Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tugas
MANAJEMEN PEMBANGUNAN
Oleh :
Nama
Stambuk
PEMBANGUNAN
pada pertumbuhan dan perubahan, dan (4) pembangunan terkait dengan dimensi
modemisasi, dalam arti sebagai cara hidup yang lebih baik dan sebelumnya.
Menunjang kelangsungan hidup berarti kemampuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan dasar. Semua orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu
untuk memungkinkan kehidupan. Kebutuhan yang dimaksud seperti pangan, papan,
kesehatan, dan rasa aman. Harga diri, dimaksudkan kemampuan untuk menjadi
seorang manusia, memiliki harga diri, menghormati diri sendiri, untuk menjadi alat
dari orang lain untuk sesuatu tujuan. Kemerdekaan dari penjajahan dan perbudakan
berarti kemampuan untuk memilih. Nilai universal ketiga yang harus merupakan
bagian dari makna pembangunan adalah konsep kebebasan.
Bryant dan white (1987), merumuskan bahwa pembangunan sebagai suatu
peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan masyarakat. Pandangan
ini mengandung tiga implikasi, yaitu (1) pembangunan berarti memberi perhatian
terhadap kapasitas (capacity) terhadap apa yang perlu dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan dan energi untuk membuat perubahan, (2)
pembangunan berarti mencangkup keadilaan dan pemerataan (equity) dalam
kehidupan masyarakat, dan (3) pembangunan berarti adanya penumbuhan
kekuatan dan wewenang (empowerment dalam mengelola dan menerima manfaat
pembangunan.
Pembangunan sama sekali tidak statis. Melainkan dapat dilihat secara dinamis dan
bahkan beberapa saat kemudian dapat direduksi. Menurut Tjokroamidjojo dan
mustopadidjaja (1990), pembungunan merupakan suatu orientasi dan kegiatan
usaha yang tanpa akhir. Pembangunan sebagai suatu perubahan sosial yang
berencana, seyogyannya menjadi suatu proses dapa bergerak maju atas kekuatan
sendiri (self sustaining process) tergantung pada manusia dan struktur sosialnya.
PENDEKATAN PEMBANGUNAN
Sach (1995) mengatakan bahwa dengan adanya pelajaran berharga dari pemikiranpemikiran ekonomi dunia, kemudian menjadi titik tolak untuk suatu pemikiran
pembangunan baru yang disebut pendekatan neostrukturalis (neostructuralism)
yang merupakan perbaikan terhadap pemikiran strukturalis klasik (clasical
strusturalisme) aspek utama yang sangat dipentikan dalam pendekatan
neostrukturalis adalah aspek yang berkaitan dengan peranan pemerintah dalam
proses pembangunan. Selanjutnya dalam pendekatan ini ada tiga upaya pokok yang
perlu dilakukan, yaitu (1) an effective development state, (2) social policy, dan (3)
autonomous endostrialization.
Upaya pokok yang pertama yang harus dilakukan adalah melakukan suatu proses
rekonstruksi struktur kekuasaan untuk kepentingan rakyat banyak dengan kata lain
melakukan rekonstruksi politik. Upaya pokok kedua adalah pelaksanaan revormasi
agraria dan rekonstruksi sosial untuk tujuan pembentukan prkondisi sosial yang
diperlukan dalam memerangi kemiskinan dan ketimpangan ditribusi pendapatan
dan kekayaan. Upaya pokok yang ketiga adalah merancang program
industrirealisasi yang otonom. Program industrielisasi dimaksud adalah yang
didukung oleh kekuatan basis teknologi produksi didalam negeri yang diadaptasi
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan faktor endoumen dalam negeri.
Pembangunan secara berencana lebih dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih
rasional dan sistemik dalam pembangunan dinegara-negara sedang berkembang.
Tedjokroamidjojo dan mustopodidjaja (1990) mengatakan bahwa pendekatan
pembangunan yang seyogyanya ditempuh oleh negara negara berkembang adalah
(1) pendekatan pembangunan bangsa (nation bulding), mencangkup pembangunan
politik dan pembangunan sosial budaya (sicio cultural development), (2)
pendekatan pebangunan ekonomi (ekonomic development).
Salah satu teori ekonomi pembangunan yang sampai sekarang ini terus dipakai,
meskipun sudah dikembangkan secara lebih canggih adalah teori harrod-domar.
Teori ini menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya
tabungan dan investasi (budiman, 2000). Agar dapat tumbuh secara berkelanjutan,
masyarakat dalam suatu perekonomian harus mempunyai tabungan yang
merupakan sumber investasi. Dengan demikian semakin besar tabungan maka
semakin besar investasi, dan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi. Dengan kata
lain, tingkat pengeluaran akan menentukan laju pertumbuhan ekonomi.
Pandang penting lainya terkait dengan teori pertumbuhan ekonomi yang banyak
dianut oleh pemikiran pembangunan adalah teori tahapan pertumbuhan oleh
rostow (1960). Dalam teori ini dijelaskan bahwa dalam pembangunan terjadi proses
pergeseran dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat maju, yang dapat
dilihat dari tahapan pembangunan, yaitu (1) masyarakat tradisional (traditional
society), (2) prakondisi untuk lepas landas (preconditions for growth), (3) lepas
landas (the take off), (4) bergerak kekedewasaan (the drive to maturity), dan (5)
jaman konsumsi masal yang tinggi (the age of high mass consumptions).
