Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKRIPSI
Oleh
Alfiana Rohmah Novita
NIM 092210101062
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan Program Studi Farmasi (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Farmasi
Oleh
Alfiana Rohmah Novita
NIM 092210101062
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
PERSEMBAHAN
ii
iii
MOTTO
Diriwayatkan dari Saad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. :
Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha
Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan,
Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempattempatmu (HR. Tirmizi)**)
*)
iv
PERNYATAAN
NIM
: 092210101062
SKRIPSI
Oleh
Alfiana Rohmah Novita
NIM 092210101062
Pembimbing
vi
PENGESAHAN
tempat
Sekretaris,
Anggota I,
Anggota II,
Mengesahkan
Dekan,
vii
RINGKASAN
viii
ix
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, Taufik dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul Aktivitas Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai Desinfektan pada
Instrumen Medis Berbahan Logam dengan lancar. Karya tulis ilmiah ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata-1 pada
jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Jember;
2. Dosen Pembimbing I Bapak dr. IGN Arya Sidemen, MPH., Dosen
Pembimbing II Bapak Drs.Wiratmo, M.Sc., Apt., Dosen Penguji I Ibu Diana
Holidah S.F., M.Farm., Apt, dan Dosen Penguji II Ibu Fifteen Aprila Fajrin
S.Farm., Apt. Yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam
penulisan skripsi ini.;
3. Ibu Indah Yulia dan Ibu Budipratiwi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing selama penulis menjadi mahasiswa;
4. Bapak/Ibu Supono sekeluarga yang telah memberikan dorongan dan doa;
5. Rekan kerja asap cair, Yeni, Anti dan Nadia beserta laboran laboratorium
Mikrobiologi MIPA Ibu Endang dan Pak Tris;
6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. penulis sangat
berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Jember, 17 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN MOTTO .........................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. v
HALAMAN PEMBIMBINGAN........................................................................vi
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................vii
RINGKASAN ............................................................................................... viii
PRAKATA ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1
1.2
1.3
1.4
2.2
xi
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3.2
3.3
Rancangan Penelitian..................................................................33
3.4
Metode Uji....................................................................................34
xii
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa ...................................................... 11
4.1 Penelitian Pendahuluan Tahap I................................................................ 42
4.2 Penelitian Pendahuluan Tahap II .............................................................. 43
4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Asap Cair Tempurung Kelapa......................... 45
4.4 Hasil Uji Statistik Mann-Whitney............................................................ 47
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1
3.1
Rancangan Penelitian.............................................................................. 33
3.2
3.3
4.1
4.2
4.3
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Hasil Uji Statistik Kruskal Wallis dan Mann Whitney ............................... 59
B. Gambar Penelitian ....................................................................................... 77
C. Perhitungan.................................................................................................. 78
xvi
BAB 1. PENDAHULUAN
aliran
darah,
sehingga
sterilisasi
pada
peralatan
kritis
sangat
bahwa reaksi oksidasi terjadi ketika pemutih dilarutkan dalam air yang dapat
merusak struktur organisme, menimbulkan reaksi sterilisasi (Sana dkk., 2006).
Pemutih merupakan agen bakterisida yang cepat mencapai
log 10 dalam
1989). Pada penelitian ini, daya desinfeksi asap cair tempurung kelapa
dibandingkan dengan daya desinfeksi sediaan pemutih yang memiliki bahan aktif
natrium hipoklorit.
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui aktivitas asap cair tempurung kelapa sebagai
desinfektan pada instrumen medis berbahan logam.
b. Untuk mengetahui aktivitas asap cair tempurung kelapa sebagai
desinfektan dibandingkan dengan dengan produk desinfektan yang
mengandung klorin (pemutih).
c. Untuk mengetahui konsentrasi optimal asap cair tempurung kelapa sebagai
desinfektan pada instrumen medis berbahan logam.
1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini yaitu untuk mengetahui :
a. aktivitas asap cair tempurung kelapa sebagai desinfektan pada instrumen
secara maksimal
d. sebagai alternatif desinfektan alami.
: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisio
Sub-Divisio
Kelas
Ordo
: Palmales
Familia
: Palmae
Genus
: Cocos
Spesies
: Cocos nucifera L.
Bunga betina berukuran lebih besar, 3 cm. Kelopak bunga tebal dan
lebar, membungkus hampir seluruh bagian lainnnya. Pada bagian ujung masih
nampak sedikit bagian ujung mahkota bunga. Putik tidak bertangkai. Dasar
buah terdapat tiga ruangan dimana tiap ruangan terdapat bakal biji
(Seyamidjaja, 1995:15-17).
e. Buah
Bagian buah terdiri atas daging buah yang dibagi menjadi tiga bagian
yaitu:
1) epicarp, yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin, agak keras, dan
tebalnya 1/7 mm
2) mesocarp, yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Bagian ini terdiri
dari serat-serat yang keras, tebalnya 3-5 cm
3) endocarp yaitu bagian tempurung yang keras sekali. Tebalnya 3-6 mm.
