Вы находитесь на странице: 1из 39

I.

SKENARIO
Dokter Mulia, seorang ahli bedah, selalu manggunakan phetidine sebagai
analgesic pada pasien saat operasi. Phetidine dipakai secara luas oleh pada dokter
bedah saat operasi karena, di samping efektifitasnya sebagai analgesic tidak lagi
diragukan harganya pun murah. Belakangan penggunaan phetidine ini banyak
dipertanyakan karena obat ini adalah golongan narkotika sehingga dapat
menimbulkan ketergantungan dan intoleransi. Para ahli menyarankan untuk
menggunakan tramadol sebagai analgesic yang baru untuk menggantikan phetidine,
tetapi bagaimana efektifitasnya sebagai analgesic sampai saat ini belum diketahui. Dr.
Mulia berencana untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji
efektifitas tramadol tersebut sebagai analgesic saat operasi.

II.

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Analgesik

: bahan yang menghilangkan rasa nyeri tanpa menyebabkan

hilangnya kesadaran
2. Phetidine

: obat yang dibuat dengan proses kimia sehingga ditemukan

efek baru sebagai analgesic.


3. Operasi

: setiap tindakan yang dilakukan dengan instrument atau

dengan tangan seorang ahli bedah


4. Efektifitas

: kemampuan untuk menghasilkan hasil yang spesifik atau

untuk menggunakan pengaruh spesifik yang bisa diukur


5. Intoleransi

: sebuah keadaan dimana tuuh tidak dapat mentolerir

pemberian obat

6. Gol. Narkotika

: golongan obat yang dapat menyebabkan ketergantungan dan

intoleransi
7. Tramadol

: bahan sintetik yang berperan sebagai analgesic opioid yang di

sintesis pertama kali pada tahun 1962 dengan tujuan untuk menurunkan jumlah
common opioid adverse event.

III.

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Dokter Mulia selalu menggunakan phetidine sebagai analgesic.
2. Phetidine adalah obat golongan narkotika yang dapat menimbulkan ketergantungan
dan intoleransi.
3. Para ahli menyarankan tramadol sebagai analgesic yang baru untuk operasi, namun
belum diketahui efektifitasnya.
4. Dokter Mulia merencanakan penelitian untuk menguji efektifitas tramadol sebagai
analgesic yang baru

Main Problem : 4 karena untuk menjawab pertanyaan utama dari scenario yaitu
menentukan rancangan penelitian yang tepat untuk menguji efektifitas tramadol
sebagai analgesic baru untuk operasi.

IV.

ANALISIS MASALAH
1. Apa dampak penggunaan phetidine yang secara meningkat dan luas?
Dampak penggunaan Phetidine secara meningkat dan meluas antara lain

a. Makin banyaknya pasien yang menderita ketergantungan dan intoleransi


b. Merusak system saraf
c. Menyebabkan kematian
d. Mengakibatkan beberapa gangguan : sindrom serotonin dan tremor

2. Apakah ada hubungan side effect dari phetidine dengan manfaat penelitian?
Hubungan side effect Tramadol dengan manfaat penelitian adalah jika hasil
penelitian menunjukkan hasil yang baik (tidak ada side effect atau side effect nya
relative kecil ) maka bisa diaplikasikan dan dimasukkan dalam SOP operasi
bedah dan bahan edukasi untuk mahasiswa serta bermanfaat baik bagi pasien
karena side effect nya relative kecil

3. a) Bagaimana efektifitas tramadol sebagai analgesic dalam operasi sesuai dengan


saran para ahli?
Menurut para ahli, efektifitas Tramadol lebih kecil dibanding dengan
Phetidine

b) Mengapa Dokter Mulia dan para ahli tidak langsung menggunakan tramadol
sebagai analgesic saat operasi?
Karena Dr. Mulia belum terbukti efektifitasnya, dan tramadol belum
dimasukan dalam SOP

4. a) Bagaimana langkah-langkah dalam penelitian?


Langkah-langkah penelitian:
1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin
dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya
dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokokpokok dasar dalam masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15. Menulis laporan penelitian.

b) Apa latar belakang dari penelitian yang dilakukan Dokter Mulia?


Latar Belakang Penelitian
-

Jawaban tentang mengapa kita melakukan penelitian

Melihat fenomena di lapangan

Berdasarkan fakta

Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian orang lain, jurnal kedokteran, dari bukubuku
Contoh Latar Belakang Dr. Murni :
Pemakaian phetidine di kalangan dokter bedah sangat meluas karena harganya
murah dan efektifitasnya tidak diragukan lagi oleh para ahli bedah. Namun,
phetidine termasuk golongan narkotika yang dapat menimbulkan ketergantungan
intoleransi.
Oleh karena itu diperlukan analgesic baru yang tidak mengakibatkan
ketergantungan dan intoleransi. Dr. Mulia ingin meneliti efektifitas & efek
samping Tramadol sebagai analgesic saat operasi.

c) Apa yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini?


Rumusan masalah : kesenjangan antara kenyataan dan harapan, dalam bentuk
pertanyaan dan pernyataan,sumber menemukan masalahnya berdasarkan studi
literature, pengalaman dan penemuan ilmiah
Dokter mulia selalu menggunakan pethidine sebagai analgesic saat operasi

Para ahli menyarankan tramadol sebagai analgesic pengganti


Efektifitas tramadol belum teruji

d) Apa tujuan dari penelitian ini?


