Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKRIPSI
Oleh
ARROOFITA ANI SANDIYA
NIM 092210101023
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Farmasi (SI)
dan mencapai gelar Sarjana Farmasi
Oleh
ARROOFITA ANI SANDIYA
NIM 092210101023
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
ii
PERSEMBAHAN
Bapak dan ibu guru di TK Al- Furqan Jember, SD Al- Furqan Jember,
SLTPN 1 Jember, SMAN 1 Arjasa-Jember dan Universitas Jember yang
telah memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran;
4.
iii
MOTTO
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa
dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
- Thomas Alva Edison-
Life is like a wheel, sometimes you will be on the top, sometimes you will be at the
bottom. It is not important when we become on the top or at the bottom. But the most
important is grateful when success and patience when fail.
-Anonim-
iv
PERNYATAAN
: 092210101023
SKRIPSI
Determinasi Inulin dalam Sampel Ekstrak Umbi Dahlia (Dahlia spp L.) yang
ditanam pada Media Tanah dan Polybag dengan Metode KLT-Densitometri
Oleh
Pembimbing
vi
ABSTRACT
Keywords : Bulbs dahlia ( Dahlia spp L. ) , inulin , TLC , soil mediated , polybag
mediated
viii
RINGKASAN
Determinasi Inulin dalam Sampel Ekstrak Umbi Dahlia (Dahlia spp L.) yang
ditanam pada Media Tanah dan Polybag dengan Metode KLT-Densitometri;
Arroofita Ani Sandiya, 092210101023; 2014; 73 halaman; Fakultas Farmasi
Universitas Jember.
Inulin adalah senyawa karbohidrat alamiah yang merupakan polimer dari unitunit fruktosa. Pemanfaatan inulin untuk anak- anak lebih diarahkan terhadap
peningkatan kekebalan tubuh. Sedangkan pada usia manepause, inulin mampu
mencegah osteoporosis. Secara umum inulin dapat ditemukan dalam berbagai
tanaman. Jenis tumbuhan yang diteliti dan mengandung inulin umumnya termasuk
keluarga Compositae, Poaceae, dan Amarillidaceae.
Sumber inulin yang terdapat di Indonesia adalah umbi tanaman dahlia yang
merupakan keluarga Compositae. Dahlia adalah tanaman berumbi, umbi dahlia
mengandung hampir 70% pati dalam bentuk inulin. Belum terpublikasikannya
penelitian mengenai determinasi inulin dalam ekstrak umbi dahlia yang ditanam pada
media tanah dan polybag. Determinasi inulin ekstrak umbi dahlia pada penelitian ini
akan dilakukan dengan metode KLT-Densitometri.
Tahap pertama yang dilakukan adalah optimasi teknik ekstraksi umbi dahlia,
yang kemudian dilanjutkan validasi metode
kadar inulin dalam ekstrak umbi dahlia (Dahlia spp L.) yang ditanam pada media
tanah dan polybag. Tahapan validasi metode yang dilakukan meliputi linieritas,
spesifisitas, batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ), presisi, akurasi. Tahap
terakhir adalah determinasi inulin dalam ekstrak umbi dahlia yang ditanam pada
media tanah dan polybag dengan metode KLT-Densitometri.
ix
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan
karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Determinasi Inulin dalam Sampel
Ekstrak Umbi Dahlia (Dahlia spp L.) yang ditanam pada Media Tanah dan Polybag
dengan Metode KLT-Densitometri dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada
Fakultas Farmasi, Universitas Jember.
Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak, yang
membantu terselesaikannya skripsi ini.
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Jember beserta staf dan karyawan;
2. Yuni Retnaningtyas, S.Si, M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing Utama dan
Lestyo Wulandari, S.Si, Apt., M.Farm selaku Dosen Pembimbing Anggota
yang dengan sabar memberikan bimbingan kepada penulis;
3. Prof. Drs. Bambang Kuswandi, M.Sc. Ph.D selaku Dosen Penguji I dan Nia
Kristiningrum, S.Farm., Apt selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan saran dan kritik membangun dalam skripsi penulis;
4. Lina Winarti S.Farm., MSc., Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan saran dan dengan sabar mengarahkan serta memberi
masukan dalam aktivitas perkuliahan penulis;
5. Bu Wayan dan Mbak Hani selaku teknisi Laboratorium Kimia Farmasi, serta
Bu Widi dan Mbak Anggra selaku teknisi Laboratorium Biologi Farmasi atas
bantuannya selama penelitian;
6. Mamaku tercinta Dr. Anastasia Murdyastuti, M.Si atas doa, semangat,
dukungan berupa apapun, semoga Allah selalu melindungi, menyayangi,
menyehatkan dan menguatkan mama;
xi
7. Kakak-kakakku Mas Fauzy, Mbak Maya, Mbak Lia, Mas Gandhi atas
semangat dan doa-doa dan kasih sayang yang telah diberikan untuk penulis;
8. Andrew Cristiant P yang telah memberikan semangat, doa, waktu, kesetiaan
serta kasih sayang kepada penulis, semoga Allah memudahkan langkah kita;
9. Putri Indah Lestari, yang telah banyak membantu dan sama-sama berjuang
ngelab dari awal sampai akhir bersama, sahabat-sahabatku tercinta Latifah,
Crystal, Saras, Amel, Nunung Bangil, Tuti, Rosi, Titin, Andin, Nunung
Madura, Indah, Mas Indra, Mas Zadid, Novan, Bayu, Huda, Agil, Wimala,
Heru, terima kasih atas pengalaman, suka, duka, bantuan, doa, serta
kebersamaan yang selalu kalian berikan, semoga kita bisa sukses dimanapun
kita berada;
10. Teman- teman seperjuangan di Laboraturium Kimia Farmasi, Ina, Aang, Dita,
Retno, Weni, Ika, Aminah, Nita, Dian, Maya, Hesti, Sintia, Iis, Risa;
11. Teman- teman KKN desa Mrawan 2013 Ines, Arif, Rizki, Eni, Vania, Zaenal,
dan Ardiansyah kalian telah memberikan banyak pengalaman;
12. Kakak- kakak angkatanku dan adik-adik angkatan yang telah banyak memberi
saran dan bantuan;
13. Serta seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
terima kasih atas bantuannya selama ini.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
ii
iii
iv
vi
vii
ABSTRAK ...................................................................................................
viii
RINGKASAN ..............................................................................................
ix
PRAKATA ...................................................................................................
xi
xiii
xvii
xviii
xix
xx
xiii
10
10
11
13
15
15
16
16
16
18
18
19
19
21
21
23
24
24
2.7 Densitometri...............................................................................
25
28
28
29
30
32
33
35
xiv
35
35
35
36
36
36
37
37
38
38
38
39
39
40
41
41
42
42
43
43
43
45
46
48
49
50
53
53
53
xv
54
LAMPIRAN .................................................................................................
60
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Konsentrasi Analit Berbanding Presisi ...................................................
33
34
38
43
44
46
46
4.5 Koefisien Korelasi Konsentrasi (ng/ spot) dan Area Standar Inulin
pada Percobaan LOD dan LOQ .............................................................
47
48
49
49
4.9 Hasil Determinasi Inulin dari Ekstrak Umbi Dahlia dengan Media
Polybag ...................................................................................................
50
4.10 Hasil Determinasi Inulin dari Ekstrak Umbi Dahlia dengan Media
Tanah .......................................................................................................
xvii
51
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Morfologi Tumbuhan Bunga Dahlia dan Umbi Dahlia (Dahlia spp L) ..