Bagian dalam melekat pada kulit luar dari biji/endosperm. Putih lembaga
atau endosperm tebalnya 8-10 mm (Seyamidjaja, 1995).
kecambah yang seragam ditransplantasi ke dalam pot plastik atau kebun bibit
(Vossen, tanpa tahun).
Metode polibag dan pembuahan reguler telah mengganti sebagian besar
metode kecambah akar gundul yang ditumbuhkan di bedengan. Kecambah yang
berumur 3-8 bulan ditanam di tabah lahan. Kelapa ditanam dengan jarak tanam 810 m x 8-10 m, dalam sistem segitiga atau bujur sangkar. Kultivar kerdil ditanam
dengan jarak 7.5 m x 7.5 m. Penanaman sebagai tanaman pagar dipakai untuk
meningkatkan intercropping, tetapi tata letak daun tidak toleran terhadap jarak
tanam yang ekstrim. Petani lebih menyukai jarak tanam kelapa yang lebar untuk
mencegah persaingan antar pohon. Karena kanopinya yang terbuka maka kelapa
cocok untuk intercropping (Vossen, tanpa tahun).
pirolisis kayu. Asap cair merupakan asam cuka (vinegar) yang diperoleh secara
distilasi kering, bahan baku asap cair misalnya batok kelapa, sabut kelapa atau
kayu pada suhu 400 C selama 90 menit lalu diikuti dengan peristiwa kondensasi
dalam kondensor berpendingin air (Pszczola, 1995:74). Destilat yang diperoleh
dimasukkan dalam corong pemisah untuk dipisahkan dari senyawa-senyawa kimia
yang tidak diinginkan misalnya senyawa tar yang tidak larut dengan asam
pirolignat. Asam pirolignat merupakan campuran dari asam-asam organik, fenol,
aldehid, dan lain-lain.
Asap air merupakan bahan kimia hasil destilasi asap hasil pembakaran.
Asap cair mampu menjadi desinfektan sehingga bahan makanan dapat bertahan
lama tanpa membahayakan konsumen (Amritama, 2007). Menurut Darmadji, dkk.
(1996), pirolisis tempurung kelapa yang telah menjadi asap cair akan memiliki
senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%.
Asap cair merupakan suatu hasil destilasi atau pengembunan dari uap
hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan yang banyak
mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain, bahan baku yang banyak
digunakan adalah kayu, bongkol kelapa sawit, ampas hasil penggergajian kayu
dan lain-lain (Amritama, 2007). Pszczola (1995), menyatakan asap cair
didefinisikan sebagai kondensat berair alami dari kayu yang telah mengalami
aging dan filtrasi untuk memisahkan senyawa tar dan bahan-bahan tertentu.
Sedangkan menurut Darmadji (1996), asap cair merupakan hasil kondensasi dari
pirolisis kayu yang mengandung sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat
proses pirolisis konstituen kayu seperti sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Hasil
pirolisis dari senyawa sellulosa, hemisellulosa dan lignin diantaranya akan
menghasilkan asam organik, fenol dan karbonil. Senyawa-senyawa tersebut
berbeda proporsinya diantaranya tergantung pada jenis, kadar air kayu, dan suhu
pirolisis yang digunakan.
Pirolisa merupakan proses pemecahan lignoselulosa oleh panas dengan
oksigen yang terbatas dan menghasilkan gas, cairan dan arang yang jumlahnya
tergantung pada jenis bahan, metode, dan kondisi dari pirolisanya. Pada proses
pirolisa sellulosa mengalami 2 tahap. Tahap pertama merupakan reaksi hidrolisis
10
asam yang diikuti oleh dehirasi yang menghasilkan glukosa. Tahap kedua
pembentukan asam asetat dan homolognya bersama air serta sejumlah kecil furan
dan fenol (Girard, 1992).
terdapat dalam
tempurung kelapa
adalah
11
%
27,7
Sellulosa
26,5
Lignin
29,4
Abu
0,6
Komponen Ekstraktif
4,2
Uronat Anhidrat
3,5
Nitrogen
0,1
Air
8,0
Asap cair diproduksi dengan cara pembakaran yang tidak sempurna yang
melibatkan reaksi dekomposisi konstituen polimer menjadi senyawa organik
dengan berat molekul rendah karena pengaruh panas yang meliputi reaksi
oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi (Girrard, 1992). Media pendingin yang
digunakan pada kondensor adalah air yang dialirkan melalui pipa inlet yang
keluar dari hasil pembakaran tidak sempurna kemudian dialirkan melewati
kondensor dan dikondensasikan menjadi destilat asap (Hanendoyo, 2005).
