Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
BETY YULIAWATI
NIM. P.10081
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG PRINGONDANI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
BETY YULIAWATI
NIM. P.10081
: Bety Yuliawati
NIM
: P.10081
Program Studi
: DIII Keperawatan
KEKERASAN
PRINGGODANI
RUMAH
DI
SAKIT
RUANG
JIWA
DAERAH SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil
BETY YULIAWATI
NIM. P. 10081
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
: Bety yuliawati
NIM
: P. 10081
Program Studi
: D III Keperawatan
Judul
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Jumat / 7 Juni 2013
iii
(.)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA."
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1.
2.
3.
5.
6.
7.
Kedua orangtuaku yang penuh dengan perhatian, kasih sayang, ketulusan dan
keikhlasan memberi dukungan moral maupun materiil, serta setiap tetes air
mata yang jatuh mengiringi setiap baluran doa-doanya demi sebuah lafadz
doa semoga sukses.
8.
Sahabat terbaik saya yang telah memberikan motivasi dan selalu berjuang
bersama dalam satu tekad, satu tujuan dan selalu memberikan motivasi dan
semangat, serta selalu memberikan saya informasi yang handal dan akurat
dalam segala hal.
9.
vi
Surakarta,
Penulis
vii
Juni 2013
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
ii
iii
iv
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien .......................................................................
B. Pengkajian ..............................................................................
12
13
17
18
viii
BAB III
20
B. Simpulan ................................................................................
26
C. Saran ......................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Genogram ...............................................................................
Gambar 2.2
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Log Book
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Asuhan Keperawatan
Lampiran 5
Lampiran 6
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 Kesehatan Jiwa
adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
emosional secara optimal dariseseorang dan perkembangan ini berjalan
selaras dengan orang lain. Adapun ciri-ciri sehat jiwa meliputi: seseorang
dapat beradaptasi diri secara konstruktif pada kenyataan (berani menghadapi
kenyataan), mendapat kepuasan dari usahanya, lebih puas memberi daripada
menerima dan bebas (relative) dari cemas (Direja , 2011).
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena
adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak
mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan
lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal
dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan
biopsikososial. WHO menunjukkan bahwa beban yang ditimbulkan gangguan
jiwa sangat besar, dimana terjadi global burden of disease akibat masalah
kesehatan jiwa mencapai (8,1 persen). Angka ini lebih tinggi dari TBC
(7,2 persen), kanker (5,8 persen), penyakit jantung (4,4 persen), dan malaria
(2,6 persen). (Simanjutak dan Wardiyah, 2006).
jiwa
yang
umum
terjadi
adalah
Skizofrenia.
C. Manfaat Penulisan
1.
Bagi Penulis
a.
2.
Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Rumah
Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa
khususnya pada kasus Perilaku Kekerasan.
3.
Bagi Institusi
a.
Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
Rumah
Sakit
dalam
upaya
meningkatkan
mutu
pelayanan
Pendidikan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
institusi pendidikan D III keperawatan dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Klien dengan inisial Tn. S yang berusia 32 tahun masuk rumah sakit
tanggal 09 April 2013, jenis kelamin laki-laki, beragama Islam status klien
belum kawin, pendidikan terakhir adalah SMP, bertempat tinggal di Bringin,
Ngawi, keluarga yang bertanggung jawab atas klien adalah Ny. T yang
merupakan ibu dari klien yang tinggal serumah dengan klien yang berusia 60
tahun yang bertempat tinggal di Bringin, Ngawi.
B. Pengkajian
1.
Riwayat Kesehatan
Pada Pengkajian penulis dilakukan pada tanggal 25 April 2013
jam 08.45 WIB dengan metode wawancara dan melihat status klien, dari
pengkajian tersebut didapatkan data sebagai berikut : klien mengatakan
mudah marah karena masih merasa sakit hati sama temannya dihina
Faktor Predisposisi
Pada faktor predisposisi klien mengatakan pernah mengalami
gangguan jiwa 3 x dan dirawat di RSJ, pengobatan sebelumya tidak
berhasil karena tidak mau minum obat dan tidak mau kontrol teratur.
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa
3.