Pendekatan pembangunan atas bawah dan cetak biru, berkaitan dengan konsep
pembangunan sosial yang diinterpretasikan sebagai usaha terencana untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Keputusan keputusan
tentang pelayanan yang diberikan, siapa yang memberi kapan dan dimana serta
bagaimana diberikan, sepenuhnya merupakan kebijakan birokrasi pemerintah.
Meskipun pendekatan ini dapat efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, tetapi terdapat kelemahan di dalamnya. Salah satu
kelemahannya adalah bahwa pendekatan ini menghilangkan ilai kemanusian karena
penerima manfaat jarang memiliki peran karena sangat ditentukan secara sepihak
oleh birokrasi pemerintah.
Korten (1988) mengatakan bahwa pendekatan ini memliliki ciri pokok sebagai
berikut : (1) keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan dibuat ditingkat
lokal. (2) fokus utamanya adalah memperkuat kemampuan masyarakat dalam
mengawasi dan menyerahkan aset tertentu untuk kebutuhan mereka sendiri, (3)
pendekatan ini mencapai tujuan pembangunan melaluli proses belajar sosial (Social
learning), (A) budaya kelembagaan ditandai dengan adanya organisasi yang
mengatur diri sendiri da lebih terdistribusi, dan (5) jaringan koalisi dan komunikasi
aktor lokal yang mengelola diri sendiri dan untuk mengelola submber mereka.
Pendekatan kawasan yang bersaran multi sektor yang terpadu berusaha meraih
tujuan pembangunan melalui upaya-upaya terpusat, terkoordinasi, dan terintegrasi
dari berbagai badan pemerintah dan masyarakat dalam suatu kawasan tertentu di
tingkat lokal. Sebuah kawasan seharusnya dipilih berdasarkan indevikasi kebutuhan
dan prioritas kebutuhan dengan. Meperhatikan kelangkaan sumber-sumber yang
tersedia ditingkat nasional. Pertimbangan politik sering kali lebih diutamakan
dalam proses pemilihan sebuah kawasan pembangunan sehingga kondisi seperti ini
dapat memperlemah prisnsip kepercayaan diri (self reliance).
Model Pembangunan
Secara diakronis terdapat suatu rentangan yang luas dari model pembangunan.
Dalam beberapa literatur pembangunan ditemukan kategori model pembangunan
yang dikemukakan oleh para ahli. Untuk menyederhanakan, (tjokrowinoto 1987)
mengidentifikasi tiga kategori pembangunan, yaitu : (1) model pembangunan
beriorentasi pertumbuhan, (2) model pembangunan kebutuhan dasar, dan (3)
model pembangunan yang berpusat pada manusia.
Menurut sach (1995) didalam masyarakat akan terjadi proses yang harmonis yang
akan menyebarkan manfaat pertumbuhan ekonomi keseluruhan serta masyrakat
melalui apa yang disebut mekanisme teteskan kebawa (trickle down mechanism).
Model ini juga mengasumsikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi serta negara
terutama tergantung pada tingkat envestasi tertentu. Karena itu peran pemerintah
sejak semula bersidat entrepreneurial (tjokrowinoto, 1987).
MANAJEMEN PEMBANGUNAN
Perencanaan Pembangunan
dan memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia
dan mengembangkan potensi yang tersedia dalam pembangunan.
Modal perencanaan stratejik (straegick palnning) yang slama ini dijadikan dalam
refensi dalam proses perencanaan pemabngunan adalah model perencanaan
stratejik dari whith takker (1993) dan briysson (2001). Dalam perspektif ini
dijelaskan bahwa perencanaan stratejik adalah upaya yang didisiplinkan untuk
Pelaksanaan pembangunan
Bahkan dengan tegas esman (1991), megatakan bahwa dibanyak negara sedang
berkembang, pemerintah memiliki lebih banyak kesanggupan untuk melaksanakan
pembangunan daripada kelompok masyarakat lain yang terorganisir dengan kata
lain, karena berbagai alasan kadang-kadang dianggap bahwa kebijakan tertentu
untuk mewujudkna kesejahteraan sosial ekonomi tidak dapat dicapai jika
pembangunan dilaksanakan oleh swasta (eatom, 1986). Pembangunan sebagai
proses perubahan dalam berbagai faktor yang saling berkaitan dan mendalam
sifatnya, menentukan agen of changer yang memiliki kekuasaan dan sumbersumber daya yang besar, dan itu adalah keberhasilan ataupun kegagalan
pelasanaan pembangunan. Untuk mengelola pelaksanaan pembangunan perlu ada
mobilisasi sumber daya serta kemampuan lembaga pemerinta yang akan
Terkait dengan proses pelaksanaan pembangunan, salah satu kegiatan dan fungsi
manajemen pembangunan yang dipandang penting adalah pemantauan
(monitoring). Sebagai suatu fungsi dalam proses pembangunan, monitoring bahkan
sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pemabngunan.
Esman (1991) mengatakan bahwa monitoring adalah sebab prosedur dalam
manajemen pembangunan untuk memberikan informasi tentang sejauh mana
kegiatan pembangunan trelah dilaksanakan sesuai dengan yang direncakan.
Dengan monitoring diharapkan selain memberikan informasi mengenai perogaram
yang berlangsung, juga sebagai umpan balik sehingga dapat dilakukan perubahanperubahan dan penyesuaian-penyesuaian yang segera.
Informasi yang dihasilkan dari evaluasi merupakan seuah nilai yang menurut said
(2006) terkait dengan aspek : (1) efisiensi, yakni perbandinga antaea hasil dan
biaya, (2) keuntungan yaitu selisih antara hasil da biaya, (3) efektif yakni penilaian
pada hasil tanpa memperhitungkan biaya. (4) keadlian yaitu keseimbangan dalam
membentuk pembangunan hasil, dan (5) manfaat tambahan dalam arti tambahan
hasil dibanding biaya yang dikeluarkan.
