Вы находитесь на странице: 1из 9

FISIOLOGI, IMUNOLOGI, KEDOKTERAN

Sistem Imunitas Alamiah Tubuh


(Non Spesifik)
Dalam aktifitas sehari-hari, kita mungkin pernah tertusuk duri atau terluka
karena jatuh. Mungkin saja kulit kita yang terluka tersebut menjadi salah satu
jalan masuk bagi bakteri maupun mikroorganisme patogen lainnya. Jika
dibiarkan, mereka pun bisa menyebabkan infeksi di area sekitar luka tersebut.
Lama-lama, mereka tentu mampu merusak sel-sel kulit yang ada di sana.
Lalu, bagaimana tubuh kita meresponnya jika hal itu benar-benar terjadi?
Allah swt telah memberikan sebuah grand desain untuk menanggulangi
masalah ini, yaitu dengan membuat semacam mekanisme pertahanan
(immunity) untuk tubuh kita. Nah, sistem pertahan tubuh ini sebenarnya
sungguh amatlah rumit dan sangatlah kompleks. Jika semua dijelaskan,
mungkin butuh beratus-ratus halaman ensiklopedia untuk menjabarkannya.
Namun, setidaknya tulisan dibawah ini bisa menjelaskan secuil informasi
mengenai sistem pertahanan tubuh, khususnya untuk respon imun alamiah
atau non spesifik.
Jika kita bicara mengenai infeksi bakteri ataupun mikroorganisme, tentu saja
tubuh kita pertama kali meresponnya dengan respon imun yang telah ada
semenjak kita lahir. Respon imun ini disebut respon imun alamiah,innate,
atau non spesifik, maksudnya ia tidak membeda-bedakan jenis
mikroorganisme apa yang menginvasi, karena ia non spesifik. Apapun jenis
mikroorganisme yang mampu menginfeksi, semua itu pula yang dilibasnya.
Sistem imun non spesfik, sebenarnya ada dua komponen, yaitu:

1.

proteksi fisik, mekanik dan biokimia: yaitu pertahanan terluar tubuh,


seperti kulit, pH asam dari keringat dan sekret sebasea, air mata, mukus di
saluran napas, HCl di lambung, empedu di duodenum, dan sebagainya.

2.

proteksi melalui barier humoral dan seluler: contohnya Fagositosis dan


Inflamasi.
Fagositosis
Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel
fagosit, dengan jalan mencerna mikroorganisme/partikel asing hingga
menghancurkannya berkeping-keping. Sel fagosit ini terdiri dari 2 jenis, yaitu
fagosit mononuklear dan polimorfonuklear. Fagosit mononuklear contohnya
adalah monosit (di darah) dan jika bermigrasi ke jaringan menjadi makrofag.
Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu netrofil, eusinofil,
basofil dan cell mast (di jaringan). Supaya proses ini bisa terjadi, suatu
mikroorgansime harus berjarak dekat dengan sel fagositnya.
Proses fagositosis adalah sebagai berikut:

1.

Pengenalan
(recognition),
yaitu
proses
mikroorganisme/partikel asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.

dimana

2.

Pergerakan (chemotaxis); setelah suatu partikel mikroorganisme


dikenali, maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut. Proses ini
sebenarnya belum dapat dijelaskan, akan tetapi kemungkinan adalah karena
bakteri/mikroorganisme mengeluarkan semacam zatchemo-attract seperti
kemokin yang dapat memikat sel hidup seperti fagosit untuk
menghampirinya.

3.

Perlekatan (adhesion); setelah sel fagosit bergerak menuju partikel


asing, partikel tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel
fagosit. Proses ini akan dipemudah apabila mikroorganisme tersebut
berlekatan dengan mediator komplemen seperti opsonin yang dihasilkan
komplemen C3b di dalam plasma (opsonisasi).

4.

Penelanan (ingestion); ketika partikel asing telah berikatan dengan


reseptor di membran plasma sel fagosit, seketika membran sel fagosit
tersebut akan menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan
menelannya hidup-hidup ke dalam sitoplasma. Sekali telan, partikel tersebut
akan masuk ke sitoplasma di dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang
disebut fagosom.

5.

Pencernaan (digestion); fagosom yang berisi partikel asing di dalam


sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom.
Lisosom yang berisi enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan
peroksidase, berfusi dengna fagosom membentuk fagolisosom. Enzim-enzim
tersebut pun tumpah ke dalam fagosom dan mencerna seluruh permukaan
partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/ bagian dari
partikel asing tersebut, akan berikatan dengan sebuah molekul kompleks
yang bertugas mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan, molekul ini
dikenal dengan MHC (major histocompatibility complex) untuk dikenali oleh
sistem imunitas spesifik.

6.

Pengeluaran (releasing); produk sisa partikel asing yang tidak dicerna


akan dikeluarkan oleh sel fagosit.

(gambar 1 proses fagositosis)


Inflamasi
Inflamasi merupakan respon yang terjadi untuk melindungi tubuh dari
penyebab kerusakan sel, seperti mikroba atau toksin, dan konsekuensi dari
kerusakan sel tersebut, seperti nekrosis sel atau jaringan. Respon inflamasi
terjadi pada jaringan ikat yang mempunyai pembuluh darah, dan melibatkan
pembuluh darah, plasma dan sel-sel dalam sirkulasi. Selain itu, inflamasi juga
melibatkan matriks ekstra seluler di jaringan, seperti protein yang berstruktur
serat (kolagen dan elastin), molekul adhesi dan proteoglikan.

