Вы находитесь на странице: 1из 7

KOAGULASI DAN FLOKULASI

Tujuan utama proses koagulasi dan flokulasi adalah penghilangan padatan


yang berada di dalam air terutama yang berbentuk padatan tidak mengendap (non
setleable solid), padatan tersuspensi (suspended solid), dan koloid. Beda
pengertian antara koagulasi dan flokulasi sering sukar dipisahkan. Namun
demikian koagulasi sering diartikan dengan penambahan bahan kimia (koagulan)
disertai dengan pengadukan cepat (rapid mixing) sehingga membentuk suspensi
halus. Sedangkan flokulasi adalah pengadukan lambat untuk membentuk flok
yang mengendap dengan cepat.
Karakteristik Padatan Tersuspensi
Padatan koloid yang terdispersi dalam air adalah partikel padatan yang tidak akan
mengendap dengan gravitasi dan padatan dalam sistem koloid sering disebut
dengan sistem yang stabil. Koloid di dalam air dapat dibedakan atas dua golongan
besar, yaitu : koloid hidrofilik dan koloid hidrofobik.
Koloid hidrofilik mempunyai kemampuan untuk bereaksi secara spontan dengan
air untuk membentuk suspensi koloid yang dapat didehidrasi ke material awal dan
dapat didispersikan kembali. Zat-zat organik pembentuk warna umumnya
termasuk koloid hidrofilik.
Dispersi koloid hidrofobik bisa terjadi secara fisik atau kimia dan tidak bisa
terdispersi kembali secara spontan di dalam air. Afinitas koloid hidrofobik
terhadap air sangat kecil sehingga koloid ini tidak memiliki lapisan air atau film
yang cukup berarti.
Ukuran berbagai komponen yang bisa terkandung dalam padatan yang tersuspensi
di dalam air dapat bervariasi seperti disajikan pada Tabel 6.1. Fraksi komponen
terlarut biasanya mempunyai ukuran < 10 A, sedangkan diameter partikel koloid
terletak antara 10 104 A. Padatan tersuspensi terletak antara fraksi padatan
terlarut dan padatan mengendap (10 106 A). Koagulasi terutama diarahkan untuk
mengeluarkan fraksi koloid yang pada umumnya menyebabkan kekeruhan air.
Tabel

Ukuran partikel yang terlibat dalam koagulasi

A. Sistem Koloidal
- Warna
50 1.000
- Koloid inert (tanah liat, 1.000 30.000
garam anorganik)
- Emulsi
2.000 100.000
- Bakteri
5.000 100.000
- Alga
50.000 8.000.000
B. Kation

C. Polyelektrolit
D. Air

12
250.000 40.000.000
4

Stabilitas koloid yang menyebabkan tetap tersuspensi dalam air disebabkan oleh
muatan listrik yang dibawa oleh masing-masing partikel. Muatan listrik inilah
yang menyebabkan partikel saling bertumbukan sehingga tidak bisa mengendap
dan tetap tersuspensi di dalam air. Biasanya, partikel-partikel organik, anorganik
dan biokoloid bermuatan negatif ketika tersuspensi di dalam air. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh gugus yang dapat terionisasi atau komponen ionik
yang terserap dari air.
Destabilisasi padatan tersuspensi di dalam air dengan perlakuan secara kimia
diarahkan untuk menetralkan maupun mengurangi muatan listrik sehingga gaya
tolak menolak semakin kecil dan jarak antara partikel bisa semakin dekat.Hal
iniakan memberi kemungkinan partikel untuk saling bergabung dan menggumpal
serta mengendap. Muatan negatif partikel koloid akan menarik awan ion positip
yang mengelilingi karena adanya gaya elektrosatik. Ion-ion positip tersebut bisa
dikelompokan dalam dua lapisan yaitu lapisan dalam termasuk yang menyerap
ion-ion, dan lapisan diffusi tempat ion-ion terdistribusi.karena adanya gaya
elektrosatik dan aliran fluida. Ion-ion teradsorpsi akibat adanya gaya elektrostatik
dan atau gaya Van Der Waal. Di dalam lapisan difusi terdapat bidang geser yang
menyatakan batas dimana ion-ion berlawanan dapat disapu dari partikel oleh
gerakan fluida.
Beda potensial listrik antara bidang geser dengan larutan ruah dapat diukur dan
disebut Potensial Zeta (PZ). Dalam prosedur pengukuran PZ, sampel air
diletakkan dalam sebuah sel di bawah pengmatan mikroskop. Dengan tegangan
yang diberikan kepada elektroda tiap-tiap ujung dari sel, partikel-partikel yang
bermuatan akan bergerak menuju elektroda yang mempunya polaritas berlawanan.
Kecepatan gerakan partikel kemudian diukur dan dihubungkan dengan kalibrasi
tehadap muatan partikel pada bidang geser. PZ menjadi alat yang secara kualitatif
bisa digunakan untuk memperkirakan potensial untuk koagulasi karena bila PZ
mendekati nol, maka koagulasi akan semakin baik.
Pada saat proses koagulasi, pengadukan yang cepat sangat penting karena
pengadukan membuat dispersi koloid uniform, menaikan kontak antar partikel,
merusak stabilitas sistem koloid dan menaikan jumlah tumbukan antara partikel.
Penambahan koagulan akan mengurangi tebal lapisan ganda. Jika lapisan ganda
pada partikel semakin kecil maka potensial zeta juga akan semakin kecil.
Bila koagulan ditambahkan kedalam air maka koagulan akan terdisosiasi dan ion
logam akan mengalami hidrolisis dan menghasilkan ion kompleks logam hidrokso