10
21
26
26
27
27
36
4.1 Kurva Linieritas Konsentrasi (ng/spot) dan Area Standar inulin ............
44
45
4.3 Kurva uji LOD dan LOQ konsentrasi (ng/ spot) dan area standar inulin .........
47
xviii
DAFTAR RUMUS
22
22
23
23
29
30
31
31
32
34
xix
DAFTAR LAMPIRAN
60
61
62
63
65
67
69
73
xx
BAB 1. PENDAHULUAN
tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat (inulin) yang tersimpan dalam umbi
dan termasuk dalam familia Compositae (Wijanarka S.P, 2002).
Pada dasarnya setiap sel dari tanaman dahlia mengandung pati dalam bentuk
inulin. Akar, daun dan biji mengandung sejumlah senyawa metabolit penting seperti
inulin, lakton seskuiterpen, kumarin, flavonoid dan vitamin (Ranjitha B.D, dan
Nandagopal S, et al., 2007). Tanaman ini berguna sebagai antihepatotoxic,
antiulcerogenic, anti-inflamasi, memperlancar sistem pencernaan, obat perut,
depurative dan diuretik (Fatima B, et al., 2007).
Tanaman dahlia di Indonesia banyak dibudidayakan di dataran tinggi.
Tanaman dapat tumbuh baik pada daratan tinggi dengan ketinggian optimum 7001.000 m dpl. Sistem pengolahan tanaman yang baik akan mempengaruhi kualitas dari
tanaman dahlia, maupun kualitas kandungan dahlia. Tanaman dahlia, dapat tumbuh
pada beberapa media yaitu tanah lempung berpasir yang mengandung humus, dan di
polybag berisi campuran sekam. Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman ini antara pH= 6,0-8,0. Pada media tanah benih langsung disemai di atas
persemaian yang telah disiapkan dengan lebar 1 m dan panjang tergantung besar
lahan, lahan diberi campuran humus, pupuk kandang dan tanah yang subur dengan
perbandingan 1:1:1 dan ditutup tipis-tipis dengan tanah. Sedangkan dahlia yang
ditaman pada media polybag , diletakkan pada polybag transparan 18x15 cm berisi
campuran sekam dan pupuk kandang 6:1 (Sistim Informasi Managemen
Pembangunan di Perdesaan, 2000).
Banyaknya manfaat yang dimiliki inulin dari ekstrak umbi dahlia, dan belum
adanya penelitian mengenai determinasi kandungan inulin dalam ekstrak umbi dahlia
yang ditanam pada media berbeda yaitu tanah dan polybag, maka pada penelitian ini
akan dilakukan determinasi inulin ekstrak umbi dahlia yang ditanam pada media
tanah dan polybag. Analisis inulin dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya adalah, dengan HPLC (Angela Z, dan Mara E. S, 2001, Retnaningtyas
Y, 2012), dengan menggunakan Gas Chromatography (GC) (Matute A.I, et al.,
2010), dan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) (Simonovska B,
2000 dan Retnaningtyas Y, et al., 2012). Determinasi inulin ekstrak umbi dahlia pada
penelitian ini akan dilakukan dengan metode KLT-Densitometri.
Metode KLT-Densitometri ini dipilih karena memiliki beberapa kelebihan.
Kelebihan
kromatografi
lapis
tipis
adalah
keserbagunaan,
kecepatan
dan
Bagaimana preparasi sampel optimum ekstrak inulin umbi dahlia (Dahlia spp
L.)?
2.
3.
2.
3.
Dapat memberikan data ilmiah yang valid mengenai determinasi inulin dalam
sampel ekstrak umbi dahlia (Dahlia spp L.) dengan metode KLT
Densitometri.
2.
3.
Super Divisi
Sub divisi
Kelas
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Asterales
Keluarga
: Compositae
Genus
: Dahlia
Spesies
: Dahlia spp. L.
Gambar morfologi bunga dan umbi dahlia dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Morfologi tumbuhan bunga dahlia dan umbi dahlia (Dahlia spp L.) (Sistim
Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesan, 2000).
Tanaman bunga dahlia yang dibudidayakan terdiri atas pohon dahlia yang tingginya
bisa mencapai beberapa meter dan berupa tanaman perdu (tanaman berkayu namun
tetap rendah). Bunga dahlia memiliki warna : putih, kuning, jingga, violet, merah,
ungu atau campurannya. Diameter bunga terkecil sekitar 5 cm sedangkan yang
terbesar sekitar 30 cm. Spesies dahlia yang ada saat ini adalah D. pinnata,
D.variabilis, D. coccinea, D. Juarezii (Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesan, 2000).
2.1.2 Deskripsi Tanaman Dahlia
Dahlia (Dahlia spp L.) merupakan salah satu tanaman hias berbunga indah,
namun secara taksonomi bunga dahlia merupakan tanaman perdu berumbi yang
sifatnya tahunan atau perenial (Abddillah M, 2012). Pada beberapa negara di Eropa
dan Amerika, bunga dahlia sudah dikomersilkan sebagai tanaman bunga potong
termasuk di Virginia yang mempunyai pulau dahlia (Hankins A, 2005).
Dahlia tumbuh baik pada musim semi dan musim panas di negara negara
subtropis (Hankins A, 2005). Tanaman ini berbunga pada musim panas sampai
musim gugur. Dahlia, yang berasal dari Meksiko, ditanam oleh suku Indian Aztec
pada awal abad keempat belas. Dahlia mulai dibudidayakan di Eropa tahun 1789,
tepatnya di Royal Botanical Garden Madrid, Spanyol (Cornell Cooperative
Extension, 2003), kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat. Bunga dahlia pertama
kali dikembangkan pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda di IndonesiaJawa Barat.
Dahlia merupakan tanaman perdu yang berbunga di sepanjang musim. Umbi
dari tanaman dahlia terhubung pada pangkal batang, pada bagian ini setiap tunas baru
dihasilkan (Abddillah, 2012). Setiap tunas terdiri dari hanya satu umbi, sehingga
apabila dilakukan perbanyakan vegetatif yang berasal dari umbi, mata tunas di bagian
pangkal umbi harus disertakan dan tidak boleh terpotong (Cornell Cooperative
Extension, 2003). Gambar morfologi tanaman umbi dahlia dapat dilihat pada gambar
2.2.
tumbuhan saja yang telah diteliti mempunyai kandungan inulin yang tinggi seperti
tumbuhan jerusalem artichoke (Helianthus tuberism L.), chicory (Chicharium
intibus), dahlia (Dahlia spp L.) dan lain-lain. Jenis tumbuhan yang diteliti dan
mengandung inulin umumnya termasuk keluarga Compositae, Poaceae, dan
Amarillidaceae. Shivayogeppa J, et al (2010) juga menambahkan, bahwa dahlia
merupakan tanaman umbi yang mengandung senyawa inulin paling tinggi,
mengandung fruktosa serta mempunyai kandungan senyawa kecil yang aktif seperti
phytin dan benzoate acid.
Pada dasarnya setiap sel dari tanaman dahlia mengandung pati dalam bentuk
inulin. Akar, daun dan biji mengandung sejumlah senyawa metabolit penting seperti
inulin, lakton seskuiterpen, kumarin, flavonoid dan vitamin (Ranjitha B D, dan
Nandagopal S, et al., 2007). Tanaman ini berguna sebagai antihepatotoxic,
antiulcerogenic, anti-inflamasi, memperlancar sistem pencernaan, obat perut,
depurative dan diuretik (Fatima B, 2007).
Inulin adalah cadangan karbohidrat yang terkandung dalam umbi dahlia
dengan jumlah yang tinggi dan berfungsi sebagai penggantian lemak dan gula,
memperbaiki sifat organoleptik dan tekstur, meningkatkan absorbsi mineral, sebagai
imunomodulator dan pencegahan kanker usus besar (Franck A, dan Leenheer L.D,
2002; Asih S, et al., 2009).
