pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien
laki-laki berusia 60 tahun datang dengan timbul bercak-bercak kemerahan pada kulit yang disertai rasa gatal di kepala sejak 10 tahun yang lalu. Kemudian bercak tersebut bertambah luas membentuk bercak kemerahan yang meninggi dan bersisik tebal diatasnya. Pasien mengaku gatal bertambah ketika cuaca panas dan berkeringat. Dan gatal berkurang setelah pasien mandi. Pasien mengaku sudah pernah berobat sebelumnya ke dokter kulit, dari dokter diberikan obat oles (salp), pasien merasakan gatalnya berkurang dan bercaknya tampak mengecil, namun tidak hilang. Berdasarkan dari onset terjadinya psoriasis pada pasien ini yaitu pada usia 60 tahun dan tidak adanya anggota keluarga lain yang terkena hal yang sama dengan pasien, maka pasien tergolong ke dalam psoriasis tipe 2. Dimana, berdasarkan teori psoriasis tipe 2 (awitan lambat) adalah psoriasis yang timbul setelah usia 40 tahun, bersifat non familiar, tidak berhubungan dengan HLA-Cw6. Sedangkan, psoriasis tipe 1 (awitan dini) yaitu sebelum usia 40 tahun, bersifat familiar, berhubungan dengan HLA-Cw6. (3) Pasien juga mengeluhkan gatal pada bercak kemerahan, gatal bertambah ketika cuaca panas, berkeringat dan beraktivitas. Dan gatal berkurang setelah pasien mandi. Berdasarkan teori, gatal terjadi pada kasus yang bervariasi, mulai dari gatal yang ringan sampai gatal yang hebat. Salah satu penelitian dari Belanda menyebutkan bahwa hampir 80% pasien dengan psoriasis akan mengeluhkan gatal. Sedangkan pada psoriasis pustular dan eritroderma pasien mungkin akan mengalami rasa terbakar. Gatal yang dirasakan pasien juga dipengaruhi oleh stres dan emosional pasien. Cuaca panas sendiri merupakan salah satu faktor resiko yang memperberat gejala psoriasis. (6) Pada pemeriksaan fisik status dermatologis didapatkan plak eritematous dengan skuama tebal diatasnya, jumlah multiple, ukuran numuler dan plakat, distribusi regional. Hal ini sesuai dengan teori dimana gambaran lesi psoriasis berupa makula eritematous yang meninggi (plak) berbatas tegas, dan terdapat
skuama tebal, berlapis-lapis dan berwarna keperakan diatasnya, dengan ukuran
yang bervariasi mulai dari papul hingga plak eritematus.(3) Namun, pada pasien ini skuama pada plak eritematous sudah tidak terlalu khas, dimana skuama sudah tidak terlalu tebal. Hal ini dikarenakan pasien sudah mendapatkan pengobatan sejak 2 bulan terakhir. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan uji klinis fenomena Karsvlek, dengan cara dilakukan goresan pada lesi dengan menggunakan pinggiran gelas objek dan didapatkan tampak adanya bercak lilin. Hal ini sesuai dengan teori, dimana fenomena Karsvlek ini terjadi akibat pengelupasan skuama pada lapisan epidermis kulit. Sehingga semakin tebal lapisan skuama akan semakin jelas bercak lilin ketika dilakukan goresan. Pada psoriasis ada 3 uji klinis yang khas yang dapat kita lakukan untuk menegakkan diagnosa psoriasis yaitu fenomena Karsvlek, Auspitz sign, dan fenomena Koebner. Pada pasien, Auspitz sign dan tidak dilakukan hal ini karena pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan. (1,7) Pengobatan sistemik yang diberikan untuk pasien ini adalah cetirizine 2x10 mg per oral dan asam folat 3x1 tab per oral. Cetirizine merupakan obat golongan antihistamin. Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi keluhan pruritus dengan memblokir efek pelepasan antihistamin secara endogen. Namun, peran dan keuntungannya dalam mengatasi pruritus lokal sangan rendah. Asam folat diberikan sebagai antimitotik untuk mencegah terjadinya pembelahan sel yang berlebihan. Pada psoriasis yang luas, asam folat diganti dengan pemberian Metotreksat (MTX) sebagai obat sitostatik. Dimana prinsip kerjanya sama dengan asam folat yaitu untuk menekan mitosis secara umum. (7) Obat topikal yang diberikan pada pasien ini adalah Tiamfenikol 2% + Desoksimetason 0,25% untuk siang hari dan Asam salisilat 3% + Liqour Carbonis Detergent 5% + Klobetasol propionat 0,1% untuk pagi dan malam. Tiamfenikol merupakan antibiotik turunan kloramfenikol yang merupakan antibiotik spektrum luas.
(11)
Klobetasol propionat dan desoksimetason merupakan kortikosteroid
topikal. Klobetasol propionat merupakan kortikosteroid topikal golongan I (super
poten), sedangkan desoksimetason merupakan kortikosteroid topikal golongan II
(potensi tinggi). Kortikosteroid pada psoriasis digunakan sebagai anti-inflamasi
dan anti-mitotik pada golongan super poten. (7) Asam salisilat merupakan zat keratolitik. Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Pada konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik, yaitu menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi tinggi (3-20%) bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada konsentrasi sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam, misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisilat 3-5% juga bersifat mempertinggi absorpsi per kutan zatzat aktif.
(12)
Liqour Carbonis Detergent merupakan preparat golongan Ter. Efek
preparat ter adalah sebagai anti-pruritus, anti-inflamasi, anti-ekzem, anti-akantosis