Вы находитесь на странице: 1из 18

OSTEOARTRITIS

Gejala klinis osteoartritis bervariasi, bergantung pada sendi yang terkena, lama dan intensitas
penyakitnya, serta respon penderita terhadap penyakit yang dideritanya. Pada umumnya pasien
osteoartritis mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang
secara perlahan-lahan.
Secara klinis, osteoartritis dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
1. Subklinis
Pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lainnya. Kelainan baru terbatas pada tingkat
seluler dan biokimiawi sendi.
2. Manifest
Pada tingkat ini biasanya penderita datang ke dokter. Kerusakan rawan sendi bertambah luas disertai
reaksi peradangan.
3. Dekompensasi
Rawan sendi telah rusak sama sekali, mungkin terjadi deformitas dan kontrak.
Keluhan-keluhan umum yang sering dirasakan penderita osteoartritis adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Sendi
Merupakan keluhan utama yang seringkali membuat pasien datang ke dokter. Nyeri biasanya
bertambah dengan adanya gerakan, dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
menimbulkan rasa sakit yang berlebih dibanding gerakan lain. Pada osteoartritis, terdapat hambatan
sendi yang biasanya bertambah berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Asal
nyeri dapat dibedakan, yaitu :
a. Peradangan
Nyeri yang berasal dari peradangan, biasanya bertambah pada pagi hari atau setelah istirahat beberapa
saat dan berkurang setelah bergerak. Hal ini karena sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan,
pengumpulan cairan dalam ruang sendi yang menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai
sendi. Semua ini menimbulkan rasa nyeri.
b. Mekanik
Nyeri akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat.
Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut di mana rawan sendi telah
rusak berat. Nyeri biasanya terlokalisasi hanya pada sendi yang terkena, tetapi dapat juga menjalar.
2. Kaku Sendi
Merupakan keluhan pada hampir semua penyakit sendi dan osteoartritis yang tidak begitu berat. Pada
beberapa pasien, nyeri dan kaku sendi dapat timbul setelah istirahat beberapa saat, misalnya sehabis

duduk lama atau bangun tidur. Berlawanan dengan penyakit inflamasi sendi seperti artritis
rheumatoid, di mana pada artritis rheumatoid kekakuan sendi pada pagi hari berlangsung lebih dari 1
jam, maka pada osteoartritis kekakuan sendi jarang melebihi 30 menit.
3. Pembengkakan Sendi
Merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi. Biasanya teraba panas
tanpa adanya kemerahan. Pada sendi yang terkena akan terlihat deformitas yang disebabkan
terbentuknya osteofit. Tanda-tanda adanya reaksi peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada osteoartritis karena
adanya sinovitis.
4. Perubahan Gaya Jalan
Salah satu gejala yang menyusahkan pada pasien osteoartritis adalah adanya perubahan gaya jalan.
Hampir pada semua pasien osteoartritis, pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggulnya berkembang
menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman besar
untuk kemandirian pasien lanjut usia.
5. Gangguan Fungsi
Timbul karena ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi. Adanya kontraktur, kemungkinan
adanya osteofit, nyeri, dan bengkak merupakan penyebab yang menimbulkan gangguan fungsi. Pada
osteoartritis tidak terdapat gejala-gejala sistemik seperti kelelahan, penurunan berat badan atau
demam.
Gejala Osteoartritis
1. Nyeri Sendi
Keluhan nyeri merupakan keluhan utama yang seringkali membawa penderita ke dokter, walaupun
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya. Biasanya nyeri sendi bertambah oleh gerakan,
dan sedikit berkurang bila istirahat. Pada gerakan tertentu (lutut digerakkan ke medial) menimbulkan
rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lainnya. Nyeri pada osteoartritis dapat juga berupa
penjalaran (refered pain), misal pada osteoartritis lumbal, yang menimbulkan keluhan nyeri pada betis
(claudicatio intermitten). Korelasi antara nyeri dan tingkat perubahan struktur pada osteoartritis sering
ditemukan pada panggul, lutut.
2. Kekakuan
Pada beberapa penderita, kaku sendi dapat timbul setelah inmobilitas, seperti duduk lama di kursi, di
mobil, bhakan setelah bangun tidur. Kebanyakan penderita mengeluh kaku karena inaktivitas,
kekakuan biasanya kurang dari 30 menit.
3. Hambatan Gerakan Sendi
Kelainan ini ditemukan pada osteoartritis sedang sampai berat. Hambatan gerak ini disebabkan oleh
nyeri, inflamasi, fleksi kontraktur kelainan sendi, atau deformitas. Hambatan gerak sendi biasanya

dirasakan pada saat berdiri dari kursi, bangun dari tempat periksa, menulis, atau berjalan. Semua
gangguan aktivitas tergantung pada lokasi dan beratnya kelainan sendi yang terkena.
4. Krepitasi
Penderita mengatakan sendinya berbunyi kalau digerakkan. Krepitasi pada sendi yang degeneratif
lebih besar dibandingkan dengan yang terdapat pada artritis rheumatoid yang krepitasinya lebih halus.
Krepitasi yang jelas dan kasar mempunyai nilai diagnosis yang signifikan.
5. Pembengkakan Sendi
Sendi membengkak / membesar bisa disebabkan oleh efusi sinovitis atau kombinasi dari kelainankelainan ini. Sangat jarang merasa panas dan merah sendi.

Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis (RA) adalah jenis arthritis kronis. Gejala awal RA meliputi kelelahan, nyeri
sendi, dan kekakuan. Gejala lain rheumatoid arthritis mungkin merasa seperti flu, dengan perasaan
sakit, nyeri otot, dan kehilangan nafsu makan. Penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui,
walaupun mungkin ada komponen genetik. Pengobatan awal arthritis, dapat efektif meningkatkan
prognosis dan dapat membantu mencegah kerusakan tulang sendi yang terkait dengan RA.
Diagnosa rheumatoid arthritis (RA), pada tahap awal, bisa sulit. Tidak ada tes tunggal yang dapat
dengan jelas mengidentifikasi rheumatoid arthritis. Sebaliknya, dokter mendiagnosis rheumatoid
arthritis berdasarkan faktor-faktor yang sangat terkait dengan penyakit ini. American College of
Rheumatology menggunakan daftar kriteria:
1. Kekakuan pagi hari di dalam dan sekitar sendi minimal satu jam.
2. Pembengkakan atau cairan di sekitar tiga atau lebih sendi secara bersamaan.
3. Setidaknya satu bengkak di daerah pergelangan tangan, tangan, atau sendi jari.
4. Arthritis melibatkan sendi yang sama di kedua sisi tubuh (arthritis simetris).
5. Rheumatoid nodul, benjolan pada kulit penderita rheumatoid arthritis. Nodul ini biasanya di titiktitik tekanan dari tubuh, paling sering siku.
6. Jumlah faktor rematoid dalam darah abnormal.
7. X-ray tampak perubahan di tangan dan pergelangan tangan khas dari rheumatoid arthritis, dengan
kerusakan tulang di sekitar sendi yang terlibat.
Obat apa yang digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis?
NSAID
Sebagai bagian dari perawatan rheumatoid arthritis Anda, dokter Anda mungkin akan memberikan
resep obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID). Obat ini mengurangi rasa sakit dan inflamasi tetapi

tidak memperlambat kemajuan RA. Oleh karena itu, orang dengan RA sedang sampai parah seringkali
membutuhkan obat tambahan untuk mencegah kerusakan sendi lebih lanjut.
DMARDs
Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs) membantu memperlambat atau menghentikan
perkembangan RA. DMARD yang paling umum digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis
adalah metotreksat. DMARDs lainnya termasuk Arava, Azulfidine, Cytoxan, Imuran, Neoral, dan
Plaquenil.
Biologis
Pengobatan yang terbaru dan paling efektif untuk rheumatoid arthritis adalah terapi biologis. Terapi
biologis secara genetik direkayasa protein. Mereka dirancang untuk menghambat komponen spesifik
sistem kekebalan tubuh yang memainkan peran penting dalam peradangan, komponen kunci dalam
rheumatoid arthritis.
TNF blocker membantu mengurangi rasa sakit dan kerusakan sendi dengan memblokir sebuah
protein inflamasi disebut tumor necrosis factor (TNF). Ada beberapa bukti bahwa TNF blocker dapat
menghentikan perkembangan rheumatoid arthritis. Penelitian terbaru telah menunjukkan manfaat
ketika mereka menggabungkan dengan methotrexate. TNF blocker mencakup Enbrel, Humira,
Remicade, Cimzia, dan Simponi.

Arthritis adalah istilah umum yang berarti peradangan pada sendi. Radang sendi ditandai dengan
kemerahan, rasa hangat, bengkak, dan nyeri di dalam sendi.
Rheumatoid arthritis adalah jenis peradangan sendi kronis yang biasanya terjadi pada sendi di kedua
sisi tubuh, seperti tangan, pergelangan tangan, atau lutut. Kesimetrian ini membantu
membedakan rheumatoid arthritis dari jenis arthritis yang lain.
Selain mempengaruhi sendi, rheumatoid arthritis sesekali dapat mempengaruhi kulit, mata, paru-paru,
jantung, darah, atau saraf.
Apakah Gejala Rheumatoid Arthritis?
Gejala-gejala dari rheumatoid arthritis meliputi:

Nyeri sendi dan bengkak

Kekakuan, terutama di pagi hari atau setelah duduk untuk waktu yang lama

Kelelahan
Rheumatoid arthritis ini berbeda-beda pengaruhnya pada masing-masing orang. Pada beberapa orang,
gejala sendi berkembang secara bertahap selama beberapa tahun. Sedangkan pada beberapa yang
lain, rheumatoid arthritis dapat berkembang dengan cepat. serta ada juga yang mungkin
memiliki rheumatoid arthritis untuk jangka waktu tertentu dan kemudian memasuki masa remisi.
Siapa yang Dapat Terkena Rheumatoid Arthritis?

Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang mempengaruhi sekitar 1% populasi di Amerika
Serikat. Penyakit ini dua sampai tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Namun
pada pria yang terkena penyakit ini, cenderung pengaruhnya lebih parah. Rheumatoid
arthritis biasanya terjadi pada usia pertengahan, namun anak-anak dan orang tua juga dapat
terkena rheumatoid arthritis.
Apa Penyebab Rheumatoid Arthritis?
Penyebab pasti dari rheumatoid arthritis, belum diketahui pasti, tetapi diduga penyakit ini disebabkan
oleh kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, dan hormonal. Pada rheumatoid arthritis, ada suatu
hal yang memicu sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sendi dan kadang-kadang organ lainnya.
Beberapa teori menyarankan bahwa ada virus atau bakteri yang mungkin mengubah sistem kekebalan
tubuh, sehingga menyebabkan sistem kekebalan tersebut menyerang sendi. Teori lain menyarankan
bahwa merokok dapat menyebabkan terkena rheumatoid arthritis.
Penelitian belum sepenuhnya menentukan secara pasti apa peran genetika bermain dalam rheumatoid
arthritis. Namun, beberapa orang tampaknya memiliki faktor genetik atau turunan yang meningkatkan
kemungkinan mereka terkena rheumatoid arthritis.
Bagaimana Rheumatoid Arthritis Mempengaruhi Tubuh Kita?
Setelah sistem kekebalan tubuh dipicu, sel-sel kekebalan bermigrasi dari darah ke dalam sendi dan
sendi-lapisan jaringan, disebut sinovium. Di tempat tersebut, sel-sel kekebalan tubuh menghasilkan
zat inflamasi yang menyebabkan iritasi, mengikis tulang rawan (bahan bantalan pada bagian akhir
tulang), serta pembengkakan dan peradangan pada lapisan sendi. Seiring tulang rawan terkikis, ruang
antara tulang-tulang menyempit. Jika kondisi tersebut memburuk, maka tulang bisa bergesekan satu
dengan yang lain.
Radang lapisan sendi menimbulkan cairan berlebih terhadap sendi. Seiring lapisan mengembang,
maka hal ini mungkin mengikis tulang yang berdekatan, sehingga mengakibatkan kerusakan pengikat
antara tulang.
Semua hal diatas menyebabkan sendi menjadi sangat sakit, bengkak, dan terasa hangat saat disentuh.
Bagaimana Rheumatoid Arthritis Didiagnosis?
Diagnosis rheumatoid arthritis didasarkan pada kombinasi bernacam faktor, termasuk diantaranya:

