit dan lama
rawat inap dideskripsikan dalam mean dan SD.
Perbedaan mean kadar limfosit dan lama rawat inap
antara kedua kelompok diuji dengan uji t
independen. Data dianalisis dengan menggunakan
SPSS 17.0.
HASIL-HASIL
Penelitian RCT ini dilakukan selama periode bulan
Oktober 2010 hingga Maret 2011. Didapatkan 78
anak usia 1-18 tahun yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi penelitian. Karakteristik dasar dari tiap
subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Analisis terhadap data awal (baseline) penelitian
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara

Tabel 1 Tabel deskripsi karakteristik sampel awal (baseline)


Variabel
hemoglobin (mg/dl)
hematokrit (%)
trombosit (10 3/l)
3
leukosit (10 / l)
limfosit (%)

Zn+Terapi Standar
n
Mean
SD
39
12.42
1.16
39
37.66
2.96
39
69.95
25.71
39
3.58
1.32
39
46.20
3.10

n
39
39
39
39
39

Terapi Standar
Mean
SD
12.51
1.31
38.10
2.93
68.15
26.17
3.54
1.26
47.39
7.83

t
0.32
0.67
0.37
0.14
0.88

p
0.750
0.508
0.761
0.889
0.382

31

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

statistik signifikan (p>0.05) antara kelompok yang


diberi dan tidak diberi zink (Tabel 1), baik dalam
variabel hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit,
maupun limfosit. Kesebandingan distribusi variabelvariabel tersebut (termasuk semua variabel perancu
lainnya) menunjukkan keberhasilan prosedur
randomisasi dalam membuat seimbang kedua
kelompok subjek.
Tabel 2.Hasil uji t tentang perbedaan mean limfosit antara
kelompok terapi standar plus zink dan kelompok terapi
standar saja
Kelompok
Zink + Terapi Standar
Terapi Standar

n
39
39

Limfosit setelah perlakuan


Mean
SD
t
p
49.42 5.73 0.33 0.313
50.93 5.12

Tabel 2 menunjukkan tidak terdapat perbedaan


mean kadar limfosit yang secara statistik signifikan
antara kelompok terapi standar yang diberi zink dan
tidak diberi zink (p=0.313). Dengan kata lain, tidak
terdapat hubungan antara pemberian zink dan kadar
limfosit.
Tabel 3 Hasil uji t tentang perbedaan beda mean rawat inap
(hari) antara kelompok terapi standar plus zink dan
kelompok terapi standar saja
Kelompok
Zn + Terapi Standar
Terapi Standar

n
39
39

Masa Rawat Inap (hari)


Mean
SD
t
p
4.00
1.15 2.696 0.004
4.62
0.85

Tabel 3 menujukkan terdapat perbedaan mean


lama rawat inap yang secara statistik signifikan antara
kelompok subjek yang diberi terapi standar plus zink
dan kelompok subyek yang hanya diberi terapi
standar (p=0.004), Rata-rata lama rawat inap pada
kelompok subjek yang mendapatkan zink adalah 0.62
hari lebih pendek daripada kelompok subjek yang
tidak mendapatkan zink.

