Вы находитесь на странице: 1из 11

JOURNAL READING

PENGARUH WAKTU PENJEPITAN TALI PUSAT DAN ANEMIA PADA


BAYI: FAKTOR ANEMIA PADA IBU

Pembimbing: dr. R. Setiyadi, Sp.A

Disusun oleh: Arianda Nurbani Widyaputri


(030.09.028)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH TEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 27 OKTOBER 2014 3 JANUARI 2015

PENGARUH WAKTU PENJEPITAN TALI PUSAT DAN ANEMIA PADA


BAYI: FAKTOR ANEMIA PADA IBU
Brittany Blouin, Mary E. Penny, Mathieu Maheu-Giroux, Martn Casapa, Eder Aguilar, Herma
nn Silva, Hilary M. Creed-Kanashiro, Serene A. Joseph, Anita Gagnon, Elham Rahme, Theresa W.
Gyorkos
Latar Belakang: Berdasarkan penelitian randomized controlled menunjukkan bahwa penundaan
waktu penjepitan tali pusat memberikan efek yang baik pada status besi bayi. Namun demikian
penelitian tersebut tidak mempertimbangkan faktor anemia pada ibu selama masa kehamilan.
Objektif: Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efek anemia pada ibu saat persalinan
berkaitan dengan waktu penjepitan tali pusat serta anemia pada bayi saat usia 4 dan 8 bulan.
Metode: Dengan menggunakan studi kohort mengambil sample wanita hamil dan bayinya pada 2
periode waktu (18 May-3 Juni 2009 dan 6 Juli-20 Juli 2009) yang terdaftar di ruang persalinan
Rumah Sakit Iquitos (Iquitos, Peru). Diantara 2 periode pengambilan sample, ketentuan Rumah
Sakit mengubah prosedur penjepitan tali pusat dini menjadi penundaan penjepitan tali pusat. Kadar
hemoglobin ibu diukur sebelum melahirkan dan waktu diantara melahirkan dengan penjepitan tali
pusat. Pada pasangan ibu dan bayi tersebut di pantau pada bulan ke 4 (n=207) dan bulan ke 8
(n=184) post partum. Kadar hemoglobin bayi diukur pada saat kunjungan pemantauan. Data-data
tersebut akan dianalisa menggunakan model regresi logistik
Hasil: Prevalensi anemia pada ibu (Hb <11.0g/dL) saat melahirkan sebanyak 22%. Kadar
hemoglobin saat usia 4 dan 8 bulan berturut-turut yaitu 10.4g/dL dan 10.3g/dL. Kadar hemoglobin
bayi tidak berbeda secara signfikan antara bayi yang lahir dari ibu dengan anemia dan ibu tanpa
anemia pada usia 4 dan 8 bulan. Namun demikian, faktor anemia pada ibu dapat memodifikasi
status besi pada bayi dan waktu penjepitan tali pusat. Kelebihan yang signifikan terlihat dari hasil
penundaan penjepitan tali pusat dalam pencegahan anemia pada bayi yang lahir dari ibu dengan
anemia saat usia 4 bulan (aOR=0.59, 95% Cl 0.36-0.99) dan 8 bulan (aOR=0.38,95% Cl 0.19-0.76).
Kesimpulan: Studi ini semakin menguatkan dan mendukung dilakukannya penundaan penjepitan
tali pusat. Interverensi ini diperuntukkan pada bidang kesehatan publik di area dengan prevalensi
anemia yang tinggi pada saat mengandung.
Kata kunci: anemia, hemoglobin, kesehatan anak, negara berkembang, tali pusat

PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah utama di seluruh dunia dan diperkirakan diderita oleh 24.8%
dari populai global baik di negara berkembang maupun negara maju. Penyebab primer anemia
1