yang bermuatan positif. Komplek-komplek logam hidrokso ini merupakan ion-ion


polivalen yang bermuatan sangat positif dan teradsobsi pada permukaan koloid
negatif. Hal ini akan mengurangi zeta potensial sampai tingkat dimana koloid
menjadi tidak stabil.
Mekanisme Destabilisasi
Agar partikel koloid mampu tersuspensi bisa menggumpal atau mengendap, maka
gaya menolak elektrostatik harus di perkecil atau ditekan. Prosedur ini dikenal
sebagai destabilisasi. Mekanisme destabilisasi bisa terdiri dari beberapa langkah
antara lain : (1) Pengurangan muatan permukaan partikel dengan menekan lapisan
muatan ganda, (2) netralisasi muatan dengan adsorpsi ion yang berlawanan
muatan, (3) penggabungan antara partikel dengan polimer, dan (4) penjebakan
oleh flok.
(1) Penekanan Lapisan Ganda
Atmosfre ion-ion yang berbeda muatan yang mengelilingi partikel di
dalam air dan muatan permukaan partikel merupakan lapisan ganda
elektrikal. Distribusi ion-ion berlawanan dalam lapisan diffusi mengikuti
teori ionik Debye-Hickel untuk elektrolit kuat. Ketebalan lapisan ganda
dinyatakan sebagai :
Z = 0,33 x 10-2 (Ed/I)0,5
Ed
= Konstanta dielektrik larutan, Coul/V/cm
I
= kekuatan ionik larutan, mol/L
Z
= ketebalan lapisan, cm
Untuk air pada 20C, tebal lapisan dalam cm adalah :
Z sebanding dengan 3,0 x 10-8 I-0,5
Sesuai dengan rumus di atas,bila ion-ion ditambahkan ke dalam air
maupun air limbah, maka akan menimbulkan kekuatan ionik, gaya tolak
diperkecil karena jarak yang lebih pendek.Untuk air dan elektrolit valensi
tunggal (monovalen), ketebalan lapisan ganda sekitar 10 A pada 0,1 molar
dan 100 A pada 0,001 molar. Beberapa konsentrasi garam memungkinkan
mencapai tebal lapisan ganda cukup kecil sehingga dua partikel koloid dan
mendekati satu sama lain dan memungkinkan gaya Van Der Waals
menyebabkan penggumpalan. Dalam pengurangan lapisan ganda,
kuantitas muatan koloid tidak dikurangi secara signifikan, tetapi hanya
memperkecil jarak muatan dari permukaan partikel. Karena kekuatan ion
tergantung pada kuadrat muatan ion, maka konsentrasi garam yang
diperlukan untuk mencapai destabilisasi dengan cara penurunan muatan
akan semakin kecil bila kation berubah dari Na menjadi Ca 2+ dal Al3+. Oleh
karena itu, Al2(SO4)3.14 H2O dan garam-garam besi merupakan koagulan
yang paling umum digunakan.
(2) Netralisasi Muatan