Menurut standt (1991) evaluasi memainkan tiga fungsi utama, yaitu (1) memberi
informasi yang falid dan dapat dipercaya mengenai kinerja pembangunan yaitu
seberaa besar kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui
tindakan publik, (2) memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilainilai yang mendasari pemilihan tujuan dan sasaran, dan (3) memberi sumbangan
pada aplikasi metode penilaian hasil-hasil program dan rekomendasi. Sementara
itu, pendekatan evaluasi terdiri atas evaluasi semu, evaluasi vormal, dan evaluasi
keputusan teoritis.
Pengawasan Pembangunan
Dengan kata lain pengawasan adalah suatu kegiatan untuk mempereloleh kepastian
apakah pelaksanaan kegiatan telah dilakukan sesuai dengan rencana semula.
Dengan demikian bila terjadi penyimpangan segera diambil tindakan koreksi. Untuk
itulah, kegiatan pengawasan harus bersifat obyektif dan faktual berkenan dengan
realitas pelaksanaan pembangunan. Sesungguhnya pengawasan bukan merupakan
suatu tujuan melainkan sebagai sarana untuk menigkatkan efisiesi dalam
melaksanakan kegiatan.
PEMBANGUNAN SOSIAL
Perencanaan Sosial
Dalam internasional Encyc clopedia of the social science dijelaskan bahwa social
planning infolfes the drawing up plans for future action in regard to social
institutions and resources (esce hoorld, 1985) pemahaman ini menekankan bahwa
perencanaan sosial itu meliputi penetapan rencana-rencana untuk kegiatan yang
akan datang yang berhubungan dengan lembaga-lembaga dan sumber-sumber
sosial. Dengan demikian dapat dikatakan bawha perencanaan sosial itu dapat juga
dimaknai sebagai sebuah perencanaan untuk masyarakat (societal planning).
Beberapa isu kebijakan sosial yang perlu mendapat perhatian dalam perencanaan
pelayanan sosial adalah urgensi pelayanan sosial, distribusi pelayanan, jenis-jenis
pelayanan sosial yang harus direalisasikan, pernanan pemerintah dalam pengadaan
pelayanan sosial, dan pembiayaan pelayanan sosial (conyers 1991). Kebijakan
pembangunan sosial ditujukan untuk menciptakan peluang bagi masyarakat miskin
agar dapat menjlani kehidupan yang lebih baik bagi diri mereka sendir, sehingga
pada akhirnya akan menimbulkan perubahan hidup masyarkat secara permanen.
Dalam perencanaan sosial yang demikian mempunyai implikasi berupa perubahanperubahan mendasar dalam metode perencanaan pembangunan. Salah satu
pendekatan baru dalam pembangunan sosial dan perencanaan sosial adalah
Pembangunan Komunitas
mengatakan bahwa konsep pemberdayaan dapat dilihat dari 3 sisi yaitu : (1)
menciptakan kondisi yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling), (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering), dan (3) memberdayakan megandung makna melindungi, dalam arti
mengupayakan untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan
ekploitasi dari yang kuat terhedap yang lemah.
Partisipasi publik
Dimensi partisipasi merupakan sebuah fenomena alamiah yang secara wajar harus
terjadi bila kondisi lingkungan memberikan peluang dan kesempatan untuk itu.
Adjid (1985), menjelaskan bahwa dalam konsep partisipasi tersimpul beberapa
kriteria dari istilah partisipasi itu sendiri, yaitu : (1) partisipasi mengacu kepada
adanya beberapa subyek yang berinterkasi seperti individu masyarakat, organisasi
dan pemerintah, yang terikat dalam suatu ikatan solidaritas tertentu, (2) terdapat
kesukarelaan dan kesadaran dalam menjelankan peran secara iklas, (3) partisipasi
berkonotasi adanya keterlibatan individu dalam proses suatu kegiatan tertentu dan
(4) adanya kelompok sasaran dari partisipasi.
Adjid (1985) mengatakan partisipasi diarahkan pada lima tujuan penting yaitu : (1)
project cost sharing, yakni partisipasi memikul sebagian atau seluruh biaya yang
dibutuhkan, (2) increasing project efficiency, yakni partisipan diharapkan dapat
meningkatan efisiensi dalam pemabangunan, (3) efectiveness, yaitu pelaksanaan
porgram pembangunan lebih menajmin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,
(4) beneficiary capacity, yaitu kemampuan yang makin meningkat karena
pengelaman dan pengetahuan yang diperlukan dalam penerapan, dan (5)
empowerment, yaitu meningkatkan kekuasaan dan kemampuan secara keseluruhan
dalam arti kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kebijakan kedepan.
Terkait dengan pembangunan komunitas yang demokratis, gaventa dan
valderamma, dalam arsito (2004) membagi tiga jenis partisipasi, yaitu (1)
partisipasi politik (political partisipation) yakni lebih ditekankan pada usaha
mempengaruhi masyarkat untuk terlibat dalam institusi parlemen, (2) partisipasi
sosial (social partisipasi), yakni keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses
partisipasi, dan diarahkan untuk memperkuat proses pembelajaran dan mobilisasi
sosial, dan (3) partisapasi warga (citizen participation), yaitu menekankan pada
partisipasi langsung setiap warga masyarkat dalam pengemabilan keputusan.
