Вы находитесь на странице: 1из 16

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA

KANKER URETER

KELOMPOK 4

DISUSUN OLEH :
1. HASAN YUDHA SATRIA
2. YUDHY HERMAWAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER
TAHUN 2015.

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada Tuhan YME atas Rahmatnya sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang CA Ureter. Terima kasih
penulis ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah

ini merupakan hasil diskusi kelompok dengan

materi CA Ureter.

Pembahasan di dalamnya penulis dapatkan dari kuliah, browsing internet, diskusi


anggota. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan masalah CA Ureter.
Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaannya. Demikian
yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi
teman-teman dan khususnya.

Banjarmasin, September 2013

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kanker adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya
penyakit tunggal.
Kanker istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan malignan dalam
setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan
berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya.
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica
urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu
untuk setiap ginjal.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan masalah ca
ureter.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada klien dengan masalah ca ureter.
2.
Mahasiswa mampu menegakkan diagnose pada klien dengan masalah ca ureter.
3.
Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
4.

masalah ca ureter.
Mahasiswa mampu mengimplementasikan masalah keperawatan pada klien Ca

5.

ureter
Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien dengan masalah ca ureter.

1.2.3 Manfaat
Dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa agar dapat mengetahui penyebab
ca ureter dan pencegahannya agar terhindar dari ca ureter baik untuk dirinya sendiri
maupun keluarga dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarak agar mampu
menjaga kesehatannya, serta bisa menjadi refrensi untuk mendapat pengetahuan
bahayanya penyakit ca ureter yang dapat menyebabkan kematian.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR TEORI
2.1.1 Anatomi
Ureter

Tempat mengalirkan air kemih langsung dari ginjal


1.
Letak
Dibelakang peritoneum pada dinding abdomen di bagian belakang
2.
Bentuk
Memanjang, panjang 30 cm
3.
Struktur
Selaput mukosa (permukaan bagian dalam), lapisan otot sirkuler, lapisan otot
membujur, jaringan ikat fibrosa, (lapisan terluar)

2.1.2 Definisi
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica
urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu
untuk setiap ginjal. Kanker dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi pelvis
renalis dan ureter.
Kanker pada sel-sel yang melapisi pelvis renalisdisebut karsinoma sel
transisional. Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang
mengalirkan air kemih ke ureter. Ureter adalah tabung/saluran yang menghubungkan
ginjal dengan kandung kemih.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas
major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan
secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventromedial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah
aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di
mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura

marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini
sering terbentuk batu/kalkulus.
2.1.3 Etiologi
Kemungkinan besar perkembangan kanker adalah terkait dengan masalah
kromosom yang menyebabkan penampilan dan pertumbuhan sel-sel ganas. Hal ini
bisa disebabkan sebagai akibat dari paparan karsinogenik tertentu, rangsangan agen
atau zat yang dapat menyebabkan kanker.
2.1.4 Manifestasi Klinis
1. Hematuria
Hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh, dan dapat
dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal hematuria, sebagian dari pasien
kanker kandung kemih akan ada pembuangan gumpalan gumpalan darah dan bangkai
bangkai busuk.
2. Iritasi kandung kemih
Tumor terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi meluas atau saat
terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai ke kandung kemih sehingga menyebabkan
fenomena sering buang air kecil dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih
Adanya tumor yang lebih besar, tumor pada ureter dan penyumbatan gumpalan darah
akan menyebabkan buang air bahkan sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam
lubang saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga
menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase
Invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih sekitarnya, organ lain
atau metastasis kelenjar getah panggul simpul, akan menyebabkan nyeri di daerah