Fenomena ini melibatkan penambahan bahan kimia yang mengandung ion


berlawanan terhadap koloid di dalam lapisan stern sehingga muatan efektif
di luar lapisan geser bila diperkecil. Berbeda dengan penekanan lapisan
ganda (1), di mana mengubah distribusi muatan di dalam lapisan diffusi,
netralisasi muatan terutama berperan di dalam lapisan tunggal yang
mengelilingi koloid. Netralisasi muatan dapat merupakan hasil dari
muatan yang berlawanan dari kagulan yang ditambahkan secara berlebih
terhada air maupun air limbah.
(3) Penggabungan
Telah meningkat dengan cepat penggunaan bahan polimer organik sebagai
bahan destabilisasi dalam pengolahan air. Polimer-polimer mengandung
beberapa situs aktif sepanjang rantainya sehingga koloid dapat berinteraksi
dan menjadi teradsorpsi. Idealnya, koloid bisa menjadi terikat pada
beberapa situs sepanjang rantai polimer. Meskipun gaya tarik menarik
adsorpsi antara koloid dan polimer organik mungkin sama dengan yang
terjadi dalam netralisasi muatan, hasil destabilisasi terutama disebabkan
oleh gerakan lambat partikel karena jembatan yang terbentuk antara
partikel-partikel koloid. Stabilisasi kembali bila ditambahkan berlebih,
karena masing-masing partikel koloid kemudian mempunyai molekul
polimernya sendiri dengan hanya membentuk sedikit kontribusi dari rantai
polimer dan sedikit pula yang membentuk ikatan. Karena koloid masih
memiliki sebagian besar muatannya mula-mula setelah berkaitan dengan
polimer, maka terjadi restabilisasi sebagai akibat dari gaya tolak menolak.
(4) Penjebakan
Jika sejumlah koagulan ditambahkan ke dalam air, maka akan membentuk
flok yang akan mengendap. Karena bentuk flok tersebut besar dan tiga
dimensi, koloid akan terjebak di dalam flok. Padatan-padatan akan tetap
tinggal terjebak di dalam flok yang mengendap sehingga air akan menjadi
jernih. Mekanisme ini akan menghasilkan sejumlah besar lumpur garam
alumunium atau besi yang harus dikeringkan.
Beberapa jenis koagulan dan flokulan
Koagulan adalah bahan-bahan kimia yang dilakukan untuk proses
pegnendapan partikel-partikel koloid yang terdapat dalam air
buangan.Koagulan yang dipaka dalam proses ini antara lain :
Alumunium sulfat atau alum
Alum merupakan koagulan yang paling banyak digunakan dalam
pengolahan air dan mempunyai rumus kimia Al2(SO4)3.18H2O. Alum dapat
diperoleh dalam bentuk cair atau pun padatan. Jika alum ditambahkan
kedalam air dalam suasana basa (adanya alkalinitas) maka reaksi yang
terjadi adalah :
Al2(SO4)3.18H2O + 3Ca(OH)3 3Ca SO4 + 2Al(OH)3 + 18H2O

Reaksi reaksi antara alum dalam air dipengaruhi oleh banyak faktor.
Oleh karena itu sangat sukar memperkirakan dengan akurat jumlah alum
yang akan bereaksi dengan jumlah alkalinitas yang diberikan oleh kapur.
Larutan Alum dalam air menghasilkan :
Al2(SO4)3.14 H2O 2 Al 3+ + 3 SO42- + 18 H2O
Ion-ion hidroksida hasil dari ionisasi air :
H2O H+ + OHIon-ion alumunium (Al 3+) kemudian bereaksi :
2 Al3+ + 6 OH- 2 Al(OH)2
Reaksi antara hidroksida dalam air dengan ion alumunium mengakibatkan
penurunan alkalinitas. Bila alkalinitas air secara alami tidak cukup untuk
bereaksi dengan alum yang ditambahkan, maka bisa ditambahkan
alkalinitas dalam bentuk kapur hidrasi Ca(OH)2, soda abu (Na2CO3),
maupun soda kaustik (NaOH). Alum hidroksida yang bersifat amphoteir
dapat aktif dalam suasana basa maupun asam. Flok-flok alum larut sedikit
pada pH mendekati 7. Flok akan bermuatan positif bila di bawah pH 7,6
dan bermuatan negatif diatas pH 8,2. Diantara batas-batas pH tersebut flok
flok yang terbentuk akan bermuatan campuran negatif dan positif.
Ferro Sulfat atau Cooperas
Kombinasi ferro sulfat dengan kapur merupakan koagulan yang efektif
untuk penjernihan air buangan yang keruh. Ferro sulfat dengan rumus
kimia FeSO4.7H2O berupa kristal berwarna putih kehijauan dapat
diperoleh dari berbagai proses kimia seperti penyepuhan logam dan proses
galvanisasi. Ferro sulfat juga dapat ditemukan dalam bentuk cair. Reaksi
ferro sulfat dangan kapur akan menghasilkan endapan ferro hidroksida.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
FeSO4.7H2O + Ca(OH)2 Fe(OH)2 + CaSO4 + 7 H2O
Ferro hodroksida mengendap pada pH = 9,5. Reaksi diatas diikuti reaksi
oksidasi ferro oleh karena adanya oksigen terlarut di dalam air.
4 Fe(OH)2 + O2 + 2 H2O 4 Fe(OH)3
Ferri hidroksida adalah endapan yang disebut flok.
Ferro sulfat juga bisa digunakan untuk koagulasi dengan teknik lain, yaitu
dijadikan bentuk terklorinasi (clorinated copperas). Ferro sulfat
direaksikan dengan gas clor menurut reaksi :
3FeSO4.7H2O + 1,5 Cl2 Fe2(SO4)3 + FeCl3 +21 H2O
pH optimum untuk reaksi adalah 4,0. Campuran antara ferrisulfat dan ferri
klorida dikenal sebagai koagulan yang sangat efektif.
Ferri Khlorida
Ferri khlorida merupakan zat yang pertama kali digunakan dalam proses
koagulasi untuk air buangan industri maupun buangan air selokan
pemukiman penduduk. Ferri khlorida dapat di produksi dari khlorinasi
kepingan besi. Pada saat ini ferri khlorida dapat diperoleh dalam bentuk