Tujuan penelitian adalah pernyataan yang hendak dicapai, bisa diamati dan
diukur, ada tujuan umum dan khusus,
Tujuan umum : untuk menggunakan tramadol sebagai alterantif obat analgesic
saat operasi di samping phetidine
Tujuan khusus

mengetahui efektifitas tramadol saat operasi

Mengusulkan tramadol dimasukan ke SOP sebagai anlagesik saat operasi

e) Apa manfaat dari penelitian ini?


Manfaat Penelitian adalah ada informasi yang didapat dari penelitian

Manfaat dari penelitian dr.Mulia

1. Aplikasi Klinis
Apabila hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa penggunaan tramadol
lebih efektif dibandingkan petidin, maka kita akan dapat mengambil keuntungan
yang lain dari penggunaan tramadol yaitu lebih kecilnya angka kejadian mual
dan/atau muntah dibandingkan dengan petidin.
2. Pengembangan Ilmu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bahwa


tramadol dapat digunakan untuk mencegah menggigil pasca anestesi dengan
komplikasi yang minimal.
3. Institusi
Kebijakan RS untuk memasukkan Tramadol dalam SOP operasi bedah sebagai
analgesic baru
4. Sebagai Dasar Penelitian Selanjutnya
Sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme yang lebih
jelas tentang mekanisme tramadol sebagai analgesik saat operasi.
5. Edukasi
Pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran dan kesehatan

f) Apa Hipotesis dari penelitian ini?


Hipotesis
i. jawaban sementara dari suatu penelitian
ii. Pernyataan hubungan antar variable
Hipotesis Penelitian dr.Mulia
Tramadol efektif sebagai analgesic saat operasi dibandinkan Phetidine
g) Apa desain penelitian yang tepat untuk penelitian ini?
Desain penelitan yang cocok adalah randomized control trial (RCT)

h) Bagaimana cara pengambilan populasi dan sampel dalam penelitian ini?

Penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan consecutive random sampling,


dimana setiap penderita yang memenuhi kriteria dimasukkan dalam sampel
penelitian sampai jumlah yang diperlukan terpenuhi.

i) Apa variable dalam penelitian ini?


Variabel Independen

: efek dan side efek sebagai analgesic saat operasi

Variabel Dependen

: Tramadol

j) Bagaimana randomisasi sampelnya?


Randomisasi : proses menentukan subjek penelitian yang mana yang akan
menjadi kelompok perlakuan dan kelompok control dengan tujuan untk
mengurangi bias
Randomisasi dalam penelitian dr.mulia yaitu dengan randomisasi blok

k) Bagaimana teknik pengumpulan dan analisis datanya?


Cara pengumpulan data
a. Metode yang digunakan dalam penelitian
b. Wawancara
c. Cara kerja/prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan data

Cara Penelitian dr.Murni:

diambil dari rekam medis

Analisis Data
-

Chi square untuk mendapat nilai p

Menghitung interval kepercayaan (harus 95 %)

l) Bagaimana masalah etika dalam penelitian ini?


- Mendapat informed consent dari subjek penelitian dan harus tertulis
- Mendapat ethical clearance dari komite etik
- Jika subjek yang digunakan adalah hewan, harus dengn filogeni serendah
mungkin, jumlah minimal dan perlakuan yang layak

m) Apa dampak hasil penelitian terhadap kemajuan dunia terapi dalam hal
penggunaan analgesic saat operasi?
Jika hasil penelitian baik dan terbukti bisa dijadikan usulan sebagai SOP operasi
bedah

n) Apa tindakan yang harus dilakukan setelah hasil penelitian uji efektifitas
tramadol hasilnya baik?
Dijadikan EBM untuk diajukan ke Standar Operasional Prosedur saat operasi.

V.

HIPOTESIS
Rancangan

penelitian

yang

sesuai

untuk

mengetahui

efektifitas

tramadol

dibandingkan dengan phetidine sebagai analgesic dalam operasi adalah Randomized


Clinical Trial (RCT)

VI.

LEARNING ISSUES
POKOK

WHAT I

WHAT I

WHAT I

HOW I

BAHASAN

KNOW

DONT

HAVE TO

WILL

Langkah-langkah

Definisi

penelitian

Jenis-jenis

Definisi

penelitian

KNOW
Langkah-

PROVE
Langkah-

LEARN
Jurnal
dan

langkah

langkah

text book

penelitian

penelitian

Jenis-jenis

dalam uji klinik


Jenis penelitian Jurnal

penelitian

yang

dan

sesuai text book

dengan
penelitian yang
akan dilakukan
Etika penelitian

Definisi

Etika

Dr.Mulia
yang Etika
yang Jurnal

harus

harus

text book

diterapkan

dijalankan oleh

dalam

Dr.

penelitian

dalam

Mulia

melaksanakan
penelitiannya

10

dan

Uji Klinik

Definisi

Penatalaksanaan Uji
uji

klinik Jurnal

klinik, adalah

dan

jenis text book

sampel dan cara penelitian yang

EBM

(Evidence Definisi

Based Medicine)

pengambilan

sesuai

sampel,

penelitian

untuk
Dr.

variable,
Mulia
Manfaat EBM Adanya

Jurnal

dalam

text book

dunia penerapan

kedokteran dan EBM


kesehatan
Standar Operasional Definisi

SOP

Prosedur (SOP)

operasi

dalam

hasil penelitian
Dr. Mulia
dalam Mengusulkan
hasil
penelitian

Jurnal

dari text book


ke

dalam SOP

VII.