Pembakaran adalah hasil sejumlah besar reaksi yang rumit. Salah satu
macam reaksi yang terjadi ialah pirolisis, yakni pemecahan termal molekul besar
menjadi molekul kecil tanpa adanya oksigen. Pembakaran campuran organik,
seperti kayu, tidak selalu berupa pengubahan sederhana menjadi karbondioksida
dan air. Pirolisis molekul-molekul besar dalam kayu misalnya, menghasilkan
molekul gas yang lebih kecil, yang kemudian bereaksi dengan oksigen di atas
permukaan kayu itu (Fessenden, 1982).
Pirolisis merupakan proses dekomposisi bahan yang mengandung karbon,
baik yang berasal dari tumbuhan, hewan maupun barang tambang menghasilkan
arang (karbon) dan asap yang dapat dikondensasi menjadi destilat (Paris dkk.,
2005 dalam Gani 2007). Menurut Demirbas (dalam Gani 2007), umumnya proses
pirolisis dapat berlangsung pada suhu di atas 300 C dalam waktu 4-7 jam.
12
Asap cair hasil pirolisis ini tergantung pada bahan dasar dan suhu pirolisis
(Darmaji dkk., 1998). Komposisi cairan di dalam proses pirolisis ini adalah asap
cair. Sampel dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis dan ditutup rapat. Reaktor
kemudian dipanaskan selama 5 jam. Destilat yang keluar dari reaktor ditampung
dalam dua wadah. Wadah pertama untuk menampung fraksi berat, sedangkan
wadah kedua untuk menampung fraksi ringan. Fraksi ringan ini diperoleh setelah
dilewatkan tungku pendingin yang dilengkapi pipa berbentuk spiral. Hasil
pirolisis berupa asap cair, gas-gas seperti metan dan tempurung kelapa yang bisa
dijadikan briket, bila dilanjutkan ke tahap kerja selanjutnya bisa menjadi arang
aktif. Namun, asap cair ini belum bisa digunakan, karena dimungkinkan masih
mengandung banyak tar (senyawa hidrokarbon polisiklis aromatik yang ada
seperti benzo()pirena bersifat karsinogenik). Jadi perlu pemurnian lebih lanjut
yang dinamakan tahap destilasi.
Pirolisis tempurung kelapa menghasilkan asap cair dengan kandungan
senyawa fenol 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%. Adapun pada proses
pirolisis tersebut yang terjadi adalah dekomposisi senyawa-senyawa penyusunnya,
yaitu:
a. Pirolisis selulosa.
Selulosa adalah makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linear
struktur heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit
glukosa. Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280 C dan berakhir pada
300-350 C. Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung
dalam dua tahap, yaitu :
1) Tahap pertama adalah reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa.
2) Tahap kedua merupakan reaksi yang menghasilkan asam asetat dan
homolognya, bersama-sama air dan sejumlah kecil furan dan fenol.
b. Pirolisis hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti
pentosan dan heksosan. Pirolisis pentosan menghasilkan furfural, furan dan
derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat. Pirolisis heksosan
13
akan
yang terbentuk
14
15
16
tersebut ada bersama sama (Darmadji, 1995). Selain fenol, senyawa aldehid,
aseton dan keton juga memiliki daya bakteriostatik dan bakteriosidal pada asap
cair. Menurut Maga (1987), asap cair pada konsentrasi 6,5 gr/kg dapat
memperpanjang fase lag Staphylococcus aurus (105 CFU/ml) selama 4 hari pada
suhu kamar (30 C) dan selama 14 hari pada konsentrasi 9,8 g/kg. Girrard (1992)
menyatakan bahwa asap dalam bentuk cair berpengaruh terhadap keseluruhan
jumlah asam dalam kondensat asap, yaitu mencapai 40% dengan 35 jenis asam.
Kandungan asam yang mudah menguap dalam asam akan menurunkan pH,
sehingga dapat memperlambat pertumbuhan mikroorganisme (Buckle dkk.,1985).
fenolik,
seperti
fenol,
2-metoksilfenol
(guaiakol),
3,4-
17
18
bebas dari mikroorganisme dan endospora bakteri dalam jumlah besar (Rutala,
1997).
Peralatan nonkritis terdiri dari obyek yang bersentuhan dengan kulit,
seperti pispot, manset tekanan darah, linen, dan meja samping tempat tidur.
Meskipun hanya beresiko minimal menularkan agen menular ke pasien, peralatan
ini berpotensi untuk berkontribusi dalam transmisi pencemaran tangan perawat
melalui kontak dengan peralatan medis yang kemudian bersentuhan dengan
pasien. Desinfeksi tingkat rendah mengurangi jumlah mikroba dalam peralatan ini
(Rutala, 1997).