Dilihat dari segi tipe partisipasi, ANSSP (2008) membedakan menjadi partisipasi
tenaga kerja murah, partisipasi berbagai biaya, partisipasi berdasarkan kontrak, dan
partisipasi dalam pengambikan keputusan. Sedangkan dilihat dari segi tahapannya,
uphoff dan adjid (1983) membagi partisipasi masyarkat dalam proses
pembangunan, yaitu decision making, implmentation, benefits, and evaluation.
PEMBANGUNAN ADMINISTRASI
Pembangunan kelembagaan
Sumberdaya manusia mempunyai peranan yang strategis dan sentral dalam proses
pembangunan. Dengan posisi yang sangat menentukan itu, selain menjadi masukan
dalam proses pembangunan dalam bentuk tenaga kerja, tapi juga menjadi
pengendali dan pengatur masukan lainnya seperti teknologi, sumber daya alam,
melalui penguasaan iptek, manajemen dan kebijkan yang berlaku. Makin tinggi
kualitas sumber daya manusia sebagai konsumen, makin tinggi pula tuntutannya
atas hasil-hasil korupsi. Dengan demikian sumber daya manusia seperti ini
merupakan perangsang kegiatan industri dan kegiatan laiinya dalam pembangunan.
Rozy dkk (1991) menegaskan bahwa sumber daya manusia dalam konteks
pembangunan nasional dapat dilihat dari aspek kuantitas dan kualitas. Dari aspek
kuantitas meliputi jumlah dan pertumbuhan pendidik, pentebaran penduduk, dan
kompisisnya. Sedangkan dari segi kualitas terdiri atas masalah kesehatan,
kecerdasan dan keterampilan kreaktifitas termasuk etos kerja dan daya saing, moral
dan spiritual termasuk masalah budaya dan wawasan kebangsaan, serta
kepimimpinan. Dalm usaha mensejahterakan masyarakat secara adil dan merata
dalam kerangka pembangunan secara berkelanjutan, yang dipengaruhi oleh
globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi maka tidak lagi tergantung sematamata pada kekuatan sumberdaya alam, tapi akan tergantung pada kualitas
sumberdayanya manusianya yang akan mengelola pembangunan bangsa. Dengan
demikian untuk mencapai tujuan pembangunan diperlukan sumber daya manusia
yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan pembangunan yang semakin
konpleks dan dinamis.
Sumberdaya manusia aparatur dalam posisinya sebagai abdi masyakat dan abdi
negara mempunyai tugas, fungsi dan tanggung jawab yang mensyarakatkan sebab
kompotensi tertentu dalam mengembang misi dalam penyelenggaraan pemerintah
dan pembangunan bangsa. Kompotesi sumberdaya manusia aparatur dalam
perspektif penyelenggara sistem administrasi, dapat dilihat dari empat jenis
kompetensi (mostopadidjaja, 2003),yaitu (1) kompotensi teknis, (2) kompotensi
manajerial, (3) kompotensi sosial, (4) kompotensi intelektual.
1. Kompotensi teknis yaitu kompotensi yang terkait dengan tugas dan pekerjaapekerjaan dalam suatu organisasi. Kompotensi teknis menuntuk kemampuan dalam
mengoperasionalisasikan sistem dan prosedur kerja yang berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan dan tugas disuatu intasi, disamping mampu menerapkan
akuntabilitas, pengelolaan kebijakan dan program, serta pelaporan pertanggung
jawabanya.
2. kemampuan manajerial, kompotensi yang berhubungan dengan berbagai
kemampuan manajerial atau keuangan kepemimpinan yang dibutuhkan dalam
mengelola tugas-tugas organisasi. Kompotensi manajerial ini mancangkup
kemampuan menerapkan konsep dan teknis yang berhubungan dengan fungsifungsi manajemen publik. Selain itu, juga berkenan dengan kemampuan
melaksanakan prisnsip good governance dalam manajemen pemerintaha dan
pembangunan.
3. kompotensi sosial yaitu kemampuan melakukan komunikasi yang dibutuhkan
oleh organisasi dalam pelaksanaan tugas da fungsi dalam organisasi. Kompotensi
sosial dapat dilihat dilingkungan internal seperti kemampuan memotifasi
sumberdaya manusia atau peran serta masyarakat guna meningkatkan
produktifiatas kerja. Dari segi lingkungan eksternal, memiliki kemampuan dalam
membangun kemitraan, kolaborasi, dan pengembangan jaringan kerja dengan
berbagai organisasi dalam rangka meningkatkan citra dan kinerja organisasi.
4. kompotensi intelektual, yaitu kemampuan untuk berpikir secara strategis dan
risioner. Kompotensi intelektual terkai dengan kemampuan dalam merumuskan fisi,
missi, dan strategi dalam rangka mencapai tujuan orgnanisasi atau tujuan
pembangunan. Selain itu, kemampuan dalam memberi masukan dalam
pertimbangan dalam pemecahan maslah dan pengembalian keputusan yang logis,
sistematis, dan rasional, disamping kemampuan dalam memahami perkembangan
paradigma pembengunan yang relevan dengan upaya mewujudkan good
Pembaharuan administrasi
Dalam perkembangan administrasi pembangunan, selain dikenal pemikiran tentang
institution building, juga muncul sebuah pemikiran baru yang disebut adminstrative
reform. Konsep ini kemudian diartikan sebagai pembaharuan administrasi (siagian,
1985 dan tjokroamidjojo, 1989), juga dapat diatikan sebagai reformasi administrasi
(said, 2006, dan rakhmat, 2009).
