Вы находитесь на странице: 1из 8

Hormon Gonadotropin chorionic

1. hormone
Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke
dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan target secara spesifik. Jaringan yang
dipengaruhi umumnya terletak jauh dari empat hormon tersebut dihasilkan, misalnya hormon
pemacu folikel (FSH, follicle stimimulati ormone ) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
anterior hanya merangsang jaringan tertentu di ovarium. Dalam hal hormon pertumbuahn
lebih dari satu organ menjadi terget sebab hormon pertumbuahan mempengaruhi sebagai
jenis jaringan dalam badan. Jaringan target suatu hormon sangat spesifik karena sel-selnya
mempunyai reseptor untuk hormon tersebut.

2. hormon gonadotropin chorionic


HCG
Human Chorionic Gonadatrophin (hCG) adalah hormon yang bekerja mirip LH
(luteinising hormone) yang secara normal diproduksi oleh kelenjar pituitari. Pada anak lakilaki LH dan juga hCG memberitahu testis untuk memproduksi hormon sex laki-laki
(testosterone).
Pada anak perempuan, hCG memberitahu ovarium untuk memproduksi progesteron
tetapi hal ini terjadi hanya pada masa kehamilan. sehingga hCG lebih bemanfaat bagi anak
laki-laki dibanding anak perempuan.
Human chorionic gonadotropin (hCG) adalah hormon peptida yang diproduksi pada
masa kehamilan, yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan selanjutnya oleh
syncytiotrophoblast (bagian dari plasenta).
HCG mengatur untuk mencegah perpecahan dari corpus luteum pada ovarium dan
juga mempertahankan produksi progesteron yang penting pada kehamilan pada manusia.
HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai contoh diperkirakan HCG
mempengaruhi toleransi imunitas pada kehamilan.
Hormon hCG (bahasa Inggris: Human chorionic gonadotropin, hCG) adalah hormon
glikoprotein dari keluarga gonadotropin yang awalnya disintesis oleh embrio manusia, dan
kemudian dilanjutkan oleh syncytiotrophoblast, bagian dari plasenta, selama masa kehamilan.
Keduanya merupakan sel trofoblastik yang menstimulasi sekresi steroid dari ovarium untuk
kestabilan kandungan.
Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta).
Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000
mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali
sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi
hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki
fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda
kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

3. mekanisme kerja gonadotropin chorionic


Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang wanita hamil yang dibuat
oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena pertumbuhan jaringan plasenta. Hormon
kehamilan yang dihasilkan oleh villi choriales ini berdampak pada meningkatnya produksi
progesteron oleh indung telur sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan.
Produksi HCG akan meningkat hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama
sisa kehamilan. Hormon kehamilan HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai
contoh diperkirakan HCG mempengaruhi toleransi imunitas pada kehamilan. Hormon ini
merupakan indikator yang dideteksi oleh alat test kehamilan yang melalui air seni. Jika, alat
test kehamilan mendeteksi adanya peningkatan kadar hormon HCG dalam urine, maka alat
test kehamilan akan mengindikasikan sebagai terjadinya kehamilan atau hasil test positif
Dampak kadar HCG yang tinggi dalam darah menyebabkan mual-muntah (morning
sickness).

4. fungsi dan penerapan gonadotropin chorionic


Hasil dari sejumlah penelitian

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

PENGGUNAAN DUA JENIS HORMON GONADOTROPIN


UNTUK MERANGSANG PEMIJAHAN IKAN BALASHARK
(Balanteocheilus melanopterus)

RENDAH.

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Hasil :

Daya tetas

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

INDUKSI OVULASI DENGAN HORMON GONADOTROPIN


Keadaan anovulasi sudah barang tentu menimbulkan keadaan infertilitas. Ovulasi yang
terjadi sebelumnya, bahkan kehamilan-kehamilan yang terjadi sebelumnya bukan merupakan
jaminan bahwa siklus haid yang ada sekarang adalah ovulatorik. Siklus haid yang
anovulatorik biasanya memang merupakan siklus yang tidak teratur dan sering menyebabkan
timbulnya perdarahan uterus disfungsional.
Gangguan ovulasi ini meliputi gangguan perkembangan folikel, gangguan maturitas
folikel, gangguan proses ovulasi, maupun gangguan fungsi folikel setelah ovulasi (korpus
luteum dan defek fase luteal).

Cara pengobatan:
Untuk merangsang pertumbuhan dan kematangan folikel dibutuhkan dosis
gonadotropin mulai hari ke-5 siklus hingga hari ke-14, dimulai dengan 1 ampul setiap
harinya. Dosis awal hMG adalah 75-150 unit FSH/LH per hari yang dimulai hari ke-5 sampai
hari ke-14 siklus haid spontan atau perdarahan lucut.
Dengan menggunakan pemantauan estrogen serum sebagai patokan, para klinisi
memberikan hCG untuk mencetuskan terjadinya ovulasi. Selama pemberian hCG harus
dilakukan pemantauan apakah folikel telah berkembang dengan baik untuk terjadinya
ovulasi.
Pengukuran kadar estrogen sangatlah penting guna mengetahui kapan waktu yang
tepat untuk memberikan hormon hCG guna mencetuskan ovulasi dan mencegah keadaan
hiperstimulasi
Ovulasi akan berhasil bila pemberian hCG dilakukan pada saat folikel berukuran 18
20 mm. Lebih kurang 36 jam setelah pemberian hCG biasanya akan terjadi ovulasi.