(pada 50% kasus) adalah defisiensi zat besi yang merupakan salah satu faktor yang paling penting
yang berkontribusi terhadap penyakit global. Defisiensi zat besi selama kehamilan dan usia bayi
dapat memberi pengaruh yang sangat buruk pada perkembangan saraf dan perilaku, banyak dari
kejadian tersebut tidak dapat diperbaiki dengan terapi besi.
Baru-baru ini penundaan penjepitan tali pusat diidentifikasi sebagai salah satu dari empat
interverensi yang efektif untuk memerangi kekurangan zat besi pada 6 bulan pertama usia
kehidupan. Tambahan 15-40 ml volume darah per kilogram berat lahir dapat diberikan kepada bayi
melalui tali pusat bila transfusi darah dari plasenta komplit. Hal ini dapat meningkatkan total
volume darah sekitar 30-50% sehingga memberikan tambahan 30-75 mg zat besi pada saat lahir.
Memaksimalkan transfusi darah dari plasenta diperlukan waktu sekitar 3 menit.
Percobaan randomized controlled menunjukkan peningkatan status besi pada bayi yang
dilakukan penundaan penjepitan tali pusat dibandingkan bayi yang dilakukan penjepitan tali pusat
secara dini. Meskipun beberapa penelitian telah melaporkan bahwa menunda penjepitan tali pusat
memiliki efek positif pada kadar hemoglobin bayi setelah usia 2 bulan, penelitian lain (termasuk
metanalisis) menunjukkan hasil yan berbeda. Berdasarkan hasil studi dengan pemantauan
terpanjang yang pernah dilakukan sampai saat ini pada usia bayi 6 bulan diketahui efek
menguntungkan dari penundaan penjepitan tali pusat yaitu pada kadar feritin bayi, jumlah cadangan
besi, dan jumlah besi dalam tubuh. Namun belum diketahui sampai kapan efek menguntungkan dari
metode ini bertahan. Penelitian jangka panjang perlu dillakukan untuk menentukan apakah manfaat
penundaan penjepitan tali pusat bertahan sampai usia bayi mencapai status besi yang stabil.
Informasi ini sangat penting untuk membantu para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan
mengenai waktu penjepitan tali pusat.
Telah diperkirakan juga bahwa status zat besi ibu mungkin memberikan efek-modifikator
antara waktu penjepitan tali pusat dan status besi bayi. Meskipun beberapa studi sebelumnya telah
mempertimbangkan faktor anemia pada ibu, namun hanya satu percobaan randomized controlled
yang mengangkat isu anemia pada ibu sebagai potensi efek-modifier. Perbedaan ini penting untuk
secara akurat mengkarakterisasi efek yang benar dari waktu penjepitan tali pusat dengan anemia
pada bayi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan peran anemia pada ibu saat melahirkan
dengan hubungannya antara waktu penjepitan tali pusat dan status anemia bayi pada usia 4 dan 8
bulan. Sebuah studi kohort dari desai pasca-/pra-studi menyelidiki efektivitas dari perubahan
kebijakan rumah sakit dari penjepitan tali pusat dini menjadi tertunda dipantau pada usia 4 dan 8
bulan untuk studi. Karena kebijakan rumah sakit berubah dari penjepitan tali pusat dini menjadi
tertunda, terdapat variasi dalam distribusi waktu penjepitan dengan variabel anak. Peninjauan
selanjutnya, terdapat prevalensi yang tinggi angka anemia pada ibu saat melahirkan. Oleh karena
2