10
larutan yang bersifat asam, alkali, sedikit larut dalam air dingin dan pelarut organik.
Gambar struktur kimia inulin dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Struktur Kimia Inulin (Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition,
2009)
polisakarida,
yang terdiri
dari unit-
unit
tidak
mempunyai
sambungan
glukosa
adalah
D-fruktopiranosil-[D-
11
dari piranosil. Bila dihidrolisi, inulin akan menghasilkan oligofruktosa dengan derajat
polimerisasi yang kurang atau sama dengan 10 (Mayer D, dan B. Tungland, 2001).
2.2.2.2 Manfaat Inulin
Pemanfaatan
inulin
pada
wanita
usia
manepause,
para
produsen
Manfaat fungsional
Baik inulin maupun oligofruktosa digunakan di seluruh dunia sebagai serat
tambahan pada produk makanan. Inulin mempunyai rantai lebih panjang, sehingga
tidak mudah larut seperti halnya oligofruktosa. Tidak seperti serat yang lain, inulin
12
dan oligofruktosa ini jika dicampurkan dengan komponen makanan lain tidak
memberikan perubahan rasa, dan viskositas atau kekentalan.
2.
Manfaat nutrisional
a.
Nilai kalori
dibandingkan dengan karbohidrat yang tipikal, hal ini dikarenakan adanya ikatan
(1-2) dari molekul fruktosa. Dan zat ini tidak dimetabolisme pada saat melewati
rongga mulut, lambung, usus halus.
b.
Hal lain yang penting dari inulin ataupun oligofruktosa ini adalah manfaatnya
sebagai diet serat. Sesuai dengan definisi makanan berserat adalah komponen
makanan yang resisten terhadap proses hidrolisis oleh saluran pencernaan. Inulin dan
oligofruktosa memenuhi definisi ini, sehingga secara fisiologis mempunyai manfaat
diantaranya terhadap fungsi saluran cerna, memperbaiki parameter lemak darah.
Manfaat terhadap fungsi saluran cerna dari inulin atau oligofruktosa ini dengan
meningkatkan frekuensi buang air besar (khususnya pada pasien yang mengalami
konstipasi), meningkatkan volume feses, menurunkan pH feses.
c.
13
lemak dan kalori, efek fiber, efek stimulasi Bifidobacterium, dari beberapa studi
inulin dan oligofruktosa diperkirakan juga mempunyai manfaat dalam hal absorpsi
ion kalsium, dan mencegah terjadinya karsinoma kolon.
Inulin difermentasi dalam usus besar oleh bifidobakter dari beberapa bakteri
lain untuk memproduksi asam- asam lemak rantai pendek seperti asetat, propionat
dan butirat. Asetat, propionat, dan butirat yang tidak diproses dalam usus besar
diserap dan ditansportasikan melalui sirkulasi portal menuju hati. Asam- asam lemak
yang tidak diproses dalam hati ditransportasikan dan disirkulasikan dalam sejumlah
jaringan, dimana mereka mengalami metabolisme lebih lanjut.
Seperti substansi prebiotik lainnya, inulin mampu melindungi tubuh dari
resiko kanker dan sejumlah penyakit lainnya. Pemberian inulin sebanyak 10 gram/
hari tidak menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap kesehatan tubuh. Dalam
pemberian inulin dengan dosis lebih dari 10 gram/ hari menyebabkan gejala- gejala
seperti flatulence (kelebihan gas dalam perut), bloating (pembengkakan), dan diare.
Sekali- kali pemberian inulin dalam jumlah besar dapat menyebakan alergi. Namun,
kemampuan inulin dalam menghasilkan energi adalah setengah dari kemampuan
karbohidrat, yaitu 1-2 kkal/gram. Atas dasar inilah, para ahli merekomendasikan agar
inulin dikonsumsi oleh penderita diabetes maupun pasien penyakit degenaratif lainya
(Rohdiana D, 2006).
14
(HPLC), ekstraksi inulin dengan air. Kondisi HPLC, kolom Aminex HPX-87C (BioRad), air deionisasi pada 85C sebagai fase gerak dan detektor indeks bias. Sampel
makanan yang diuji meliputi produk makanan yang mengandung sejumlah inulin
(kue, susu, es krim, keju, dan sereal bar). Rata-rata recovery adalah 97%, dan
koefisien variasi berkisar 1,1-5% dalam matriks makanan.
Analisis inulin dengan menggunakan metode HPLC, pada penelitian
Retnaningtyas Y, (2012), menggunakan sampel sediaan sirup multivitamin. Dengan
kondisi analisis, fase diam digunakan kolom Aminex Ion Exclusion HPX-87H (300 x
7,8 mm) pada suhu 80C dengan sistem elusi isokratik menggunakan aquabidest
sebagai fase gerak dengan laju alir 0,5 mL/menit. Sebagai pelarut digunakan
aqubidest (60-70C). Deteksi dilakukan dengan detektor indeks refraksi. Hasil
validasi metode menunjukkan linieritas yang baik dengan koefisisen korelasi (r)
0,999, sementara koefisien variasi fungsi regresi (Vx0) adalah 2,00%. Limit of
detection (LOD) dan the limit of quantification (LOQ) 0,12 mg/mL dan 0,37 mg/mL
masing- masing. Perolehan kembali 99,42%. Uji presisi memberikan nilai koefisien
variasi lebih kecil dari 2%.
Analisis inulin dengan menggunakan metode KLT-Densitometri, pada
penelitian Retnaningtyas Y, et al (2012), menggunakan sampel inulin dari ekstrak
buah pisang (Musa paradisiaca). Dengan kondisi analisis menggunakan lempeng
KLT Silica Gel F254, komposisi eluen asetonitril : aseton: asam asetat (5:5:4) dan
mengguakan detektor UV pada panjang gelombang 366 nm. Metode tersebut
menunjukkan hasil yang baik, dilihat dari nilai koefisien korelasi pada linearitas yaitu
(r) 0.9979, coefficient variation (Vx0) sebesar 2%, Limit of detection (LOD) dan the
limit of quantification (LOQ) 6,86 ng dan
recovery dari sample was 99,50 % 1,75, dan nilai standar deviasi dari presisi kurang
dari 1,97%. Konsentrasi inulin dalam ekstrak buah pisang menunjukkan 2,10% (b/b).
Analisis inulin dengan menggunakan metode Gas Chromatography (GC)
pada penelitian Matute A.I, et al (2010), menggunakan bertekanan tinggi
dikembangkan untuk determinasi fruktooligosakarida (FOS) dengan DP 10. Sampel
15
16
2.4.2
Metode Ekstraksi
Maserasi
Maserasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperature kamar dan
terlindung oleh cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding
sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dan larutan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Proses tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel (Harborne J.B, 1994).
b.
Perkolasi
17
kemudian cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan
menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya
berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Wilcox C. F dan Wilcox M. F, 1995).
b. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi continue dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. (Harbone, 1994;
Trieste, 2008).
c. Digesti
Degesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan continue) pada
temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar. Secara umum dilakukan pada suhu 4050 (Trieste, 2008).
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana
infuse tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96- 98 selama
waktu tertentu (15-20 menit) (Trieste, 2008).
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( 30 ) dan temperatur
sampai titik didih air (Trieste, 2008).
f.
Destilasi Uap
(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa
tekanan parsial. Destilasi uap ini digunakan pada campuran senyawa- senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 200 atau lebih. Campuran dipanaskan melalui uap air
yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan.