Angka keberhasilan terapi :


Dengan gonadotropin angka kejadian ovulasi ialah 95 %, akan tetapi angka kehamilan
60 75 %.

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Penggunaan Klomifen Sitrat, Aromatase Inhibitor dan Gonadotropin


sebagai induksi ovulasi
Induksi ovulasi merupakan salah satu cara yang sangat krusial pada penanganan
infertilitas. Kemampuan melakukan induksi ovulasi yang optimal untuk mencapai kehamilan
merupakan kebutuhan yang harus diperhatikan dalam bidang endokrinologi reproduksi,
khususnya pada penanganan infertilitas, meskipun induksi ovulasi telah rutin dilakukan.
Saat ini telah dikembangkan dan diproduksi secara komersial berbagai macam
regimen untuk memicu terjadinya ovulasi. Pada bahasan ini difokuskan pada tiga macam
regimen yang sering digunakan, yaitu Klomifen Sitrat, Aromatase Inhibitor dan
Gonadotropin.
Cara kerja:
1. Klomifen Sitrat digunakan secara oral dan dapat dikonsumsi mulai hari ke 3 sampai 5 haid
spontan atau yang diinduksi dengan progesteron. Pengobatan biasanya dimulai dengan dosis
tunggal 50 mg setiap hari selama 5 hari. Dosis dapat dinaikkan 50 mg pada siklus berikutnya
sampai didapatkan ovulasi.
Penggunaan Klomifen Sitrat pada wanita dengan indikasi yang tepat, yaitu anovulasi,
60-85 % akan berhasil terjadi ovulasi dan 30-40 % akan menjadi hamil. Keberhasilan akan
menurun pada bertambahnya usia dan Body Mass Index (BMI).

2. Sebagai induksi ovulasi Aromatase Inhibitor akan menyebabkan penurunan kadar estrogen,
yang akan membebaskan hipotalamus dari efek umpan balik negatif estrogen. Kondisi ini
akan menyebabkan pelepasan gonadotropin di hipofisa, terutama FSH dan selanjutnya akan
menstimulasi perkembangan folikel di ovarium.
Aromatase Inhibitor dapat digunakan untuk induksi ovulasi tunggal atau sebagai
ajuvan bersama FSH eksogen untuk meningkatkan keberhasilan induksi ovulasi. Aromatase
Inhibitor Letrozole digunakan secara oral dengan dosis 2,5-5 mg setiap hari, selama 5 hari
mulai hari ke 3 berturut-turut sampai hari ke 7 siklus haid. Penggunaan tunggal akan
menghasilkan perkembangan satu folikel matang dan secara bermakna akan menurunkan
risiko sindroma ovarian hiperstimulasi dan kehamilan ganda.
Penggunaan Aromatase Inhibitor tunggal untuk inseminasi intra uteri bukan pilihan
optimal, karena seperti diketahui dibutuhkan lebih dari satu folikel pada siklus inseminasi.
Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

3. Pemberian FSH dimulai pada hari ke 3 haid dengan dosis 75 IU selama 7 hari. Pada hari ke
10 USG dilakukan untuk pemantauan folikel, bila diameter folikel 12 mm pemberian FSH
dilanjutkan dengan dosis tetap dan pemantauan USG dilakukan setiap 2-3 hari. Bila diameter
folikel 12 mm , dosis FSH dinaikkan menjadi 150 IU per hari dan USG dilakukan setelah 3
hari pemberian FSH. Pada hari 13 dilakukan pemantauan USG, bila diameter folikel 15mm,
pemberian FSH dilanjutkan dengan dosis tetap dan USG dilakukan setiap 2-3 hari. Bila
diameter folikel 15mm dosis FSH dinaikkan menjadi 225 IU dan pemantauan folikel
dilakukan 3 hari kemudian.
Pemberian hCG untuk maturasi akhir folikel dilakukan bila saat pemantauan dengan
USG didapatkan diameter folikel mencapai 17-18mm dan ketebalan endometrium mencapai
9-10mm.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hormon_hCG
http://propolis.idolakita.com/tag/fungsi-hormon-gonadotropin/
http://dhanwaode.wordpress.com/2011/03/01/farmakologi-hormon-dan-penghambat-gonad/
http://bidanku.com/index.php?/hormon-hormon-kehamilan
http://medicastore.com/apotik_online/hormon/hormon_tropik_dan_sintetiknya.htm
darti satyani, siti subandiyah, irsyaphiani insan, 2008. Penggunaan dua jenis hormon gonadotropin
untuk merangsang pemijahan ikan balashark (balanteocheilus melanopterus) . j.ris akuakultur vol.3
no.2 tahun 2008 : 157-164
dr. Aminuddin, 2001. INDUKSI OVULASI DENGAN HORMON GONADOTROPIN. BAGIAN OBSTETRI
DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
Dr.H. Hendy Hendarto, Penggunaan Klomifen Sitrat, Aromatase Inhibitor dan Gonadotropin
sebagai induksi ovulasi. Universitas Airlangga
Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Вам также может понравиться