Faktor Presipitasi
Hasil pengkajian pada tanggal 25 April 2013 keluhan yang di
rasakan
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa TD : 120/80
mmHg, nadi : 84 kali per menit, respirasi: 20 kali per menit, suhu: 36 ,
bentuk kepala mesocepal kulit bersih, rambut hitam tidak berminyak, dan
tidak menggunakan alat mata penglihatan. Leher tidak ada pembesaran
tyroid, mulut mokusa bibir lembab tidak terjadi sianosis, gigi tampak
bersih, pendengaran masih baik dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran. Keluhan fisik, klien tidak mengalami keluhan fisik.
5.
Pemeriksaan Psikososial
Genogram
Gambar 1. Genogram
Keterangan Gambar
= Perempuan
= Laki - laki
= Pasien
= Satu rumah
Pada pemeriksaan psikososial khususnya genogram didapatkan
data klien adalah seorang anak laki-laki berumur 32 tahun anak yang
pertama dari dua bersaudara. di dalam anggota keluarganya tidak ada
yang mengalami gangguan jiwa, klien tinggal satu rumah dengan bapak,
ibu dan adik.
Hasil pengkajian pada konsep diri meliputi gambaran diri klien
mengatakan tidak ada anggota tubuh yang tidak di sukai oleh klien.
Status Mental
Status mental klien meliputi dari penampilan klien selama di RSJ
berpakain kurang rapi, memakai pakaian dari rumah sakit, rambut tertata,
kebersihan diri cukup, kuku tidak panjang dan bersih, mandi sehari 3 x.
Dari pembicaraan klien intonasi bicara cepat dan keras kalau di ajak
biacara sesuai topik pembicaraan. Aktifitas motorik klien terlihat gelisah.
10
tentang hal-hal
yang
di
rawat
di
rumah
sakit
jiwa.
11
7.
12
Mekanisme Koping
Mekanisme koping klien mampu berbiacara dengan orang lain,
klien dalam menyelesaikan masalah dibantu dengan perawat, mampu
melaksanakan nafas dalam dan terkadang menciderai orang lain.
9.
13
Pohon Masalah
Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan (Akibat)
D. Rencana Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, dirumuskan rencana keperawatan pada
Tujuan umum: klien mampu mengontrol marah dan tidak melakukan
tindakan kekerasan. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Dengan kriteria evaluasi setelah 1 x 15 menit klien tampak: Menunjukan
tanda-tanda percaya pada perawat, wajah cerah (tersenyum), mau berkenalan,
bersedia menceritakan perasaannya dan kontak mata ada. Intervensi yang
akan dilakukan bina hubungan saling percaya dengan, beri salam setiap
14
kekerasan.
Intervensi
yang
akan
dilakukan,
bantu
klien
15
klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku
kekerasan.
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukanya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1 x 15 menit klien
menjelaskan, jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah
dilakukanya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang
dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi yang akan dilakukan,
diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini,
motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan yang selama ini
pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah
tindakan kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindakan
kekerasan yang dilakukanya masalah yang dialami teratasi.
TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Dengan kriteria evaluasi setelah 1 x 15 menit klien menjelaskan akibat
tindakan kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijauhi teman),
orang lain (keluarga luka, tersinggung, ketakutan), lingkungan (barang atau
benda rusak). Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien akibat
negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada, diri sendiri, orang lain, keluarga,
lingkungan
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan. Dengan kriteria evaluasi 1 x 15 menit klien,
menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah, Intervensi diskusikan dengan
klien apakah klien mau mempelajari cara mengungkapkan marah yang sehat,
16
17
E. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan rencana keperawatan yang sudah disusun pada tanggal
25-27 April 2013, pada tanggal 25 April jam 09.00 WIB dilakukan tindakan
keperawatan untuk diangnosa yang pertama Sp 1: membina hubungan saling
percaya (BHSP),memberi salam terapeutik, memperkenalkan nama perawat,
menanyakan nama panggilan kesukaan klien, mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan,
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan, mengidentifikasi akibat
peilaku kekerasan, menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan,
membantu klien mempraktekkan latihan mengontrol cara fisik yang pertama
18
klien
menganjurkan
mengontrol
klien
perilaku
memasukan
kekerasan
kedalam
dengan
jadwal
cara
verbal,
kegiatan
harian,
F. Evaluasi
Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang dilakukan berhasil atau
tidak dengan mengetahui perkembangan pada klien serta apakah masalah
sudah teratasi maka perlu dilakukan evaluasi. Untuk diagnosa yang pertama
pada tanggal 25 April 2013 jam 13.15 SP I didapatkan data subyektif: klien
mengatakan marah dan mengamuk jika dihina sama temannya, klien
mengatakan mau diajari cara mengontrol perilaku kekerasan, klien
mengatakan senang setelah melakukan cara yang pertama (tarik nafas dalam).
