Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1; Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan sikap


siswi tentang dismenore dan cara penanganannya di SMPN 6 Cimahi. Penelitian
ini dilaksanakan tanggal 5 Juni 215, dengan mengambil sampel penelitian
berjumlah 67 orang dengan kriteria siswi kelas VIII yang sudah menstruasi di
SMPN 6 Cimahi.
Teknik analisis yang digunakan untuk melihat gambaran pengetahuan dan
sikap siswi tentang dismenore dan cara penanganannya yaitu analisis univariat
dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini disajikan dalam
bentuk tabel yang menggambarkan seberapa besar persentase pengetahuan dan
sikap siswi tentang dismenore dan cara penanganannya. Berikut adalah
penjabaran hasil analisisnya;

4.1.1;

Gambaran pengetahuan siswi tentang konsep dismenore

Hasil analisis mengenai pengetahuan tentang konsep dismenore dapat dilihat


dalam tabel berikut:

TABEL 3
DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN SISWI TENTANG KONSEP
DISMENORE DI SMPN 6 CIMAHI
No

Hasil

Frekuensi

Persentase (%)

Baik

1,5

Cukup

22

32,8

Kurang

44

65,7

67

100

Jumlah

Berdasarkan tabel diatas pengetahuan siswi tentang konsep dismenore, lebih


dari setengahnya responden pada kategori pengetahuan kurang berjumlah 44 orang
(65,7%), dan hampir setengahnya dari responden

termasuk kedalam kategori

pengetahuan cukup dengan jumlah 22 orang (32,8 %) sedangkan sebagian kecil


dari responden sebanyak 1 orang ( 1,5 %) memiliki pengetahuan baik.

4.1.2;

Gambaran pengetahuan siswi tentang penanganan dismenore

Hasil analisis mengenai pengetahuan siswi tentang penanganan dismenore


dapat dilihat dalam tabel berikut:
TABEL 4
DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN SISWI TENTANG
PENANGANAN DISMENORE DI SMPN6 CIMAHI
No

Hasil

Frekuensi

Persentase (%)

Baik

17

25,4

Cukup

39

58,2

Kurang

11

16,4

67

100

Jumlah

Berdasarkan tabel diatas pengetahuan siswi tentang penanganan dismenore,


lebih dari setengahnya responden pada kategori pengetahuan cukup berjumlah 39
orang (58,2%), dan sebagian kecil dari responden termasuk kedalam kategori
pengetahuan baik dengan jumlah 17 orang (25,4 %) sedangkan sebagian kecil
dari responden sebanyak 11 orang ( 16,4 %) memiliki pengetahuan kurang.

4.1.3;

Gambaran sikap siswi tentang konsep dismenore

Hasil analisis mengenai sikap siswi tentang konsep dismenore dapat dilihat
dalam tabel berikut:
TABEL 5
DISTRIBUSI FREKUENSI SIKAP SISWI TENTANG KONSEP
DISMENORE DI SMPN6 CIMAHI
No

Hasil

Frekuensi

Persentase (%)

Mendukung

35

52,5

Tidak mendukung

32

47,8

67

100

Jumlah

Berdasarkan tabel diatas sikap siswi tentang konsep dismenore, lebih dari
setengahnya responden pada kategori sikap favorable (mendukung/positif)
berjumlah 35 orang (52,5%), dan hampir setengahnya dari responden termasuk
kedalam kategori sikap unfavorable (tidak mendukung/negatif) dengan jumlah 32
orang (47,8 %) .

4.1.4;

Gambaran sikap siswi tentang penanganan dismenore

Hasil analisis mengenai sikap siswi tentang penanganan dismenore dapat


dilihat dalam tabel berikut:
TABEL 6
DISTRIBUSI FREKUENSI SIKAP SISWI TENTANG PENANGANAN
DISMENORE DI SMPN6 CIMAHI
No

Hasil

Frekuensi

Persentase (%)

Mendukung

36

53,7

Tidak mendukung

31

46,3

67

100

Jumlah

Berdasarkan tabel diatas sikap siswi tentang konsep dismenore, lebih dari
setengahnya responden pada kategori sikap favorable (mendukung/positif)
berjumlah 36 orang (53,7%), dan hampir setengahnya dari responden termasuk

kedalam kategori sikap unfavorable (tidak mendukung/negatif) dengan jumlah 31


orang (46,3 %) .