Lokasi dan kesimetrian nyeri sendi yang spesifik, terutama sendi tangan

Adanya kekakuan sendi di pagi hari

Adanya benjolan dan nodul di bawah kulit (nodul rheumatoid)

Hasil tes x-ray yang menunjukkan adanya rheumatoid arthritis

Hasil faktor rheumatoid positif dari tes darah yang dilakukan serta tes darah lainnya
Kebanyakan orang yang terkena rheumatoid arthritis memiliki antibodi faktor rheumatoid (RF) dalam
darah mereka. Namun terkadang ada orang yang tidak memiliki antibodi ini dan terkena rheumatoid
arthritis karena ada penyakit lain yang bisa menyebabkan faktor rheumatoid untuk diproduksi dalam

darah. Oleh karena itu,diagnosis rheumatoid arthritis didasarkan dari kombinasi kelainan sendi
serta hasil tes darah.
Tes darah yang baru dan lebih spesifik untuk rheumatoid arthritis adalah tes antibodi citrulline cyclic,
juga disebut anti-CCP. Kehadiran antibodi anti-CCP ini menunjukkan kecenderungan
bentuk rheumatoid arthritis yang lebih agresif.
Orang-orang dengan rheumatoid arthritis mungkin mempunyai anemia ringan. Tes darah juga dapat
mengungkapkan tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) atau peningkatan tingkat protein C-reactive
(CRP), yang merupakan penanda adanya peradangan.
Beberapa orang dengan rheumatoid arthritis juga mungkin memiliki hasil positif pada tes antibodi
antinuclear (ANA), yang menunjukkan adanya gangguan autoimun, apakah gangguan
tersebut rheumatoid arthritis atau penyakit autoimun yang lain.
Bagaimana Mengobati Rheumatoid Arthritis?
Ada bermacam cara untuk mengobati rheumatoid arthritis. Pengobatan termasuk obat-obatan,
istirahat dan olahraga, serta tindakan operasi untuk memperbaiki kerusakan pada sendi.
Jenis pengobatan yang digunakan tentunya tergantung pada beberapa faktor, yang termasuk
diantaranya yaitu usia, kesehatan secara keseluruhan, riwayat kesehatan, dan tingkat keparahan
arthritis.
Obat-obatan untuk Rheumatoid Arthritis
Terdapat banyak obat-obatan rheumatoid arthritis yang tersedia untuk mengurangi nyeri sendi,
bengkak, dan peradangan. Beberapa obat tersebut untuk mencegah atau meminimalkan perkembangan
penyakit. Perlu diingat, obat-obat ini ada yang memerlukan resep dokter. Jadi Anda perlu
konsultasikan dahulu dengan dokter Anda sebelum mengkonsumsinya demi efektivitas dan keamanan.
Obat-obatan yang membantu mengurangi gejala arthritis, seperti nyeri sendi, kekakuan, dan
pembengkakan, antara lain:

Obat anti-inflamasi penghilang rasa sakit, seperti aspirin, ibuprofen, atau naproxen

Penghilang rasa sakit topikal (dioleskan langsung ke kulit)

Kortikosteroid, seperti prednison

Obat penghilang rasa sakit golongan narkotika


Ada juga obat keras yang disebut disease-modifying anti-rheumatic drugs (DMARDs), yang bekerja
dengan menghalangi atau menekan serangan sistem kekebalan tubuh pada sendi. Obat-obat tersebut
antara lain:

Plaquenil (awalnya digunakan untuk mengobati malaria)

Obat penekanan kekebalan tubuh, seperti methotrexate, Imuran, dan Cytoxan

Pengobatan Biologis , seperti Enbrel, Humira, Remicade, Orencia, Rituxan, dan Xeljanz

Obat-obat lain, seperti Azulfidine dan Arava


Mengapa Istirahat dan Latihan Olahraga Sangat Penting untuk Rheumatoid Arthritis?
Keseimbangan antara istirahat dan olahraga sangat penting dalam mengobati rheumatoid arthritis.
Sewaktuflare-up, yaitu memburuknya radang sendi, tindakan yang terbaik adalah untuk
mengistirahatkan sendi yang meradang. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan sementara tongkat
atau joint splints, yaitu perangkat yang digunakan agar sendi tidak dapat digerakkan.
Ketika peradangan sendi berkurang, program panduan olahraga diperlukan untuk mempertahankan
fleksibilitas sendi dan memperkuat otot-otot yang mengelilingi sendi. Rentang gerakan olahraga harus
dilakukan secara teratur untuk menjaga mobilitas sendi.
Kapan Tindakan Bedah Diperlukan untuk Rheumatoid Arthritis?
Ketika kerusakan sendi dari rheumatoid arthritis telah parah atau nyeri yang tidak bisa dikendalikan
dengan obat-obatan, maka operasi mungkin menjadi pilihan untuk membantu memulihkan fungsi
sendi yang rusak.
Dapatkah Rheumatoid Arthritis Disembuhkan?
Walaupun tidak ada obat untuk menyembuhkan rheumatoid arthritis, namun pengobatan dini dan
agresif telah terbukti membantu mencegah kecacatan.