KERANGKA KONSEP

PHETIDINE

SIDE EFFECT

dan

EFFECT

11

dan

KETERGANTUNGAN
DAN INTOLERANSI

PARA AHLI MENYARANKAN


PHETIDINE SEBAGAI OBAT
ALTERNATIF

SELALU DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALGESIK
SAAT OPERASI
EFEKTIFITAS
TRAMADOL SEBAGAI
ANALGESIK SAAT
OPERASI

PENELITIAN UJI
KLINIK

LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN

VIII. SINTESIS

A. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti
langkah-langkah tertentu. Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam
melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut:

12

1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.


2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin
dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan
data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok
dasar dalam masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15. Menulis laporan penelitian.

13

Dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abclson (1933) memberikan 5


langkah berikut:
1. Tentukan judul
Judul dinyatakan secara singkat.
2. Pemilihan masalah
Dalam pemilihan masalah ini harus:
a). Nyatakan apa yang disarankan oleh judul.
b). Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah
menurut kepentingan umum.
c). Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi. situasi dan halhal lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti.
3. Pemecahan masalah.
Dalam memecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut:
a). Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bentuk yang sistematis dan logis.
Demikian juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah.
b). Prosedur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat.
c) Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan
d). Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang
digunakan.

14

e). Tunjukkan cara data dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah.
f). Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta luibungannya dalam berbagai fase
penelitian.
4. Kesimpulan
a). Berikan kesimpulan dari hipotesis. nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang
mungkin diperoleh
b). Berikan implikasi dari kesimpulan. Jelaskan bebernpa implikasi dari produk
hipotesis dengan memberikan beberapa inferensi.
5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan
dengan masalah
Nyatakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi
yang mungkin ada manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah.
Dari pedoman beberapn ahli di atas, maka dapal disimpulkan balnwa penelitian
dengan mcnggunakan metode ilmiah sckurang-kurangnya dilakukan dengan langkahlangkah berikut:
5.1. Merumuskan serta mcndefinisikan masalah
Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan.
Untuk menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas.
Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci
(key words) yang terdapal dalam masalah Misalnya. masalah yang dipilih adalah
Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh?Berikan
definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya.

15

5.2. Mengadakan studi kepustakaan


Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang
tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan
masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal
yang tak dapat dihindarkan olch seorang peneliti. Ada kalanya. perumusan masalah
dan studi keputusan dapat dikerjakan secara bersamaan.
5.3. Memformulasikan hipotesis
Setelah diperoleh infonnasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkutpautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan. maka tiba saatnya peneliti
memformulasikan hipotesis-hipolesa unttik penelitian. Hipotesis tidak lain dari
kesimpulan sementara tentang hubunggan sangkut-paut antarvariabel atau fenomena
dalam penelitian. Hipotesis merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara
sementara sebelum diuji.
5.4. Menentukan model untuk menguji hipotesis
Setelah hipotesis-hipotesis ditetapkan. kerja selanjutnya adalah merumuskan caracara untuk menguji hipotesis tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih
berkembang. scperti ilmu ekonomi misalnva. pcngujian hipotesis didasarkan pada
kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis
dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara
implisif terdapal dalam hipotesis. untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia.
Pengujian hipotesis menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut.
Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan
oleh peneliti.
5.5. Mengumpulkan data

16

Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesis. Data tersebut yang merupakan
fakta yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan. Bergantung dan
masalah yang dipilih serta metode pcnelitian yang akan digunakan. teknik
pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode
percobaan, misalnya data diperoleh dan plot-plot percobaan yang dibual sendiri oleh
peneliti Pada metode sejarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan
mcngajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden, baik secara langsung ataupun
dengan menggunakan questioner. Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung
terhadap perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok
orang-orang yang diselidikinya.
5.6. Menyusun, Menganalisa, and Menyusun interfensi
Setelah data terkumpul. peneliti menyusun data untuk mengadakan analisa. Sebelum
analisa dilakukan. data tersebut disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa.
Penyusunan data dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa
dengan komputer. Sesudah data dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran atau
interpretasi terhadap data tersebut.
5.7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuanpenemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan
generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesis. Apakah hipotesis benar untuk
diterima. ataukah hiporesa tersebut ditolak.
5.8. Membuat laporan ilmiah

17

Langkah

terakhir

dari

suatu

penelitian

ilmiah

adalah

membuat

laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan
secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri.
Sedangkan menurut Suryabrata (1989) langka-langka penelitian meliputi 11
langkah, yaitu :
1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian
1.1 Identifikasi Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat bersumber dari :
a. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
b. Seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan selintas
e. Pengalaman pribadi
f. Perasaan intuitif
1.2 Pemilihan masalah penelitian
Dalam memilih masalah penelitian ada 2 hal yang perlu dijadikan pertimbangan yaitu
:
a. Pertimbangan dari arah masalahnya
b. Pertimbangan dari arah calon peneliti
1. 3 Perumusan masalah penelitian
a. Perumusan hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
b. Rumusan hendaklah padat dan jelas

