Вы находитесь на странице: 1из 10

SURVEY PERTAMBANGAN

Artikel Survey Pertambangan dan Analisis Undang-Undang Minerba

Disusun oleh:
BAYU MURTI WIJAYANTO
11/319018/TK/38156

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika


Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
2014

A. Jenis Pekerjaan dalam Survei Tambang


Mine surveying /tambang survey adalah satu cabang ilmu pertambangan dan
teknologi, mencakupi semua pengukuran, perhitungan dan pemetaan yang melayani
tujuan memastikan dan mendokumentasikan informasi pada semua tahap dari prospeksi
terhadap eksploitasi dan memanfaatkan kandungan mineral baik oleh permukaan dan
bawah tanah bekerja.
Berikut adalah kegiatan utama survei tambang:
1. Penafsiran geologi deposit mineral dalam kaitannya dengan eksploitasi ekonomi dari
mineral tersebut
2. Penyelidikan dan negosiasi hak penambangan mineral
3. Membuat dan merekam, dan perhitungan survei pengukuran
4. Pertambangan kartografi
5. Investigasi dan prediksi efek tambang bekerja pada permukaan dan strata bawah tanah
6. Perencanaan tambang dalam konteks lingkungan setempat dan rehabilitasi
selanjutnya. Kegiatan meliputi:
Lokasi, struktur, konfigurasi, dimensi dan karakteristik deposit mineral dan batuan
yang berdampingan dan strata diatasnya. Penilaian resreves mineral dan eksploitasi
ekonomi mereka.
Akuisisasi, penjualan, penyewaan dan pengelolaan properti mineral.
Memberikan dasar arah, perencanaan dan pengendalian kerja tambang untuk
memastikan operasi penambangan ekonomis dan aman .
Studi tentang gerakan batuan dan tanah yang disebabkan oleh operasi
pertambangan, prediksi mereka, dan tindakan pencegahan dan pengobatan
perbaikan kerusakan subsidence .
Membantu dalam perencanaan dan rehabilitasi lahan yang terkena dampak dari
operasi mineral dan bekerjasama dengan otoritas perencanaan pemerintah daerah.
Dan di dalam pertambangan memiliki beberapa sub bagian, yaitu :
1. Bagian Bahan Galian dan Logam
2. Bagian Bahan Galian dan Industri
3. Bagian Drilling dan logging
4. Bagian Bahan Galian Batubara dan Migas
5. Bagian Geoteknik dan Hidrologi

6. Bagian Topografi dan Digital Mapping

B. Peran Ilmu Geodesi dalam Dunia Pertambangan


Beberapa peran Ilmu Geodesi dalam Dunia Pertambangan :
1.

Kegiatan eksplorasi untuk penentuan titik lokasi pengeboran dan study outcrop.

2.

Pembuatan model cadangan bahan tambang.

3.

Pengukuran pemasangan design tambang.

4.

Pengukuran topografi original atau topografi progress tambang.

5.

Kegiatan survey dalam mendukung kegiatan peledakan- blasting- (pengukuran


space-boder dan depth).

6.

Kegiatan survey pada pemasangan guideline di kegiatan penambangan


underground.

7.

Menunjuk atau menentukan arah danbatas-batas yang akan digali sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.

8.

Melapor kepada petugas yang bertanggung jawab atas pekerjaanpenggalian apabila


mendekati (tidak kurang 50meter) dari tempat- tempat yangmempunyai potensi
bahaya seperti kantong-kantong air, gas-gas berbahaya, semburanbatu (rock burst),
dan permukaan tanah atau penyangga- penyangga yang dapat membahayakan
penggalian tersebut.

9.

Survey data processing untuk pengolahan selanjutkan keperhitungan volume,


perhitungan cadangan, desain jalan.

10. Menghitung kapasitas alat untuk menghitungtarget bulanan atau ke design tambang
untuk merencanakan bentuk tambang,kemana arah jalan, berapa jumlah bench
yang di perlukan, sudut kemiringan designtambang agar tidak terjadi longsoran,
berapa kapasitas tanah penutup (overburden& interburden).
Para surveyor sendiri dihadapkan oleh topografi yang setiap hari, bahkan setiap jam
pasti berubah karena adanya progress tambang sehingga harus menyajikan sebuah peta
topografi yang aktual setiap jam. Topografi dan Digital Mapping menggunakan teknologi
geodetis untuk menentukan koordinat dan elevasi agar memperoleh pemetaan dengan data
kontur yang akurat.Menggunakan peralatan yang didukung oleh Trimble dan South
terutama dalam penggunaan GPS RTK (Global Positioning System Real Time

Kinematik).Teknologi dapat mempercepat dan meningkatkan kinerja di lapangan.Bagian


ini juga didukung oleh personil-personil geodesi yang telah berpengalaman di bidangnya,
baik menggunakan system geodetis, total station, theodolite maupun waterpass.
Berbagai project pengukuran dan pemetaan yang menghasilkan data dan peta baik
dalam bentuk digital mapping maupun print out. Terpercaya dalam hasil pengukran yang
diperoleh sehingga dapat mempermudah client dalam proses penghitungan total cadangan
bahan galian.
Proses pengolahan data hingga menghasilkan bentuk permukaan yang akurat dan
cepat dapat diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak (software) baik itu untuk
trimble maupun south. Bagian topografi dan digital mapping telah mengerjakan berbagai
project dan itu bukan hanya dalam dunia pertambangan, tapi juga dalam pemetaan tata
kota, perkebunan, kehutanan, maupun pada dinas pertanahan.
Kemampuan

peralatan

yang

canggih

dengan

jarak

data

record

antara

base line (GPS data recorder/Reciever) dengan rover (alat ukur mobile/GPS Data survey)
dapat mencapai 10 KM. Hal inilah yang mempermudah pengukuran lebih efisien dengan
akurasi yang tinggi.
Jika ada persoalan pembebasan lahan sementara data perubahan topografi belum
selesai disajikan, maka harus bisa menyajikan data sudah diproses untuk selanjutnya
dilakukan perhitungan sisa cadangan kalo topografi yang diambil tersebut sudah aktif
ditambang. Dengan Ilmu Geodesi, kita bisa menyajikan data topografi yang cepat,
lengkap dan teliti.
C. Jenis

Pekerjaan

Survei

dalam

Pekerjaan

Eksplorasi

dan

I. Pekerjaan Eksplorasi
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Kegiatan Eksplorasi :
1. Tujuan Eksplorasi
Tujuan kegiatan ekpslorasi antara lain untuk mengetahui :
a. Melokalisasi suatu endapan bahan galian.
b. Endapan/bijih yang dicari.
c. Sifat tanah dan batuan.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang :
a. peta dasar sudah tersedia/belum.

Eksploitasi

b. Peta geologi/topografi (satelit, udara, darat).


c. Analisis regional.
d. Laporan-laporan penyelidikan terdahulu.
e. Teori-teori dan metode-metode lapangan yang ada.
f. Geografi.
g. Sosial budaya dan adat istiadat.
h. Hukum.
3. Pemilihan Metode
Metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Cara tidak langsung.
b. Cara langsung.
c. Gabungan cara langsung dan tak langsung.
Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu
secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian
eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :
1. Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan
mencari prospek.
2. Penilaian ekonomi prospek yang telah ditemukan.
3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang.
- Tahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang
diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi
terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatancatatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei.
Setelah

pemilihan

lokasi

ditentukan

langkah

berikutnya,

studi

faktor-

faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat
penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian

dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan
tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka
survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat
dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada,
maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu.Kalau di daerah tersebut
sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa
langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan),
melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang
penting.
Selain

singkapan-singkapan batuan pembawa

atau batubara (sasaran

langsung),

yang

perlu

juga

bahan
diperhatikan

galian
adalah

perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan),


orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya.Hal-hal penting tersebut harus diplot pada
peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter,
serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung,
dll.Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta
singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan
dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model
geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak,
pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan
dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di
peta (dengan bantuan alat ukur).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,
gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan
apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau
tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan
dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada
mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail
(White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang

lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk
mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan
(volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak.Dari
sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi
terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian
perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.
3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana peoduksi, rencana kemajuan tambang, metode
penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang.Dengan
melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan
pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang
bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak.
II.

Pekerjaan Eksploitasi

Merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun mekanis
yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian.
Beberapa

tahapan

kegiatan

penambangan

secara

garis

besar

adalah

1. Pembabatan (clearing)
Pembersihan lahan ini dilakukan untuk menyingkirkan pepohonan dan semak
belukar yang tubuh di sekitar areal penambangan dan mempersiapkan akses masuk
ke tambang atau pembuatan jalan angkut.
2. Pengupasan tanah penutup (stripping)
Pekerjaan pengupasan yang dilakukan pada tanah penutup,biasanya dilakukan
bersama-sama dengan clearing dengan menggunakan alat bulldozer. Pekerjaan ini
dimulai dari tepat yang lebih tinggi, dan tanah penutup didorong ke bawah ke arah
yang lebih rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya gravitasi.
3. Penggalian bahan galian (mining)
Penggalian adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan
induknya baik dengan cara penggalian dengan enggunakan alat gali maupun dengan
cara pemboran dan peledakan. Pada intinya pembongkaran ini bertujuan agar batuan
dapat dengan mudah dan cepat dilepaskan serta alat muat dapat dengan mudah
memuat material ke alat angkut.
4. Pemuatan (loading)

Pemuatan adalah kegiatan lanjutan setelah pembongkaran batuan pada loading point
yang bertujuan untuk memuat material ke alat angkut kemudian diangkut ke titik
dumping baik itu grizzly atau pada disposal area.

