Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Pelayanan kesehatan yang
diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi
pelayanan

kuratif

(pengobatan),

preventif

(pencegahan),

promotif

(peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan


tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis
kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai
tutup usia (Effendi, 2009).
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).
MDGs adalah singkatan dari Millennium Development Goals yang
dalam bahasa Indonesia disebut Tujuan Pembangunan Milenium. Pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB, termasuk
Indonesia. MDGs juga merupakan komitmen nasional dalam upaya lebih
mensejahterakan masyarakat melalui pengurangan kemiskinan dan kelaparan,
pendidikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan dan lingkungan. Dari 8
tujuan MDGs yang menjadi tanggung-jawab Kementerian Kesehatan yaitu:
MDG 1 (memberantas kemiskinan dan kelaparan) , 4 (menurunkan kematian
anak), 5 (meningkatkan kesehatan ibu), 6 (Mengendalikan HIV dan AIDS,
Malaria dan Penyakit Menular Lainnya (Tb)) dan 7 (memastikan kelestarian
lingkungan hidup). Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target beserta
indikatornya.

Upaya percepatan pencapaian target MDGs menjadi prioritas


pembangunan nasional yang memerlukan sinergis kebijakan perencanaan dari
tingkat Pusat hingga Daerah. Sesuai Inpres No 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan Yang Berkeadilan, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
sebagai unsur pemerintahan diwajibkan untuk melaksanakan percepatan
pencapaian MDGs yang tertuang dalam suatu Rencana Aksi Daerah (RAD).
Untuk mencapai berbagai tujuan MDGs di bidang kesehatan, dinas
kesehatan kota Cirebon mempunyai cara tersendiri untuk mencapai tujuan
MDGs tersebut dengan menerapkan Rumah Sakit Berbasis Masyarakat
(RSBM). RSBM adalah jejaring pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh Rumah Sakit Swasta dan Pemerintah di masing-masing wilayah
binaannya berupa pelayanan kesehatan Rumah Sakit secara langsung oleh
dokter spesialis baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta
memberikan transfer of knowledge bagi tenaga kesehatan dan masyarakat
yang dibantu oleh Puskesmas, institusi kesehatan lainnya, dan warga siaga di
wilayah binaannya dalam suatu tatanan sistem rujukan.RSBM merupakan
kegiatan dalam upaya menekan dan menurunkan jumlah kematian ibu bersalin
dan bayi dimana kegiatannya dibawah tanggung jawab Dinas Kesehatan Kota
Cirebon melalui Program Pendanaan Kompetisi yang dimulai tahun 2006.
Puskesmas gunung sari merupakan salah satu puskesmas yang berada di kota
Cirebon yang mempunyai komitmen dalam menjalankan sistem RSBM
(Dinkes Kota Cirebon, 2010).
Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) serta angka kematian bayi
(AKB) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN
lainnya. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga tahun 2002-2003 angka
kematian ibu 207 per 100.000 kelahiran hidup angka kematian bayi 44,36 per
1000 lahir hidup. Hal ini merupakan suatu masalah yag serius yang
memerlukan perhatian, kepedulian serta penanganan dari berbagai pihak baik
dari pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat sendiri. (Dinkes kota
Cirebon, 2010)
Kota cirebon merupakan salah satu kota yang menyumbang AKB dan
AKI tertinggi di indonesia. Berdasarkan hasil susenas BPS AKB kota cirebon
masih cukup tinggi yaitu 118/1000 kelahiran hidup, tetapi dalam kurun waktu

10 tahun yaitu pada tahun1990 AKB turun menjadi 71,59/1000 kelahiran


hidup dengan perincian AKB laki-laki 62,84% dan AKB perempuan 49,71%.
Pada tahun 2012 diwilayah kerja puskesmas gunung sari jumlah AKI 0,
sedangkan jumlah AKB sebanyak 4 orang. Pada tahun 2013 jumlah AKI 0,
sedangkan jumlah AKB sebanyak 1 orang. Pada tahun ini jumlah AKI 0,
sedangkan jumlah AKB sebanyak 2 orang. (BPS, 2012).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Berbasis
Masyarakat (RSBM) dalam upaya meningkatkan kesehatan dan
menurunkan angka angka kematian ibu dan anak.
2.2.1Tujuan Khusus
1. Mengoptimalkan kunjungan dan pelayanan dokter spesialis
obgyn, spesialis anak dan spesialis jantung
2. Meningkatkan penjaringan kasus di masyarakat mengenai bumil
risti dan bayi risti.
3. Meningkatkan promosi dan pemberian informasi mengenai
RSBM dan jadwal kunjungan dokter spesialis.
4. Meningkatkan transfer of knowladge untuk tenaga kesehatan dan
masyarkat terutama tentang pencegahan bumil risti dan bayi risti.

BAB II
RUMUSAN MASALAH
2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan serangkaian kegiatan RSBM yang sudah berjalan sejak
tahun 2006, masih banyak kendala baik teknis maupun nonteknis yang perlu
disikapi. Banyak hal yang terkait dengan RSBM yang berfokus pada
kesehatan ibu dan anak dalam pelaksanaannya masih belum optimal. Selama
dalam proses praktek belajar lapangan mengenai RSBM yang kami temui
dilapangan yang dilakukan selama 4 minggu antara lain:

2.1.1

Kurangnya informasi pada masyarakat mengenai program RSBM


Selama kami melakukan kegiatan praktek belajar lapangan di

Puskesmas Gunung Sari, kami melakukan survey terhadap 40 orang (20


orang di poli anak dan 20 orang di poli KIA) di Puskesmas Gunung Sari.
Tabel 1. Persentase tingkat pengetahuan pasien tentang RSBM
No
1

Anak (%)
Tidak
Tahu
Tahu

Pertanyaan
Apakah

anda

tentang RSBM ?
Apakah anda

mengetahui
tahu

Obgyn (%)
Tidak
Tahu
Tahu

5%

95%

10%

90%

20%

80%

95%

5%

75%

25%

80%

20%

15%

85%

95%

5%

ada

kunjungan Dokter Spesialis di


Puskesmas Gunung Sari ?
Apakah anda tahu nama

Dokter

Spesialis

berkunjung

ke

Gunung Sari ?
Apakah anda
4

jadwal
Spesialis

Puskesmas
tahu

kunjungan
di

yang

kapan
Dokter

Puskesmas

Gunung Sari ?
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Pertanyaan 1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1

Pertanyaan 2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1

Pertanyaan 3
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

Pertanyaan 4
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1

Jumlah
1
1
1
0
0
2
0
2
2
1
1
1
1
1
1
1
4

Hasil
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Baik

18
0
0
0
0
19
0
1
1
0
20
0
0
1
0
Tabel 2. Persentase tingkat pengetahuan pasien tentang RSBM (Anak)

0
2
1

Kurang
Cukup
Kurang

Hasil:
1. Baik
2. Cukup

: Dapat menjawab 4 pertanyaan dengan benar


: Dapat menjawab 2-3 pertanyaan dengan benar
3. Kurang
: Dapat menjawab 1 pertanyaan dengan benar dan
tidak bisa menjawab sama sekali

Kesimpulan
1. Baik
2. Cukup

:5%
: 20 %
3. Kurang

: 75 %

Responden Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Jumlah


1
0
1
1
1
3
2
0
1
1
1
3
3
0
1
1
1
3
4
0
1
1
1
3
5
0
1
1
1
3
6
0
1
1
1
3
7
1
1
0
1
3
8
0
1
1
1
3
9
0
1
1
1
3
10
0
1
1
1
3
11
0
0
0
0
0
12
1
1
1
1
4
13
0
1
1
1
3
14
0
1
1
1
3
15
0
1
1
1
3
16
0
1
1
1
3
17
0
1
1
1
3
18
0
1
0
1
2
19
0
1
0
1
2
20
0
1
1
1
3
Tabel 3. Persentase tingkat pengetahuan pasien tentang RSBM (Obgyn)
Hasil:
1. Baik

: Dapat menjawab 4 pertanyaan dengan benar

Hasil
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Kurang
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup

2. Cukup

: Dapat menjawab 2-3 pertanyaan dengan benar


3. Kurang
: Dapat menjawab 1 pertanyaan dengan benar dan
tidak bisa menjawab sama sekali

Kesimpulan
1. Baik
2. Cukup
2.1.2

:5%
: 90 %
3. Kurang

:5%

Dokter spesialis harus diingatkan kembali ketika ada jadwal

kunjungan RSBM.
Kesibukan dokter spesialis membuat pihak puskesmas harus
menghubungi kembali dokter spesialis tersebut.
2.1.3 Alur Rujukan
Program RSBM untuk alur rujukan masih kurang optimal karena
pada pelayanan sekunder dirumah sakit overload oleh pasien BPJS. Hal
tersebut akan menyulitkan penanganan pasien ibu hamil yang risiko
tinggi sehingga semakin meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB).
2.1.4 Jadwal kunjungan dokter spesialis yang kurang
Tabel 4. Jadwal Kunjungan Dokter Spesialis
Nama Dokter Spesialis
Jadwal Kunjungan
Dr. Eka Prasetya, Sp.OG
Hari Rabu Minggu ke 1 dan 3
Dr. Hj. Atikah, Sp.A
Hari selasa Minggu ke 1 dan 3
Dr. H. M. Edial Sanif, Sp.JP
Setiap 3 bulan sekali
Karena jadwal kunjungan dokter spesialis yang kurang, hanya 2
kali dalam satu bulan menyebabkan pasien tidak mendapatkan pelayanan
dari dokter spesialis pada saat itu juga.
Tabel 5. Kunjungan pasien RSBM Puskesmas Gunung Sari
No
1
2

Tahun kunjungan
Trend
2012
2013
Anak
45
112

Obgyn
878
1213
Standart
Jumlah
923
1325
Dokter spesialis yang bertanggung jawab dalam pelayanan RSBM
Jenis kunjungan

anak di Puskesmas Gunung Sari adalah dr. Hj. Atikah, Sp.A yang
dilaksanakan pada hari selasa minggu ke 1 dan 3. Jumlah pasien pada
kunjungan dokter spesialis anak tidak terlalu banyak jika dibandingkan

dengan jumlah pasien pada kunjungan dokter spesialis obgyn. Hal ini bisa
terlihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Kunjungan pasien anak RSBM Puskesmas Gunung Sari
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bulan

2012

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah

4
5
8
3
0
6
6
0
3
2
3
5
45

Tahun
Januari-November
2013
2014
5
0
18
0
19
0
10
7
10
6
14
0
9
3
2
4
10
5
4
5
4
7
7
0
112
47

Keteranga
n

Dokter spesialis yang bertanggung jawab dalam pelayanan RSBM


obgyn di Puskesmas Gunung Sari adalah Dr. Eka Prasetya, Sp.OG yang
dilaksanakan pada hari rabu minggu ke 1 dan 3. Jumlah pasien pada
kunjungan dokter spesialis obgyn lebih banyak jika dibandingkan dengan
jumlah pasien pada kunjungan dokter spesialis anak. Hal ini bisa terlihat
pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Kunjungan pasien Obgyn RSBM Puskesmas Gunung Sari
No

Bulan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November

2012

2013

60
75
72
67
61
70
80
67
80
74
84

73
137
108
111
95
111
127
53
107
77
115

Tahun
Januari-november
2014
79
127
55
54
21
30
26
35
22
14
25

Keteranga
n

12

2.1.5

Desember
Jumlah

88
878

99
1213

488

Tidak ada pengganti dokter spesialis


Berdasarkan pedoman buku RSBM tahun 2006 kunjungan dokter

spesialis baik Obstetri maupun spesialis Anak datang setiap 2 minggu


sekali yang sudah ditetapkan. Bila dokter spesialis yang bersangkutan
pada hari yang sudah ditentukan berhalangan hadir maka dokter yang
bersangkutan akan memberi tahu ke puskesmas dan menunjuk dokter
spesialis lain sebagai gantinya (Kaptiningsih, 2006).
Pada minggu ke-4 kegiatan praktek belajar lapangan ini, dokter
spesialis anak berhalangan hadir dan tidak ada pengganti untuk dokter
spesialis anak tersebut.
2.1.6

Transfer Of Knowledge
Kegiatan transfer of knowledge untuk tenaga pelayanan dasar

dipuskesmas yang dilakukan secara periodik setiap 3 bulan sekali.


(Kaptiningsih, 2006). RSBM memberikan transfer of knowledge untuk
tenaga kesehatan puskesmas dan masyarakat melalui ceramah, Tanya
jawab, demonstrasi atau peragaan, seminar dan diskusi ilmiah. Sedangkan
di Puskesmas Gunung Sari tidak pernah dilakukan Transfer of Knowledge
selama RSBM didirikan. Ketika kunjungan dokter spesialis obgyn, para
staff seperti perawat ataupun bidan di puskesmas hanya menyampaikan
keluhan yang ia rasakan, bukan melakukan diskusi. Sedangkan pada
kunjungan dokter spesialis anak, tidak melakukan diskusi antara perawat,
dokter umum di puskesmas gunung sari dan dokter spesialis anak sehingga
kegiatan transfer of knowledge tidak berjalan optimal.
2.2 Prioritas Masalah
Berdasarkan beberapa identifikasi masalah yang diidapat selama observasi
mengenai RSBM di Puskesmas Gunung Sari untuk penentuan prioritas masalah
yang ada, dilakukan menggunakan matriks USG (Urgency, Sriuousness, Growth)
yang dianalisis menggunakan ketiga unsur tersebut (Syamriloade, 2011; Asmoko,
2013).

1. Faktor Urgency yang berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan


untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah
untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgency masalah tersebut.
2. Faktor Sriuousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut
terhadap organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi
organisasi seperti dampaknya terhadap produktifitas, keselamatan jiwa
manusia, sumberdaya atau sember dana. Semakin tinggi dampak masalah
tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
3. Faktor Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat
berkembang masalah tersebut, maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya.
Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi
permasalah tersebut.

Tabel 8. Penilaian Kriteria Metode USG

1
2
3
4

Urgency
Sangat urgen
Cukup urgen
Urgen
Kurang Urgen

Kriteria
Seriousness
Sangat serius
Cukup serius
Serius
Kurang serius

Sangat Kurang urgen

Sangat kurang serius

Nilai

Growth
Sangat tumbuh
Cukup
Tumbuh
Kurang tumbuh
Sangat
kurang
tumbuh

Tabel 9. Faktor Urgency, Seriousness dan Growth


No
1
2
3
4
5
6

Permasalahan
Kurangnya informasi pada masyarakat mengenai
program RSBM
Dokter spesialis harus diingatkan kembali ketika ada
jadwal kunjungan RSBM.
Alur rujukan
Jadwal kunjungan dokter spesialis yang kurang
Tidak ada pengganti dokter spesialis
Transfer Of Knowledge

Nilai Skor
U
S
G
5

5
4
3
2

5
3
3
2

5
2
3
2

Dengan menjumlahkan (U+S+G), nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas


masalah kesehatan . Setelah kita analisis masing-masing factor U, S, dan G

seperti pada uraian yang diatas, selanjutnya kita dapat menggabungkan ketiga
faktor tersebut.
Tabel 10. Total skor matriks USG

No

Nilai Skor

Permasalahan
U

Kurangnya informasi pada masyarakat


mengenai program RSBM
Dokter spesialis harus

Total
skor

Urutan
Priorita
s

14

II

diingatkan

kembali ketika ada jadwal kunjungan

RSBM.
Alur rujukan
Jadwal kunjungan dokter spesialis yang

15

10

III

3
2

3
2

3
2

9
6

IV
VI

4
5
6

kurang
Tidak ada pengganti dokter spesialis
Transfer Of Knowledge

Berdasarkan Tabel 9 diatas, untuk mementukan prioritas masalah dengan


mengambil masalah yang mempunyai total skor paling tinggi. Dengan
demikian, urutan prioritas permasalahan di puskesmas gunung sari adalah
sebagai berikut :
1. Alur rujukan
2. Kurangnya informasi pada masyarakat mengenai program RSBM.
3. Jadwal kunjungan dokter spesialis yang kurang
4. Tidak ada pengganti dokter spesialis
5. Dokter spesialis harus diingatkan kembali ketika ada jadwal
kunjungan RSBM.
6. Transfer Of Knowledge
2.3 Analisis Masalah
Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah dengan menggunakan
matriks USG didapatkan bahwa yang menjadi prioritas masalah utama
dipuskesmas gunung sari adalah alur rujukan pasien RSBM pada ibu hamil
risiko tinggi.
Menurut hasil analisis yang kami dapatkan, alur rujukan program
RSBM

bertumpang tindih dengan sistem BPJS. Sebagai contoh, pasien

RSBM ibu hamil risti yang dirujuk berdasarkan indikasi medis kerumah sakit

tidak mendapatkan pelayanan karena rumah sakit yang dituju overload karena
ruangan yang tersedia tidak memadai dan dokter spesialis tidak mencukupi.
Hal tersebut dapat menyebabkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Anak meningkat.
Tabel 11. Analisis SWOT
Analisis
Strength (S)
Weakness (W)

Opportunities (O)
Threats (T)

Internal
Eksternal

Hasil
1. Sarana penunjang cukup baik (8)
2. Terdapat peraturan walikota no. I tahun 2007 (10)
1. Jadwal dokter spesialis yang kurang (8)
2. Tidak ada pengganti dokter spesialis yang berhalangan
hadir (8)
1. Lokasi Puskesmas yang strategis (9)
2. Dokter Spesialis yang mencukupi di kota Cirebon (4)
1. Kesibukan dokter spesialis dalam hal penjadwalan (7)
2. Informasi RSBM kepada masyarakat (8)

= Strength - Weakness
18 16
=2
= Opportunities-Threats

13 -

15 = -2

Berdasrkan analisis SWOT yang kami lakukan program RSBM ini


terdapat pada kuadran 2 (diversifikasi strategi) yang artinya kegiatan dalam
kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tangtangan berat sehingga
diperkirakan roda kegiatan akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila
hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, kegiatan disarankan
untuk segera memeperbanyak ragam strategi taktisnya.

BAB III
PEMECAHAN MASALAH
3.1 Alternatif Kegiatan Untuk Pemecahan Masalah
Dalam kegiatan praktek belajar lapangan selama 1 bulan ini di Puskesmas
Gunung Sari kami mendapatkan 5 permasalahan yang menjadi point pokok dan
untuk solusi yang kami simpulkan sebagai berikut :
1. Alur Rujukan
- Membuat peraturan yang jelas tentang alur rujukan pasien RSBM
- Membuat MOU dengan rumah sakit-rumah sakit di Kota Cirebon untuk
rujukan pasien RSBM
2. Kurangnya informasi pada masyarakat mengenai program RSBM.
- Dengan menggunakan media cetak dan elektronik untuk mempromosikan
-

program RSBM yang sudah berlangsung.


Kader lebih aktif dalam penyampaian tentang RSBM dalam setiap

kegiatan kesehatan.
3. Jadwal kunjungan dokter spesialis yang kurang
- Membuat peraturan yang jelas dan tegas antara dinas kesehatan dengan
dokter spesalis terkait.

Menambah jadwal kunjungan dokter spesialis agar pelayanan RSBM

dapat berjalan lebih optimal.


4. Tidak ada pengganti dokter spesialis
- Peraturan yang sudah dibuat harus jelas dan tegas.
- Mempersiapkan pengganti dokter spesialis jika berhalangan hadir.
5. Dokter spesialis harus diingatkan kembali ketika ada jadwal kunjungan
RSBM.
- Terdapat struktur organisasi tersendiri mengenai RSBM di puskesmas.
- Menambah sumber daya manusia dalam pelayanan spesialisasi terkait
RSBM
6. Transfer Of Knowledge
- Dokter spesialis lebih meluangkan waktunya untuk melakukan transfer of
-

knowledge kepada tenaga kesehatan puskesmas ataupun kepada pasien.


Tenaga kesehatan dipuskesmas harus lebih aktif ketika ada kunjungan
dokter spesialis.

3.2 Urutan Prioritas Masalah


Berdasarkan alternatif solusi diatas kami mengurutkan pemecahan
masalah berdasarkan peluang dari pemecahan prioritas masalah yang paling
mungkin dilakukan dan mudah diaplikasikan dimasyarakat, oleh karena itu kami
membuat suatu skoring untuk menilai berbagai pemecahan masalah tersebut.
Tabel 12 Urutan Prioritas Masalah
Urutan
priorita
s
1
2
3
4

6
7
8

Kegiatan
Membuat peraturan yang jelas tentang alur rujukan pasien RSBM
Kader lebih aktif dalam penyampaian tentang RSBM dalam setiap
kegiatan kesehatan.
Terdapat struktur organisasi tersendiri mengenai RSBM di puskesmas.
Tenaga kesehatan dipuskesmas harus lebih aktif ketika ada kunjungan
dokter spesialis.
Dokter spesialis lebih meluangkan waktunya untuk melakukan
transfer of knowledge kepada tenaga kesehatan puskesmas ataupun
kepada pasien.
Dengan menggunakan

media

cetak

dan

elektronik

untuk

mempromosikan program RSBM yang sudah berlangsung.


Menambah jadwal kunjungan dokter spesialis agar pelayanan RSBM
dapat berjalan lebih optimal.
Membuat peraturan yang jelas dan tegas antara dinas kesehatan

9
10
11
12

dengan dokter spesalis terkait.


Membuat MOU dengan rumah sakit-rumah sakit di Kota Cirebon
untuk rujukan pasien RSBM
Mempersiapkan pengganti dokter spesialis jika berhalangan hadir.
Peraturan yang sudah dibuat harus jelas dan tegas.
Membuat peraturan yang jelas dan tegas antara dinas kesehatan

dengan dokter spesalis terkait.


3.3 Pemecahan Masalah
Alur rujukan RSBM yang dilakukan sebelum adanya program BPJS masih
berjalan dengan baik, dibuktikan dengan AKI tahun 2013 diperoleh 0. Namun
setelah program BPJS dijalankan, AKI tahun 2014 menjadi 4 orang. Hal ini
disebabkan karena Rumah Sakit yang menjadi rujukan mengalami kelebihan
kapasitas pasien yang dirujuk dari Puskesmas dan mengakibatkan penanganan
yang kurang optimal dari pihak Rumah Sakit. Oleh karena itu untuk mencapai
tujuan program RSBM, kami memilih untuk Membuat peraturan yang jelas
tentang alur rujukan pasien RSBM agar dijadikan usulan kegiatan sebagai solusi
dari prioritas masalah.
3.4 Usulan Pemecahan Masalah Dengan Rancangan Implementasi
Program yang kami usulkan dalam kesempatan belajar praktek lapangan
selama 4 minggu di Puskesmas Gunung Sari ini bertujuan untuk lebih
mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan RSBM khususnya mengenai peraturan
yang jelas tentang alur rujukan pasien RSBM agar pelayanan dokter spesalis
semakin optimal dan penapisan kasus baik ibu risti maupun neonatus risti semakin
meningkat. Kegiatan program yang kami usulkan yaitu meningkatkan kegiatan
promotif dan preventif pada masyarakat. Misalnya sosialisasi RSBM, penguatan
jejaring RSBM, dan kerjasama lintas sektor.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
RSBM adalah jejaring pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Rumah Sakit Swasta dan Pemerintah di masing-masing wilayah binaannya berupa
pelayanan kesehatan Rumah Sakit secara langsung oleh dokter spesialis baik
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta memberikan transfer of
knowledge bagi tenaga kesehatan dan masyarakat yang dibantu oleh Puskesmas,
institusi kesehatan lainnya, dan warga siaga di wilayah binaannya dalam suatu
tatanan sistem rujukan.Kegiatan RSBM merupakan salah satu program unggulan
yang dimiliki oleh kota cirebon untuk mencapai program Millenium Development
Goals (MDGs) yaitu untuk menurunkan jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Pada tahun 2012 jumlah AKI 0, sedangkan jumlah
AKB sebanyak 4 orang. Pada tahun 2013 jumlah AKI 0, sedangkan jumlah AKB
sebanyak 1 orang. Pada tahun ini jumlah AKI 0, sedangkan jumlah AKB sebanyak
2 orang.
Pada pelaksanaannya, RSBM di Puskesmas Gunung Sari masih
mempunyai beberapa permasalahan yang harus diselesaikan agar tujuan dari
dibentuknya RSBM dapat berjalan secara optimal. Permasalahan yang kami
jadikan prioritas adalah alur rujukan dari RSBM yang bertumpang tindih dengan
BPJS. Untuk menangani permasalahan tersebut, adapun solusi yang kami ajukan
yaitu membuat peraturan yang jelas tentang alur rujukan pasien RSBM.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya kegiatan praktek belajar lapangan ini, dengan
menganalisis berbagai permasalahan RSBM yang diselenggarakan di Puskesmas
Gunung sari dapat memberikan dampak yang positif dan pelayanan puskesmas
khususnya RSBM dapat berjalan lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, F. (2009).Keperawatan Komunitas Teori dan Praktek dalam keperawatan.


Jakarta:
salemba Medika.
Trihono.(2005). Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta:
Sagung Seto.
Peraturan Daerah Kota Cirebon.(2011). Tentang Sistem Kesehatan Kota Cirebon
No.4 Tahun 2011. Available from: http://www.dphn.go.id/[Accessed 30
November 2014]
Staff Puskesmas Gunung
Sari.
(2013). Profil
247 RW
Kampung
SiagaPuskesmas Gunung Sari. Kota
Cirebon
85 % Sudah 8 Indikator
Staff Puskesmas Gunung Sari. (2012). Profil Puskesmas Gunung Sari. Kota

Cirebon
Staff Puskesmas Gunung Sari. (2013). Rekapitulasi Kegiatan RSBM. Kota
Peran
Rumah Sakit:
Peran Puskesmas:
Cirebon
san bumil dan neonatal baik yang ditemukan oleh kader, mahasiswi akbid atau hasil temuan binwil
gantar
ksaan pasien
pasien dan memberikan transfer of knowledge pada nakes diwilayah binaannya
n tidak menutup untuk masyarakat diluar binaannya, tetapi dalam wilayah kota Cirebon, disertai su

Lampiran 1 Peran Masing-Masing Stake Holder

Stake Holder:
LSM warga siaga
Pemkot
IBI
Institusi pendidikan

Peran DINKES kota Cirebon


Menyediakan sarana yang dibutuhkan puskesmas
Mengadakan MOU dengan RSUD, RS swasta, UTDC, PMI.
Memfasilitasi antara puskesmas, stake holder dan RSBM

Lampiran 2 Alur Jejaring RSBM


RSUD Gunung Jati

RS. Putra BahagiaRS. Sumber Kasih


RS. Budi Luhur
RSB Muhamadiyah
RS.Budi Asta

Wilayah Binaan
Pkm. Kalijaga
Pkm. Kalitanjung
Pkm.Larangan
Pkm. Perum Utara
Pkm.Sitopeng

Wilayah Binaan
Pkm.Cangkring
Pkm.Kejaksan
Pkm.Jl Kembang
Pkm.nelayan

RST Ciremai

Wilayah Binaan
Pkm.Sunyaragi
Pkm.Drajat
Pkm.Majasem
Pkm.Gunung Sari

RB. PAD

Wilayah Binaan
Pkm.Astanagarib
Pkm.Jagasatru
Pkm.Pekalangan
Pkm.Pulasaren

RS.Pelabuhan

Wilayah Binaan
Pkm.Cangkol
Pkm.Kesunean
Pkm.Pesisir
Pkm.Pegambiran

Kecamatan Harjamukti
Kecamatan kejaksan
Kecamatan Kesambi
Kecamatan Pekalipan
Kecamatan Lemah Wungkuk

Kader dan Warga Siaga

Вам также может понравиться