Asap cair memiliki daya bakteriostatik dan bakteriosidal karena
mengandung senyawa fenol, asam, aldehid, aseton, dan keton. Aktivitas
antibakteri asap cair dapat digunakan untuk mendesinfeksi peralatan nonkritis
maupun semikritis instrumen medis sebagai pencegahan penularan penyakit.
Fungsi asap cair sebagai antibakteri tergantung dari konsentrasi yang digunakan.
kesehatan
masyarakat
adalah
untuk
mencegah
penyakit,
19
pencernaan lainnya
20
racun (mikotoksin) dan menginfeksi permukaan tubuh seperti kulit, kuku, dan
rambut (mikosis superfisial), serta menyerang jaringan dalam tubuh melalui
peredaran darah (mikosis sistemik) (Gandjar, 2006). Salah satu upaya untuk
melawan mikroba tersebut adalah dengan menggunakan zat antimikroba.
Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh
dr. Alexander fleming (Inggris, 1928, penisilin). Antimikroba adalah obat
pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam
pembicaraan disini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik
yang tidak termasuk kelompok parasit (Departemen Famakologi dan Terapeutik,
2007).
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah
ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan
inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut, ini
berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh
inang, dapat merusak parasit (Departemen Famakologi dan Terapeutik, 2007).
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada
manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.
Artiya obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi relatif
tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau tidak
mungkin diperoleh (Departemen Famakologi dan Terapeutik, 2007).
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik; dan
ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar
minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau
membunuhnya, masing-masing dikenal sebgai kadar hambat minimal (KHM) dan
kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat
dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan
melebihi KHM (Departemen Famakologi dan Terapeutik, 2007).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima
kelompok (Departemen Famakologi dan Terapeutik, 2007) yaitu:
21
menghambat
reaksi-reaksi
dalam
rangkaian
reaksi
pembentukan dinding sel mikroba. Oleh karena tekanan osmotik dalam sel
kuman lebih tinggi dari pada diluar sel maka kerusakan dinding sel kuman
akan menyebabkan terjdinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada
kuman yang peka.
c. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba
Antiseptik yang mengubah tegangan permukaan (surface-active agent),
dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel mikroba. Kerusakan
membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam
sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain.
d. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba
Penghambatan sintesis protein terjadi dengan berikatan pada ribosom
sehingga menganggu sintesis protein pada bakteri.
e. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba
Antimikroba bekerja menghambat enzim pembentuk RNA dan DNA
sehingga terjadi gangguan pada pembentukannya.
Antimikroba yang digunakan secara topikal atau tidak masuk ke kedalam
tubuh yaitu antiseptik dan desinfektan. Antiseptik atau germisida adalah senyawa
kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan
membran mukosa (Levinson, 2008). Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan
22
23
Kekhawatiran atas potensi kontaminasi mikroba dan risiko infeksi pada makanan
dan pada konsumen umum juga menyebabkan peningkatan penggunaan antiseptik
dan desinfektan oleh masyarakat umum (Mc Donnell, 1999).
24
Cara kerja
Konsentrasi
: 70%-90%
Keuntungan
Kelemahan
25
: etilen oksida
Cara kerja
Waktu reaksi
: 4-18 jam
Keuntungan
Kelemahan
: formaldehida
Cara kerja
Konsentrasi
Keuntungan
Kelemahan
d. Grup halogen
Contoh
: klorin, yodium
Cara kerja
Konsentrasi
Keuntungan
Kelemahan
26
e. Grup fenol
Contoh
Cara kerja
Konsentrasi
Keuntungan
Kelemahan
Konsentrasi
Keuntungan
: tidak berbau
Kelemahan
protein,
sabun
dan
serat
seluosa,
aktivitas
: heksakhlorfen, tetrakhlorsalisilanilida
Konsentrasi
Keuntungan
Kelemahan
h. Desinfektan lain
Garam
Alkali
27
Sabun
: spektrum aktivitasnya
paling luas,
yaitu bersifar
bentuk
asam
yang
harus
diaktivasi
dengan
Keputusan
mempertimbangkan baik
tentang
potensi
pembatasan
bahaya
dan
penggunaan
manfaat
klorin
harus
yang signifikan
28
alat nonkritis. Dalam konsentrasi yang lebih rendah, secara luas digunakan
sebagai desinfektan untuk air minum. Saat ini, memang jarang digunakan sebagai
antiseptik (Rutala, 2008).
Penelitian oleh Fair (1948) dan Morris (1966) menunjukkan bahwa pada 2
sampai 5 C pada berbagai pH ion OCl memiliki sekitar 1/80 aktivitas antibakteri
terhadap Escherichia coli. Banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan
aktivitas antibakteri dari HOCl. Mekanisme yang diketahui bahwa klorin
bertindak sebagai desinfektan adalah dengan melakukan penghambatan enzim
yang merupakan kunci dalam pembentukan sel dan denaturasi protein (Rutala,
2008).