5. Pengangkutan (hauling)
Banyaknya material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut oleh masing-masing alat
dinyatakan dalam jumlah produksi yang dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan yang dikemukakan oleh Partanto Projosumarto berikut:
a. Produksi alat gusur
Dimana:
P(BD) = produksi bulldozer (ton/jam)
Fk = faktor koreksi (%)
BF = Blade faktor (%)
KB = kapasitas blade (m3)
SF = swell factor (%)
D = density (ton/m3)
b. Produksi alat muat/gali
Dimana:
P(BH) = produksi excavator back hoe (ton/jam)
Eff. = effisiensi kerja (%)
KB = kapasitas blade (m3)
SF = swell factor (%)
FF = fill factor (%)
D = density (ton/m3)
Ct = Cycle time (menit)

c. Produksi alat angkut


Dimana:
P(DT) = produksi dump truck (ton/jam)
Eff. = effisiensi kerja (%)
KB = kapasitas blade (m3)
SF = swell factor (%)
FF = fill factor (%)

n = jumlah pengisian
D = density (ton/m3)
Ct = Cycle time (menit)
6. Penumpahan (waste dump)
Upaya untuk mencegah atau mengeluarkan air yang masuk atau menggenangi suatu
daerah penambangan yang dapat aktivitas penambangan.Perkiraan air yang masuk ke dalam
tambang berasal dari air lipasan berupa air hujan dan air tanah berupa rembasan.
D. FAKTOR PENGEMBANGAN (SWELL FACTOR)
Material di alam ( i n s i t u ) ditemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi
dengan baik, tetapi bila digali atau diberai akan terjadi pengembangan volume.
Perbandingan antara volume alami (insitu) dengan volume berai (loose volume) dikenal
dengan istilah faktor pengembangan / faktor pemuaian / faktor pemekaran (swell factor).
Untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan 2 volume itu dikenal dengan 2 istilah
yaitu factor pengembangan (swell factor), dan persen pengembangan (persen swell).
Rumus untuk menghitung swell factor (SF) dan % swell ada dua, yaitu:
1. Berdasarkan Volume
Swell Factor = (Vol Insitu / Vol Loose)x 100%
% swell = [(lose volume bank volume) : bank volume] x 100%
SF = Bank Volume : Loose Volume
2. Berdasarkan Densitas (Kerapatan)
Percent Swell = ((Vol Loose Vol Insitu)/Vol Insitu)x 100%
% Swell = [(Weight in Bank Loose weight) : Lose weight
SF = Loose weight : Weight in bank
Referensi :
http://togharrimba.blogspot.com/
http://bosstambang.com/
http://surveyortambang.wordpress.com/
http://jojocupidgege.blogspot.com/
http://www.scribd.com/doc/51435307/BAB-III
http://sheiladefirays.blogspot.com/2010_12_01_archive.html
http://www.scribd.com/doc/50537502/JENIS-PEKERJAN-SURVEY-DALAM-MINING

Undang-Undang Mo 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara


Penerapan Undang-undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batu Bara (minerba) sebagai pengganti dari UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan

Pokok

Pertambangan,

mengharuskan

perusahaan

tambang

melaksanakan proses hilirisasi terhadap mineral mentah atau bijih (ore) yang diperoleh. Hal
ini dikarenakan produksi bijih mentah hasil pertambangan Indonesia selalu diekspor keluar
negeri untuk diolah lebih lanjut. Kondisi inilah yang membuat pemerintah Indonesia
mewajibkan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian tambang (smelter) bagi
perusahaan tambang yang beroperasi di tanah air agar hasil tambang dapat diolah terlebih
dahulu sebelum diekspor.
Para ahli pertambangan menilai bahwa penerapan UU Minerba ini memberikan
dampak positif dari berbagai aspek, terutama investasi di sektor minerba. Dengan adanya
proses pengolahan dan pemurnian bijih mineral di dalam negeri akan memberikan nilai
tambah yang lebih untuk setiap jenis mineral. Nilai tambah yang dimaksud akan menaikkan
nilai ekspor suatu mineral.
Akan tetapi, penerapan UU Minerba ternyata juga menimbulkan permasalahan pada
perusahaan yang masih belum membangun pabrik smelter. Kondisi ini mengharuskan
pemerintah untuk memberikan tenggang waktu selama tiga tahun melalui Peraturan
Pemerintah No 1 Tahun 2014 dan Permen ESDM No 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan
Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri masih
mengizinkan ekspor mineral olahan atau konsentrat hingga 2017.
Penerapan
konsep multiplayer.

tahap

hilirisasi

Pasalnya,

selain

di

Indonesia

menaikkan

nilai

menyebabkan
tambah

terbentuknya

mineral,

proses

pengolahannya dapat membantu pabrik pupuk. Hal ini dikarenakan dalam tahap pengolahan
mineral, akan menghasilkan zat buang seperti asam sulfat, zat ini dapat dijadikan bahan
utama dalam pembuatan pupuk. Dengan diterapkannya Undang-undang (UU) Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (minerba), Indonesia akan
merasakan dampak yang sangat positif di bidang perekonomian dan ketenagakerjaan.

Referensi :
http://www.itb.ac.id/news/4191.xhtml

Вам также может понравиться