Apakah Anda tahu bahwa ada lebih dari satu jenis radang sendi atau arthritis? Bahkan,
terdapat lebih dari 100 jenis arthritis. Ini merupakan kondisi yang mempengaruhi lebih dari 46 juta
orang dewasa di Amerika Serikat dan diperkirakan akan meningkat menjadi 67 juta orang dewasa
pada tahun 2030.
Pemahaman yang tidak tepat bahwa semua arthritis adalah sama, telah membuat orang mencoba
pengobatan yang menghasilkan sedikit efek pada gejala arthritis mereka. Karena setiap jenis arthritis
berbeda, maka diperlukan pendekatan pengobatan berbeda untuk masing-masing jenis arthritis. Hal
Itu berarti diagnosis yang akurat sangat penting bagi penderita arthritis. Karena dengan diagnosis
yang tepat, Anda akan tahu apa yang menyebabkan rasa sakit dan juga menjadi yakin dalam
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi rasa sakit dan terus aktif.
Dalam artikel ini kami akan membahas 2 jenis radang sendi yang paling umum terjadi dan bagaimana
membedakannya
Apa saja jenis radang sendi?

Terdapat dua jenis arthritis yang umum yaitu:

Osteoarthritis, yang merupakan keausan arthritis. Rematik ini disebabkan oleh kerusakan
jaringan tulang rawan

Rheumatoid arthritis, yang merupakan jenis peradangan arthritis yang terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh tidak bekerja dengan benar.

Selain 2 jenis yang paling umum di atas, arthritis yang juga sering didiagnosa pada pasien adalah:
Gout, yang disebabkan oleh penumpukan kristal pada sendi (baca artikel Dokita mengenai
rematik dan asam urat disini)
Psoriatic arthritis, lupus, dan septic arthritis merupakan jenis kondisi umum yang lain.
Apa itu Osteoarthritis?
Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif. Penyakit Ini mempengaruhi sekitar 33 juta
orang Amerika dan merupakan kondisi sendi kronis yang paling umum.
Osteoarthritis merupakan akibat dari terlalu sering menggunakan sendi, misalnya karena keras
berolahraga, obesitas, atau penuaan. Jika Anda seorang atlet atau penari, Anda mungkin bertanyatanya mengapa lutut atau pinggul Anda sakit ketika Anda turun dari tempat tidur di pagi hari.
Sebaiknya tanyakan kepada dokter Anda mengenai osteoarthritis. Penyakit ini bisa menyerang lebih
awal pada atlet atau mereka yang mengalami cedera di masa muda. Osteoarthritis di tangan seringnya
diwariskan dan sering terjadi pada wanita paruh baya.
Osteoarthritis paling sering terjadi pada sendi yang menanggung berat badan, misalnya lutut, pinggul,
kaki, dan tulang belakang. Osteoarthritis ini sering datang secara bertahap selama berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun. Kecuali nyeri pada sendi yang terkena, biasanya Anda tidak merasa sakit, dan
tidak ada kelelahan yang tidak biasa atau kecapaian seperti pada beberapa jenis arthritis lain.
Pada osteoarthritis, tulang rawan rusak secara bertahap. Tulang rawan adalah bahan licin yang
menutupi ujung tulang dan berfungsi sebagai peredam kejut tubuh. Seiring kerusakan bertambah,
tulang rawan mulai terkikis, atau tidak bekerja sebaik dulu untuk melindungi sendi. Sebagai contoh,
tekanan ekstra pada lutut akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan kerusakan pada tulang
rawan lutut. Hal tersebut, seiring waktu, menyebabkan tulang rawan untuk terkikis lebih cepat dari
biasanya.
Seiring tulang rawan menjadi aus, maka efek bantalan sendi semakin hilang. Hasilnya adalah rasa
nyeri sewaktu sendi bergerak. Bersamaan dengan rasa sakit, kadang-kadang Anda dapat mendengar
suara gemeretak ketika permukaan tulang rawan yang kasar antara 2 tulang saling bergesekan.
Benjolan yang menyakitkan mungkin muncul pada ujung tulang, terutama pada jari tangan dan kaki.
Meskipun bukan gejala utama dari osteoarthritis, peradangan dapat terjadi di lapisan sendi sebagai
reaksi terhadap kerusakan tulang rawan.
Apakah Gejala Osteoarthritis?
Gejala osteoartritis tergantung pada sendi atau sendi-sendi mana yang terkena. Gejala yang mungkin
terjadi yaitu:

Rasa nyeri yang mendalam

Kesulitan memakai baju atau menyisir rambut

Kesulitan mencengkeram benda

Kesulitan duduk atau membungkuk

Sendi terasa hangat saat disentuh

Kekakuan di pagi hari selama kurang dari satu jam

Nyeri saat berjalan

Kekakuan setelah beristirahat

Pembengkakan sendi

Kehilangan gerak pada sendi


Apa Faktor Risiko Umum untuk Osteoarthritis?
Faktor risiko untuk osteoarthritis meliputi:

Jajaran sendi yang abnormal

Usia

Atletik (cedera dalam olahraga dan atletik)

Mengubah beban (meletakkan berat badan pada satu lutut atau pinggul)

Jenis kelamin

Penggunaan sendi yang berat dan konstan

Cedera bersama akibat arthritis jenis lain

Operasi lutut

Pemakaian berlebihan atau cedera

Obesitas atau kelebihan berat badan


Osteoarthritis ini sangat umum
seperti rheumatoid ataugout.

dan

dapat

berdampingan

dengan

arthritis

jenis

lain,

Apa itu Rheumatoid Arthritis?


Rheumatoid arthritis adalah jenis paling umum dari peradangan arthritis. Lebih dari 1,3 juta orang
Amerika yang terkena penyakit ini. Menurut American College of Rheumatology, sekitar 75% dari
penderitanya adalah perempuan. Bahkan, antara 1% dan 3% perempuan cenderung untuk
mengembangkan rheumatoid arthritisdalam hidup mereka.

Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun. Hal ini berarti bahwa sistem kekebalan tubuh
menyerang bagian tubuh dan untuk alasan yang belum diketahui, sendi merupakan bagian tubuh
utama yang dipengaruhi oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh tersebut. Seiring waktu, peradangan
kronis dapat menyebabkan kerusakan sendi yang parah dan kecacatan. Sekitar satu dari setiap lima
orang penderitarheumatoid arthritis mengembangkan benjolan pada kulit yang disebut nodul
rheumatoid. Benjolan ini sering berkembang di daerah sendi yang menerima tekanan, seperti bukubuku jari, siku, atau tumit.
Apakah Gejala Rheumatoid Arthritis?
Gejala rheumatoid arthritis bisa datang secara bertahap atau mulai secara tiba-tiba. Tidak
seperti osteoarthritis, gejala rheumatoid arthritis sering lebih parah, menyebabkan rasa sakit,
kelelahan, kehilangan nafsu makan, dan kekakuan.
Pada rheumatoid arthritis, Anda mungkin merasa nyeri dan kaku serta mengalami pembengkakan di
tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, lutut, pergelangan kaki, kaki, rahang, dan leher. Kadangkadang rasa sakit terjadi di salah satu bagian tubuh. Namun nyeri rheumatoid arthritis lebih sering
terjadi berupa kombinasi dari beberapa sendi, seperti di tangan, lutut, dan kaki.
Pada rheumatoid arthritis, sendi cenderung terlibat dalam pola simetris. Maksudnya adalah jika bukubuku jari di tangan kiri meradang, maka buku-buku jari di tangan kanan juga akan meradang. Setelah
jangka waktu tertentu dan bertahap, lebih banyak sendi dapat ikut terasa sakit dan bengkak serta
mungkin terasa hangat saat disentuh. Pembengkakan sendi tersebut persisten dan akan mengganggu
kegiatan sehari-hari Anda, misalnya membuka kotak, mengemudi, bekerja, berjalan, dan sebagainya..
Gejala lain dari rheumatoid arthritis yaitu:

Kekakuan di pagi hari, yang awalnya hanya sebentar, bisa berlangsung berjam-jam atau
bahkan sepanjang hari.

Kelelahan menyebabkan rasa lemas, loyo,

Peradangan dapat menyebabkan nafsu makan berkurang serta penurunan berat badan.

Demam, ruam, dan bahkan keterlibatan jantung atau paru-paru dan mata dapat saja terjadi.
Gejala-gejala dan yang dialami diatas, kecuali nyeri sendi dan peradangan pada organ lain, terjadi
ketika kerusakan yang dilakukan sistem kebebalan tubuh, menyebar dari sendi ke bagian organ tubuh
lain.
Apakah Penyebab Rheumatoid Arthritis?
Pada rheumatoid arthritis, beberapa sel tubuh Anda mengenali salah satu protein tubuh sebagai
penyusup asing. Protein tubuh yang terlibat dalam penyakit ini belum ditemukan. Beberapa ahli
percaya bahwa sistem kekebalan tubuh menjadi bingung setelah terinfeksi bakteri atau virus dan
mulai menyerang jaringan sendi yang normal. Sel kekebalan tubuh tertentu, yang disebut limfosit,
dirangsang untuk bereaksi terhadap protein ini. Reaksi ini menyebabkan pelepasan sitokin, yang
merupakan pembawa senyawa kimia yang memicu lebih banyak peradangan dan kerusakan.
Pertempuran antara zat kimia tubuh tersebut banyak terjadi di sendi, tetapi dapat juga menyebar ke
bagian lain dari tubuh.

Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel
sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan
homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan
padat. Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat
tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain tulang memiliki system kanalikuler yang
menembus seluruh substansi tulang, tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel
tulang, serta tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi. Kerusakan tulang akibat infeksi akan
menyebabkan proses homeostasis tulang terganggu hingga terjadi manifestasi klinis suatu penyakit
tulang.
Pada skenario Kaku Sendi dengan keluhan kaku di jari-jari tangan kanan dan kiri yang
berlangsung selama satu sampai dua jam terutama saat pagi hari yang disertai nyeri. Keluhan itu
timbul sejak 2 tahun yang lalu. Selain itu didapatkan morning stiffness, pain of motion,
swelling dan deformitas pada jari-jari tangan kanan dan kiri. Pada pemeriksaan X-foto jari tangan,
didapatkan hasil tampak erosi, swelling dan disarsitektur tulang. Dari hasil Bone Mineral Density,
didapatkan hasil osteopenia. Pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan LED meningkat dan
rheumatoid factor positif.
Dari skenario diatas, banyak masalah yang dapat ditemukan dan dapat diklarifikasikan. Dalam
mengetahui penyebab masalah dan penyelesaiannya harus diketahui terlebih dahulu anatomi dan
fisiologi tulang serta fisiologi saraf dalam tubuh dan hubungannya dengan proses homeostasis
sehingga mempermudah memecahkan berbagai pertanyaan yang mungin timbul dari kasus
tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah definisi, epidemiologi dan etiologi Arthritis Rheumatoid?
2. Bagaimanakah anatomi dari persendian manusia?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit Arthritis Rheumatoid?
4. Apa sajakah gejala klinis yang timbul pada penderita Arthritis Rheumatoid?
5. Apa sajakah pemeriksaan yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosis
Arthritis Rheumatoid?
6. Bagaimanakah terapi untuk penderita Arthritis Rheumatoid?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi, epidemiologi dan etiologi Arthritis Rheumatoid
2. Mengetahui anatomi persendian pada manusia
3. Mengetahui patofisiologi Arthritis Rheumatoid
4. Mengetahui gejala klinis pada penderita Arthritis Rheumatoid
5. Memahami pemeriksaan yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosis Arthritis Rheumatoid
6. Memahami cara pengobatan dalam terapi Arthritis Rheumatoid
7. Mengetahui pencegahan dan prognosis Arthritis Rheumatoid
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologi system articulations
2. Mahasiswa dapat mencari dan mengerti patologi pada penyakit muskuloskeletal khususnya
Arthritis Rheumatoid
3. Mahasiswa dapat mengetahui kalsifikasi, kausa, diagnosis, penatalaksanaan,
prognosis, dan rehabilitasi penyakit Arthritis Rheumatoid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta
melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit
autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama
mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya Sebagian
besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak
diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang

progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik,
hormon sex, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola
morbiditas penyakit ini.hingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui
dengan pasti
B. Epidemiologi
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar luas di
seluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik.
Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3 sampai
2,1 persen). Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan
wanita dan pria sebesar 3:1. Perbandingan ini mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur.
Artritis Reumatoid menyerang 2,1 juta orang Amerika, yang kebanyakan wanita. Serangan
pada umumnya terjadi di usia pertengahan, nampak lebih sering pada orang lanjut usia.
1,5 juta wanita mempunyai artritis reumatoid yang dibandingkan dengan 600.000 pria.
C. Etiologi
Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa faktor
lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari
terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya
HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4memiliki resiko relatif 4:1 untuk
menderita penyakit ini.
Kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya remisi pada wanita
yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai
salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian
hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang
diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang
merupakan penyebab penyakit ini.
Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan faktor infeksi
sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara
mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun
hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal
ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau
endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya AR. Agen infeksius yang
diduga merupakan penyebab AR antara lain adalah bakteri, mikoplasma atau virus.
Heat shock protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60 sampai 90
kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap stress. Walaupun telah
diketahui terdapat hubungan antara HSP dan sel T pada pasien AR, mekanisme ini belum
diketahui dengan jelas.
D. Anatomi
1. Beberapa komponen penunjang sendi:
Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian dalamnya terdapat
rongga.
Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang yang
saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.
Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi kedua
ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.
Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.
2. Macam-macam persendian
Sinartrosis
Adalah persendian yang tidak memperbolehkan pergerakan. Dapat dibedakan menjadi
dua:
1. Sinartrosis sinfibrosis: sinartrosis yang tulangnya dihubungkan jaringan ikat fibrosa.
Contoh: persendian tulang tengkorak.
2. Sinartrosis sinkondrosis: sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang rawan. Contoh:
hubungan antarsegmen pada tulang belakang.
Diartrosis

Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan. Dapat


dikelempokkan menjadi:
1. Sendi peluru: persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah. Contoh:
hubungantulang lengan atas dengan tulang belikat.
2. Sendi pelana: persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak
ke segala arah. Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.
3. Sendi putar: persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi). Contoh:
hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).
4. Sendi luncur: persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang datar.
Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki.
5. Sendi engsel: persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh: sendi siku
antaratulang lengan atas dan tulang hasta.
Amfiartosis
Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan
1. Sindesmosis: Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen.
Contoh:persendian antara fibula dan tibia.
2. Simfisis: Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang berbentuk seperi
cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang belakang.
E. Patofisiologi
Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis AR terjadi akibat rantai peristiwa
imunologis sebagai berikut :
Suatu antigen penyebab AR yang berada pada membran sinovial, akan diproses oleh antigen
presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A, sel dendritik
atau makrofag yang semuanya mengekspresi determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen
yang telah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD 4+ bersama dengan determinan HLA-DR
yang terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks trimolekular.
Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang dibebaskan oleh monosit
atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya aktivasi sel CD 4+.
Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut akan mengekspresi reseptor
interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD 4+. IL-2 yang diekskresi oleh sel CD 4+ akan
mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada permukaannya sendiri dan akan menyebabkan
terjadinya mitosis dan proliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD 4+ ini akan berlangsung terus
selama antigen tetap berada dalam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD 4+ yang telah teraktivasi
juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon,tumor necrosis factor (TNF), interleukin-3 (IL-3), interleukin-4 (IL-4), granulocyte-macrophage colony stimulating
factor (GM-CSF) serta beberapa mediator lain yang bekerja merangsang makrofag untuk
meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk
memproduksi antibodi. Produksi antibodi oleh sel B ini dibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-4.
Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan akan membentuk
kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan kompleks
imun akan mengaktivasi sistem komplemen yang akan membebaskan komponen-komplemen C 5a.
Komponen-komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas
vaskular juga dapat menarik lebih banyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke arah lokasi
tersebut. Pemeriksaan histopatologis membran sinovial menunjukkan bahwa lesi yang paling dini
dijumpai pada AR adalah peningkatan permeabilitas mikrovaskular membran sinovial, infiltrasi
sel PMN dan pengendapan fibrin pada membran sinovial.
Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan dan pembebasan
radikal
oksigen
bebas,
leukotrien,
prostaglandin
dan
protease
neutral (collagenasedan stromelysin) yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang
Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga
merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.
Prostaglandin E2(PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan dapat merangsang terjadinya
resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan TNF. Rantai peristiwa imunologis ini

sebenarnya akan terhenti bila antigen penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan
tetapi pada AR, antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian,
sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak terhentinya destruksi persendian
pada AR kemungkinan juga disebabkan oleh terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid
adalah suatu autoantibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien AR.
Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen atau mengalami agregasi sendiri, sehingga
proses peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan
terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai
enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat.
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan kompleks imun
menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam
patogenesis AR. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang
berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah
perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai
kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan.
E. Gejala Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid.
Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit
ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial
dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang
biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran
ulnar
atau
deviasi
jari,
subluksasi
sendi
metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul
sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga
orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini
adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan;
walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih
berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di
luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat
rusak.
F. Diagnosis
Diagnosa arthritis reumatod dapat dikatakn positif apabila sekurang-kurangnya empat
dari criteria yang sekurang-kurangnya sudah berlangsung selama 6 minggu.Kriteria tersebut
adalah:
Kekakuan dipagi hari lamanya paling tidak I jam
Arthritis pada tiga atau lebih sendi
Arthritis sendi-sendi jari tangan
Arthritis yang simetris
Nodul rheumatoid
Faktor rheumatoid dalam serum