Sodium hipoklorit dapat menyebabkan cedera jaringan, berupa iritasi
ringan sampai nekrosis tergantung dari bentuk fisik dan durasi paparan.
Paparan natrium hipoklorit dapat mengiritasi konjungtiva, saluran pernapasan,
atau saluran pencernaan. Cedera dapat terjadi melalui kontak langsung (berupa
larutan konsentrat) natrium hipoklorit, paparan langsung atau inhalasi gas klor.
Paparan cairan pemutih rumah tangga jarang mengakibatkan cedera kaustik.
Cedera karena penggunaan natrium hipoklorit pada fasilitas pelayanan kesehatan
sangat rendah. Jika kulit terkena produk pemutih rumah tangga dapat
menyebabkan iritasi, pada daerah yang terkena harus dicuci dengan sabun dan air.
Jika rasa sakit atau iritasi berlanjut, maka harus dbawa ke dokter. Jika terkena
mata maka harus dialiri dengan air steril hangat selama minimal 15 menit. Jika
iritasi, nyeri, pembengkakan, lakrimasi, atau fotofobia bertahan, pemeriksaan
ophthalmologic harus dilakukan. Jika larutan pemutih tertelan tidak akan terjadi
cedera pada esofagus atau lambung, namun dapat terjadi disphagia dan nyeri jika
larutan pemutih tertelan dalam jumlah banyak (Rutala, 2008).
29
langsung pada agar cawan, dan metode Usap (swab): dilakukan dengan cara
mengusap peralatan atau wadah.
Metode RODAC (the Replicate Organism Direct Agar Contact Method)
merupakan
metode
menghitung
jumlah
mikroorganisme
terutama
pada
30
31
b. medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang
berbeda
c. jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar
d. memerlukan periapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan
koloni dapat dihitung (Fardiaz, 1989).
Cara pemupukan dalam metode hitung cawan dapat dibedakan atas dua
cara yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (surface/spread
plate). Dalam metode tuang, sejumlah sampel (1 mL atau 0,1 mL) dari
pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian
ditambah agar cair steril yang telah didinginkan (40-50 C) sebanyak 15-20 mL
dan digoyangkan supaya sampel menyebar rata. Pada pemupukan dengan metode
permukaan, terlebih dahulu dibuat agar cawan kemudian sebanyak 0,1 mL sampel
yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut, dan diratakan dengan
batang gelas melengkung yang steril. Jumlah koloni dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Koloni per mL atau per gram = jumlah koloni per cawan x 1/faktor pengenceran
(Fardiaz, 1989).
32
desinfektan dari larutan pemutih yang tidak stabil dengan bahan organik dan dapat
menimbulkan perkaratan pada logam karena mengandung klorin.
Asap cair tempurung
kelapa
mengandung senyawa
fenolik dan asam
antimikroba
Desinfektan
K(+)
X(+)
DK(+)
K(-)
X(-)
DK (-)
P(1)
X(1)
DP(1)
P(2)
X(2)
DP(2)
P(3)
X(3)
DP(3)
K(+)
K(-)
33
34
X(-)
35
cara mengusap
peralatan atau wadah dengan menggunakan lidi swab, yaitu berupa lidi dengan
kapas.
36
3.7.3 Desinfektan
Bahan kimia yang digunakan dalam sanitasi, bersifat dapat membunuh
jasad renik yang mencemari bahan, alat dan ruangan jika terpapar langsung oleh
senyawa kimia tersebut.
3.7.5 Mikroorganisme
Jasad renik, baik kapang, khamir maupun bakteri yang mencemari bahan,
alat dan ruangan.
37
3.9.2 Sterilisasi
Bahan-bahan yang perlu disterilisasi yaitu media kultur NA dan media
transpor garam fisiologis, sedangkan alat yang perlu disterilisasi yaitu lidi swab,
petri disk, pipet volume, bluetip, yellowtip, dan beaker glass. NA dan garam
fisiologis pada tabung reaksi ditutup dengan kapas sedangkan peralatan dibungkus
dengan kertas dan aluminium foil. Sterilisasi menggunakan autoklaf suhu 121 C
selama 10 menit.
38
39
40
Pembungkusan
Sterilisasi
Dikeringkan
41
Pembungkusan
Sterilisasi
Pengujian efektivitas
kontrol negatif
(aquadest steril)
kontrol positif
(larutan klorin 0,5%)
kelapa (konsentrasi
25%, 30%, 35%)
Dikeringkan
Replikasi 5 kali
Analisis Data
42
Jumlah Koloni
Cair
0%
TBUD
2,5%
25%
50%
75%
42
43
Jumlah Koloni
0%
20%
25%
30%
35%
44
Jadi dipilih 3 konsentrasi yaitu 25%, 30%, dan 35% sebagai konsentrasi
minimal yang dapat melakukan penghambatan pada bakteri untuk pengujian
aktivitas asap cair tempurug kelapa sebagai desinfektan.