cairan dalam jumlah tertentu. Ferri khlorida berwarna kuning orange dan
berupa kristal pada yangmudah mencair. Zat tersebut mempunyai
kelarutan yang sangat tinggi dalam air. Reaksi dengan kapur menghasilkan
endapan oksidasi besi.
Reaksi yang terjadi :
2 FeCl3 + 3 Ca(OH)2 3 CaCl3 + 2 Fe(OH)2
Reaksi di atas berjalan dengan baik pada pH 4 12.
Ferri Sulfat
Ferri sulfat bereaksi dengan alkalinitas yang ada di dalam air membentuk
endapan ferri hidroksida, menurut reaksi :
Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2 Fe(OH)3 + 3 CaSO4 + 6 CO2
Reaksi di atas berjalan pada pH antara 4 12. Flok yang terjadi bersifat
mudah mengendap. Bila alkalinitas air tidak mencukupi maka bisa
digunakan Ca(OH)2.
Dosis Penambahan Koagulan
Baik untuk alum maupun garam besi dosisnya bervariasi antara 0,03
hingga 0,15 gram/lt. Semakin besar kekeruhannya semakin besar jumlah
pembubuhan koagulan. pH otimum untuk alum 6-8 sedangkan untuk
garam-garam besi antara 8-10. Jika pH kurang dari pH optimum, untuk
alum maka flok Al(OH)3 akan terlarut. Sedangkan bila lebih besar maka
flok yang terbentuk akan mengioni menjadi ion aluminat (AlO 3)-3 yang
mudah larut dalam air.
Polyelektrolit
Setelah dilakukan koagulasi, maka flok-flok halus yang terbentuk
dibiarkan menggumpal menjadi lebih besar dan mengendap. Pada proses
ini sering dibantu dengan pengadukan lambat dan disebut proses flokulasi.
Untuk membantu agar cepat terbentuk flok yang besar dan mudah
mengendap, pada proses flokulasi sering ditambahkan senyawa
polyelektrolit (PE).
PE biasanya merupakan polimer sintesis yang memiliki gugus fungsional
di sepanjang rantai molekul yang dapat terionisasi. Ketika gugus tersebut
terdisosiasi, polimer menjadi ion makro dan dapat diklasifikasikan ke
dalam kationik, anionik, maupun nonionik tergantung pada muatan netto
residual yang dimiliki ion tersebut.
Ion makro merupakan rantai panjang yang fleksibel dan dikelilingi oleh
sejumlah kecil ion yang berlawanan jenis. Karena jumlah muatan pada
rantai bertambah, maka gaya tolak menolak elektrostatik antara muatan
gugus akan meningkat dan ion makro akan memanjang dengan sendirinya.
Dengan menurunnya muatan, rantai akan mengecil seperti koil yang tidak
beraturan. Penambahan io yang berlawanan dalam air juga menurunkan
perpanjangan rantai dengan menekan lapisan ganda ion berlawanan di

sekeliling masing-masing gugus bermuatan sehingga akan menurunkan


gaya tolak antara gugus fungsional.

Вам также может понравиться