18

c. Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan


data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
2. Penelaahan Kepustakaan
a. Penelaahan sumber-sumber yang berupa buku
b. Pemilihan berdasarkan pada prinsip:
1. Relevansi
2. Kemutakhiran ( kecuali studi sejarah )
c. Penelaahan sumber-sumber yang berupa laporan hasil penelitian. Penilikan
berdasarkan atas prinsip :
1. Relevansi
2. Kemutakhiran
3. Bobot

3. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis hendaklah mempertimbangkan:
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat
19

d.Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan


data menguji kebenaran hipotesis itu.

4. Identifikasi, Klasifikasi dan Pendefinisian Variabel


a. Mengidentifikasi variabel.
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau
faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti
b. Mengklarifikasi variabel
Berdasarkan proses kauantifikasinya, variabel digolongkan menjadi:
1. Variabel nominal
2. Variabel ordinal
3. Variabel interval
4. Variabel rasio
Berdasarkan atas fungsinya dalam penelitian variabel dibedakan menjadi:
1. Variabel tergantung
2. Variabel bebas
3. Variabel moderator
4. Variabel kendali
5. Variabel rambang
c. Merumuskan definisi operasional variabel-variabel
Definisi operasional dirumuskan berdasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan
yang dapat diamati (diobservasi)

20

1. Yang berdasar atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar yang
didefinisikan itu terjadi
2. Yang berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya (seringkali
menunjuk kepada alat pengambil datanya)
5. Pemilihan atau Pengembangan Alat Pengambil Data
Alat pengambil data harus memenuhi syarat-syarat:
1. Validitas
2. Reliabilitas
6. Penyusunan rancangan penelitian
7. Penentuan sampel
8. Pengumpulan data
9. Pengolahan dan analisis data
10. Interpretasi hasil analisis
11. Penyusunan laporan
Dari beberapa pendapat para pakar yang telah disebutkan di atas dapat di ambil suatu
kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan penelitian dibagi dalam empat fase/tahap
kegiatan, yaitu :
1. Persiapan
2. Pengumpulan data/informasi

21

3. Pengolahan data/informasi
4. Penulisan laporan penelitian
B. JENIS-JENIS PENELITIAN
Klasifikasi Jenis Penelitian :

Berdasarkan ruang lingkup penelitian:

Penelitian klinik (clinical research)

Penelitian lapangan atau komunitas (field research)

Penelitian laboratorium (laboratory research)

Berdasarkan waktu:

Penelitian transversal (cross-sectional)

Penelitian longitudinal: prospektif atau retrospektif.

Berdasarkan substansi:

Penelitian dasar (basic research)

Penelitian terapan (applied research)

Berdasarkan ada tidaknya analisis hubungan antar-variabel:

Penelitian deskriptif (descriptive research)

Penelitian analitik (analytic research)

Berdasarkan jenis data:

Qualitative research involves analysis of data such as words (e.g., from interviews),
pictures (e.g., video), or objects (e.g., an artifact).

Quantitative research involves analysis of numerical data.

Berdasarkan teknik pengumpulan data:

22

Penelitian observatif

Penelitian Eksperimental

C. ETIKA PENELITIAN
Empat prinsip dasar utama dalam etika penelitian

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).


Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip
menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir
persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri dari:
a. penjelasan manfaat penelitian
b. penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan
c. penjelasan manfaat yang akan didapatkan
d. persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek
berkaitan dengan prosedur penelitian
e. persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja
f. jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
Namun kadangkala, formulir persetujuan subyek tidak cukup memberikan
proteksi bagi subyek itu sendiri terutama untuk penelitian-penelitian klinik karena
terdapat perbedaan pengetahuan dan otoritas antara peneliti dengan subyek
(Sumathipala & Siribaddana, 2004). Kelemahan tersebut dapat diantisipasi dengan
adanya prosedur penelitian (Syse, 2000).
2.Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy
and confidentiality)

23

Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan


kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya
informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua
orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu
memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya, peneliti tidak
boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal
subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan
kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau
identification number) sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi
prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,
kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.
Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu
kejelasan prosedur penelitian. Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun
yang terpenting adalah bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan di
antara anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana
kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut
kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai contoh
dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan
hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun
sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms
and benefits) (Milton, 1999; Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2004).
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan
dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi
24

dampak yang merugikan bagi subyek (nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian


berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari
kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun
kematian subyek penelitian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian etik penelitian kesehatan:
a. Surat usulan dari institusi tempat peneliti bekerja, bila usulan berasal dari luar
institusi
Badan Litbangkes yang memiliki Komisi Etik Institusi, maka usulan harus berasal
dari
Komisi etik institusi tersebut (bukan dari peneliti utama/pimpinan insitusi)
b. Surat rekomendasi dari Panitia Pembina Ilmiah.
c. Protokol penelitian meliputi tujuan dan manfaat, metodologi yang menjelaskan
secara
terperinci mengenai : tata cara pengambilan sample (darah/urine/spesimen lainnya),
tujuan pemeriksaan, intervensi yang diberikan, serta manfaat bagi responden (bila ada
uji
klinik/ pengambilan sample), jumlah biaya yang diperlukan dalam penelitian tersebut.
d.Daftar tim peneliti, beserta keahliannya
e.Curriculum vitae peneliti utama atau Ketua Pelaksana, untuk melihat apakah
kemampuan peneliti utama atau ketua pelaksana sudah sesuai dengan apa yang akan
dikerjakan.
f.Keterangan pembiayaan, untuk melihat apakah sudah etis bila suatu penelitian
dilihat
dari jumlah biaya dan hasil yang akan didapat.
g.Ethical clearance dari institusi lain (bila ada).
h.Penjelasan dan Informed Consent

25

D. UJI KLINIK
Uji klinis (clinical trials) adalah penelitian eksperimental terencana yang
dilakukan pada manusia. Pada uji klinis, peneliti memberikan perlakuan atau
intervensi pada subjek penelitian, kemudian efek perlakuan diukur dan dianalisis.
Bila dibandingkan dengan studi observasional, uji klinis mempunyai kapasitas yang
lebih tinggi dalam memperlihatkan hubungan sebab-akibat. Dalam desain ini,
berbagai jenis bias dapat ditiadakan atau dikurangi, termasuk bias akibat variable
perancu.
TAHAPAN PENEMUAN OBAT BARU
Tahapan 1
Pada tahapan ini dilakukan penelitian laboratorium, yang disebut sebagai uji praklinis, yang dilaksanakan in-vitro dengan menggunakan hewan percobaan. Tujuan
penelitian pada tahapan 1 ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang aspek
farmakologi dan toksikologi obat dalam rangka mempersiapkan tahapan selanjutnya,
yakni studi dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian.
Tahapan 2
Pada uji klinis, tahapan 2 digunakan manusia sebagai subjek penelitian. Thapan ke-2
ini berdasarkan tujuannya dibagi menjadi 4 fase, yaitu :
Fase 1 : bertujuan untuk meneliti keamanan serta toleransi pengobatan,
biasanya dilaksanakan dengan menyertakan 20-100 subjek penelitian.
Fase 2 : bertujuan untuk menilai system atau dosis pengobatan yang paling
efektif, biasanya dilaksanakan dengan 100-200 subjek penelitian. Uji klinik fase 1
maupun fase 2 tidak mempunyai desain standar, namun disesuaikan dengan jenis obat
dan penyakit yang diobati. Dalam keadaan tertentu randomisasi juga tidak dapat atau
tidak mungkin dilakukan.
26

Fase 3 : bertujuan untuk mengevaluasi obat atau car pengobatan baru


disbanding dengan pengobatan yang telah ada (terapi standar). Uji klinis yang banyak
dilaporkan dalam jurnal termasuk dalam fase ini. Baku emas uji klinis fase 3 adalah
uji klinis acak terkontrol.
Fase 4 : bertujuan untuk mengevaluasi obat yang telah dipakai dalam
masyarakat untuk jangka waktu yang relative lama (5 tahun atau lebih). Fase ini
penting untuk mendeteksi efek samping obat yang timbul setelah lebih banyak
pemakai.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Uji Klinis :
1.Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis
2.Menentukan desain uji klinis yang sesuai
3.Menetapkan subjek penelitian
4.Mengukur variable data dasar
5.Melakukan randomisasi
6.Melaksanakan pengukuran
7.Mengukur variable efek
8.Menganalisis data

BUTIR-BUTIR PENILAIAN UJI KLINIK :


1. Latar belakang dan tujuan
- Apakah alasan, tujuan, dan manfaat uji klinik?

27

2. Rancangan (design)
- Rancangan apakah yang digunakan?
- Apakah sesuai dengan tujuan, dan tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian
(research question)?
3. Kriteria seleksi pasien
- Apakah kriteria diagnostik/pemasukan dan pengecualian yang diajukan?
- Apakah kriteria diagnostik sesuai dengan indikasi obat yang diuji?
- Apakah kriteria-kriteria tambahan lainnya?
4. Jenis perlakuan dan pembanding
- Apakah obat dan pembandingnya disebutkan secara jelas?
- Apakah pembandingnya merupakan obat pilihan utama (drug of choice) untuk
indikasi yang dimaksudkan?
- Apakah prosedur dan tata-laksana perlakuan dijelaskan?
- Apakah perlakuan lain (selain obat uji dan pembanding) juga disebutkan?
5. Pengacakan (randomisasi).
- Bagaimana randomisasi dilakukan?
- Apakah subjek-subjek yang diikutsertakan terbagi sama rata dalam kelompokkelompok perlakuan dan pembanding?
- Apakah ciri-ciri pasien pada kelompok perlakuan sebanding dengan kelompok
pembanding?
6. Penilaian respons
- Adakah kriteria utama dan/atau tambahan untuk penilaian respons?
- Apakah kriteria respons valid, dan reliable?
- Bagaimanakah keanekaragaman penilaian?
- Bagaimana ketaatan pasien?
28

7. Analisis
- Apakah uji statistik yang digunakan sudah tepat?
- Apakah semua kriteria penilaian dianalisis?
- Apakah jumlah sampel sudah memenuhi syarat?
8. Interpretasi makna klinik
- Apakah makna klinik yang diperoleh dari hasil uji klinik?
9. Etika
- Apakah alasan uji klinik dapat diterima?
- Apakah ada ijin kelaikan etik (ethical clearance)?
- Apakah ada surat pernyataan persetujuan (informed consent) dari subjek-subjek
yang ikut serta dalam penelitian?
- Apakah keselamatan pasien selama penelitian dijamin oleh peneliti?
10. Kesimpulan
- Apakah kesimpulan yang diambil sudah mencerminkan hasil dan jenis data yang
didapat?
- Apakah kemanfaatan obat yang diuji terbukti secara objektif?

Kelebihan Uji Klinis :


1.Dengan dilakukan randomisasi maka faktor bias dapat dikontrol secara efektif, oleh
karena faktor confounding akan terbagi seimbang di antara keduaa kelompok subjek.
2.Kriteria inklusi, perlakuan dan outcome telah ditentukan terlebih dahulu.
3.Dari segi statistika akan lebih efektif, oleh karena :

29

- Jumlah kelompok perlakuan dan control sebanding


- Kekuatan statistika tinggi
4.Uji klinis secara teori sangat menguntungkan oleh karena banyak metode statiska
harus berdasarkan pemilihan subjek secara random.
5.Kelompok subjek merupakankelompok sebanding sehingga intervensi dari luar
setelah randomisasi tidak banyak berpengaruh terhadap hasil penelitian selama
intervensi tersebut mengenai kedua kelompok subjek.

Kekurangan Uji Klinis :


1.Desain dan pelaksanaan uji klinis kompleks dan mahal.
2.Uji Klinis mungkin harus dilakukan dengan seleksi tertentu hingga tidak
representative terhadap populasi terjangkau atau populasi target.
3.Uji Klinis paling sering dihadapkan pada masalah etik ; misalnya apakah etis bila
kita memberikan pengobatan pada kelompok perlakuan namun tidak mengobati
kelompok control.
4.Kadang-kadang uji klinis sangat tidak pantas.

E. EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM)


Kedokteran berbasis bukti (EBM) adalah penerapan pendekatan dan metode
pembelajaran oleh pengajar dalam proses pendidikan kedokteran berdasarkan buktibukti ilmiah terbaik yang ada. Upaya pengobatan berbasis bukti secara objektif
mengevaluasi kualitas penelitian klinis secara kritis.

30

Trial design considerations. Trial desain pertimbangan. Penelitian berkualitas


tinggi memiliki kriteria kelayakan yang jelas-jelas, dan memiliki data yang hilang
minimal.

Generalizability considerations. Generalisasi pertimbangan. Studi hanya dapat


berlaku untuk populasi pasien-sempit didefinisikan, dan tidak dapat digeneralisasi
untuk praktek klinis.

Followup. Tindak lanjuti. Cukup waktu untuk hasil pasti terjadi dapat
mempengaruhi hasil studi dan kekuatan statistik penelitian untuk mendeteksi
perbedaan antara perlakuan dan kelompok kontrol.

Power. Sebuah perhitungan matematis dapat menentukan apakah jumlah


pasien cukup untuk mendeteksi perbedaan antara kelompok pengobatan. Sebuah studi
negatif dapat mencerminkan kurangnya manfaat, atau hanya kurangnya jumlah yang
cukup pasien untuk mendeteksi perbedaan.
LANGKAH-LANGKAH EBM

Mengetahui informasi apa yang akan kita cari

Mencari jurnal yang sesuai dan mengkritisi jurnal tersebut

Menggunakan segala pertimbangan bukti ilmiah (evidence) yang sahih yang


diketahui hingga kini untuk menentukan pengobatan pada penderita yang sedang kita
hadapi.

Mengevaluasi dari segi keefektifitasan dan keefisienan.


KONSEP EBM

31

Ada 6 hal untuk menilai Evidence yang disingkat dengan QUESTS :


1. Quality : Bagaimana kualitas dari evidence tersebut?
2. Utility : Apakah sebuah metode yang akan diterapkan tersebut dapat diambil tanpa
modifikasi?
3. Extent: Bagaimanakah ketersediaan dari evidencetersebut?
4. Strength:Bagaimana kekuatan evidence tersebut?
5. Target: Apakah tujuan? Apakah dapat diukur? Valid?
6. Setting: Bagaimanakah situasi atau kontek ? Relevansi?

F. STANDARD OPERATING PROCEDUR (SOP) DALAM OPERASI


KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)

A. TUJUAN
a.Mewujudkan pelayanan pembedahan yang berorientasi padakan pelanggan
Adanya Informed consent.
o Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan di IBS terlebih dahulu
harus dilakukan pengambilan Informed Consent sesuai dengan keijakan tentang

32

persetujuan dan penolakantindakan medis (INFORMED CONSENT)Di Rumah


Sakit Umum Dr. Soedono Madiun.
o Informed Consent harus disertai penjelasan pembedahan yang dapat memberikan
rasa aman pada pasien.
o Pelaksanaan Informed Consent sesuai dengan SOP Informed Consern

b. Mewujudkan pelayanan pembedahan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan


yang berdampak pada peningkatan pendapatan rumah sakit dan kesejahteraan
karyawan
c.Mengembangkan komunikasi antar disiplin ilmu di IBS
d. Mewujudkan suasana kondusif terhadap pengembangan profesionalisme yang ada
di Instalasi Bedah Sentral di Ruamh Sakit.
1. Rumah Sakit menyelengarakan pelayanan pembedahan di IBS sesuai
permintaan/kebutuhan masyarakat
2. Penyelenggaraan pelayanan pembedahan dibawah koordinasi Instalasi
bedah sentral(IBS) Pelayanan IBS berdasarkan pada kerjasama antar
disiplin ilmu, secara rinci diatur dalam buku Pedoman Pelayanan Instalasi
Bedah Sentral.

B. ADMINISTRASI DAN PENGELOLA


1. Rumah Sakit menetapkan IBS sebagai koordinatr pelayanan pembedahan, sesuai
dengan Struktur Organisasi Instalasi bedah Sentral. Pengorganisasian IBS
selengkapnya diatur dalam Pedoman Organisasi Instalasi Bedah Sentral.

33

2. Tindakan pembedahan di IBS dilaksanakan kejasama antara dokter bedah dan


dokter anestesi. Dokter bedah dan anestesi bekerja sesuai hak dan kuwajibannya
sesuai dengan kebijakan direktur tentang hak dan kuwajiban dokter bedah dan
anestesi.(Uraian Tugas SMF).
3. Pelayanan Anestesi di Instalasi bedah Sentral dikakukan oleh Dr Anestesi dan
Penata Anestesi sesuai kebutuhan
4. IBS melaksanakan Program Dalin . Program Infeksi Nokomial di Instalasi Bedah
Sentral dipantau oleh Komite Dalin RS dan dilaksanakan oleh staf IBS sesuai SPO
Dalin dan SPO IBS.
C. STAF DAN PIMPINAN
1. Perencanaan Tenaga di IBS dilakukan berdasarkan penghitungan kebutuhan tenaga
menurut Depkes RI tahun 2005 dengan berdasarkan jumlah pasien. Perencanaan
tenaga meliputi tenaga medis, keperawatan, dan non keperawan
2. IBS dikepalai oleh seorang dokter dalam kelompok bedah, yang diusulkan melalui
komite medik. Kepala IBS ditetapkan oleh direktur melalui keputusan diektur
3. Staf Medis:
a. Penempatan Staf medis yang bekerja di IBS melalui rekrutmen dan kredensial dari
Komite Medik
b. Tenaga medis yang bekerja harus meiliki ijin kerja (dari pimpinan RS ?)
4. Kepala keperawatan:
a. Kepala/Koordinator? keperawatan di Kamar Operasi adalah perawat dengan
kualifikasi pendidikan minimal DIII keperawatan, pelatihan PGD dan manajemen
kamar operasi serta pengalaman bekerja di Kamar Operasi 3 tahun

34

b. Koordinator Keperawaan ditetapkan oleh direktur dengan Keputusan direktur

D. FASILITAS DAN PERALATAN


1. Rancang bangun kamar operasi sesuai dilaksanakan sesuai dengan standart
penilaian instrument akreditasi rumah sakit. RSU Dr. Soedono Madiun menyediakan
kamar operasi emergency agar dapat dicapai secara cepat, lokasi kamar operasi
emergency secara lebih rinci dijelaskan di Sub Bab Denah Ruangan Buku Pedoman
Pelayanan IBS .
2. Pelayanan kamar operasi dibedakan menjadi dua pelayanan yaitu elektif dan
emergency; pelayanan elektif diberikan di kamar operasi IBS lantai III sedangkan
pelayanan gawat darurat di berikan di kamar operasi emergency.
3. Pelayanan IBS dilegkapi dengan Depo Farmasi di kamar operasi untuk memenuhi
kebutuhan obat-obatan maupun bahan habis pakai yang diperlukan dalam rangka
pembedahan di kamar operasi.
4. Pelayanan IBS dilegkapi dengan peralatan komunikasi (telepon wireless) dalam
rangka kemudahan komunikasi di kamar operasi, secara rinci diatur dalam SPO
komunikasi konsultasi, SOP komunikasi dengan unit lain.
5. IBS menyediakan peralatan sesuai daftar peralatan yang berada dan digunakan di
IBS dan secara terperinci dijelaskan di Sub Bab fasilitas dan peralatan buku pedoman
pelayanan IBS.
6. Peralatan yang ada dikamar operasi digunakan sesuai dengan juknis penggunaan
yang tersedia di masing-masing alat.
7. Penggunaan Peralatan yang ada di kamar operasi diatur secara rinci sesuai dengan
SPO masing-masing peralatan