Data obyektif: saat dikaji klien tampak marah, kontak mata ada, perhatian
ada, klien terlihat melakukan tehnik yang diajarkan. Assesment: klien mampu
19
20
21
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. PEMBAHASAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi
ini, perilaku kekerasan ini dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Keliat, 2007). Tanda dan gejala
perilaku kekerasan yang muncul adalah mata melotot/pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, mengancam,
berbicara dengan nada cepat, kasar, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri/orang lain, merusak lingkungandan mengamuk (Direja, 2011).
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Direja, 2011).
21
22
Dalam
pengumpulan
data
penulis
menggunakan
metode
terhadap
studi
dokumen.
Pengumpulan
data
penulis
karena klien
merasa sakit hati sama temannya tentang pekerjaannya, sulit tidur. Dari
pengkajian faktor predisposisi didapatkan data klien mengalami
gangguan jiwa dan sudah 3 kali di rawat di RSJD Surakarta.
Faktor presipitasi menurut Stuart dan Laria (2001), faktor pencetus
dapat bersumber dari lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Dari
pengkajian didapatkan keluhan yang di rasakan klien adalah klien merasa
jengkel sama temannya, merasa sakit hati karena di hina dengan
pekerjaannya belum menetap sebelum di bawa ke rumah sakit, dirumah
sering mengamuk, merusak barang barang dirumah, marah-marah.
Berdasarkan teori tersebut faktor pencetus pada Tn. S sudah sesuai data
yang diperoleh sehingga tidak ada perbedaan pada waktu pengkajian dan
mudah untuk mendapatkan data dari Tn. S karena masuk rumah sakit
sudah 3x.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap
pola respon klien baik aktual maupun potensial (Stuart and Laraia, 2001).
Keliat (2005) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai penilaian
tehnik mengenai respon individu, keluarga, komunitas terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun potensial.
Diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi care
problem dari perilaku kekerasan adalah resiko perilaku kekerasan, yang
menjadi akibat adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan, dan penyebab dari perilaku kekerasan adalah gangguan
harga diri rendah HDR. Berdasarkan teori di atas penulis hanya berfokus
pada satu diagnosa yaitu resiko perilaku kekerasan yang didukung
dengan data subyektif: Klien mengatakan mudah marah dan merusak
barang, dan data obyektif : pasien tampak marah, bicara kasar, mata
merah, perhatian ada dan kontak mata ada.
3.
perilaku
kekerasan,
mengidentifikasi
jenis
perilaku
kekerasan, mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, ajarkan cara
mengontrol perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat
klien dengan perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat
yang benar. Kriteria hasil yang diharapkan adalah klien dapat membina
hubungan saling percaya, klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
4.
Implementasi
Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan
melakukan tindakan-tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
klien, tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang
telah direncanakan pada tahap pra interaksi dan melanjutkan tahap
orientasi. Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko
perilaku kekerasan pada Tn. S selama tanggal 25 April - 27 April 2013
TUK
sampai
yaitu:bina
hubungan
saling
percaya,
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tandatanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan,
mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, mengidentifikasi cara
konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, ajarkan cara mengontrol
perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat klien dengan
perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat yang benar.
Mengajarkan cara mengontrol marah yang benar yaitu teknik nafas
dalam, pukul bantal dan verbal (bicara baik) sebagai cara yang dipilih
pasien selama tiga hari.
