Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
BAYU MURTI WIJAYANTO
11/319018/TK/38156
Kegiatan eksplorasi untuk penentuan titik lokasi pengeboran dan study outcrop.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menunjuk atau menentukan arah danbatas-batas yang akan digali sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
8.
9.
10. Menghitung kapasitas alat untuk menghitungtarget bulanan atau ke design tambang
untuk merencanakan bentuk tambang,kemana arah jalan, berapa jumlah bench
yang di perlukan, sudut kemiringan designtambang agar tidak terjadi longsoran,
berapa kapasitas tanah penutup (overburden& interburden).
Para surveyor sendiri dihadapkan oleh topografi yang setiap hari, bahkan setiap jam
pasti berubah karena adanya progress tambang sehingga harus menyajikan sebuah peta
topografi yang aktual setiap jam. Topografi dan Digital Mapping menggunakan teknologi
geodetis untuk menentukan koordinat dan elevasi agar memperoleh pemetaan dengan data
kontur yang akurat.Menggunakan peralatan yang didukung oleh Trimble dan South
terutama dalam penggunaan GPS RTK (Global Positioning System Real Time
peralatan
yang
canggih
dengan
jarak
data
record
antara
base line (GPS data recorder/Reciever) dengan rover (alat ukur mobile/GPS Data survey)
dapat mencapai 10 KM. Hal inilah yang mempermudah pengukuran lebih efisien dengan
akurasi yang tinggi.
Jika ada persoalan pembebasan lahan sementara data perubahan topografi belum
selesai disajikan, maka harus bisa menyajikan data sudah diproses untuk selanjutnya
dilakukan perhitungan sisa cadangan kalo topografi yang diambil tersebut sudah aktif
ditambang. Dengan Ilmu Geodesi, kita bisa menyajikan data topografi yang cepat,
lengkap dan teliti.
C. Jenis
Pekerjaan
Survei
dalam
Pekerjaan
Eksplorasi
dan
I. Pekerjaan Eksplorasi
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Kegiatan Eksplorasi :
1. Tujuan Eksplorasi
Tujuan kegiatan ekpslorasi antara lain untuk mengetahui :
a. Melokalisasi suatu endapan bahan galian.
b. Endapan/bijih yang dicari.
c. Sifat tanah dan batuan.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang :
a. peta dasar sudah tersedia/belum.
Eksploitasi
pemilihan
lokasi
ditentukan
langkah
berikutnya,
studi
faktor-
faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat
penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian
dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan
tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka
survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat
dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada,
maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu.Kalau di daerah tersebut
sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa
langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan),
melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang
penting.
Selain
langsung),
yang
perlu
juga
bahan
diperhatikan
galian
adalah
lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk
mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan
(volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak.Dari
sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi
terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian
perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.
3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana peoduksi, rencana kemajuan tambang, metode
penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang.Dengan
melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan
pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang
bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak.
II.
Pekerjaan Eksploitasi
Merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun mekanis
yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian.
Beberapa
tahapan
kegiatan
penambangan
secara
garis
besar
adalah
1. Pembabatan (clearing)
Pembersihan lahan ini dilakukan untuk menyingkirkan pepohonan dan semak
belukar yang tubuh di sekitar areal penambangan dan mempersiapkan akses masuk
ke tambang atau pembuatan jalan angkut.
2. Pengupasan tanah penutup (stripping)
Pekerjaan pengupasan yang dilakukan pada tanah penutup,biasanya dilakukan
bersama-sama dengan clearing dengan menggunakan alat bulldozer. Pekerjaan ini
dimulai dari tepat yang lebih tinggi, dan tanah penutup didorong ke bawah ke arah
yang lebih rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya gravitasi.
3. Penggalian bahan galian (mining)
Penggalian adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan
induknya baik dengan cara penggalian dengan enggunakan alat gali maupun dengan
cara pemboran dan peledakan. Pada intinya pembongkaran ini bertujuan agar batuan
dapat dengan mudah dan cepat dilepaskan serta alat muat dapat dengan mudah
memuat material ke alat angkut.
4. Pemuatan (loading)
Pemuatan adalah kegiatan lanjutan setelah pembongkaran batuan pada loading point
yang bertujuan untuk memuat material ke alat angkut kemudian diangkut ke titik
dumping baik itu grizzly atau pada disposal area.