Dampak gagasan webber (1947) mengenai birokrasi moderen sebagai suatu cara
memerintah yang relatif efisien dan efektif sangat besar dalam telaah mengenai
pembangunan. Birokrasi-birokrasi dipandang sebagai suatu alat ditangan pihak
penguasa untuk melaksanakan keputusan politik. Ini tercermin dalam konsep
kebijakan (policy) yang dibedakan dengan politik (politics). Birokrasi menjabatkan
keputusan-keputusan politik kedalam kebiijkan, program, dan proyek
pembangunan. Dalam perspektif itulah persoalan-persoalan penting yang
menentukan kualitas kebijakan pembangunan.
Terkait dengan masalah organisasi birokrasi dan efektivitasnya dalam kerangka
kebijakan pembangunan, dapat dilihat dalam dua pendekatan, yaitu (1) pendekatan
yang memandang efek-efek kebijakan pembangunan. Perhatiannya terutama
ditujukan pada konteks perkembangan pembuatan pembangunan. Tentunya
terdapat banyak cara untuk menilai efek kebijakan yang ditimbulkan dalam
pembangunan. Ini banyak tergantung pada peran yang diberikan oleh negara atau
institusi pembangunan sebagai agen modernisasi, (2) pendekatan kedua
memandang organisasi-organisasi pembangunan dibentuk oleh konteks
pembangunan yang lebih luas. Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada
sejauh mana proses pembuatan kebijakan ditentukan oleh faktor ekonomi, politik,
dan sosial budaya.
Untuk meningkatkan kinerja organisasi birokrasi dalam pelaksanaan programprogram pembangunan, dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu (1) memperkaya
keahlian manajerial melalui pendidikan dan pelatihan di institusi-institusi donor dan
dengan membentuk dan memperkuat institusi-institusi dan progaram-program
pelatihan di negara-negara berkembang. Sasaran utama adalah memperbaharui
keahlian manajerial , orientasi profesional, dan kompetensi analisis kebijakan, (2)
memperbaiki teknologi yang tersedia bagi manajer pembangunan, sehingga dapat
menambah kemampuan mereka menggunakan sumberdaya secara lebih efisien
dan efektif. Pendekatan tranfer teknologi ini meliputi cara pengelolaan keuangan
seperti penganggaran akuntansi, dan kontrol pengeluaran, memperbaiki kecepatan
dan keakuratan arus informasi, monitoring, dan evaluasi program pembangunan,
(3) merasional isasikan organisasi dan prosedur, serta menyesuaikan struktur dan
metode untuk meningkatkan pengawasan manajemen, efisiensi sumberdaya, dan
kegiatan perintah lainnya, dan (4) memperkuat birokrasi sebagai institus sosial,
membentuk institusi-institusi dengan cara-cara yang dapat meningkatkan
kemmampuan internal organisasi dan kemampuan untuk berinteraksi secara
kesinambungan terkait dengan kegiatan-kegiatan pembangunan (esman, 1991;
bryant dan white, 1987).
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dan tak terpisahkan dari proses
pemabngunan nasional. Dalam prosesnya diarahkan untuk memanfaatkan secara
optimal seluruh potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia melalui
peningkatan kualitas dan kemampuan individu dan masyarkat. Pemabngunan
daerah adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat
daerah secara terus menerus berdasarkan kemampuan daerah dan kemampuan
nasional dengan memperhatikan perkembangan keadaan daerah.
Sebagai sebuah konsep, pembangunan adalah sesuatu yang tidak terelakan secara
normatif, berorietasi terhadap tujuan, mendorong nilai-nilai dasar, dan menyerap
norma-norma budaya. Padillah (1992), menyatakan : development is a proces and
phenomenon that everyone wushes to take place desirable as it is, there have been
different perceptions of the form of develpoment to pursue, the methods or
approaches to be used in pursuing it, and the roles the central and local
goverments, agencis and institutions have to play in its realization. Slanjutnya
terkait dengan pembangunan daerah dikatakan bahwa : local development is
essentialy process by which local goverments, community organization and local
institutions manage their existing resources and collaborate with one another in
pursuing development goals. The development goals to be purusued and the
startegies applied to attain these goals may vary from one locality to another in
terms of emphasis, but revolve around these key aims : meeting the basic needs of
the local population; generation of employment, and ultymately, alleviation of
poverty. Local development is process-oriented, and is distinguished by the use of
available and potential resources-human, and involvement of existing communitybased institutions.
Isu pemabngunan daerah tidak bisa terlepas dari masalah dan kebijkan
desentralisasi kerena mempersoalkan tentang desentralisasi dan otonomi daerah
tekait dengan aspek politik, pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikian,
untuk mecinptakan good governance dalam pembangunan daerah perlu dilakukan
desentralisasi pemerintah secara efektif. Desetralisasi berbagai kewenanangan
pengelolaan pemerintaahn dan pembangunan dan pemerintah pusat keperintah
daerah secara lebih efektif merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan
pemerintahaan dan pembangunan. Pengelolaan kehidupan sosial, politik, ekonomi,
dan pemabngunan daerah sepatutnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Pembangunan perkotaan
Ketika pembangunan masih dipandang semua dengan pertumbuhan, pada saat ini
pembangunan dilihat sebagai suatu yang bergatung pada industrialisasi dan
urbanisasi. House dkk (1985), mengatakan bahwa pengaruh kota yang sudah
merambah kemana-kemana saat ini menyebebakan orang lupa bahwa urbanisasi
merupakan peristiwa yang masih baru dalam sejarah peradaban dan perkembangan
masyarakat manusia. Belkangan orang memberikan pehatian pada pengaruh
kebijakan perkotaan atas sektor lainnya dalam konteks perekonomian.
Bryant dan white, (1987), mengatakan bahwa tidak ada tiga dimensi masalah
perkotaan, yaitu : (1) masalah migrasi dan urbanisasi, yang memiliki implikasi bagi
pertumbuhan penduduk suatu kota, dan kebutuhan akal jasa dan pelayanan dari
pemerintah kota. (2) pembuangan sampah dan ar limbah, yang terkait dengan
ketersediaan air bersih bagi kebutuhan masyarakat perkotaan, dan (3) realitas
deskriminisi sosial dan maslah sektor informal.
Salah satu tantangan dalam pembangunan perkotaan dimasa depan adalah terletak
pada kemampuan sistem ekonomi dan politik, yang secara serentak
mengembangkan sektor ekonomi dan pemanfaatan sumber daya secara merata
dalam upaya mengurangi berbagai pengaruh dari adanya peruahan tata ruang yang
diperkirakan akan terjadi terkait dengan masalah sosial dan ekonomi yang ada.
Kebanyakan dinegara-negara berkembang yang sedang menjalani proses pmusatan
penduduk diperkotaan menghadapi suatu tantangan yaitu bagaimana menambah
laju pertumbuhan ekonomi dan memanfaatkan sumber daya sebaik mungkin,
Pembangunan perdesaan
Long (1987) menganjurkan tiga pendekatan pembangunan perdesaan di negaranegara berkembang, yaitu (1) pembangunan desa terpadu, yakni menekankan
usaha menaikkan daya produksi petani, menciptakan kemudahan untuk
memperoleh kesempatan, ekonomi bagi golongan penduduk perdesaan yang
miskin, dan secara umum menekankan pada pengembangan sumberdaya manusia
dan menaikan pendapatan petani dan permintaan akan barang-barang konsumen,
(2) pengembangan agropolitan, agar penduduk memiliki sumberdaya ekonomi yang
cukup dan otonom untuk merancang serta mengendalikan sendiri langkah proses
pembangunannya, dan (3) desa mmbangun diri dengan kekuatans sendiri, terutama
otonom yang luas dalam pengemabilan keputusan dan penyusunan rencana
pembangunan.
Participatory learning and actions atau kaji tindak participation dalam bahasa,
program menekankan pada kegiatan belajar dari bertindak secara partisipatif.
Metode ini mencerminkan suatu dialektika yang dinamis antara kajian dan tindakan
secara tidak terpisahkan pemahaman partisipatik kondisi perdesaan merupakan
salah satu metode perencanaan partisipatick yang bertujuan untuk menggali
permaslahan yang ada dalam masyarakat, penyebab terjadinya masalah, dan cara
mengatasinya dengan menggunakan sumber daya lokal dengan mengacu pada
prinsip pemberdayaan masyarakat (enpowerment).
Salah satu strategi yang dipandang penting untuk membangun kembali struktur
ekonomi masyarakat didaerah pedesaan adalah melului reformasi agraria (land
refford). Bryant dan white (1987)mengatakan bahwa reformasi agraria menjadi
signifikan dalam study administrasi pembangunan karena cara pelaksanaanya sama
pentingnya dengan sebuah keputusan kebijakan. Peranan administrasi dalam
pembanguan perdesaan bergantung pada corak dan jenis tat guna tanah serta
sistem pemilikan tanah yang berlaku. Berbagai corak hubungan tanam yang
dimaksud terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, politik, hukum, demokratif
dan pertanian.
Faktor penting untuk membuat reformasi agararia (refoerment) hasil guna adalah
penciptaan lembaga-lembaga untuk melaksanakan reformasi itu sesudah
ditetapkan sebuah kebijakan. Organisai pedesaan dalam bentuk tertentu, yang
secara khusus melibatkan perwakilan lokal, merupakan suatu syarat yang
menentukan bagi berhasilnya reformasi agraria (long, 1987). Tugas utama dari
administrator pemabngunan pedesaan adalah menyeleksi proses dan organisasi
yang paling tepat untuk melakukan perubahan dan pembaharuan yang diperlukan.
Pemecahan masalah pembangunan pedesaan diarahkan pada pengembangan
kapasitas, keadilan dan penumbuhan kekuasaan atau pemberdayaan dalam suatu
kehidupan masyarakat yang lestari sejahtra dan saling bergantung.
SATUAN
RPJMN 20102014
2010
2011
DIPA
REALISASI
(Unit)
(Unit)
DIPA
(Unit)
2012
REALISASI
(Unit)
REALISASI
(Unit)
DIPA
(Unit)
TOTAL
(Unit)
Pembangunan rusunawa
TB
380
49
49
143
218
217
266
70,00
dalam pembebasan tanah, konflik pengelolaan antar kawasan, konflik antara penghuni dan
pengembang dan pengelolaan, konflik dalam penjualan kepada konsumen, dan sebagainya.
Berbagai konflik ini pada dasarnya adalah bentuk-bentuk pembiaran pemerintah dalam
mengelola industri properti, bisnis properti dan penerapan hukum-hukum properti.
Bagaimanapun, penyediaan perumahan rakyat tidak bisa dilepaskan dari penanganan
urusan perumahan komersial dan bisnis properti secara utuh.