Perubahan-perubahan radiologic, seperti:


1. Pembengkakan jaringan lunak
2. Erosi
3. Osteopororosis artikular
Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis,
yaitu:
Pemeriksaan cairan synovial
1. Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang menggambarkan
peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Leukosit 5.000 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses inflamasi yang
didominasi oleh sel neutrophil (65%).
3. Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan berbanding
terbalik dengan cairan sinovium.
Pemeriksaan darah tepi
1. Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila terdapat
splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Feltys Syndrome.
2. Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
Pemeriksaan kadar sero-imunologi
1. Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita dengan nodul
subkutan.
2. Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis rheumatoid dini.
G. Penatalaksanaan
a. Obat
Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus dilakukan
adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara pasien dengan
keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang
baik ini agaknya akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat
dalam suatu jangka waktu yang cukup lama.
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan
sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam
jangka waktu yang lama.
2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering
dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
a. Aspirin
Pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6
g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
b. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
3. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
artritis reumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian. Setelah 2-5
tahun, maka efektivitasnya dalam menekan proses reumatoid akan berkurang. Keputusan
penggunaannya bergantung pada pertimbangan risiko manfaat oleh dokter. Umumnya segera
diberikan setelah diagnosis artritis reumatoid ditegakkan, atau bila respon OAINS tidak baik,
meski masih dalam status tersangka.
Jenis-jenis yang digunakan adalah:
a. Klorokuin, paling banyak digunakan karena harganya terjangkau, namun efektivitasnya
lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari
hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan
ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.
b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam dosis 1 x 500 mg/hari,
ditingkatkan 500 mg per minggu, sampai mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai,
dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai
remisi sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan
diganti dengan yang lain, atau dikombinasi. Efek sampingnya nausea, muntah, dan dyspepsia.
c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan dalam dosis 250300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk

mencapai dosis total 4x 250-300 mg/hari. Efek samping antara lain ruam kulit urtikaria atau
mobiliformis, stomatitis, dan pemfigus.
d. Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak diragukan lagi meski
sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai
dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul dosis kedua
sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu.
Dapat dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika
diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi tercapai.
Efek samping berupa pruritis, stomatitis, proteinuria, trombositopenia, dan aplasia sumsum
tulang. Jenis yang lain adalah auranofin yang diberikan dalam dosis 2 x 3 mg. Efek samping
lebih jarang dijumpai, pada awal sering ditemukan diare yang dapat diatasi dengan penurunan
dosis.
e. Obat imunosupresif atau imunoregulator.
Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mula kerjanya relatif pendek dibandingkan
dengan yang lain. Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak
menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis jarang melebihi 20 mg/minggu. Efek
samping jarang ditemukan. Penggunaan siklosporin untuk artritis reumatoid masih dalam
penelitian.
f. Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan artritis reumatoid dengan komplikasi berat
dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang sangat
berat. Dalam dosis rendah (seperti prednison 5-7,5 mg satu kali sehari) sangat bermanfaat
sebagaibridging therapy dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai bekerja, yang
kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan suntikan kortikosteroid intraartikular
jika terdapat peradangan yang berat. Sebelumnya, infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.
b. Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang
cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya
bersifat ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar,
dan sebagainya.
c.Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien AR
dengan cara:
Mengurangi rasa nyeri
Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
Mencegah terjadinya deformitas
Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain.
Rehabilitasi dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan mengistirahatkan sendi
yang terlibat, latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan,
pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik. Manfaat terapi fisis dalam
pengobatan AR telah ternyata terbukti dan saat ini merupakan salah satu bagian yang tidak
terpisahkan dalam penatalaksanaan AR.
BAB III
PEMBAHASAN
Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progesif. Penyakit ini juga melibatkan seluruh organ
tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis reumatoid terjadi setelah penyakit ini berkembang
lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala artikular, AR dapat
pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan
organ non artikular lainnya.
Pada skenario, penderita mengeluh nyeri, kekakuan, dan pada pemeriksaan ditemukan
deformitas serta erosi tulang. Hal ini karena pada artritis Reumatoid lapisan selaput sendi
(sinovium) meradang, sehingga menyebabkan sakit, kekakuan, hangat, bengkak dan merah.
Peradangan sinovium dapat menyerang dan merusak tulang dan kartilago dan terjadilah erosi

tulang. Sel penyebab radang melepaskan enzim yang dapat mencerna tulang dan kartilago.
Sehingga dapat terjadi kehilangan bentuk (deformitas) dan kehilangan kelurusan pada sendi, yang
menghasilkan rasa sakit dan pengurangan kemampuan bergerak.
Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa faktor
lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari
terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya
HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk
menderita penyakit ini.
Pemeriksaan penunjang tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis reumatoid, namun
dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan
laboraturium terdapat:
1. Foto Rontgen, biasanya ditemukan deformitas dan diarsitektur tulang.
2. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid terutama bila
masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis
infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.
3. Protein C-reaktif biasanya positif.
4. LED meningkat.
5. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
6. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
7. Trombosit meningkat.
8. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
Pada periksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi
metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi
pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan
sendi dan erosi.
Prinsip dasar dari pengobatan arthritis reumatoid adalah mengistirahatkan sendi yang terkena,
karena dengan pemakaian sendi yang terkena akan memperburuk peradangan. Obat-obat utama
yang digunakan untuk artritis reumatoid adalah obat anti peradangan non-steroid, obat slowacting,kortikosteroid dan obat imunosupresif.
Prognosis dari penderita dalam skenario bisa dikatakan buruk. Hal tersebut karena artritis
reumatoid yang menyerangnya ia biarkan hingga dua tahun. Dengan waktu yang lama tersebut,
maka kerusakan sendi dan deformitas menjadi semakin parah