Sebenarnya, agak sulit membuat definisi tersendiri untuk inflamasi ini, akan
tetapi yang jelas, proses inflamasi ini adalah kumpulan dari 4 gejala
sekaligus,
yaitu dolor (nyeri),
rubor (kemerahan),
calor (panas)
dan tumor (bengkak). hal ini terjadi karena:

dilatasi pembuluh darah setempat, menyebabkan aliran darah


meningkat, menghasilkan rubor dan calor.

peningkatan permeabilitas kapiler, menyebabkan cairan keluar dari sel


dan pembuluh darah, begitu juga dengan leukosit, terutama netrofil PMN,
makrofag dan monosit, sehingga menghasilkan dolor dan tumor.
Proses inflamasi adalah sebagai berikut:

1.

Signalling. Ketika mikroba masuk ke dalam jaringan yang berada di


sekitar pembuluh darah, yang pertama kali terangsang di jaringan adalah
makrofag. Makrofag ini kemudian akan menegeluarkan mediator inflamasi
yaitu interleukin-1 (IL-1) dan tumour necrosis factor (TNF). Kedua molekul
mediator ini menginduksi sel endotel pembuluh darah untuk
mengekspresikan molekul adhesi yaituselectin-E (CD62E) dan selectin-P.
(sebenarnya, selain kedua jenis selectin ini, ada lagi jenis molekul adhesi
yang diekspresikan endotel yaitu Immunoglobulin superfamily,seperti ICAM
dan VCAM). Molekul adhesi ini akan menarik leukosit yang
mengekspresikan molekul adhesinya yaituselectin-L (CD62L) (Molekul
adhesi leukosit lain bisa berupa integrin LFA-1, Mac-1, dll). Ketika leukosit
lewat di sekitar endotel yang mengekspresikan selectin-E dan selectinP ini,selectin-L di leukosit tersebut akan menimbulkan perlekatan yang lemah
dengan kedua molekul tersebut, sehingga leukosit perlahan akan melekat
dengan endotel.

2.

Rolling. Setelah terjadi perlekatan lemah antara leukosit dan endotel,


perlahan-lahan ikatan ini menjadi kuat dan semakin kuat. Bahkan aliran darah
tidak dapat melepaskan ikatan ini. Leukosit pun akan menggelinding di
sepanjang endotel pembuluh darah. Perlekatan antara leukosit dan endotel
menjadi semakin kuat karena aktivasi oleh faktor kemotaktik seperti leukotrin
B4,platelet activating factordean Interleukin-8 dengan cara kerja
meningkatkan afinitas molekul adhesi leukosit untuk molekul adhesi endotel.

3.

Emigrasi. Setelah terjadi perlekatan yang lebih kuat antara leukosit


dengan endotel, sel leukosit pun berhenti menggelinding. Seketika, leukosit
menembus dinding endotel tersebut dengan proses diapedesis melalui celah
antar sel endotel.

4.

Kemotaksis. Ketika sel leukosit (berupa granulosit seperti netrofil dan


eosinofil) telah bermigrasi ke ekstrasel dari pembuluh darah, ia akan bergerak
ke arah jaringan yang diserang oleh mikroba tadi karena terangsang oleh zat
chemo-attract tertentu yang dihasilkan oleh mikroba (sama seperti
pengenalan sel di proses fagositosis).

5.

Fagositosis. Ketika sel leukosit telah bertemu dengan mikroba


penyebab kerusakan sel tersebut, ia akan memfagositnya. Produk dari
fagositosis akan menghasilkan bermacam eksudat sehingga jaringan di
sekitar area tersebut akan membengkak. Bisa juga apabila leukosit tersebut
mati, ia akan berubah menjadi abses atau nanah.

6.

Penglepasan Mediator Inflamasi. Sel leukosit yang telah bermigrasi


ke jaringan akan berubah fungsi menjadi sel mast. Granul-granul di dalam sel
mast segera dilepaskan ke area sekitar. Granul tersebut mengandung zat-zat
mediator inflamasi (cell derived mediator), contohnya adalah histamin dan
serotonin. Keduanya akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan

meningkatkan permeabilitas vaskuler supaya leukosit mudah bermigrasi ke


area tersebut. Selain dua contoh mediator di atas, ada lagi zat mediator
inflamasi lainnya yaitu plasma derived mediator yang dihasilkan oleh
komplemen. Contohnya adalah anafilatoksin yang meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah, opsonin yang mempermudah fagositosis
mikroba, kinin yang berefek vasodilatasi, dan lain-lain.
7.

Pemulihan. Ketika semua agen mikroba telah mati, inflamasi pun


berakhir perlahan. Biasanya jika inflamasi terjadi di bawah kulit, ia akan
pecah keluar kulit dan menumpahkan derivat inflamasi yang ada.

(gambar 2 proses inflamasi)

Demikianlah secuil mengenai mekanisme pertahanan tubuh alamiah kita.


Sungguh teratur dan sangat kompleks. Mudah-mudahan informasi ini
bermanfaat. Wallahualam bissawwab.
Referensi:
Imunologi Dasar FKUI
Imunologi dan Infeksi oleh DR.Dr.Hj.Eryati Darwin, PA.
Catatan Kuliah blok imunologi infeksi

Вам также может понравиться