Untuk itu, ada banyak bentuk pengaturan yang perlu dikembangkan dalam fasilitasi
perumahan komersial sebagai bagian dari industri properti di tanah air, yaitu seperti
mengatur pola kepemilikan apartemen (strata title), integrasi penataan kawasan
permukiman skala besar, pengaturan hunian berimbang, hingga kepemilikan
apartemen oleh orang asing.
Dalam hal pengaturan kepemilikan apartemen oleh orang asing, untuk mendapatkan
peluang dan manfaatnya di satu sisi, dan di sisi lain untuk mencegah
terjadinya liberalisasi sumberdaya perumahan,
pemerintah
perlu segeramempersiapkan perangkat regulasi dan kelembagaan khusus yang
mengendalikansistem penyediaan properti bagi warga negara asing (WNA) di
Indonesia.Pemberian hak pakai (lease hold) properti dengan waktu jangka
panjang bisaditetapkan secara bervariasi selama 25, 35, 50 hingga 70 tahun
berdasarkan kondisi-kondisi tertentu yang ditetapkan. Pengelolaan hak pakai ini
memerlukan pengaturan sistem penyediaan terutama kapasitas lembaganya
yang harus dikembangkan di tingkat daerah. Untuk mencegah terjadinya
liberalisasi perlu ada lembaga yang diberi wewenang besar oleh pemerintah
untuk mengelola pembangunan dan pengelolaan perumahan, dimana
pengaturan alokasi ruang untuk perumahan orang asing dan untuk masyarakat
berpenghasilan rendahdikelola sekaligus secara terpadu di tingkat kota atau
daerah.
4. Program Penataan Kali Ciliwung. Salah satu program perumahan formal
di tahun 2012 adalah penataan permukiman dan penyediaan perumahan untuk
warga di bantaran Kali Ciliwung, Jakarta. Program ini berisi pembangunan
puluhan menara rumah susun dengan anggaran hingga 600 milyar rupiah.
Ternyata proyekini gagal dilaksanakan namun sudah terlanjur menghabiskan
anggaran negarauntuk perencanaannya. Sejumlah kegagalan adalah tidak
diperolehnya persetujuan pemakaian tanah di kawasan Beerland. Semula
dikabarkan disetujui seluas 40 hektar, lalu menciut menjadi 7 hektar, dan
hingga kini tidak jelas persetujuannya. Kegagalan lain juga adalah ketidaksiapan
pengorganisasian komunitas, baik komunitas warga Ciliwung maupun komunitas
warga Beerland.Kegagalan berikutnya adalah dalam menyiapkan lokasi area
baru sebagai destinasi permukiman kembali. Semula dijanjikan di Rawa Bokor,
lalu ternyata setelah belum dilakukan penyiapan. Kemudian nama wilayah
Citayam sudah muncul sebagai tempat yang dijanjikan, yang hingga kini kedua
wilayah tersebut tidak jelas sebagai wilayah tujuan relokasi. Akhirnya,
Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengusulkan membangun rumah
susun sederhana sewa (rusunawa) di atas Kali Ciliwung dengan konstruksi 15
meter di atas permukaan sungai. Dalam rencana, rusunawa itu akan memiliki 22
tower dan diprediksi dapat menampung 34.000 orang yang sekarang tinggal di
SATUAN
RPJMN 20102014
2010
2011
DIPA
REALISASI
(Unit)
(Unit)
DIPA
(Unit)
2012
REALISASI
(Unit)
REALISASI
(Unit)
DIPA
(Unit)
TOTAL
(Unit)
700.000
10.374
12.470
117.010
97.973
126.367
87.604
198.047
28,29
150
228
373
56,95
655
50
30
100
115
SATUAN
RPJMN 20102014
2010
2011
DIPA
REALISASI
(Unit)
(Unit)
DIPA
(Unit)
2012
REALISASI
(Unit)
DIPA
(Unit)
REALISASI
(Unit)
TOTAL
(Unit)
1.350.000
92.431
92.431
114.201
109.592
133.000
73.923
275.946
20,44
Dari target pengucuran untuk membiayai kredit sebanyak 1.350.000 unit RSH
pada 2010-2014 baru terkucurkan sebanyak 275.946 unit hingga tahun 2012.
Pengucuran FLPP tahun 2012 adalah yang terendah, yaitu hanya 73.923
unit,dibanding tahun 2010 (92.431 unit) dan 2011 (109.592 unit). Pencapaian
yang rendah ini terutama disebabkan oleh inkonsistensi kebijakan Kemenpera
yang beberapa kali telah melakukan kebijakan buka-tutup dan perubahanperubahan skema FLPP. Sebagai akibatnya, banyak pengembang perumahan
sederhana dan calon pembeli yang menghadapi kesulitan di lapangan.
Program-program pembiayaan perumahan lainnya masih belum dikembangkan
sama sekali, yaitu untuk pembiayaan perumahan umum, pembiayaan
perumahan swadaya dan pembiayaan perumahan sosial. Untuk mewadahinya
dibutuhkanUndang-Undang Tabungan Perumahan (UU Taperum) yang sudah
diamanatkan sejak Kongres Nasional tahun 1972 untuk memupuk dana
perumahan, namun belum kunjung dirampungkan oleh Kemenpera. Taperum
adalah salah satu solusi pembiayaan perumahan yang sifatnya jangka panjang
dan murah yang kelak akan digabungkan dengan sumber pembiayaan
FLPP. Penyaluran FLPP selama ini menuai banyak permasalahan administrasi
keuangan dan pembiayaan dikarenakan masih bercampur dengan bisnis bank
umum dan belum memiliki wadah dan sistem pengumpulan dana dan
pembiayaan perumahan yang tepat. Besarnya dana FLPP bukan dikarenakan
pemupukan dana yang sistematis, melainkan karena penyaluran yang tersendat
namun subsidi APBN terus dikucurkan.