45
Perlakuan
R1
R2
R3
R4
R5 Keterangan
Aquadest steril
Pemutih (klorin
0,5%)
Tumbuh
sedikit
Tumbuh
banyak
Tumbuh
sedikit
Tidak
tumbuh
Tidak
tumbuh
Keterangan R : replikasi
46
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Asap Cair Tempurung Kelapa Replikasi I
47
Klorin
Aquadest
steril
Klorin
Aquadest
steril
Asap Cair
25%
Asap Cair
30%
Asap Cair
35%
0,007
1,000
0,007
0,050
0,005
0,050
0,050
0,005
0,050
1,000
4.2 Pembahasan
Penelitian
yang
dilakukan
merupakan
penelitian
eksperimental
48
permukaan tersebut dicuci atau didesinfeksi. Hal ini untuk mengetahui efektivitas
pembersihan dan desinfeksi yang dilakukan.
Bakteri ditumbuhkan pada media agar yang ditumbuhi bakteri secara
umum yakni nutrient agar. Nutrient agar adalah medium pertumbuhan
mikrobiologi yang umum digunakan untuk budidaya bakteri non-fastidious. Hal
ini karena NA tetap solid bahkan pada suhu yang relatif tinggi. Bakteri yang
tumbuh pada NA tumbuh di permukaan, dan jelas terlihat sebagai koloni kecil.
Sistem penghitungan koloni bakteri pada penelitian ini menggunakan
metode cawan. Metode hitung cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang
dan membentuk koloni yang dapat dihitung langsung tanpa mikroskop. Metode
ini merupakan metode yang paling sensitif dalam menentukan jumlah jasad renik
karena hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung, beberapa jasad renik
dapat dihitung sekaligus, dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad
renik karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang
mempunyai penampakan pertumbuhan spesifik (Fardiaz, 1989).
Berdasarkan percobaan pendahuluan maka didapatkan 3 konsentrasi yaitu
25%, 30%, dan 35% sebagai konsentrasi minimal yang dapat melakukan
penghambatan pada bakteri untuk selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas asap
cair sebagai desinfektan dengan pengulangan sebanyak lima kali sesuai teori
Hanafiah.
Sampel penelitian menggunakan pinset sebagai salah satu alat medis
berbahan logam. Pinset sebelum dilakukan pengujian direndam ke dalam 50mL
air ludah pagi dimana probandus telah melakukan sikat gigi pada malam hari
sebelum tidur. Sampel direndam selama 15-30 menit. Hal ini dilakukan sebagai
simulasi terjadinya kontaminasi pada alat medis di rumah sakit dan untuk
memberikan kondisi yang seragam pada sampel alat.
Perlakuan pada sampel alat logam yakni kontrol positif dengan direndam
pada larutan pemutih mengandung klorin 0,5%, kontrol negatif aquadest steril,
dan asap cair tempurung kelapa konsentrasi 25%, 30%, dan 35%. Desinfeksi
menggunakan pemutih yang mengandung klorin 0,5% sesuai dengan anjuran
49
50
51
aktifitasnya oleh bahan organik, sabun, atau air sadah, dan tidak meninggalkan
residu jika mengering (Fardiaz, 1989).
Pengujian aktivitas asap cair tempurung kelapa sebagai desinfektan alat
medis berbahan logam ini menunjukkan bahwa asap cair tempurung kelapa dapat
melakukan penghambatan pada koloni bakteri. Jika dibandingkan dengan daya
desinfeksi yang ditunjukkan oleh desifektan yang biasa digunakan di rumah sakit
yakni larutan pemutih bahan aktif klorin 0,5%, asap cair konsetrasi 25% dapat
memberikan hasil yang relatif sama. Syarat desinfekan menurut Menkes RI
(2011) yaitu desinfektan harus aman bagi manusia dan lingkungan, efektif
terhadap bakteri, virus, dan jamur patogen, kecepatan dekontaminasi sesingkat
mungkin, tidak mempengaruhi permukaan bahan yang didesinfeksi, stabil, mudah
digunakan, dan murah. Kemampuan asap cair dalam melakukan penghambatan
terhadap bakteri yang relatif cepat dan kemudahan dalam memperolehnya
membuat asap cair dapat digunakan sebagai alternatif desinfektan yang lain.
Uji statistik dilakukan terhadap jumlah koloni yang tumbuh dari penelitian
aktivitas asap cair tempurung kelapa sebagai desinfektan alat medis berbahan
logam. Uji statistik yang digunakan yaitu uji Kruskal-Wallis. Uji ini dilakukan
karena pengandaian analisis variansi tidak terpenuhi. Rancangan acak lengkap
dianalisis dengan meggunakan analisis variansi yang merupakan uji parametrik
yang terikat pada distribusi dan populasi dan karenanya mengambil andaian
sejumlah sifat tertentu seperti kenormalan dan kehomogenan variansi perlakuan.