Uap dari campuran akan naik ke atas menuju kondensor dan akhirnya masuk ke labu
destilat (Wilcox C. F dan Wilcox M. F, 1995).
18
19
20
dalam ukuran 20 x 20 cm. Ketebalan lempeng untuk analitikal KLT umumnya 250
m, lempeng selulosa dan poliamida umumnya 100 m. Untuk stabilitas mekanis,
ditambahkan 0,1 20 % gypsum (Ca sulfat), getah atau polimer pengikat organik
pada sorben noda.
Fase diam yang banyak digunakan antara lain adalah silika gel, selulosa,
alumina, poliamida, penukar ion dan silica gel yang terikat secara kimia (Sherma J,
dan Fried B, 1994). Silika gel (SiO2) merupakan bahan lempeng yang paling sering
digunakan untuk adsorspsi KLT. Secara umum ada beberapa macam silika gel, di
antaranya :
1. Silika gel dengan pengikat (Silika Gel G), umumnya sebagai pengikat adalah
CASO4 (5-15%),
2. Silika gel dengan pengikat dan indikator fluoresensi, biasanya berfluoresensi
kehijauan jika dilihat pada sinar UV gelombang pendek,
3. Silika gel tanpa pengikat (Silika Gel H), jenis ini lebih stabil dibandingkan dengan
yang mengandung CASO4,
4. Silika gel tanpa pengikat tetapi dengan indikator fluoresensi,
5. Silika gel untuk keperluan pemisahan preparatif, misalnya Gel PF254+366 (Gritter
R.J, et al., 1991).
Untuk membantu visualisasi maka selama proses pembuatan pelat KLT
ditambahkan zat yang berfluorosensi. Secara umum pelat KLT yang telah didesain
dengan penambahan zat yang berfluorosensi dapat diamati dibawah sinar ultraviolet.
Sebagian besar analit akan tampil sebagai bercak yang berwarna gelap dengan dasar
yang dapat berfluorosensi. Sebelum digunakan pelat
dengan pemanasan pada suhu diatas 100C selama kurang lebih setengah jam atau
lebih, guna untuk menghilangkan molekul air yang terjerap pada pelat KLT. Pelat
KLT yang telah kering biasanya disimpan dalam desikator untuk menjaga agar tetap
kering dan bersih (Miller J.C, dan Miller J.N, 1988). Bila sistem pelarut untuk
pengembangan mengandung air, maka pelat KLTnya tidak perlu mengalami aktivasi
(Adnan M, 1997).
21
2.5.3 Elusi
Elusi (pengembangan) kromatogram merupakan proses yang penting dalam
pemisahan dan identifikasi analit secara KLT. Pengembangan lempeng KLT atau
elusi kebanyakan dilakukan dengan model ascending (menaik) dengan memanfaatkan
efek kapiler dari fase diam. Dalam pembentukan suasana jenuh, fase gerak
dituangkan ke dalam bejana lalu dinding bejana diberi kertas saring atau pelapis
saturasi. Bejana ditutup hingga kertas saring terbasahi sempurna oleh eluen yang
menunjukkan bahwa telah terjadi kesetimbangan uap. Segera setelah bejana dibuka,
lempeng dengan area awal tertotol dimasukkan, dan wadah ditutup lagi. Bejana tak
terjenuhkan biasanya menghasilkan harga Rf lebih besar dan efisiensi lebih kecil
(Sherma J, dan Fried B, 2003). Cara pengembangan dapat dilihat pada gambar 2.4.
Resolusi (Rs)
Kemampuan kondisi analisis untuk memisahkan dua senyawa dalam sampel
22
2 () ()
2.1
Dimana:
Rs
(Z)A
(Z)B
WA
WB
kesetimbangan analit dalam fase gerak dan fase diam (Wulandari L, 2011). Secara
matematik dapat dirumuskan sebagai berikut:
= 16
2.2
Dimana:
N = angka pelebaran zona yang menunjukkan kesetimbangan analit dalam
fase gerak dan fase diam
ZS = jarak migrasi analit
W = lebar dasar puncak
c.
Nilai HETP (Height Equivalent of Teoritical Plate) atau JSTP (Jarak Setara Pelat
Teori)
Jarak tempuh eluen yang dibutuhkan sampai terjadinya satu kali
keseimbangan dalam fase gerak dan fase diam (Wulandari L, 2011). Suatu
kromatogram dikatakan efisien jika memiliki nilai H kecil. Besarnya H bisa dihitung
dari nilai untuk N dan panjang lempeng. Secara sistematik dapat dirumuskan sebagai
berikut:
23
2.3
Dimana:
HETP = jarak tempuh suatu analit untuk satu kali kesetimbangan dalam fase gerak
dan fase diam.
Zf
= nilai pelebaran zona untuk satu kali kesetimbangan analit dalam fase gerak
dan fase diam
2.4
Harga Rf dapat dipengaruhi oleh tipe bejana, asal dan ukuran lempeng, arah
alir fase gerak, komposisi fase gerak, kondisi kesetimbangan, dan metode preparasi
24
perbandingan visual intensitas noda jumlah sampel dengan noda standar yang
dikembangkan secara bersamaan. Metode elusi area meliputi tahapan pengeringan
lempeng, penandaan area analit, memotong bagian lempeng yang mengandung analit,
mengumpulkan sorben, ekstraksi analit dari sorben, dan pengukuran dengan
dibandingkan standar secara mikroanalitikal, seperti absorpsi larutan atau
spektrofotometri fluoresensi, Kromatografi Gas (KG), KCKT atau voltametri.
Metode kuantifikasi elusi area biasanya membosankan, memakan waktu lama, dan
sering tidak akurat. Hal ini disebabkan karena sulitnya menentukan penempatan
lingkaran area yang tepat, hilangnya sorben selama pemotongan dan pengumpulan,
elusi yang reprodusibel dan tidak sempurna dari sorben (Sherma J, dan Fried B,
2003).
25
pemisahan
2.7 Densitometri
Densitometri adalah metode analisis instrumental berdasarkan interaksi radiasi
elektromagnetik dengan analit yang merupakan noda pada KLT. Interaksi radiasi
elektromagnetik dengan noda pada KLT yang ditentukan adalah absorbsi, transmisi,
pantulan (refleksi), flouresensi dari radiasi semula (Mulja M, dan Suharman, 1995).
Densitometri dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif zat atau
campuran zat setelah terlebih dahulu dipisahkan dengan teknik KLT. Analisis
kualitatif ditentukan dengan membandingkan nilai Rf sampel dengan nilai Rf
senyawa acuan standar, biasanya dilakukan pada kondisi kromatografi yang sama dan
pelat lapis tipis yang sama. Selain itu dapat ditentukan dengan membandingkan
spektrum panjang gelombang kromatogram sampel dengan spektrum panjang
gelombang senyawa standar, jika panjang gelombang kromatogram maksimum
sampel sama dengan panjang gelombang standar, maka kemungkinan zat itu sama
(Mulja M, dan Suharman, 1995). Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
membandingkan densitas noda standar yang kadarnya telah diketahui dengan noda
sampel yang akan ditentukan kadarnya (Ifansyah et al, 1999). Pelat lapis tipis yang
digunakan untuk penentuan kuantitatif dengan densitometri harus mempunyai ukuran
partikel dan ketebalan lapisan yang serba sama yang didapatkan pada pelat lapis tipis
yang siap pakai (precoated). Parameter kuantitatif yang digunakan adalah tinggi
puncak kurva densitometri dan area di bawah puncak kurva densitometri (Satiadarma
26
et al., 2004). Adapun gambar densitometer CAMAG dapat dilihat pada gambar 2.5
berikut :
Model densitometer ada dua yaitu model reflektan (remisi) dan transmitan.
Model reflektan bisa digunakan pada rentang spektral UV/Vis, fluoresensi dan
peredaman fluoresensi. Spektral visual (400-800 nm) menggunakan lampu halogen
dan tungsten, sedangkan pada spektral UV (190-400 nm) menggunakan lampu
deuterium dan xenon. Adapun skema kerja densitometer model reflektan dapat dilihat
pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Skema kerja Densitometer model reflektan (Sherma J, dan Fried B, 2003).
27
Gambar 2.7 Skema kerja Densitometer model transmitan (Sherma J, dan Fried B, 2003).
Prinsip kerja dari Densitometri Camag Gambar 2.8, sumber radiasi yang
digunakan dapat dipilih yaitu sinar UV (lampu deuterium), sinar Vis (lampu halogentungsten), dan sinar fluorensensi (lampu mercury). Sinar yang dipancarkan berupa
sinar polikromatik masuk melalui celah monokromator. Didalam monoromator sinar
didispersikan
menjadi
sinar
monokromatik
dengan
teknik
grating.
Sinar
28
29
dan m puncak maksimum. Korelasi dari spektra diambil pada puncak maksimum
dengan salah satu lereng bawah atau akhir puncak, di winCATS bernama r (m, e),
digunakan sebagai referensi untuk perhitungan statistik (Indrayanto A, et al., 2003).
Hipotesis null "Spektra adalah identik" bisa dalam hal ini (kemurnian) dengan dua
sisi signifikansi dan kesalahan probabilitas sebesar 1% hanya akan ditolak jika nilai
tes 2,576 dihitung dengan rumus sebagai berikut :
=
1+(, )
1+( ,)
1(, )
1 ,
2.5
2
3
linearitas
dengan
menggunakan
koefisisen
korelasi
(r)
saja
tidak
30
parameter tersebut diatas. Dimana perhitungan Vxo secara sistematis dapat dilihat
pada rumus 2.6
=
( )2
2
=
=
, untuk yi = bx + a
100%
2.6
dimana :
Sy
Sx0
Vx0
31
dinyatakan dalam konsentrasi analit (persen, bagian per milyar) dalam sampel
(Satiadarma et al., 2004). Sedangkan LOQ yaitu jumlah analit terendah dalam sampel
yang masih dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada
kondisi percobaan. Batas kuantitasi dinyatakan sebagai konsentrasi analit (persen,
bagian per milyar) dalam sampel (Harmita, 2004).
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode
analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak
menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam
sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat
dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan
baku respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan.
=
2.7
dimana:
Q
Sb
Sl
= arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap
konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a + bx)
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis
regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada
persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan
simpangan baku residual (Sy/x.) (Harmita, 2004).
a. Batas deteksi (LOD)
Karena k = 3, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:
=
3
)
2.8
32
10
)
2.9
(Harmita, 2004).
2.8.4 Presisi (Precision)
Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian diantara masingmasing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulangkali pada sejumlah
cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi
standar atau deviasi standar relatif (koefisien variasi) (Satiadarma et al., 2004).
Presisi dapat diartikan pula sebagai derajat reprodusibilitas (reproducibility) atau
keterulangan (repeatibility) dari prosedur analisis pada kondisi kerja normal.
Reproducibility adalah presisi metode tetapi dikerjakan pada kondisi yang berbeda.
Repeatability adalah presisi metode yang dilakukan pada sampel yang sama,
dilakukan berulang kali oleh analis yang sama, kondisi sama dan dalam interval
waktu yang pendek (Wahyu R, 2009).
Kriteria presisi diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif
atau koefisien variasi 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel
tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi
laboratorium (Harmita, 2004). Menurut Huber L, (2007), kriteria presisi dapat
ditentukan dengan persen analit atau bahan aktif yang terkandung dalam sediaan yang
ditunjukkan pada tabel 2.2 berikut:
33
Analit (%)
Unit
RSD (%)
100
100%
1.3
10
10%
2.8
1%
2.7
0.1
0.10%
3.7
0.01
100 ppm
5.3
0.001
10 ppm
7.3
0.0001
1 ppm
11
0.00001
100 ppb
15
0.000001
10 ppb
21
0.0000001
1 ppb
30
34
( )
100
2.10
CA
C*A
Unit
100
100%
98 102
10
10%
98 102
1%
97 103
0.1
0.10%
95 105
0.01
100 ppm
90 107
0.001
10 ppm
80 110
0.0001
1 ppm
80 110
0.00001
100 ppb
80 110
0.000001
10 ppb
60 115
1 ppb
40 120
0.0000001
Sumber: (Huber L, 2007)
36
determinasi atau penetapan kadar inulin dalam ekstrak umbi dahlia yang ditanam
pada media tanah dan polybag. Variabel analisa yang memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan dapat menyatakan bahwa metode yang akan digunakan dalam
penetapan kadar valid, untuk itu perlu dilakukan validasi terhadap metode analisa
yang akan digunakan dalam sebuah penelitian.
3.2.2 Alur Penelitian
Persiapan Alat dan Bahan
Optimasi ekstraksi
inulin umbi dahlia
BD & BK
Linieritas
Spesifisitas
Presisi
Akurasi
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Analisis Kuantitatif Inulin dalam Ekstrak Umbi Dahlia
dengan Metode KLT Densitometri
37
Analysis, ultrasonic cleaner, oven, dan lampu Ultra violet (UV), labu ukur (10 mL,
25 mL, 50 mL, dan 100 mL) Pyrex, gelas ukur (10 ml dan 25mL) Pyrex, erlenmeyer
100 mL Pyrex, beaker glass (50 ml, 100 ml, 200 ml dan 500 ml), timbangan analitik
Sartorius, pipet volume (0,5 mL, 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL, 10 mL) Pyrex, bola
pipet, batang pengaduk, pipet tetes, vial, stirrer, hot plate, water bath, termometer,
blender (Phillips),freezer, kulkas, cawan porselen, bejana camag (chamber).
3.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah umbi dahlia (berasal dari kota Batu Jawa
Timur), lempeng KLT Silika Gel 60 F254, kertas saring, standar Inulin (Fluka),
aquadest, etanol 96% , etanol 70%, asam asetat glasial (J.T. Baker) p.a, methanol p.a
(Sigma-Aldrich) dan aquabides (WIDAWITM Unicap), aniline p.a (MERCK),
diphenylamine (MERCK), aseton p.a, asam fosfat, resorsinol p.a (MERCK),
acetonitrile (J.T. Baker).
38
aquades 1:2 dan panaskan 70C selama 30 menit, tambahkan karbon aktif 1-2 % b/v,
saring dan ukur volume yang didapat. Tambahkan etanol 30% sebanyak 40% dari
volume larutan. Cairan didingin dalam freezer 18 jam, cairkan pada suhu ruang,
dan sentrifus (1500 rpm, 15 menit), didapat endapan putih inulin (2), keringkan pada
suhu 50- 60C selama 6-7 jam dalam oven.
Teknik pewarnaan
Suhu pengovenan
Panjang gelombang maksimum ()
Konsentrasi uji
Fase diam
Hasil
Aquabides steril : Etanol 96% pa (3:1) v/v
asam asetat glasial pa: metanol pa:
aquabides steril (v/v/v/v) = 0,5:7,5:2
10 menit
Campuran aniline dalam aseton 1 % v/v:
diphenylamine dalam aseton 10 % b/v:
asam fosfat (5:5:1 v/v/v)
dicelup
110C
380 nm
1000 ppm
Lempeng KLT Silika Gel F254
39
40
pelarut yang
lalu diencerkan
dikeringkan, kemudian
diwarnai, lalu dikeringkan dalam oven. Kemudian noda yang terbentuk discanning.
Dihitung nilai batas deteksi dan batas kuantitasi dari data hasil scanning dengan
program Validation Method of Analysis (Indrayanto A, et al., 2003).
3.6.4 Presisi (Precision)
Pengujian parameter presisi yang dilakukan meliputi repeatability dan
intermediet presisi. Uji presisi dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan
kurva baku pada 6 tingkat konsentrasi antara 80%-180%
dari
konsentrasi
uji.
41
Analysis dan menghitung nilai SD dan RSD dimana nilai RSD tidak boleh lebih dari
kriteria penerimaan studi kepresisian pada konsentrasi yang digunakan (Huber L,
2007).
3.6.5 Akurasi (accuracy)
Pengujian parameter akurasi pada penelitian ini menggunakan metode standar
adisi. Pengujian akurasi dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: pembuatan sampel
adisi dengan penambahan standar sebanyak 30%, 45%, dan 60% dari konsentrasi
analit dalam sampel sesuai dengan hasil uji presisi. Selanjutnya dilakukan pembuatan
kurva baku dengan rentang sesuai dengan konsentrasi linieritas.
Larutan standar dan sampel yang sudah dibuat dimasukkan dalam vial dan
ditotolkan pada lempeng KLT Silika Gel F254 masing-masing 2 dengan
mikropipet. Eluen dipreparasi seperti pada uji linieritas, kemudian lempeng KLT
yang telah ditotol dieluasi sampai tanda batas. Lempeng KLT kemudian dikeringkan,
kemudian diwarnai, lalu dikeringkan dalam oven. Kemudian noda yang terbentuk
discanning. Dihitung nilai parameter akurasi (% recovery) dari data hasil scanning
dengan program Validation Method of Analysis.
Pada penelitian ini telah dilakukan determinasi inulin dalam ekstrak umbi
Dahlia (Dahlia spp L.) yang ditanam pada media tanah dan polybag dengan metode
KLT-Densitometri. Tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan teknik
ekstraksi umbi dahlia, dan kondisi analisis yang optimum, yang kemudian dilanjutkan
validasi metode KLT-Densitometri untuk determinasi inulin dalam ekstrak umbi
dahlia (Dahlia spp L.) yang ditanam pada media tanah dan polybag.
42
43
Teknik pewarnaan
Suhu pengovenan
Panjang gelombang maksimum ()
Konsentrasi uji
Fase diam
Hasil
Aquabides steril : Etanol 96% pa (3:1) v/v
asam asetat glasial pa: metanol pa:
aquabides steril (v/v/v/v) = 0,5:7,5:2
10 menit
Campuran aniline dalam aseton 1 % v/v:
diphenylamine dalam aseton 10 % b/v:
asam fosfat (5:5:1 v/v/v)
dicelup
110C
380 nm
1000 ppm
Lempeng KLT Silika Gel F254
44
dengan menggunakan 5 macam konsentrasi atau lebih yang berkisar antara 25- 200%
dari konsentrasi uji. Dimana konsentrasi standar yang digunakan pada penelitian ini
yaitu antara 60%-240% dari konsentrasi uji yaitu 1000 ppm. Konsentrasi linieritas
yang digunakan adalah 600 ppm, 750 ppm, 1200 ppm, 1500 ppm, 1800 ppm, dan
2400 ppm. Linieritas ditentukan berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), Vx0 (standar
deviai relatif (RSD)), dan
Validation Method of Analysis. Hasil uji linieritas ditunjukkan pada tabel 4.2 dan
gambar 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.2. Data Parameter Pengujian Linieritas
Metode
Probability
Jumlah Data
Linieritas
95%
6
Persamaan Garis
Koefisien Korelasi
Vx0
Xp
Y = 8069,81000000 + 0,95514660X
0,99648120
4,60703300%
721,66850000 ppm (360,83 ng/spot)
Gambar 4.1 Kurva linieritas konsentrasi (ng/ spot) dan area standar inulin
Data pada tabel 4.2 dan gambar 4.1, menunjukkan bahwa metode telah
memenuhi persyaratan linieritas, dengan harga koefisien korelasi (r) mendekati (+1)
atau (-1) (Harmita. 2004) dan nilai Vx0 < 5%, dan nilai Xp < nilai konsentrasi
45
linieritas
terkecil
yang
digunakan
(Indrayanto
A,
2003)
(Lampiran
D).
46
Track
Rf
r(s,m)
r(m,e)
Kesimpulan
Kemurnian
Standar
0,89
0,999828
0,997446
Purity
Sampel
0,91
0,999918
0,998848
Purity
Track
Rf
r(s,s)
r(s,a)
Kesimpulan
Identitas
Standar
0,89
0,998843
Inulin
Sampel
0,91
0,998843
0,998828
Inulin
Pada uji kemurnian dilakukan dengan cara membandingkan spektra pada tiga
posisi peak, yaitu awal/ start (s), posisi puncak/maximum (m), dan posisi akhir/end
(e). Kemurnian analit dalam sampel dapat dilihat berdasarkan nilai r(s,m) dan nilai
r(m,e). Pencocokan spektra sampel dan standar inulin dapat dilihat pada tabel 4.3,
diketahui bahwa perhitungan korelasi spektra dari data > 0,990 yang menunjukkan
bahwa inulin dalam sampel murni.
Pada uji identitas analit ditunjukkan berdasarkan nilai r(s,s) dan nilai r(s,a).
Nilai r(s,s) menunjukkan korelasi spektra antara 2 track standar yang mempuyai
konsentrasi sama. Nilai r(s,a) menunjukkan korelasi spektra antara track standar dan
track analit pada sampel. Dari tabel 4.4, nilai korelasi yang didapatkan > 0,990 yang
berarti analit dalam sampel identik dengan standar inulin. Berdasarkan penilaian
parameter spesifisitas yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode KLT-Densitometri untuk analisis inulin bersifat spesifik.
4.3.3 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)
LOD yaitu jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang
masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko (Satiadarma, et
al. 2004). Sedangkan LOQ yaitu jumlah analit terendah dalam sampel yang masih
dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi
47
percobaan (Harmita, 2004). Penetapan LOD dan LOQ dalam penelitian ini dilakukan
melalui 6 konsentrasi standar dibawah konsentrasi linieritas yaitu 50 ppm, 100 ppm,
150 ppm, 200 ppm, 300 ppm, dan
Area
503,63
1459,08
2391,15
3259,85
5345,76
6856,98
Hubungan yang proporsional (linier) antara konsentrasi (ng/ spot) dan area
standar inulin pada pengujian LOD dan LOQ ditunjukkan pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Kurva linieritas konsentrasi (ng/ spot) dan area standar inulin
48
dari data yang diperoleh, metode yang digunakan memiliki batas deteksi 71,03049
ng/spot dan batas kuantitasi 236,7683 ng/spot. Data perhitungan disajikan dalam
lampiran E.
4.3.4 Presisi (Precision)
Kepresisian menunjukkan kesesuaian diantara masing-masing hasil uji, jika
prosedur analisis diterapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan yang diambil dari
sampel yang homogen dan ditentukan dengan menghitung nilai RSD. Presisi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah repeatability dan intermediet precision.
Pengujian repeatability dilakukan dengan menimbang sampel sebanyak 6 kali
replikasi sesuai dengan konsentrasi uji yaitu 1000 ppm. Data yang diperoleh
kemudian menghitung nilai RSD dari 6 replikasi. Syarat penerimaan uji presisi pada
konsentrasi aktual analit sebesar >10%, yaitu 98-102%2,7% (Huber L, 2007).
Pengujian repeatability dilakukan dengan pengukuran sampel yang sama dengan
replikasi sebanyak 6 kali dalam 1 hari. Sedangkan pengujian intermediet precision
dilakukan dengan mengulang prosedur repeatability selama 3 hari berbeda. Data hasil
pengujian repeatability dan intermediet precision ditunjukkan pada tabel 4.6 dan
tabel 4.7.
Tabel 4.6. Data presisi pengujian repeatability dengan n = 6
Hasil uji presisi
Penimbangan (mg)
45,30
45,00
45,80
45,60
45,00
45,90
Inulin % b/b
84,66
84,67
84,72
84,70
83,11
85,73
84,60
0,84
0,993%< 2,7%
49
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Intermediet Precision dalam Tiga Hari Percobaan dengan n= 6
Kadar inulin (% b/b) RSD(%)*
84,60% 0,993%
84,05% 1,34%
84,98% 1,14%
84,54%
0,468
0,554% < 2,7%
Hari
1
2
3
Rata-rata
SD
%RSD
* = Replikasi 3 kali
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa nilai RSD untuk repeatability
0,993 % dan rata-rata nilai RSD intermediet precision inulin adalah 0,554%. Nilai
ini berada pada rentang yang dipersyaratkan untuk konsentrasi aktual analit sebesar
>10%, yaitu 98-102% 2,7% (Huber L, 2007). Dengan demikian, metode yang
digunakan telah memenuhi syarat kepresisian. Data perhitungan dapat dilihat pada
Lampiran F.
4.3.5 Akurasi (Accuracy)
Keakuratan adalah kedekatan hasil pengukuran analit dalam sampel yang
diperoleh dari suatu metode (hasil percobaan) dibanding kadar analit yang sebenarnya
(Harmita, 2004). Akurasi atau kecermatan sering dinyatakan dalam persen perolehan
kembali (% recovery). Perhitungan keakuratan pada penelitian ini menggunakan
metode sampel adisi dengan penambahan standar menggunakan 3 macam konsentrasi
antara 0,3 0,6 kali dari kadar analit yang diperkirakan (Harmita, 2004). Data
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran G. Pengujian akurasi tiap sampel adisi
dilakukan dengan 3 kali replikasi. Hasil pengujian akurasi ditunjukkan pada tabel 4.8
di bawah ini.
Tabel 4.8. Hasil pengujian akurasi rata-rata
Penambahan (%)
30
45
60
Rata- rata
* = Replikasi 3 kali
% Recovery* RSD %
99,52% 1,39%
100,28% 0,72%
100,07% 0,91%
99,96% 0,39%
50
Penimbangan
sampel (mg)
45,40
45,20
45,00
Massa inulin
(ng/spot)
2793
2779
2689
Rata- rata
RSD
51
Tabel 4.10. Hasil determinasi inulin dari ekstrak umbi dahlia dengan media tanah
Replikasi sampel
1
2
3
Penimbangan sampel
(mg)
45,00
45,00
45,00
Massa inulin
(ng/spot)
3112
3122
3082
Rata- rata
RSD
Berdasarkan data pada tabel diatas, nilai kadar rata-rata untuk sampel inulin
dari ekstrak umbi dahlia dengan media polybag adalah 76,15% dengan nilai RSD
1,657%, sedangkan pada inulin dari ekstrak umbi dahlia dengan media tanah sebesar
86,26% menghasilkan nilai RSD 0,669% (Lampiran H). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kadar inulin dari ekstrak umbi dahlia yang ditanam media polybag lebih kecil
dari sampel inulin dari ekstrak umbi dahlia yang ditanam media tanah.
Hara dan air diperoleh tanaman dari tanah. Unsur hara sangat penting dalam
pertumbuhan dan produksi tanaman (Ismunadji M, dan S. Roechan, 1988). Ada 17
unsur esensial makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman. Unsur makro yaitu unsur
yang dibutuhkan dalam jumlah banyak adalah C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S
sedangkan unsur mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit adalah Fe, Mn, B, Mo,
Cu, Zn, Cl, dan Co (Hardjowigeno S, 2003). Dari segi fisiologis, unsur N merupakan
hara makro esensial yang sangat berperan pada proses pembentukan protein dan
penyusun bobot
merupakan unsur hara utama bagi tanaman. Unsur P yang tersedia dalam jumlah
cukup akan memacu perkembangan akar. Unsur P ini penting perannya dalam proses
fotosintesis, perubahan karbohidrat dan senyawa lain yang berhubungan dengan
glikolisis dan metabolisme. Dalam metabolisme tanaman, P memegang peranan
langsung dalam transfer dan penyimpanan energi serta merupakan aktifator berbagai
enzim sehingga kekurangan unsur ini akan mengakibatkan gangguan hebat pada
tanaman (Bailley H.H, 1991; Winarso S, 2005). Bahan organik memperbaiki sifat
fisik tanah dengan cara membuat tanah menjadi gembur sehingga aerasi menjadi
52
lebih baik serta mudah ditembus perakaran tanaman dan dapat menghasilkan produk
tanaman lebih baik (Narendra B.H, 2012).
Media tanah merupakan tempat tumbuh tanaman yang mempunyai kandungan
hara yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai berproduksi.
Ketersediaan hara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Hakim
N, dan A.M Lubis, (1986) menyatakan bahwa bahan organik merupakan bahan
penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Bahan organik memperbaiki sifat-sifat
tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik pada polybag
jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan unsur organik yang terdapat pada
tanah hal ini menyebabkan produktivitas tanaman tidak maskimal dibandingkan pada
tanah. Pengaruh bahan organik pada biologi tanah adalah menambah energi yang
diperlukan
dengan menggunakan wadah plastik akan menyebabkan unsur organik dalam tanah
akan berkurang sehingga menyebabkan tanah kurang gembur, dan sistem perakaran
susah untuk menembus plastik atau menyebabkan pertumbuhan akar terhambat. Bila
pertumbuhan akar terhambat dalam hal ini umbi dahlia juga akan terhambat
produktivitasnya.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, saran peneliti adalah perlu dilakukan penelitian
determinasi inulin dalam umbi dahlia yang ditanam pada media tanah dan polybag
pada jenis dahlia yang lain dengan metode ini untuk mengetahui pengaruh jenis
tanaman dahlia terhadap kandungan inulin.
53
DAFTAR PUSTAKA
54
55
Fodor, F., K. Vegh Z., dan Nagy Turak, A. 2001. Validation and Quality Assurance
of Planar Chromatographic Procedures in Pharmaceutical Analysis. J. AOAC
Int. 84: 1265-1276.
Franck A dan Leenheer L.D. 2002 Inulin. ORAFTI Aandorenstraat 1, 3300 Tienen,
Belgium. www.wiley-vch.de/books/biopoly/pdf v06/bpol6014439_448.pdf.
[25 Maret 2004].
Green, J. M. 1996. A Practical Guide to Analytical Method Vallidation. American
Chemical Society (68) 305-309A.
Gritter, R. J., Bobbitt, J. M., dan Schwarting, A. E. 1991. Pengantar Kromatografi.
Terjemahan dari Introduction to Chromatograhy. Oleh Kosasih
Padmawinata. Penerbit ITB:Bandung.
Hakim, N dan A.M Lubis. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung:
Lampung.
Hamilton, R. dan Hamilton, S. 1987. Thin Layer Chromatography. John Wiley &
Sons :London.
Hankins, A. 2005. Production Of Dahlias As Cut Flowers. Originally printed in
Virginia Vegetable, Small Fruit and Specialty Crops. Extension SpecialistAlternative Agriculture Virginia State University.
Haqiqi,
S.
H.
2008.