Berdasarkan
implementasi
yang
penulis
lakukan,
terdapat
kesamaan antara konsep dasar teori dengan pembahasan pada kasus Tn.
S, karena penulis mengacu pada teori yang ada, dimana tindakan yang
ada pada kasus Tn. S sesuai dengan keadaan dan kondisi klien, dan
sesuai dengan strategi pelaksanaan yang penulis buat, Penulis belum
melakukan SP 4 dan 5.
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan,evaluasi hasil atau sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditentukan (Fitria, 2009).
Hasil evaluasi yang didapat dari Tn.S adalah data subyektif dan
obyektif antara laindata subyektif: klien mengatakan kalau marah
dirumah merusak barang-barang. Data obyektif: terdapat data pada
pasien tampak marah, bicara kasar, mata merah, perhatian ada dan kontak
mata ada. Klien mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol marah
dengan cara fisik yang pertama (nafas dalam) cara fisik yang kedua
(pukul bantal), cara fisik yang ketiga (verbal bicara baik) dan pasien
tampak mau mempraktekanya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk
klien antara lain klien diminta untuk memberitahukan kepada perawat
atau keluarga ketika sedang marah, sedangkan perencanaan untuk penulis
adalah mempertahankan tujuan khusus 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 lalu
melanjutkan strategi pelaksanaan yang selanjutnya yaitu mengontrol
marah dengan cara, spiritual (doa) dan minum obat secara teratur.
Memotivasi klien untuk mempraktekan cara mengontrol marah dengan
nafas dalam, pukul bantal dan verbal bicara baik. Berdasarkan tindakan
di atas yang belum tercapai yaitu mengontrol marah dengan cara spiritual
dan cara minum obat yang teratur hal ini menjadi perbedaan antara
praktek dan teori.
Berdasarkan
evaluasi
yang
dilakukan
penulis,
penulis
B. SIMPULAN
1.
2.
3.
mengidentifikasi
tanda-tanda
perilaku
kekerasan,
pasien
dapat
1 sampai 7
yaitu
Evaluasi yang didapat dari Tn.S adalah data subyektif dan obyektif antara
lain : pasien mengatakan merasa sakit hati sama temannya karena dihina
pekerjaannya, pasien tampak mau berjabat tangan dan membina
hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan
penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab semua
pertanyaan,
pasien mau
mau untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara pukul bantal dan
pasien tampak mau mempraktekannya. Kemudian dilakukan perencanaan
untuk pasien yaitu mempertahankan TUK 1 sampai 7 dan melanjutkan
strategi pelaksanaan dari perilaku kekerasan
C. SARAN
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat:
1.
Bagi penulis
Dalam pengkajian penulis menemukan beberapa kendala dalam
memdapatkan data maka penulis akan mendapatkan data yang diperoleh
lebih akurat.
2.
Bagi perawat
Diharapkan perawat meningkatkan komunikasi terapeutik secara
kualitas dan kuantitas sehingga membantu proses asuhan keperawatan
dengan perilaku kekerasan.
3.
Bagi pendidikan
Diharapkan instituti pendidikan memberikan bimbingan klinik
yang lebih kepada mahasiswa secara optimal sehingga mahasiswa
mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika
Fitria, Nita. 2009: Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan: Jakarta: Salemba Medika
Isnaeni et all. 2008. " Efektifitas terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi terhadap penurunan kecemasan klien halusinasi pendengaran
di ruang sakura RSUD Banyumas ". Jurnal keperawatan soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing), Maret 2008. Diakses 27 April 2013.
Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama: Bandung
Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. EGC: Jakarta
Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Nanda, 2009. Diagnosa Keperawatan dan Klasifikasi. EGC: Jakarta
Nurjanah, Intansari. 2004. Pedoman Penanganan Gangguan Jiwa: Manajemen
Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien.
Yogjakarta: Penerbit Buku Moco Media
Simanjutak dan wardiyah. 2006. " Hubungan pengetahuan kelauarga denag
tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluaraga yang
mengalami gangguan jiwa di rumah sakit jiwa propinsi Sumatera utara,
Medan." diakses 25 april 2013.
Stuart dan Sudden. 2001. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC