Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKENARIO
Dokter Mulia, seorang ahli bedah, selalu manggunakan phetidine sebagai
analgesic pada pasien saat operasi. Phetidine dipakai secara luas oleh pada dokter
bedah saat operasi karena, di samping efektifitasnya sebagai analgesic tidak lagi
diragukan harganya pun murah. Belakangan penggunaan phetidine ini banyak
dipertanyakan karena obat ini adalah golongan narkotika sehingga dapat
menimbulkan ketergantungan dan intoleransi. Para ahli menyarankan untuk
menggunakan tramadol sebagai analgesic yang baru untuk menggantikan phetidine,
tetapi bagaimana efektifitasnya sebagai analgesic sampai saat ini belum diketahui. Dr.
Mulia berencana untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji
efektifitas tramadol tersebut sebagai analgesic saat operasi.
II.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Analgesik
hilangnya kesadaran
2. Phetidine
pemberian obat
6. Gol. Narkotika
intoleransi
7. Tramadol
sintesis pertama kali pada tahun 1962 dengan tujuan untuk menurunkan jumlah
common opioid adverse event.
III.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Dokter Mulia selalu menggunakan phetidine sebagai analgesic.
2. Phetidine adalah obat golongan narkotika yang dapat menimbulkan ketergantungan
dan intoleransi.
3. Para ahli menyarankan tramadol sebagai analgesic yang baru untuk operasi, namun
belum diketahui efektifitasnya.
4. Dokter Mulia merencanakan penelitian untuk menguji efektifitas tramadol sebagai
analgesic yang baru
Main Problem : 4 karena untuk menjawab pertanyaan utama dari scenario yaitu
menentukan rancangan penelitian yang tepat untuk menguji efektifitas tramadol
sebagai analgesic baru untuk operasi.
IV.
ANALISIS MASALAH
1. Apa dampak penggunaan phetidine yang secara meningkat dan luas?
Dampak penggunaan Phetidine secara meningkat dan meluas antara lain
2. Apakah ada hubungan side effect dari phetidine dengan manfaat penelitian?
Hubungan side effect Tramadol dengan manfaat penelitian adalah jika hasil
penelitian menunjukkan hasil yang baik (tidak ada side effect atau side effect nya
relative kecil ) maka bisa diaplikasikan dan dimasukkan dalam SOP operasi
bedah dan bahan edukasi untuk mahasiswa serta bermanfaat baik bagi pasien
karena side effect nya relative kecil
b) Mengapa Dokter Mulia dan para ahli tidak langsung menggunakan tramadol
sebagai analgesic saat operasi?
Karena Dr. Mulia belum terbukti efektifitasnya, dan tramadol belum
dimasukan dalam SOP
Berdasarkan fakta
Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian orang lain, jurnal kedokteran, dari bukubuku
Contoh Latar Belakang Dr. Murni :
Pemakaian phetidine di kalangan dokter bedah sangat meluas karena harganya
murah dan efektifitasnya tidak diragukan lagi oleh para ahli bedah. Namun,
phetidine termasuk golongan narkotika yang dapat menimbulkan ketergantungan
intoleransi.
Oleh karena itu diperlukan analgesic baru yang tidak mengakibatkan
ketergantungan dan intoleransi. Dr. Mulia ingin meneliti efektifitas & efek
samping Tramadol sebagai analgesic saat operasi.
1. Aplikasi Klinis
Apabila hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa penggunaan tramadol
lebih efektif dibandingkan petidin, maka kita akan dapat mengambil keuntungan
yang lain dari penggunaan tramadol yaitu lebih kecilnya angka kejadian mual
dan/atau muntah dibandingkan dengan petidin.
2. Pengembangan Ilmu
Variabel Dependen
: Tramadol
Analisis Data
-
m) Apa dampak hasil penelitian terhadap kemajuan dunia terapi dalam hal
penggunaan analgesic saat operasi?
Jika hasil penelitian baik dan terbukti bisa dijadikan usulan sebagai SOP operasi
bedah
n) Apa tindakan yang harus dilakukan setelah hasil penelitian uji efektifitas
tramadol hasilnya baik?
Dijadikan EBM untuk diajukan ke Standar Operasional Prosedur saat operasi.
V.
HIPOTESIS
Rancangan
penelitian
yang
sesuai
untuk
mengetahui
efektifitas
tramadol
VI.
LEARNING ISSUES
POKOK
WHAT I
WHAT I
WHAT I
HOW I
BAHASAN
KNOW
DONT
HAVE TO
WILL
Langkah-langkah
Definisi
penelitian
Jenis-jenis
Definisi
penelitian
KNOW
Langkah-
PROVE
Langkah-
LEARN
Jurnal
dan
langkah
langkah
text book
penelitian
penelitian
Jenis-jenis
penelitian
yang
dan
dengan
penelitian yang
akan dilakukan
Etika penelitian
Definisi
Etika
Dr.Mulia
yang Etika
yang Jurnal
harus
harus
text book
diterapkan
dijalankan oleh
dalam
Dr.
penelitian
dalam
Mulia
melaksanakan
penelitiannya
10
dan
Uji Klinik
Definisi
Penatalaksanaan Uji
uji
klinik Jurnal
klinik, adalah
dan
EBM
(Evidence Definisi
Based Medicine)
pengambilan
sesuai
sampel,
penelitian
untuk
Dr.
variable,
Mulia
Manfaat EBM Adanya
Jurnal
dalam
text book
dunia penerapan
SOP
Prosedur (SOP)
operasi
dalam
hasil penelitian
Dr. Mulia
dalam Mengusulkan
hasil
penelitian
Jurnal
dalam SOP
VII.
KERANGKA KONSEP
PHETIDINE
SIDE EFFECT
dan
EFFECT
11
dan
KETERGANTUNGAN
DAN INTOLERANSI
SELALU DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALGESIK
SAAT OPERASI
EFEKTIFITAS
TRAMADOL SEBAGAI
ANALGESIK SAAT
OPERASI
PENELITIAN UJI
KLINIK
LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN
VIII. SINTESIS
A. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti
langkah-langkah tertentu. Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam
melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut:
12
13
14
e). Tunjukkan cara data dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah.
f). Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta luibungannya dalam berbagai fase
penelitian.
4. Kesimpulan
a). Berikan kesimpulan dari hipotesis. nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang
mungkin diperoleh
b). Berikan implikasi dari kesimpulan. Jelaskan bebernpa implikasi dari produk
hipotesis dengan memberikan beberapa inferensi.
5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan
dengan masalah
Nyatakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi
yang mungkin ada manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah.
Dari pedoman beberapn ahli di atas, maka dapal disimpulkan balnwa penelitian
dengan mcnggunakan metode ilmiah sckurang-kurangnya dilakukan dengan langkahlangkah berikut:
5.1. Merumuskan serta mcndefinisikan masalah
Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan.
Untuk menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas.
Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci
(key words) yang terdapal dalam masalah Misalnya. masalah yang dipilih adalah
Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh?Berikan
definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya.
15
16
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesis. Data tersebut yang merupakan
fakta yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan. Bergantung dan
masalah yang dipilih serta metode pcnelitian yang akan digunakan. teknik
pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode
percobaan, misalnya data diperoleh dan plot-plot percobaan yang dibual sendiri oleh
peneliti Pada metode sejarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan
mcngajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden, baik secara langsung ataupun
dengan menggunakan questioner. Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung
terhadap perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok
orang-orang yang diselidikinya.
5.6. Menyusun, Menganalisa, and Menyusun interfensi
Setelah data terkumpul. peneliti menyusun data untuk mengadakan analisa. Sebelum
analisa dilakukan. data tersebut disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa.
Penyusunan data dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa
dengan komputer. Sesudah data dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran atau
interpretasi terhadap data tersebut.
5.7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuanpenemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan
generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesis. Apakah hipotesis benar untuk
diterima. ataukah hiporesa tersebut ditolak.
5.8. Membuat laporan ilmiah
17
Langkah
terakhir
dari
suatu
penelitian
ilmiah
adalah
membuat
laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan
secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri.
Sedangkan menurut Suryabrata (1989) langka-langka penelitian meliputi 11
langkah, yaitu :
1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian
1.1 Identifikasi Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat bersumber dari :
a. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
b. Seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan selintas
e. Pengalaman pribadi
f. Perasaan intuitif
1.2 Pemilihan masalah penelitian
Dalam memilih masalah penelitian ada 2 hal yang perlu dijadikan pertimbangan yaitu
:
a. Pertimbangan dari arah masalahnya
b. Pertimbangan dari arah calon peneliti
1. 3 Perumusan masalah penelitian
a. Perumusan hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
b. Rumusan hendaklah padat dan jelas
18
3. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis hendaklah mempertimbangkan:
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat
19
20
1. Yang berdasar atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar yang
didefinisikan itu terjadi
2. Yang berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya (seringkali
menunjuk kepada alat pengambil datanya)
5. Pemilihan atau Pengembangan Alat Pengambil Data
Alat pengambil data harus memenuhi syarat-syarat:
1. Validitas
2. Reliabilitas
6. Penyusunan rancangan penelitian
7. Penentuan sampel
8. Pengumpulan data
9. Pengolahan dan analisis data
10. Interpretasi hasil analisis
11. Penyusunan laporan
Dari beberapa pendapat para pakar yang telah disebutkan di atas dapat di ambil suatu
kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan penelitian dibagi dalam empat fase/tahap
kegiatan, yaitu :
1. Persiapan
2. Pengumpulan data/informasi
21
3. Pengolahan data/informasi
4. Penulisan laporan penelitian
B. JENIS-JENIS PENELITIAN
Klasifikasi Jenis Penelitian :
Berdasarkan waktu:
Berdasarkan substansi:
Qualitative research involves analysis of data such as words (e.g., from interviews),
pictures (e.g., video), or objects (e.g., an artifact).
22
Penelitian observatif
Penelitian Eksperimental
C. ETIKA PENELITIAN
Empat prinsip dasar utama dalam etika penelitian
23
25
D. UJI KLINIK
Uji klinis (clinical trials) adalah penelitian eksperimental terencana yang
dilakukan pada manusia. Pada uji klinis, peneliti memberikan perlakuan atau
intervensi pada subjek penelitian, kemudian efek perlakuan diukur dan dianalisis.
Bila dibandingkan dengan studi observasional, uji klinis mempunyai kapasitas yang
lebih tinggi dalam memperlihatkan hubungan sebab-akibat. Dalam desain ini,
berbagai jenis bias dapat ditiadakan atau dikurangi, termasuk bias akibat variable
perancu.
TAHAPAN PENEMUAN OBAT BARU
Tahapan 1
Pada tahapan ini dilakukan penelitian laboratorium, yang disebut sebagai uji praklinis, yang dilaksanakan in-vitro dengan menggunakan hewan percobaan. Tujuan
penelitian pada tahapan 1 ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang aspek
farmakologi dan toksikologi obat dalam rangka mempersiapkan tahapan selanjutnya,
yakni studi dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian.
Tahapan 2
Pada uji klinis, tahapan 2 digunakan manusia sebagai subjek penelitian. Thapan ke-2
ini berdasarkan tujuannya dibagi menjadi 4 fase, yaitu :
Fase 1 : bertujuan untuk meneliti keamanan serta toleransi pengobatan,
biasanya dilaksanakan dengan menyertakan 20-100 subjek penelitian.
Fase 2 : bertujuan untuk menilai system atau dosis pengobatan yang paling
efektif, biasanya dilaksanakan dengan 100-200 subjek penelitian. Uji klinik fase 1
maupun fase 2 tidak mempunyai desain standar, namun disesuaikan dengan jenis obat
dan penyakit yang diobati. Dalam keadaan tertentu randomisasi juga tidak dapat atau
tidak mungkin dilakukan.
26
27
2. Rancangan (design)
- Rancangan apakah yang digunakan?
- Apakah sesuai dengan tujuan, dan tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian
(research question)?
3. Kriteria seleksi pasien
- Apakah kriteria diagnostik/pemasukan dan pengecualian yang diajukan?
- Apakah kriteria diagnostik sesuai dengan indikasi obat yang diuji?
- Apakah kriteria-kriteria tambahan lainnya?
4. Jenis perlakuan dan pembanding
- Apakah obat dan pembandingnya disebutkan secara jelas?
- Apakah pembandingnya merupakan obat pilihan utama (drug of choice) untuk
indikasi yang dimaksudkan?
- Apakah prosedur dan tata-laksana perlakuan dijelaskan?
- Apakah perlakuan lain (selain obat uji dan pembanding) juga disebutkan?
5. Pengacakan (randomisasi).
- Bagaimana randomisasi dilakukan?
- Apakah subjek-subjek yang diikutsertakan terbagi sama rata dalam kelompokkelompok perlakuan dan pembanding?
- Apakah ciri-ciri pasien pada kelompok perlakuan sebanding dengan kelompok
pembanding?
6. Penilaian respons
- Adakah kriteria utama dan/atau tambahan untuk penilaian respons?
- Apakah kriteria respons valid, dan reliable?
- Bagaimanakah keanekaragaman penilaian?
- Bagaimana ketaatan pasien?
28
7. Analisis
- Apakah uji statistik yang digunakan sudah tepat?
- Apakah semua kriteria penilaian dianalisis?
- Apakah jumlah sampel sudah memenuhi syarat?
8. Interpretasi makna klinik
- Apakah makna klinik yang diperoleh dari hasil uji klinik?
9. Etika
- Apakah alasan uji klinik dapat diterima?
- Apakah ada ijin kelaikan etik (ethical clearance)?
- Apakah ada surat pernyataan persetujuan (informed consent) dari subjek-subjek
yang ikut serta dalam penelitian?
- Apakah keselamatan pasien selama penelitian dijamin oleh peneliti?
10. Kesimpulan
- Apakah kesimpulan yang diambil sudah mencerminkan hasil dan jenis data yang
didapat?
- Apakah kemanfaatan obat yang diuji terbukti secara objektif?
29
30
Followup. Tindak lanjuti. Cukup waktu untuk hasil pasti terjadi dapat
mempengaruhi hasil studi dan kekuatan statistik penelitian untuk mendeteksi
perbedaan antara perlakuan dan kelompok kontrol.
31
A. TUJUAN
a.Mewujudkan pelayanan pembedahan yang berorientasi padakan pelanggan
Adanya Informed consent.
o Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan di IBS terlebih dahulu
harus dilakukan pengambilan Informed Consent sesuai dengan keijakan tentang
32
33
34
35
36
37
3. Setiap tahun ditetapkan Program Diklat IBS. Program terdiri dari Program
Orientasi Pegawai Baru dan Program Pendidikan dan Pengembangan Staf.
4. IBS menetapkan Program Pendidikan dan Pelatihan dengan berkoordinasi dengan
Bidang Diklit sesuai dengan anggaran meliputi;
a. Orientasi Pegawai Baru
- Setiap karyawan baru atau pindahan dari unit lain di IBS wajib mengikuti Program
Orientasi pegawai sesuai dengan program orientasi pegawai baru RS dan program
orientasi pegawai baru IBS dan TOR orientasi pegawai baru.
- Program orientasi dilakukan secara bertahap sesuai SPO Orientasi di IBS
- Evaluasi pelaksanaan orientasi dilakukan setiap tahun oleh PJ SDM IBS
b. Pendidikan dan Pelatihan Staf IBS
- Rencana pelatihan disusun oleh IBS berdasarkan Data kebutuhan pelatihan
(Training Need Assessment). Rencana berupa program pelatihan diajukan ke Bidang
Diklit untuk dilaksanakan sesuai anggaran yang tersedia
- Jenis pelatihan adalah pelatihan yang dapat menunjang ketrampilan maupun
keahlian dalam rangka meningkatkan pelayanan di kamar operasi, yaitu Pelatihan
Dasar-dasar Bedah Umum, Pelatihan Keahlian Spesifikasi, Pelatihan Manajemen
kamar operasi, serta pendelegasian pada pertemuan-pertemuan ilmiah secara rutin.
- Pelaksanaan diklat dibawah koordinasi Bidang Diklit
- Monitoring pasca pelatihan dilakukan Ka. IBS untuk melihat implikasi pelatihan di
IBS.
- Evaluasi pasca pelatihan dilakukan terhadap peserta oleh Ka. IBS atau PJ SDM IBS,
sedangkan tindakl lanjut dilakukan berdasarkan evaluasi dari hasil koordinasi IBS
dengan Bidang Dikit
38
- Program pendidikan dan pelatihan bagi staf di IBS dievaluasi tiap tahun oleh Ka.
Unit sebagai acuan dalam penyusunan progam berikutnya dengan terus melihat Data
kebutuhan pelatihan (Training Need Assessment).
G. EVALUASI DAN PENINGKATAN MUTU
1. Upaya penilaian kemampuan dan hasil pelayanan di kamar operasi;
a. IBS melakukan upaya penilaian kemampuan dan hasil pelayanan secara rinci di
jabarkan dalam sebuah laporan tahunan IBS
b. Hasil penilaian pelayanan IBS yang berupa laporan tahunan IBS disampaikan
kepada direktur dalam rangka rekomendasi tindak lanjut.
2. Data pasien dan tindakan anestesi tercatat dalam dokumen rekam medis dengan
lengkap, jelas dan benar. Proses pencatatan dokumen diatur secara rinci di PSO
tentang pencatatan rekam medis anestesi.
3. Kelengkapan dokumen anestesi dievaluasi secara rutin tiap tahun dengan bekerja
sama dengan bagian rekam medis, dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
anestesi di kamar operasi.
39