Kromatografi
Lapis
Tipis.
[serial
online]
http://d4him.files.wordpress.
com/2009/02/paper-kromatografi-lapistipis.pdf. [24 April 2012].
56
57
58
R.
2009.
Validasi
Metode
Analisishttp://www.chem-is-try.org
/artikel_kimia/kimia_ analisis /validasi-metode-analisis/. [24 Maret 2009].
59
Wijanarka, S,P. 2002. Optimasi Produksi Enzim Inulinase Termostabil oleh Bakteri
Termofilik dari Umbi Dahlia (Dahlia variabilis).FMIPA-Biologi Universitas
Diponegoro: Semarang.
Widowati, S., Sunarti, T. C., dan Zaharani, A. 2005. Ekstraksi, Karakterisasi, dan
Kajian Potensi Prebiotik Inulin dari Umbi Dahlia (Dahlia pinnata L.).
Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
Wilcox, C. F dan Wilcox, M. F. 1995.Experimental Organic Chemistry A SmallScale Approach Second Edition. Englewood Cliffs Prentice-Hall, Inc: New
Jersey.
Winarti, S., Eni H dan Rudi N. 2011. Extraction of Inulin from Various Yam Tubers
(Dioscorea spp.).PF-135, The 12th Asean Food Conference : Bitec Bangna,
Bangkok, Thailand.
Winarso, S. 2005. Kesuburan tanah: Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media: Yogyakarta.
Wulandari, L. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. PT. Taman Kampus Presindo:
Jember.
Vandame, E. J. dan D. G. Derycke. 1983. Microbial Inulinase: Fermentation Process,
Properties and Application. Advances in Appl. Microbial. 29: 139-176.
Voigh, R. 1994 .BukuPelajaranTeknologiFarmasi, edisi kelima. UGM Press:
Yokyakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN A: Teknik Ekstraksi Umbi Dahlia
A.1 Hasil % Rendemen untuk Pengamatan Teknik Ekstraksi
Teknik Ekstraksi
% Rendemen
Teknik A
7,056%
Teknik B
4, 192%
Teknik A
Sampel umbi yang telah dibersihkan 100 gram.
% Rendemen =
=
35,28
500
100%
100%
= 7,056%
Teknik B
Sampel umbi yang telah dibersihkan 100 gram.
% Rendemen =
=
4,192
100
100%
100%
= 4, 192%
60
61
Kondisi analisis
Pelarut
Hasil
Aquabides steril : Etanol 96% pa (3:1)
v/v
10 menit
Penampak noda
Teknik pewarnaan
Dicelup
Suhu pengovenan
110C
380 nm
Konsentrasi uji
1000 ppm
Fase diam
62
Track
Rf
r(s,m)
r(m,e)
Kesimpulan
Kemurnian
Standar
0,89
0,999828
0,997446
Purity
Sampel
0,91
0,999918
0,998848
Purity
Track
Rf
r(s,s)
r(s,a)
Kesimpulan
Identitas
Standar
0,89
0,998843
Inulin
Sampel
0,91
0,998843
0,998828
Inulin
63
Konsentrasi (ppm)
Area
600
1200
9299,85
750
1500
9428,30
1200
2400
10310,06
1500
3000
10984,34
1800
3600
11689,45
2400
4800
12532,78
Y = 8069,81000000 + 0,95514660X
Koefisien Korelasi
r = 0,99648120
Method
: Linearity
Probability
: 95%
Number of data
:6
Line equation
: Y = 8069.81000000 + 0.95514660X
: 121.01080000
Vx0 value
: 4.60703300%
Xp value
: 721.66850000
64
65
Koefisien Korelasi Konsentrasi (ng/ spot) dan Area Standar Inulin pada UjiLOD dan
LOQ.
Konsentrasi (ppm)
50
100
Area
503,63
1459,08
150
200
300
400
Persamaan regresi
R > 0,99
Vx0 < 5%
Xp < 100 ng (50 ppm)
300
400
600
800
Y = -379,5221 + 9,205659X
R= 0,99895220
Vx0 = 3,33920600%
Xp = 71,03049
2391,15
3259,85
5345,76
6856,98
Method
: Linearity
Probability
: 95%
Number of data
:6
Line equation
: Y= -379.52210000 + 9.20565900x
: 122.95840000
Vx0 value
: 3.33920600%
Xp value
: 71.03049000
66
Kurva LOD & LOQ antara konsentrasi (ng/spot) dan area standar inulin
LOQ :
10
3
67
Konsentrasi inulin
percobaan (ng/spot)
3068
3048
3104
3090
2992
3148
Rata- rata
RSD/CV
Konsentrasi inulin
percobaan (ng/spot)
3068
2969
3121
3127
2998
3029
Rata- rata
RSD/CV
Konsentrasi inulin
percobaan (ng/spot)
3085
3080
3140
3097
2994
3123
Rata- rata
RSD/CV
68
= 1534 ppm
100% = 84,657%
Hari
1
2
84,60%
84,05%
84,98%
Rata-rata
84,543%
SD
0,468
%RSD
0,554% <2,7%
69
39,61
25
313,74
276,19
= 39,61 mg
2. Adisi 45%
Bila ditimbang sampel 250 mg, maka jumlah standar inulin yang
ditambahkan dalam sampel sebesar :
0,25 84,98 0,45
100
70
84,98
100
40,111
345,603
308,053
= 40,111 mg
25
3. Adisi 60 %
Bila ditimbang sampel 250 mg, maka jumlah standar inulin yang
ditambahkan dalam sampel sebesar :
0,25 84,98 0,60
100
40,523
25
377,47
339,92
= 40,523 mg
Penimbangan
sampel adisi
(mg)
45,00
45,00
45,00
Konsentrasi
teoritis(ng/ spot)
Konsentrasi
percobaan(ng/spot)
Recovery
(%)
3168
3168
3168
3198
3149
3111
99,52% 1,39%
100,95
99,40
98,20
71
Penambahan
Standar
45%
Penimbangan
Konsentrasi
sampel adisi teoritis(ng/ spot)
(mg)
45,0
3208
Konsentrasi
percobaan(ng/ spot)
Recovery
(%)
3243
101,09
45,0
3208
3209
100,03
45,0
3208
3199
99,72
100,28% 0,72%
Penambahan
Standar
60%
Penimbangan Konsentrasi
sampel adisi teoritis (ng/spot)
(mg)
45,00
3241
Konsentrasi
percobaan (ng/ spot)
3259
100,56
45,00
3241
3228
99,59
46,20
3329
3331
100,06
100,07% 0,91%
% Recovery
99,52%
100,28%
100,07%
99,96%0,39%
Recovery
(%)
72
Method
: Acuracy
Probability
: 95%
Number of data
:9
Line equation
: Xf = -357.02770000 + 1.11062100Xc
Vbaf value
: -357.02770000 1537.29200000
VBbf value
: 1.11062100 0.47804210
Average %R
: 99.95599000% 0.88213140
73
2793
2
= 1396,5 ppm
100% = 76,89 %
Hasil determinasi inulin ekstrak umbi dahlia yang ditanam media polybag
Replikasi
sampel
1
2
3
Penimbangan
sampel (mg)
45,40
45,20
45,00
2793
2779
2689
Rata- rata
RSD
Kadar
inulin(b/b%)
76,89
76,85
74,69
76,15%
1,657%
Hasil penetapan kadar inulin ekstrak umbi dahlia yang ditanam media tanah
Replikasi sampel
1
2
3
Penimbangan
sampel (mg)
45,00
45,00
45,00
3112
3122
3082
Rata- rata
RSD
Kadar inulin
(b/b%)
86,44
86,72
85.61
86,26%
0,669%