kandung kemih, uretra fistula vagina, dan edema ekstremitas bawah, metastasis
sampai organ yang lebih jauh, nyeri tulang dan cachexia.
2.1.5 Patofisiologi
Kenaikan tekanan ureter menyebabkan perubahan yang ditandai difirasi glomelurus,
fungsi tubular, dan aliran darah ginjal, tingkat perubahan secara fungsional secara
langsung berkaitan dengan durasi dalam sistem pengumpulan intrarenal, derajat
diladasi oleh parenkem ginjal.
2.1.6 Klasifikasi
1. Stadium (0)
Dikenal sebagai karsinoma in situ, di dalam ureter organisme bagian tepi timbul
tumor.
2. Stadium (I)
Sel kanker telah menyebar ke lapisan dalam dan luar ureter.
3. Stadium (II)
Sel kanker telah menyebar ke lapisanan otot dinding ureter.
4. Stadium (III)
Sel kanker telah menyebar sampai jaringan adipose pada sekitar ureter ,
kemungkinan menyebar sampai ke alat kelamin.
5. Stadium (IV)
Sel kanker telah menyebar dari ureter sampai ke peritoneum atau ke panggul. Sel
kanker mungkin telah mempengaruhi sampai ke kelanjar getah bening atau sampai ke
organ lain dalam tubuh.
6. Kekambuhan
Setelah dilakukan pengobatan kanker ureter, ureter atau bagian lain dalam tubuh bisa
mengalami kekambuhan.
2.1.7 Komplikasi
1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.
2. Gagal ginjal.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostic


1.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan urografi intravena atau

2.

urografi retrograd.
CT scan dapat membantu membedakan tumor dengan batu ginjal atau bekuan

3.

darah dan menunjukkan pertumbuhan kanker.


Pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh air kemih bisa menunjukkan

4.

adanya sel-sel kanker.


Ureteroskopi atau nefroskopi digunakan untuk mengamati atau kadang untuk
mengobati tumor yang kecil.

2.1.9 Penatalaksanaan
Jika kanker belum menyebar, maka dilakukan pengangkatan ginjal dan ureter
(nefroureterektomi). Tetapi jika ginjal tidak berfungsi dengan baik atau jika penderita
hanya memiliki 1 ginjal, maka tidak dilakukan pengangkatan ginjal, karena penderita
akan tergantung kepada dialisa. Jika kanker telah menyebar, dilakukan kemoterapi.
Pengobatan untuk kanker uretra bisa dilakukan dengan cara:
1. Pembedahan
2. Terapi penyinaran, menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi
lainnya untuk membunuh sel-sel kanker.
3. Kemoterapi, menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Pembedahan untuk mengangkat kanker ureter terdiri dari:
a. Elektrofulgurasi, menggunakan arus listrik untuk mengangkat kanker.
Tumor dan daerah di sekitarnya dibakar lalu diangkat dengan pisau
bedah.
b. Terapi laser.
2.2 KONSEP DASAR ASKEP
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa,
a.

sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.


Anamnesis

Keluhan utama yang sering menjadi alasan kien untuk meminta pertolongan
kesehatan kepada tenaga kesehatan atau tanaga menis.
b. Riwayat penyakit saat ini
Faktor riwayat penyakit sangat penting di ketahui karena untuk mengetahui
predisposisi penyebab Ca ureter. Disini harus di tanya dengan jelas tentang gejala
yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Keluhan
Ca ureter perlu mendapat perhatian untuk di lakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaimana sifat timbulnya Ca ureter, stimulus apa yang sering menimbulkan nyeri
pada ureter, dan tindakan apa yang telah di berikan dalam upaya menurunkan keluhan
nyeri tersebut.
c.

Riwayat penyakit dahulu


Pengkajian penyakit yang pernah di alami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernah kah klien
mengalami Ca ureter sebelumnya.

d. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang di gunakan klien juga penting untuk menilai
respon emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan mesyarakat serrta respon atau pengaruh dalam kehidupan sehari
hari baik dalam keluarga atau masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada
klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan
untuk melakukan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan citra tubuh). Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah
keadaan ini memberi dampak pada ststus ekonomi klien, karena biaya perawatan dan
pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit.
Pengkajian diagnostik pada Ca ureter
1. Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya: leukosituria, hematuria, dan
dijumpai kristal-kristal berbentuk kanker.

2. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukan adanya pertumbuhan kumanpemecah


urea.
3. Pemeriksaan fungsi ureter untuk memonitor penurunan fungsi.
4. Pemeriksaan elektrolit untuk ketrlibatan peningkatan kalsium dalam darah.
5. Pemeriksaan foto polos abdomen, PIV, urogram, USG untuk menilai posisi, besar,
dan benttuk batu dalam saluran kemih.
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
a. Analisa Data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi,
menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi,
melihat pola data, membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya
membuat kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau
yang disebut diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
jelas, singkat, dan pasti tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat
dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
1.

Diagnosa yang muncul pada kasus Ca ureter :


Gangguan Nyaman Nyeri b/d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises,
peregangan dari terminal syaraf sekunder dari adanya batu pada ginjal, nyeri pasca

bedah.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik
akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
3. Ansietas b/d prognosis pembedahan, tindakan invasif diagnostik.

2.2.3 Rencana Keperawatan


1. Gangguan nyaman nyeri b/d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, pergangan
dari terminal syaraf sekunder dari adanya batu pada ginjal, nyeri pasca bedah.
Tunjuan :

Nyeri berkurang/hilang/teradaptasi.
Kriteria hasil:
a. Nyeri berkurang atau dapat beradaptasi dengan sekala nyeri 0-1
b. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
c. Eksfresi klien rlaks
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
Rasional
1. 1. kaji derajat ketidaknyamanan melalui 1. 1. Tindakan dan reaksi nyeri adalah
isyarat verba dan nonverbal, perhatikan

individual dan berdasarkan pengalaman

pengaruh budaya terhadap pengaruh

masa lalu, serta memahami perubahan

nyeri.

fsiologis dan latar belakang budaya.


2. 2. Dapat menurunkan kebutuhan oksigen
jaringan ferifer sehingga akan

2. 2. Bantu klien agar dapat beristirahat.


meningkatkan suplai darah ke jaringan.
3. 3. Lingkungan yang nyaman dapat
menurunkan stimulasi nyeri eksternal dan
klien dapat beristirahat dengan nyaman..
4. 4. Vasodilatasi dapat menurunkan spasme
3. 3. berikan lingkungan yang nyaman dan
otot dan kontraksiotot pinggangsehingga
batasi pengunjung.
menurunkan stimulasi nyeri.
5. dapat memblok imfuls nyeri dalam
korteks serebri.
4. 4. Beri kompres hangat pada pinggang.
6. 5. analgentik dapat mengurangi rasa nyeri

5. Bantu dalam penggunaan tehnik


pernapasan yang tepat

5. kolaborasi dalam pemberian analgetik

2.

a.
b.
c.
d.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik
akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
Tunjuan:
Nutrisi dapat tercukupi.
Kriteria hasil :
dapat mempertahankan BB
Bebas dari tanda mal nutrisi
Secara subjektif melaporkan kekurangan nutrisi tercukupi.
Eksfresi klien rileks

Intervensi dan Rasional


Intervensi
1. 1. kaji penyebab kurangnya nutrisi
2. 2.Berikan makanan sedikit tetapi sering

rasional
1. 1.mengetahui penyebab dapat menentukan
tindakan selanjutnya
2. 2. makan yang sedikit tapi sering dapat

meningkatkan nutrisi pada klien


3. 3.Asupan nutrisi dan cairan yang adekuat
asupan nutrisi (tinggi kalori tinggi protein)
diperlukan untuk mengimbangi status
dan asupan cairan yang adekuat.
hipermetabolik pada klien dengan
4. 4.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
keganasan.
3. 3. Dorong klien untuk meningkatkan

menetapkan program diet pemulihan bagi4. 4.Kebutuhan nutrisi perlu diprogramkan


klien.

secara individual dengan melibatkan klien

5. 5.Berikan obat anti emetik dan roborans

dan tim gizi bila diperlukan.