35

8. Pemeliharaan peralatan dilakukan oleh.. sesuai dengan SPO.. secara rinci


diatur dalam program pemeliharaan peralatan kedokteran dan program pengamanan
(safe practice).
9. Pembersihan dan sterilisasi kamar operasi dilaksanakan sesuai dengan SPO
Pembersihan dan sterilisasi berdasarkan program sterilisasi kamar operasi.
E. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
1. Pelayanan kamar operasi diberikan secara berencana (electif) dan pelayanan gawat
darurat emergency. Pelayanan elektif dilaksanakan di IBS, sedang pelayanan gawat
darurat dilaksanakan di kamar operasi emergency
2. Pelayanan dan Pengelolaan Kamar Operasi dilaksanaan mengacu pada Kebijakan
dan prosedur tertulis. Kebijakan dan Prosedur di IBS dipasang di Kamar Operasi
3. Prosedur pengelolaan dan pelayanan kamar operasi secara rinci diatur dalam tiaptiap SPO. SPO di IBS meliputi:
a. SPO pasien sewaktu tiba di kamar operasi meliputi:
o SPO pemeriksaan identitas pasien sewaktu tiba di kamar operasi
o SPO pemastian teknik serta lokasi operasi
o SPO izin operasi (informed consent).
b. SPO pencatatan meliputi:
o SPO pencatatan kecelakaan/kegagalan
o SPO pelaporan kepada yang berwenang.
c. SPO Penjadwalan pasien meliputi:

36

o SPO Penjadwalan operasi elektif


o SPO Penjadwalan operasi darurat
o SPO menunda opersai
o SPO menambahkan pasien pada jadwal operasi yang sudah ada.
d. SPO ketidaksesuaian penghitungan bahan dan/atau alat sebelum dan sesudah
operasi.
e. SPO Laporan operasi dibuat dalam rekam medis pasien
f. SPO Pelaksanaan pengendalian infeksi dikamar operasi
g. SPO Pemeliharaan dan perbaikan peralatan di kamar operasi
h. SPO pelayanan anestesi di kamar operasi pada masa pra, saat dan pasca operasi.
4. Kesinambungan logistic di kamar operasi diatur secara rinci dalam program
pengendalian logistic.
5. Secara berkala dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan danpelayanan
di kamar operasi.

F. PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN


1. IBS dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan pendidikan berkelanjutan bagi
petugas. Secara rinci diatur dalam Program pendidikan dan pelatihan IBS.
2. Pengembangan staf di IBS dilakukan berdasarkan kebutuhan pelayanan Kamar
Operasi dan rumah sakit.

37

3. Setiap tahun ditetapkan Program Diklat IBS. Program terdiri dari Program
Orientasi Pegawai Baru dan Program Pendidikan dan Pengembangan Staf.
4. IBS menetapkan Program Pendidikan dan Pelatihan dengan berkoordinasi dengan
Bidang Diklit sesuai dengan anggaran meliputi;
a. Orientasi Pegawai Baru
- Setiap karyawan baru atau pindahan dari unit lain di IBS wajib mengikuti Program
Orientasi pegawai sesuai dengan program orientasi pegawai baru RS dan program
orientasi pegawai baru IBS dan TOR orientasi pegawai baru.
- Program orientasi dilakukan secara bertahap sesuai SPO Orientasi di IBS
- Evaluasi pelaksanaan orientasi dilakukan setiap tahun oleh PJ SDM IBS
b. Pendidikan dan Pelatihan Staf IBS
- Rencana pelatihan disusun oleh IBS berdasarkan Data kebutuhan pelatihan
(Training Need Assessment). Rencana berupa program pelatihan diajukan ke Bidang
Diklit untuk dilaksanakan sesuai anggaran yang tersedia
- Jenis pelatihan adalah pelatihan yang dapat menunjang ketrampilan maupun
keahlian dalam rangka meningkatkan pelayanan di kamar operasi, yaitu Pelatihan
Dasar-dasar Bedah Umum, Pelatihan Keahlian Spesifikasi, Pelatihan Manajemen
kamar operasi, serta pendelegasian pada pertemuan-pertemuan ilmiah secara rutin.
- Pelaksanaan diklat dibawah koordinasi Bidang Diklit
- Monitoring pasca pelatihan dilakukan Ka. IBS untuk melihat implikasi pelatihan di
IBS.
- Evaluasi pasca pelatihan dilakukan terhadap peserta oleh Ka. IBS atau PJ SDM IBS,
sedangkan tindakl lanjut dilakukan berdasarkan evaluasi dari hasil koordinasi IBS
dengan Bidang Dikit

38

- Program pendidikan dan pelatihan bagi staf di IBS dievaluasi tiap tahun oleh Ka.
Unit sebagai acuan dalam penyusunan progam berikutnya dengan terus melihat Data
kebutuhan pelatihan (Training Need Assessment).
G. EVALUASI DAN PENINGKATAN MUTU
1. Upaya penilaian kemampuan dan hasil pelayanan di kamar operasi;
a. IBS melakukan upaya penilaian kemampuan dan hasil pelayanan secara rinci di
jabarkan dalam sebuah laporan tahunan IBS
b. Hasil penilaian pelayanan IBS yang berupa laporan tahunan IBS disampaikan
kepada direktur dalam rangka rekomendasi tindak lanjut.
2. Data pasien dan tindakan anestesi tercatat dalam dokumen rekam medis dengan
lengkap, jelas dan benar. Proses pencatatan dokumen diatur secara rinci di PSO
tentang pencatatan rekam medis anestesi.
3. Kelengkapan dokumen anestesi dievaluasi secara rutin tiap tahun dengan bekerja
sama dengan bagian rekam medis, dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
anestesi di kamar operasi.

39

Вам также может понравиться