itu, studi penelitian saat ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh anemia pada ibu dan hubungan
antara waktu penjepitan tali pusat dengan anemia pada bayi.
SUBJEK DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Iquitos Ce'sar Garayar Garc'a di Amazon Peru.
Daerah cakupan dari rumah sakit ini termasuk Iquitos dan masyarakat disekitarnya, dengan total
populasi 406,000. Ini adalah salah satu dari hanya dua fasilitas kesehatan masyarakat di wilayah
yang memiliki unit kebidanan dan ginekologi. Populasi penelitian terdiri dari kohort wanita hamil
yang direkrut untuk mendokumentasikan efektivitas perubahan di Kebijakan rumah sakit dari
penjepitan tali pusat dini menjadi tertunda. Wanita-wanita ini direkrut dan dirawat di ruang bersalin
selama dua periode perekrutan (18 Mei 3 Juni dan 6 20 Juli 2009). Perubahan kebijakan di
rumah sakit terjadi antara periode dua perekrutan dan dijelaskan secara rinci. Secara singkat,
perubahan kebijakan terdiri dari (i) lokakarya pelatihan 3-hari tentang penundaan waktu penjepitan
tali pusat, dan (ii) menguraikan kebijakan rumah sakit baru yang tertulis mengenai penundaan
waktu penjepitan tali pusat dikeluarkan untuk semua perawat-bidan di rumah sakit. Kriteria inklusi
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini adalah (i) persalinan normal yang dijadwalkan; (ii)
kelahiran tunggal; (iii) diharapkan tinggal di Iquitos untuk 4 bulan ke depan; dan (iv) menyetujui
untuk mengikuti penelitian sebelum memasuki ruang bersalin. Wanita dieksklusikan jika (i)
memiliki keadaan darurat untuk operasi caesar; (ii) bayi lahir mati; (iii) bayi lahir dengan lilitan tali
pusat pada leher yang sulit dibebaskan; (iv) bayi lahir dengan kelainan kongenital; atau (v) jika ibu
atau bayi dipindahkan ke rumah sakit lain sebelum dipulangkan.
Tiga bidan berpengalaman dan terlatih direkrut untuk turut serta mengikuti studi harian,
dibagi dalam tiga waktu masing-masing 8 jam. Setelah memperoleh persetujuan, bidan memberikan
kuesioner singkat untuk wanita (peserta) di ruang bersalin untuk mendapatkan informasi demografis
dan antenatal.Peserta tersebut diberi informasi mengenai kunjungan pemantauan pada 4 bulan
setelah melahirkan. Kadar hemoglobin ibu diperoleh di ruang bersalin diukur menggunakan mesin
HemoCueH. Anemia pada ibu didefinisikan sebagai tingkat hemoglobin, 11.0 g / dl, konsisten
dengan definisi WHO mengenai anemia pada perempuan. hamil informasi medis tambahan diambil
dari catatan kesehatan pribadi wanita dan diverifikasi dari pendaftar rumah sakit dan medis grafik.
Ketika seorang peserta memasuki masa persalinan, seorang perawat menemaninya untuk
mengamati proses persalinan dan mencatat waktu antara kelahiran bahu pertama dan waktu
penjepitan tali pusat menggunakan stopwatch digital. Menurut kebijakan rumah sakit, semua bayi
ditempatkan pada perut ibu setelah dilahirkan. Karakteristik bayi saat lahir diperoleh dari formulir
penilaian standar dari rumah sakit. Semua aspek pengumpulan data diawasi di tempat oleh salah
satu penulis (BB) atau koordinator studi lokal.
3

Pasangan ibu-bayi dilakukan pemantaun pada 4 dan 8 bulan setelah melahirkan (dalam
waktu 1-2 hari dari setiap bayi mencapai 4 dan 8 bulan hidup). Ketiga bidan yang melakukan
penilaian di rumah sakit juga membuat kunjungan rumah. Pada kedua kunjungan ini (yaitu pada 4
dan 8 bulan), bidan memberikan kuesioner singkat untuk memperoleh informasi tentang kesehatan
bayi, diet dan suplemen / obat yang dikonsumsi sejak lahir. Bayi itu kemudian ditimbang baik
menggunakan skala digital Seca (Model 354, Seca Corp, Baltimore, MD, USA) atau skala
timbangan gantung (yang disediakan oleh UNICEF), dan panjang badan diukur dengan
menggunakan papan panjang standar. Spesimen darah bayi diperoleh dengan jari atau heelprick dan
kadar hemoglobin diukur dengan menggunakan Mesin HemoCueH. Ibu diberitahu tentang status
anemia bayi mereka dan, jika perlu dirujuk ke puskesmas setempat untuk terapi suplementasi besi.
Persetujuan etis dari penelitian ini diperoleh dari Etika Kantor McGill University Health
Centre,Kanada, dan Rumah Sakit Iquitos ''Ce'sar Garayar Garc'a'' dan Instituto de Investigacio'n
Nutricional, Peru. Informed consent secara tertulis diperoleh dari semua wanita yang berpartisipasi
yang juga memperbarui persetujuan mereka di 8 bulan kunjungan pemantauan.
Analisis statistik
Ukuran sampel dari 180 peserta memiliki 80% kemungkinan besar untuk mendeteksi
perbedaan yang signifikan pada 5% tingkat signifikansi. Ukuran sampel bertambah menjadi
224 untuk memperhitungkan kemungkinan kehilangan data 20% saat dilakukan
pemantauan.
Student T-test dan X2 test digunakan untuk membandingkan karakteristik awal antara
populasi penelitian akhir dan populasi yang hilang selama proses pemantauan. Model
univariat dan regresi logistik multivariat digunakan untuk menilai pengaruh waktu
penjepitan tali pusat dengan anemia pada bayi (Hemoglobin 11.0 g/dL). Berdasarkan pada
tinjauan literatur awal, anemia pada ibu saat persalinan (Hemoglobin 11.0 g/dL)
diidentifikasikan sebagai potensi efek-modifikator anatara hubungan waktu penjepitan tali
pusat dan anemia pada bayi.
Dalam pemantauan pada bulan ke 4 dan ke 8, analisis serta penilain dilakukan pada
tingkat pendidikan ibu, riwayat anemia pada ibu saat persalinan, apakah bayi mengkonsumsi
formula bayi yang diperkaya oleh zat besi pada satu bulan terakhir, riwayat demam > 3 hari
selama 2 minggu terakhir, dan usia kehamilan. Di antara jumlah peserta, pada masa
pemantauan terjadi kehilangan data (0.5% dari jumlah peserta pada pemantauan bulan ke 4
dan 1.6% pada bulan ke 8). Nilai P < 0.05 digunakan untuk menilai tingkat signifikansi
statistik untuk efek utama dan nilai P < 0.20 digunakan untuk interaksi istilah. Semua
analisis statistik dilakukan di R versi 2.6.1.
4

HASIL
Selama masa penelitian, 270 wanita dimasukkan dalam penelitian ini. Dari jumlah tersebut,
enam menolak untuk berpartisipasi, tiga tidak memenuhi kriteria inklusi dan tiga puluh tujuh
dikeluarkan (berdasarkan kriteria eksklusi). Data Rumah Sakit yang lengkap diperboleh dengan
total 224 pasangan ibu-bayi. Dari ini, 17 (8%) menghilang saat pemantauan pada bulan ke 4 dan 40
(18%) menghilang saat pemantauan pada bulan ke 8. Oleh karena itu, dapat disimpulkan terdapat
207 pasangan ibu-bayi yang termasuk dalam 4 bulan analisis dan 184 pasang dalam 8 bulan
analisis. (Tabel 1). Panduan karakteristik ibu, bayi, dan persalinan tercantum dalam Tabel 1
sebanding antara peserta yang tetap tetap mengikuti penelitian dan peserta yang mangkir pada bulan
ke 4 dan ke 8. Rata-rata (SD) waktu untuk menjepit tali pusat adalah 113.3 (86,5) detik. Ini berkisar
dari nilai minimal 8.9 detik dan nilai maksimal 397.3 detik. Data deskriptif untuk hasil evaluasi bayi
pada usia 4 dan 8 bulan untuk seluruh populasi dengan status anemia ibu pada saat persalinan dapat
dlihat pada Tabel 2. Dalam analisis univariat, waktu untuk menjepit tali psat tidak berpengaruh pada
status anemia bayi usia 4 bulan (Tabel 3). Namun pada multivariat analisis menunjukkan secara
klinis dan statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara anemia pada ibu dan waktu penjepitan
tali pusat saat bayi usia 4 bulan. Penundaan waktu penjepitan tali pusat memiliki efek lebih besar
pada bayi yang lahir dari ibu dengan anemia dibandingkan dengan yang lahir dari ibu tanpa anemia.
(interaksi Adjustment Odds Ratio (AOR) = 0.55, 95% Cl 0.31-0.98). Pada usia 8 bulan, efek waktu
untuk menjepit tali pusat dengan anemia pada bayi lebih terlihat. Dalam analisis regresi logistik
univariat, setiap 1 menit keterlambatan dalam waktu penjepitan tali pusat dikaitkan dengan
pengurangan prevalensi anemia saat bayi berusia 8 bulan. Namun ini tidak cukup bermakna secara
statistik (Tabel 4). Setelah dilakukan penyesuaian analisis data menunjukkan interaksi yang
signifikan secara statistik efek pada status anemia bayi pada usia 8 bulan antara waktu untuk
menjepit tali pusat dan anemia pada ibu saat persalinan (interaksi AOR = 50.43, 95% Cl 0.20-0.88).

Sekali lagi, penundaan waktu penjepitan tali pusat memiliki efek lebih besar pada bayi yang
lahir dari ibu dengan anemia dibandingkan bayi yang lahir dari ibu tanpa anemia. Pada bayi yang
lahir dari ibu tanpa anemia, waktu penjepitan tali pusat tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemungkinan terjadinya anemia pada usia 4 dan 8 bulan. Namun pada bayi yang lahir dari ibu
dengan anemia, kemungkinan untuk menderita anemia pada usia 4 bulan kira-kira 40% lebih rendah
untuk setiap menit penundaan waktu penjepitan tali pusat (AOR 50.59, 95% Cl 0.36-0.99) (Gambar
1). Pada usia 8 bulan, kemungkinan untuk menderita anemia adalah sekitar 60% lebih rendah untuk
keterlambatan setiap menit dalam penjepitan tali pusat (AOR 50.38, 95% Cl 0.19-0.76) pada bayi
yang lahir dari ibu dengan anemia (Gambar 2).
6

hematologi ini mencakup jumlah besi dalam tubuh yang didistribusikan dalam bentuk hemoglobin,
feritin, mioglobin,dan besi yang mengandung enzim. Hanya setelah 4-6 bulan hidup distribusi besi
tetap stabil. Karena hemoglobin adalah penanda tahap akhir kekurangan zat besi, beberapa penulis
telah mengusulkan bahwa manfaat penundaan waktu penjepitan tali pusat tidak dapa dinilai sampai
cadangan besi dalam tubuh bayi stabil.

Keamanan dan manfaat jangka pendek dari penundaan waktu penjepitan tali pusat dengan
status besi pada bayi telah diketahui, namun manfaat jangka panjang masih kurang dipahami
dengan baik. Salah satu alasan yang mungkin dari manfaat penundaan penjepitan tali pusat hanya
pada bayi yang lahir dari ibu dengan anemia dan ini belum diteliti dalam penelitian sebelumnya.
Sebuah penelitian melaporkan tentang efek dari status anemia ibu. Chaparro dkk menunjukkan
bahwa penundaan waktu penjepitan tali pusat memiliki efek lebih besar pada kadar hemoglobin
bayi berusia 6 bulan yang lahir dari ibu dengan tingkat feritin rendah dibandingkan dengan yang
lahir dari ibu dengan tingkat feritin normal. Selain itu, Gupta dan Ramjil menemukan bahwa
penundaan penjepitan tali pusat memeiliki efek menguntungkan untuk kemnungkinan terjadinya
anemia pada bayyang lahir dari ibu dengan anemia. Namun penelitian terakhir ini menginklusikan
bayi yang lahir dari ibu tanpa anemia. Oleh karena itu efek potensial antara anemia pada ibu dengan
penundaan waktu penjepitan tali pusat tidak bisa diselidiki. Studi kami mendukung penemuan oleh
Chaparro dkk dan menyediakan wawasan lebih lanjut mengenai efek jangka panjang dari
penundaan penjepitan tali pusat dengan anemia pada bayi.
Hasil penelitian kami dapat menginformasikan interpretasi hasil dari penelitian sebelumya.
Jika anemia pada ibu tidak diatasi sebagai efek-modifikasi, besarnya pengaruh penundaan waktu
penjepitan tali pusat dengan anemia pada bayi akan tergantung dari prevalensi populasi anemia pada
ibu dalam penelitian ini. Karena prevalensi anemia pada ibu dalam populasi penelitian ini
meningkat, maka efek waktu penjepitan tali pusat dengan anemia pada bayi akan lebih besar. Hasil
penelitian sebelumnya tidak menganggap anemia pada ibu sebagai sebagai efek-modifikasi
8