5. 5.Anti emetik diberikan

bila

klien

mengalami mual dan roborans mungkin


sesuai program terapi.

diperlukan untuk meningkatkan napsu


makan

dan

membantu

proses

metabolisme.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.
Tujuan :
Resiko tinggi infeksi dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Tidak di temukan tanda-tanda infeksi
b. kadar Hb dalam batas normal (11-14 gr %)
c. pasien tidak demam atau menggigil suhu dalam batas normal 37o C
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
1. 1.Kaji tanda-tanda infeksi

Rasional
1. 1.Mengetahui tanda-tanda infeksi dapat

menentukan tindakan selanjutnya


2. 2.Agar tidak terjadi penyebaran infeksi
2. 2.Berikan
perawatan
aseptik
dan
atau dapat menghindari terjadinya infeksi
antiseptik, lakukan cuci tangan yang baik
nosokomial.
sebelum
melakukan
tindakan
keperawatan.
3. 3.Deteksi dini perkembangan infeksi
3. 3.Kaji daerah kulit yang mengalami
memungkinkan untuk melakukan tindakan
kerusakan, daerah yang terpasang alat
dengan segera dan pencegahan terhadap
invasi, catat karakteristik dari drainase
komplikasi selanjutnya.
dan adanya inflamasi.
4. 4. Dapat mengindikasikan perkembangan
4.

4.Pantau suhu tubuh secara teratur, catat

sepsis yang selanjutnya memerlukan


evaluasi atau tindakan dengan segera.

adanya demam, menggigil, diaforesis dan


5. 5.Peningkatan mobilisasi dan
perubahan
kesadaran).
5. 5.Anjurkan

fungsi

mental

(penurunan pembersihan sekresi paru untuk


menurunkan resiko terjadinya pneumonia,

untuk

melakukan

napas

atelektasis.
dalam, latihan pengeluaran sekret paru
6. 6. analgentik dapat mengurangi rasa
secara

terus

menerus.

Observasi nyeripada klien.

karakteristik sputum.
6. 6.Kolaborasi dengan ahli medis dalam
pemberian

antibiotik

sesuai

dengan

indikasi.

2.2.4 Implementasi
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau
kembali dari apa yang telah direncanakana atau intervensi sebelumnya, dengan tujuan
utama pada pasien dapat mencakup peredaan nyeri, kebutuhan nutrisi tercukupi
pengurangan kecemasan.

2.2.5 Evaluasi
Hasil yang di harapkan setelah mendapatkan intervensi adalah sebagai berikut:
1. Gangguan nyaman nyeri b/d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, pergangan
dari terminal syaraf sekunder dari adanya batu pada ginjal, nyeri pasca bedah.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik
akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan malignan dalam setiap
bagian tubuh. Pertumbuhan inJi tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang
dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya.
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan
ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat
sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

3.2 Saran
1.

Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa mengetahui penyebab dan pencegahannya agar dapat


terhindar dari Ca ureter baik untuk dirinya sendiri maupun keluarga .

2.

Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat agar mampu menjaga kesehatannya terutama jika ada
kelainan pada uterus maupun tubuh lainnya, segera konsultasikan ke dokter.
3.

Bagi Institusi

Diharapkan agar makalah ini menjadi refrensi untuk mendapat pengetahuan tentang
bahayanya penyakit Ca ureter yang dapat menyebabkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Di unduh pada tanggal 17 juni 2015


https://id.scribd.com/doc/254164741/ASKEP-KANKER-URETERdocx#download
Muttaqin , Arif & Kumala Sari (2012). Asuhan Keperawatan Ganguguan Sistem
Perkemihan. Jakarta :Salemba Medika.
Mansjoer, Arif, dkk, (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Jilid 1, Media
Aesculapius: Jakarta.

Вам также может понравиться