Jika andaian analisis variansi tidak terpenuhi maka digunakan uji nonparametrik
Kruskal-Wallis (Schefler, 1999).
Hasil uji post hoc Mann-Whitney menunjukkan bahwa kelompok klorin
dan aquadest, aquadest dan asap cair 25%, aquadest dan asap cair 30%, aquadest
dan asap cair 35% menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam jumlah koloni
yang tumbuh, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penghambatan jumlah
koloni yang tumbuh mulai pada konsentrasi asap cair 25% jika dibandingkan
dengan aquadest steril. Sedangkan kelompok klorin dan asap cair 25%, klorin dan
asap cair 30%, klorin dan asap cair 35%, asap cair 25% dan asap cair 30%, asap
cair 25% dan asap cair 35%, serta asap cair 30% dan 35% tidak menunjukkan
52
perbedaan yang signifikan dalam jumlah koloni yang tumbuh. Hal ini
menunjukkan bahwa klorin 0,5% dibandingkan dengan asap cair konsentrasi 25%
sudah memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri yang
tidak berbeda secara statistik. Jadi, asap cair tempurung kelapa konsentrasi 25%
sudah dapat menunjukkan aktivitas sebagai desinfektan pada alat medis berbahan
logam.
5.1 Kesimpulan
1. Asap cair tempurung kelapa memiliki aktivitas sebagai desinfektan alat
medis berbahan logam.
2. Asap cair tempurung kelapa konsentrasi 25% menunjukkan aktivitas
desinfektan yang tidak berbeda secara statistik dibandingkan dengan
larutan pemutih mengandung klorin 0,5%.
3. Konsentrasi optimal asap cair tempurung kelapa sebagai desinfektan alat
medis berbahan logam adalah sebesar 25%.
5.2 Saran
1. Dilakukan formulasi untuk membuat sediaan dari asap cair sehingga lebih
dapat diterima di pasaran.
2. Dilakukan formulasi sehingga dapat meminimalisir atau menghilangkan
bau asap cair yang sangat menyengat sehingga lebih dapat diterima.
3. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar batas asap cair yang
masih aman untuk digunakan.
4. Dilakukan penelitian asap cair sebagai desinfektan dengan metode hitung
bakteri secara numerik untuk mengetahui jumlah bakteri yang sebenarnya
dalam koloni.
53
Daftar Pustaka
54
55
Girrard, J.P. 1992. Technology of Meat and Meat Products. New York: Ellis
horwood.
Grimwood, B. E. 1975. Coconut Palm Product Tropical. London: Product
Institute.
Himawati, E. 2010. Pengaruh Penambahan Asap Cair Tempurung Kelapa
Destilasi dan Redestilasi terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi dan Sensoris
Ikan Pindang Layang (Decapterus spp.) selama Penyimpanan. Tidak
Diterbitkan. Skripsi. Surakarta: Program Studi Teknologi Hasil Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
Hanafiah, K. A. 2005. Rancangan percobaan Aplikatif: Aplikasi Kondisional
Bidang Pertanaman, Peternakan, Perikanan, Industri, dan Hayati. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Hanendoyo, C. 2005. Kinerja Alat Ekstraksi Asap Cair Dengan Sistem
Kondensasi. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan,
Institut Pertanian Bogor.
56
57
58
NPar Tests
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:39:25
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/K-W=jumlahkoloni BY konsentrasi(1 5)
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.016
Elapsed Time
00:00:00.011
[DataSet0]
59
112347
60
Descriptive Statistics
N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
jumlahkoloni
25
.72
.980
konsentrasi
25
3.00
1.443
Kruskal-Wallis Test
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
klorin
13.50
aquadest
23.00
kons 25%
13.50
kons 30%
7.50
kons 35%
7.50
Total
Test Statistics
25
a,b
jumlahkoloni
Chi-Square
18.356
df
Asymp. Sig.