Pemeriksaan Rematologi
C-reactive protein (CRP) adalah protein yang dihasilkan oleh hati pada proses kerusakan jaringan dan
peradangan. Kadarnya akan meningkat di dalam darah 6 10 jam setelah peradangan akut atau
kerusakan jaringan dan mencapai puncak 24 72 jam. Peningkatan kadar CRP dapat terjadi pada
arthritis rheumatoid, infeksi akut, infark jantung, dan keganasan. Kadar CRP akan menjadi normal 3
hari setelah kerusakan jaringan membaik. Makin tinggi kadar CRP, maka makin luas proses
peradangan atau kerusakan jaringan. Pemeriksaan CRP lebih dini menunjukkan hasil yang abnormal
dibanding dengan pemeriksaan laju endap darah.
hsCRP adalah uji yang sangat sensitif untuk deteksi risiko kelainan kardiovaskuler dan penyakit
pembuluh darah tepi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan profil lipid. Dalam
kepustakaan dikatakan, sepertiga dari pasien yang mendapat serangan jantung menunjukkan kadar
kolesterol dan tekanan darah yang normal tetapi hsCRP sudah menunjukkan peningkatan sehingga
peningkatan dari hsCRP menunjukkan adanya risiko tinggi untuk timbulnya penyakit pembuluh darah
koroner dan stroke. Pada angina pectoris, hsCRP tidak meningkat. Pemeriksaan ini dapat
menunjukkan adanya inflamasi/peradangan pada proses arterosklerosis, khususnya pada arteri
koroneria.
Rheumatoid Arthritic Factor (RF) adalah pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi adanya antibodi
golongan IgM, IgG atau IgA yang terdapat dalam serum pada penderita artritis reumatoid.
Pemeriksaan ini berhasil positif pada 53 94% pasien dengan arthritis rheumatoid. Selain itu, RF bisa
didapatkan pada bermacam-macam penyakit jaringan ikat seperti lupus erythematosus, sklerodema,
dermatomiositis serta pada penyakit TBC, leukemia, hepatitis, sirosis hati, sifilis dan usia lanjut. Pada
dugaan Artritis Reumatoid (AR) pemeriksaan Anti-citrullinated protein antibodies (ACPA)
memegang peranan penting dalam membantu menegakkan diagnosis AR. Pemeriksaan ACPA
meliputi anti-cyclic citrullinated peptide(anti-CCP), anti-mutated citrullinated vimentin (anti-MCV)
bersamaan dengan pemeriksaan RF.
Bakteri -hemolytic Streptococcus mengeluarkan enzim yang disebut streptolysin-O yang mampu
merusak/melisiskan eritrosit. Streptolysin-O ini bersifat sebagai antigen dan merangsang tubuh untuk
membentuk antibodi antistreptolysin-O (ASO). Kadar ASO yang tinggi di dalam darah berarti
terdapat infeksi dengan kuman Streptococcus yang menghasilkan ASO seperti pada demam rematik,
penyakit glomerulonephritis akut. Peningkatan kadar ASO menandakan adanya infeksi akut 1 2
minggu sebelumnya dan mencapai puncak 3 4 minggu dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan.

Вам также может понравиться

  • Cover Fix
    Cover Fix
    Документ1 страница
    Cover Fix
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Cover 1
    Cover 1
    Документ1 страница
    Cover 1
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Depres I
    Depres I
    Документ8 страниц
    Depres I
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • BAB IV Jadi
    BAB IV Jadi
    Документ6 страниц
    BAB IV Jadi
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • DAFTAR ISI KDK
    DAFTAR ISI KDK
    Документ1 страница
    DAFTAR ISI KDK
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Документ5 страниц
    Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Pengobatan dan Komplikasi Endometriosis
    Pengobatan dan Komplikasi Endometriosis
    Документ19 страниц
    Pengobatan dan Komplikasi Endometriosis
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Kop MS
    Kop MS
    Документ1 страница
    Kop MS
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Hipotensi Ipd
    Hipotensi Ipd
    Документ7 страниц
    Hipotensi Ipd
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Документ60 страниц
    Skrip Si
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Документ19 страниц
    Laporan Kasus
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Документ5 страниц
    Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Документ15 страниц
    Laporan Kasus
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Receh
    Receh
    Документ2 страницы
    Receh
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • FDFDGFGF
    FDFDGFGF
    Документ27 страниц
    FDFDGFGF
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Pada Pasien Ini
    Pada Pasien Ini
    Документ2 страницы
    Pada Pasien Ini
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Pada Pasien In1
    Pada Pasien In1
    Документ1 страница
    Pada Pasien In1
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Ta Fix
    Ta Fix
    Документ3 страницы
    Ta Fix
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • JUDUL
    JUDUL
    Документ1 страница
    JUDUL
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Tugas UAS Alk
    Tugas UAS Alk
    Документ4 страницы
    Tugas UAS Alk
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Ekuitas
    Ekuitas
    Документ19 страниц
    Ekuitas
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Tugas Epid
    Tugas Epid
    Документ15 страниц
    Tugas Epid
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Lapjag 1
    Lapjag 1
    Документ13 страниц
    Lapjag 1
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Документ17 страниц
    Jurnal Reading
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • ENDMETRIOSIS REFERAT
    ENDMETRIOSIS REFERAT
    Документ22 страницы
    ENDMETRIOSIS REFERAT
    Aliya Batrisya Aliya
    50% (2)
  • Skizofrenia Hebefrenik Episode Berulang Lapjag
    Skizofrenia Hebefrenik Episode Berulang Lapjag
    Документ24 страницы
    Skizofrenia Hebefrenik Episode Berulang Lapjag
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Документ20 страниц
    Jurnal Reading
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Telaah Jurnal
    Telaah Jurnal
    Документ5 страниц
    Telaah Jurnal
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет
  • Lapsus Jiwa Editan Pro
    Lapsus Jiwa Editan Pro
    Документ30 страниц
    Lapsus Jiwa Editan Pro
    Raden Bagoes Zow Boro
    Оценок пока нет