4.2; Pembahasan
4.2.1; Pengetahuan siswi tentang konsep dismenore

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswi tentang konsep


dismenore, lebih dari setengahnya responden pada kategori pengetahuan kurang
berjumlah 44 orang (65,7%), dan hampir setengahnya dari responden termasuk
kedalam kategori pengetahuan cukup dengan

jumlah 22 orang (32,8 %)

sedangkan sebagian kecil dari responden sebanyak 1 orang ( 1,5 %) memiliki


pengetahuan baik. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang kurang karena
kurang informasi, peran penyuluh sebagai akses informasi yang tersedia kurang,
keinginan untuk mencari informasi dari berbagai media pun kurang dan
pengalaman tiap individu dalam mengetahui berbagai permasalahan kesehatan
sedikit.
Para siswi dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam proses
penyembuhan melalui pencegahan, pengobatan dan perawatan dari tim medis,
hanya saja semua itu harus diimbangi dengan peran petugas kesehatan yang
memiliki tanggung jawab dalam hal proses penyampaian informasi mengenai
dismenore dan berperan aktif dalam pelaksanaan dalam membantu proses
pengobatan.
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Semakin

tinggi tingkat pengalaman seseorang memungkinkan orang tersebut terpapar atau


melakukan penginderaan terhadap suatu objek lebih sering sehingga dapat
memungkinkan pengetahuan orang tersebut terhadap suatu objek lebih baik.
Menurut Notoatmodjo (2005) Pengetahuan dapat di pengaruhi oleh
pengalaman, pekerjaan, umur, pendidikan, keyakinan, informasi, penghasilan, dan
sosial budaya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya pengetahuan
siswi tentang pencegahan dismenore antara lain kurangnya informasi dari tenaga
kesehatan kepada siswi, kurang jelasnya informasi yang di sampaikan oleh tenaga
kesehatan kepada siswi, kurangnya kemampuan siswi untuk memahami informasi
yang di berikan.
Menurut penelitian Tantri (2010) tentang tingkat pengetahuan siswi tentang
dismenore, dalam penelitiannya yang dilakukan di MTs NU Mraggen Demak
tahun 2010 menunjukkan dari 46 responden siswi MTs NU Mraggen Demak,
78,3% berpengetahuan kurang, dan 21,7% pengetahuan baik.
Pada hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang termasuk kedalam
ketegori pengetahuan kurang dikarenakan ketidaktahuan dalam mencegah
dismenore itu berkembang, ketidaktahuan dalam pengobatan dismenore tersebut
dan ketidaktahuan pada cara penanganan dismenore.

4.2.2; Pengetahuan siswi tentang penanganan dismenore

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswi tentang konsep


dismenore, lebih dari setengahnya responden pada kategori pengetahuan cukup
berjumlah 39 orang (58,2%), dan sebagian kecil dari responden

termasuk

kedalam kategori pengetahuan baik dengan jumlah 17 orang (25,4 %) sedangkan


sebagian kecil dari responden sebanyak 11 orang ( 16,4 %) memiliki pengetahuan
kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu masih banyaknya siswi
yang tidak tahu dan belum sampai pada tahap memahami, mengaplikasikan,
mensintesis dan mengevaluasi terhadap suatu materi yang berkaitan dengan
kejadian dismenore.
Dilihat dari berbagi faktor yang menyebabkan kurangnya pengetahuan siswi
tentang penanganan dismenore, maka perlu adanya dorongan dari berbagai pihak
untuk membantu dalam meningkatkan pengetahuan siswi yang kurang ,bisa
dengan meningkatkan sarana dan prasarana guna menigkatkan informasi melalui
penyuluhan kesehatan tentang cara penanganan dismenore sehingga pengetahuan
siswi dapat bertambah. Dari hasil penelitian menujukan bahwa siswi mempunyai
pengetahuan yang kurang untuk itu pemberian penyuluhan kesehatan perlu
ditingkatkan sehingga berguna dalam menangani masalah dismenore.
Program penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja merupakan
upaya promotif dan preventif untuk siswi SMP. Saat ini penyuluhan yang
dilakukan hanya bersifat insidental baik dari guru agama, biologi maupun petugas
bimbingan konseling sendiri.

4.2.3; Sikap siswi tentang konsep dismenore

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, lebih dari setengahnya responden


pada kategori sikap favorable (mendukung/positif) berjumlah 35 orang (52,5%),
dan hampir setengahnya dari responden

termasuk kedalam kategori sikap

unfavorable (tidak mendukung/negatif) dengan jumlah 32 orang (47,8 %) . Hal

ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena pengalaman pribadi
yang pada dasarnya merupakan suatu tanggapan dari terbentuknya sikap.
Tanggapan tersebut akan membentuk sikap positif dan juga sikap negatif. Adapun
pengaruh orang lain yang dianggap penting atau pada seseorang yang dianggap
penting akan dapat mempengaruhi kita terhadap sikap , pengaruh kebudayaan,
pengaruh faktor emosional dan media massa. Media massa terkadang dapat
menyebabkan pembentukan sikap yang tidak mendukung bisa disebabkan karena
belum meratanya penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan setempat
meskipun pada kenyataannya setiap orang dituntut untuk dapat menyikapinya
dengan baik.
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, jika tidak mendapatkan
bimbingan dan pantauan dari keluarga secara langsung maka remaja akan mencari
tahu secara mandiri. Pencarian informasi mengenai penanganan dismenore secara
mandiri dikhawatirkan remaja akan memperoleh informasi yang salah.
Tujuan penyuluhan yang dilakukan baik oleh orang tua maupun sekolah agar
siswi tahu dan paham mengenai penanganan dismenore dan dampak yang akan
ditimbulkan jika dismenore tidak ditangani sehingga dapat menerapkan perilaku
yang sehat.
Orang tua memiliki peranan penting dalam terwujudnya sikap favorable
pada anak.

Hal ini dikarenakan orang tua merupakan orang yang paling

mengetahui perkembangan anaknya dari sejak lahir hingga menginjak masa


dewasa. Orang tua harus membimbing dan

memantau

atau

mengawasi

kebiasaan anak di rumah atau di luar rumah serta memberi informasi-informasi


mengenai kesehatan reproduksi yang sehat baik dari segi agama maupun norma

masyarakat, secara tidak langsung orang tua telah membentuk sikap yang
favorable pada anak.

4.2.4; Sikap siswi tentang penanganan dismenore

Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengahnya responden pada


kategori sikap favorable (mendukung/positif) berjumlah 36 orang (53,7%), dan
hampir setengahnya dari responden termasuk kedalam kategori sikap unfavorable
(tidak mendukung/negatif) dengan jumlah 31 orang (46,3 %) . Hal yang utama
dilihat adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi masalah tersebut. Sikap
merupakan gambaran dari seberapa besar pengetahuan yang diaplikasikan melalui
respon yang ditampilkan. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2005). Sikap
menunjukan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Sikap masih merupakan kesiapan untuk bertindak bukan
pelaksana motif tertentu dengan begitu maka sikap belum merupakan tindakan
atau aktivitas tetapi merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak terhadap
objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.
Dari hasil penelitian sikap siswi tentang penanganan dismenore dapat dilihat
bahwa siswi sudah dapat mendukung atau bersikap positif ke arah mencegah dan
mengobati jika terjadi dismenore. Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005)
sikap juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam merubah

perilaku

manusia. Jika dilihat dari hasil pengetahuan, siswi SMPN 6 Cimahi masih banyak
pada pengetahuan yang cukup tetapi sikapnya lebih banyak bersikap favorable.
Hal ini bisa disebabkan siswi memang tidak tahu dari segi pengetahuan, namun

10

siswi sudah paham bagaimana cara penanganan dismenorenya. Sedangkan sikap


siswi di SMPN 6 Cimahi yang unfavorable hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya bimbingan dan pantauan dari orang tua di rumah dan kurang efektifnya
penyuluhan yang dilakukan oleh pihak sekolah.

Вам также может понравиться