.001
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
61
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:43:24
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(1
2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.032
Elapsed Time
00:00:00.013
112347
[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
Sum of Ranks
klorin
3.00
15.00
aquadest
8.00
40.00
62
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
Sum of Ranks
klorin
3.00
15.00
aquadest
8.00
40.00
Total
10
Test Statistics
jumlahkoloni
Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
-2.694
.007
.008
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(1 3)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:45:21
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
25
63
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(1
3)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.000
Elapsed Time
00:00:00.010
112347
[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
Sum of Ranks
klorin
5.50
27.50
kons 25%
5.50
27.50
Total
10
Test Statistics
jumlahkoloni
Mann-Whitney U
12.500
Wilcoxon W
27.500
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000
1.000
1.000
64
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:48:09
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(1
4)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.015
Elapsed Time
00:00:00.016
[DataSet0]
112347
65
Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
Sum of Ranks
klorin
7.00
35.00
kons 30%
4.00
20.00
Total
10
Test Statistics
jumlahkoloni
Mann-Whitney U
5.000
Wilcoxon W
20.000
-1.964
.050
.151
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(1 5)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:48:30
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
66
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(1
5)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.046
Elapsed Time
00:00:00.018
112347
[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
klorin
7.00
35.00
kons 35%
4.00
20.00
Total
10
Test Statistics
jumlahkoloni
Mann-Whitney U
Sum of Ranks
5.000
Wilcoxon W
20.000
-1.964
67
.050
.151
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(2 3)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:48:57
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(2
3)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.000
Elapsed Time
00:00:00.010
112347
68
[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
Sum of Ranks
aquadest
8.00
40.00
kons 25%
3.00
15.00
Total
10
Test Statistics
jumlahkoloni
Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
-2.694
.007
.008
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(2 4)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:49:18
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
69
Weight
<none>
Split File
<none>
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(2
4)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.031
Elapsed Time
00:00:00.012
112347
[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
aquadest
8.00
40.00
kons 30%
3.00
15.00
Total
10
Test Statistics
jumlahkoloni
Mann-Whitney U
Sum of Ranks
.000
70
Wilcoxon W
15.000
-2.835
.005
.008
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(2 5)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:49:39
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(2
5)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.031
Elapsed Time
00:00:00.007
112347
71
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:49:39
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(2
5)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.031
Elapsed Time
00:00:00.007
112347
[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
Sum of Ranks
aquadest
8.00
40.00
kons 35%
3.00
15.00
Total
10
72
Test Statistics
jumlahkoloni
Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
-2.835
.005
.008
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(3 4)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:50:14
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
73
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(3
4)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.000
Elapsed Time
00:00:00.008
112347
[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
Sum of Ranks
kons 25%
7.00
35.00
kons 30%
4.00
20.00
Total
10
Test Statistics
jumlahkoloni
Mann-Whitney U
5.000
Wilcoxon W
20.000
-1.964
.050
.151
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(3 5)
74
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:50:34
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(3
5)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.031
Elapsed Time
00:00:00.011
112347
[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi
Mean Rank
Sum of Ranks
75
jumlahkoloni
kons 25%
7.00
35.00
kons 35%
4.00
20.00
Total
10
Test Statistics
jumlahkoloni
Mann-Whitney U
5.000
Wilcoxon W
20.000
-1.964
.050
.151
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(4 5)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created
12-Jul-2013 11:50:55
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
25
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
76
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/M-W= jumlahkoloni BY konsentrasi(4
5)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.015
Elapsed Time
00:00:00.014
112347
[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi
jumlahkoloni
Mean Rank
Sum of Ranks
kons 30%
5.50
27.50
kons 35%
5.50
27.50
Total
10
Test Statistics
jumlahkoloni
Mann-Whitney U
12.500
Wilcoxon W
27.500
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
.000
1.000
1.000
77
78
LAMPIRAN C. PERHITUNGAN
C.1 Perhitungan Konsentrasi Asap Cair Tempurung Kelapa
1. Konsentrasi 2,5%
2,5/100 x 50 mL = 1,25 mL
50 mL 1,25 mL = 48,75 mL
Jadi, asap cair dipipet = 1,25 mL
Aquadest steril dipipet = 48,75 mL
2. Konsentrasi 20%
20/100 x 50 mL = 10 mL
50 mL 10 mL = 40 mL
Jadi, asap cair dipipet = 10 mL
Aquadest steril dipipet = 40 mL
3. Konsentrasi 25%
25/100 x 50 mL = 12,5 mL
50 mL 12,5 mL = 37,5 mL
Jadi, asap cair dipipet = 12,5 mL
Aquadest steril dipipet = 37,5 mL
4. Konsentrasi 30%
30/100 x 50 mL = 15 mL
50 mL 15 mL = 35 mL
Jadi, asap cair dipipet = 1,25 mL
Aquadest steril dipipet = 48,75 mL
5. Konsentrasi 35%
35/100 x 50 mL = 17,5 mL
50 mL 17,5 mL = 32,5 mL
Jadi, asap cair dipipet = 17,5 mL
Aquadest steril dipipet = 32,5 mL
79
6. Konsentrasi 50%
50/100 x 50 mL = 25 mL
50 mL 25 mL = 25 mL
Jadi, asap cair dipipet = 25 mL
Aquadest steril dipipet = 25 mL
7. Konsentrasi 75%
75/100 x 50 mL = 37,5 mL
50 mL 37,5 mL = 12,5 mL
Jadi, asap cair dipipet = 37,5 mL
Aquadest steril dipipet = 12,5 mL