5. Pengangkutan (hauling)
Banyaknya material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut oleh masing-masing alat
dinyatakan dalam jumlah produksi yang dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan yang dikemukakan oleh Partanto Projosumarto berikut:
a. Produksi alat gusur
Dimana:
P(BD) = produksi bulldozer (ton/jam)
Fk = faktor koreksi (%)
BF = Blade faktor (%)
KB = kapasitas blade (m3)
SF = swell factor (%)
D = density (ton/m3)
b. Produksi alat muat/gali
Dimana:
P(BH) = produksi excavator back hoe (ton/jam)
Eff. = effisiensi kerja (%)
KB = kapasitas blade (m3)
SF = swell factor (%)
FF = fill factor (%)
D = density (ton/m3)
Ct = Cycle time (menit)
n = jumlah pengisian
D = density (ton/m3)
Ct = Cycle time (menit)
6. Penumpahan (waste dump)
Upaya untuk mencegah atau mengeluarkan air yang masuk atau menggenangi suatu
daerah penambangan yang dapat aktivitas penambangan.Perkiraan air yang masuk ke dalam
tambang berasal dari air lipasan berupa air hujan dan air tanah berupa rembasan.
D. FAKTOR PENGEMBANGAN (SWELL FACTOR)
Material di alam ( i n s i t u ) ditemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi
dengan baik, tetapi bila digali atau diberai akan terjadi pengembangan volume.
Perbandingan antara volume alami (insitu) dengan volume berai (loose volume) dikenal
dengan istilah faktor pengembangan / faktor pemuaian / faktor pemekaran (swell factor).
Untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan 2 volume itu dikenal dengan 2 istilah
yaitu factor pengembangan (swell factor), dan persen pengembangan (persen swell).
Rumus untuk menghitung swell factor (SF) dan % swell ada dua, yaitu:
1. Berdasarkan Volume
Swell Factor = (Vol Insitu / Vol Loose)x 100%
% swell = [(lose volume bank volume) : bank volume] x 100%
SF = Bank Volume : Loose Volume
2. Berdasarkan Densitas (Kerapatan)
Percent Swell = ((Vol Loose Vol Insitu)/Vol Insitu)x 100%
% Swell = [(Weight in Bank Loose weight) : Lose weight
SF = Loose weight : Weight in bank
Referensi :
http://togharrimba.blogspot.com/
http://bosstambang.com/
http://surveyortambang.wordpress.com/
http://jojocupidgege.blogspot.com/
http://www.scribd.com/doc/51435307/BAB-III
http://sheiladefirays.blogspot.com/2010_12_01_archive.html
http://www.scribd.com/doc/50537502/JENIS-PEKERJAN-SURVEY-DALAM-MINING
Pokok
Pertambangan,
mengharuskan
perusahaan
tambang
melaksanakan proses hilirisasi terhadap mineral mentah atau bijih (ore) yang diperoleh. Hal
ini dikarenakan produksi bijih mentah hasil pertambangan Indonesia selalu diekspor keluar
negeri untuk diolah lebih lanjut. Kondisi inilah yang membuat pemerintah Indonesia
mewajibkan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian tambang (smelter) bagi
perusahaan tambang yang beroperasi di tanah air agar hasil tambang dapat diolah terlebih
dahulu sebelum diekspor.
Para ahli pertambangan menilai bahwa penerapan UU Minerba ini memberikan
dampak positif dari berbagai aspek, terutama investasi di sektor minerba. Dengan adanya
proses pengolahan dan pemurnian bijih mineral di dalam negeri akan memberikan nilai
tambah yang lebih untuk setiap jenis mineral. Nilai tambah yang dimaksud akan menaikkan
nilai ekspor suatu mineral.
Akan tetapi, penerapan UU Minerba ternyata juga menimbulkan permasalahan pada
perusahaan yang masih belum membangun pabrik smelter. Kondisi ini mengharuskan
pemerintah untuk memberikan tenggang waktu selama tiga tahun melalui Peraturan
Pemerintah No 1 Tahun 2014 dan Permen ESDM No 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan
Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri masih
mengizinkan ekspor mineral olahan atau konsentrat hingga 2017.
Penerapan
konsep multiplayer.
tahap
hilirisasi
Pasalnya,
selain
di
Indonesia
menaikkan
nilai
menyebabkan
tambah
terbentuknya
mineral,
proses
pengolahannya dapat membantu pabrik pupuk. Hal ini dikarenakan dalam tahap pengolahan
mineral, akan menghasilkan zat buang seperti asam sulfat, zat ini dapat dijadikan bahan
utama dalam pembuatan pupuk. Dengan diterapkannya Undang-undang (UU) Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (minerba), Indonesia akan
merasakan dampak yang sangat positif di bidang perekonomian dan ketenagakerjaan.
Referensi :
http://www.itb.ac.id/news/4191.xhtml