perkembangan dan fungsi limfosit T, limfosit B,


makrofag, dan sel natural killer. Mekanisme pasti zink
mempengaruhi apoptosis endotel masih belum dapat
dijelaskan (Sazawal et al., 2006; Widagdo, 2009).
Hasil
utama
penelitian
ini
tidak
memperlihatkan penurunan kadar limfosit yang
secara statistik signfikan (p=0.313) setelah pemberian
zink seperti yang diharapkan peneliti. Penelitian ini
tidak mendukung teori bahwa pemberian zink dapat
menekan proses apoptosis sel yang merupakan
mekanisme utama dari kematian sel pada tubuh,
ditandai dengan aktivasi limfosit. Tetapi hasil lainnya
dari penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan
mean lama rawat inap (hari) yang secara statistik
signfikan (p=0.006) setelah pemberian zink.
Meskipun secara klinis pemberian zink hanya
memperpendek lama rawat inap sebesar 0.62 hari
per pasien, tetapi secara agregat dalam sekelompok
besar pasien penurunan lama rawat inap tersebut
dapat menurunkan biaya kesehatan yang bermakna.
Kekuatan penelitian ini adalah penggunaan RCT
yang dapat mengontrol semua faktor perancu yang
diketahui maupun tidak diketahui oleh peneliti.
Kelemahan/ kendala penelitian ini terletak pada aspek
teknis, yaitu membutuhkan waktu yang lama untuk
menyaring subjek yang memenuhi kriteria inklusi
oleh karena pasien yang datang dengan keluhan
demam seringsekali walaupun secara klinis memenuhi
kriteria WHO tetapi setelah pemeriksaan darah tepi
serial dan IgM antidengue, tidak ditemukan bukti
yang mendukung subjek terinfeksi dengue. Selain itu
penelitian ini terkesan tidak praktis karena
dibutuhkannya pantauan berulang terhadap kadar
limfosit subjek setelah perlakuan.

PEMBAHASAN

Kesimpulan dan Implikasi. Penelitian ini


menyimpulkan tidak terdapat penurunan hitung
limfosit yang secara statistik signifikan (p=0.313)
setelah pemberian zink, tetapi terdapat penurunan
lama rawat inap (hari) yang secara statistik signifikan
(p=0.004) setelah pemberian zink.

Pemberian zink pada penderita infeksi dengue


diharapkan selain melindungi integritas endotel, zink
juga menurunkan kadar mikotoksin yang
mencetuskan apoptosis dari produksi atau aktivitas
biologi berbagai sitokin yang berdampak terhadap

Implikasi klinis, zink dapat diberikan sebagai


tambahan terapi standar pada pasien dengue untuk
memperpendek masa rawat inap. Perlu
direkomendasikan penambahan zink pada
penatalaksanaan pasien anak dengan dengue untuk
memperpendek masa rawat inap oleh karena akan

32

IMELDA PANGGABEAN/ HUBUNGAN PEMBERIAN ZINK

menghemat biaya baik bagi pasien, keluarga, maupun


rumah sakit. Jika hasil ini dikumpulkan dalam skala
yang lebih besar akan menghemat lebih banyak biaya.

Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI


(2008). Buku ajar infeksi dan pediatri tropis.
Jakarta: BP IDAI. hal. 109 345.

DAFTAR PUSTAKA

Sutaryo, Sumadiono, Sunarto (1999). Uji diagnostik


limfosit pironinofilik pada demam berdarah
dengue pada anak. www.ilib.ugm.ac.id/jurnal/
download. ph. Diakses Maret 2010.

Ardianto B, Sumadiono, Sutaryo (2002). Jumlah


limfosit absolut dan relatif pada infeksi dengue.
Berkala Ilmu Kedokteran, 34, h. 221-28
Liu CC, Huang KJ, Lin YS (2002). Transien CD4/
CD8 ratio enversion and immune deviation
during dengue virus infection. www.ncku.edu.tw~
microbio/ teacher/lys.htm. Diakses Maret 2010.
RSUD Dr. Moewardi (2009). Data penderita demam
berdarah dengue di RSUD Dr. Moewardi. Data
tidak dipublikasikan.
Sazawal S, Black RE, Bhan MK (2006). Efficacy of
zink supplementation in reducing the incidence
and prevalence of acute diarrhea community
based, doubleblind, controlled trial. Diunduh
dari: www.ajcn.org/cgi/content/ abstract/ 66/2/
413. Diakses Maret 2010.

WHO (2008a). Regional guidelines on dengue/


DHF prevention and control. Dengue in
Indonesia. http://www.searo.who.int/EN.
Diakses 12 September 2008.
WHO (2008b). DHF laboratory diagnosis. http://
www.searo.who.int/
EN/
Section10/
Section332/Section554_2566.htm. Diakses 19
September 2008.
Widagdo (2009). Blood zink levels and clinical
severity of dengue hemorrhagic fever in children.
www.tm.mahidol.ac.th/seameo/2008_39_4/
05-4195.pdf. Diakses Maret 2010.

33

Вам также может понравиться