sehingga mungkin hasil dipengaruhi oleh prevalensi anemia pada ibu saat persalinan dalam populasi
penelitiannya. Hal ini dapat menjelaskan fakta bahwa beberapa studi jangka panjang statistik
menunjukkan pengaruh yang signifikan dari waktu penjepitan tali pusat dengan kadar hemoglobin
bayi sementara yang lainnya gagal menemukan pengaruh yang signifikan secara statistik. Penelitian
ini menambah dukungan untuk menunda penjepitan tali pusat. Mengingat bahwa menunda
penjepitan tali pusat adalah interverensi yang bebas biaya dan bahwa skrining rutin untuk anemia
pada ibu sebelum kelahiran tidak lazim dilakukan pada negara berkembang sehingga penundaan
waktu penjepitan tali pusat perlu dipertimbangkan untuk semua persalinan.
Studi yang ada telah menunjukkan perubahan dalam hasil hematologi dan tidak
mendapatkan bukti yang cukup mengenai konsekuensi negatif dari penundaan waktu penjepitan tali
pusat, sehingga metode ini sangat relevan jika dijadikan manajemen rutin untuk semua persalinan.
Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena penelitian kami menunjukkan bahwa adanya
manfaat yang kurang jelas pada anak yang lahir dari ibu tanpa anemia. Pada penelitian yang akan
datang karena itu harus mencakup konsekuensi negatif dari penundaan penjepitan tali pusat. Sebuah
tinjauan dari Cochrane baru-baru ini menemukan bahwa pada bayi yang dilakukan penundaan
penjepitan tali pusat memiliki peningkatan resiko memerlukan fototerapi untuk penatalaksanaan
jaundice, tetapi tidak pada peningkatan resiko untuk terjadinya klinis jaundice atau polisitemia.
Berdasarkan meta-analisis yang kedua, tidak ditemukan perbedaan dalam resiko neonatal jaundice
antara penundaan maupun penjepitan tali pusat secara dini, tetapi ditemukan bahwa bayi yang
dilakukan penundaan mengalami peningkatan resiko terjadinya polisitemia. Efek penundaan
penjepitan tali pusat pada jaundice dan polisitemia harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan
apakah hubungan klinis yang relevan itu ada. Hal ini memungkinkan untuk dipertimbangkan
pengambilan keputusan mengenai manfaat dari penundaan penjepitan tali pusat terhadap setiap
potensi resiko.
Efek jangka panjang yang signifikan dari penjepitan tali pusat yang ditunda dengan anemia
pada bayi 4 dan 8 bulan yang lahir dari ibu dengan anemia seperti yang ditemukan dalam penelitian
ini, mendukung untuk dilakukannya interverensi yang bebas biaya ini. Di daerah seluruh dunia
dimana anemia merupakan masalah kesehatan utama, praktek sederhana dan bebas biaya ini bisa
menjadi solusi yang ideal untuk meningkatkan angka kesehatan dan gizi anak. Kami berharap
bahwa dengan interverensi tersebut setiap negara akan memiliki kesehatan masyarakat yang lebih
besar terutama di daerah dengan prevalensi anemia yang tinggi pada wanita hamil.

Вам также может понравиться