Taperum nantinya perlu diberi kewenangan untuk mengkoordinasi tabungan dan
dana jangka panjang dari berbagai sumber, mengeluarkan skema-skema pola
SATUAN
RPJMN 20102014
2010
2011
DIPA
REALISASI
(Unit)
(Unit)
DIPA
(Unit)
REALISASI
(Unit)
2012
DIPA
(Unit)
REALISASI
(Unit)
50.000
2.000
2.000
15.000
12.353
20.000
18.159
32.512
65,02
37.500
35.738
230.000
230.000
285.738
571,48
37.500
35.638
48.988
97,98
5.891
19,64
50.000
10.000
20.000
50.000
10.000
13.350
30.000
7.500
5.891
7.500
Dari kinerja yang cukup aneh di atas, ada beberapa catatan dari program
bedah rumah di bidang perumahan swadaya ini. Pertama, ada kecenderungan
pengukuran kinerja penyaluran yang bukan diukur setelah bantuan diterima
masyarakat dan selesai dilaksanakan pekerjaan pembangunan atau perbaikan,
melainkan diukur setelah dana tersalurkan ke rekening penerima manfaat.
Bahkan tampaknya telah diukur hanya setelah dana tersalurkan ke rekening
pemerintah daerah karena selalu adanya keterlambatan penyaluran.
Pengukuran kinerja penyaluran seperti ini sungguh tidak dapat dipertanggungjawabkan!
Kedua, pada dasarnya kegiatan bedah rumah merupakan stimulasi teknis
perumahan swadaya individual dan bukan kegiatan belas kasihan (charity)
yang lebih bersifat bantuan sosial (bansos). Secara teknis, skema stimulasi
perumahan swadaya membutuhkan pendampingan dan pemberdayaan. Jika
skema ini dijalankan secara konsekwen maka mustahil terjadi lonjakan
pencapaian kinerja hingga lebih 500 % karena membutuhkan pendampingan
dan pemberdayaan masyarakat secara masif. Namun ternyata skema yang
digunakan adalah skema bansos sehingga besaran program bisa mencapai
angka-angka yang sangat fantastis! Untuk itu program perumahan swadaya ini
sangat perlu mendapatkan inspeksi dan audit secara serius dari berbagai
lembaga pengawas terkait.
Secara konseptual, ada perbedaan yang mendasar dari perumahan swadaya
dan bantuan sosial, yaitu basis data, mekanisme penjaringan, mekanisme
penyaluran dan sistem kelembagaan keduanya yang berbeda karena tujuannya
yang memang berbeda. Perumahan swadaya (individual) pada dasarnya
merupakan program stimulan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas
hunian dari rumah-rumah yang tidak layak huni. Namun ketika bantuan stimulan
7. Kesimpulan
2.
5. Meskipun
pemerintah
melalui
UU.32/2004
dan
PP
38/2007
telah
mendesentralisasikan urusan perumahan, namun urusan perumahan rakyat
masih jauh dari selesai karena belum adanya kebijakan dan strategi yang
efektif. Sistem penyediaan yang terbangun lengkap dengan mekanismemekanisme dan kapasitas organisasi dan sumberdaya manusia, masih jauh dari
tersedia di daerah..
8. Rekomendasi
tanpa membebani fiskal negara setiap tahun. Sedangkan dalam penyediaan tanah,
pembangunan rusuna/wa dibangun pada kawasan skala besar yang berasal dari
tanah-tanah terlantar maupun alih fungsi dari tanah-tanah milik negara. Dalam
hal perijinan siteplan maupun IMB tidak akan bermasalah karena menjadi
program resmi, baik oleh pemerintah pusat di lahan milik instansi pusat,
maupun oleh pemerintah daerah di lahan milik daerah, yang sekaligus
menghindari masalah transfer aset APBN menjadi aset daerah. Selanjutnya, salah satu
divisi penting dari moda perumahan umum adalah divisi perencanaan penghuni
(tenant screening division/team) yang memiliki instrumen seleksi yang mantap,
sehingga pembangunan rusuna/wa tidak akan menghadapi kesalahan
sasarannya karena sudah direncanakan sejak awal. Terakhir, pembangunan
rusuna/wa di dalam moda perumahan umum harus membentuk manajemen
yang kapabel, baik dalam membina penghuni untuk tinggal di rumah bersusun
maupun menjamin tidak menurunnya kualitas aset karena bertumpu
pada building and estate management yang profesional.
dan perkotaan melalui kegiatan forum yang dinamai Forum Perumahan dan
Perkotaan.
4. Lembaga Dana Perumahan Rakyat yang beroperasional langsung untuk
menghimpun dana-dana dari masyarakat. Pasal 118 UUPKP 1/2011
menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah mendorong
pemberdayaan sistem pembiayaan perumahan rakyat untuk memastikan
ketersediaan dana dan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk
pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan
hunian perkotaan dan perdesaan.
7. Pembelajaran Strategis
Selanjutnya, Indonesia perlu segera belajar dan mengadopsi secara stratejikmoda perumahan umum
di Jepang, Korea Selatan, Hongkong atau Singapura yang sudah dibangun sejak tahun 1960-an dan
berakumulasi pada sistem penyediaan yang mantap. Sebagai lembaga simpul, penyelenggaraannya
dipimpin oleh badan otoritas bernama Urban Renaissance (UR) di Jepang,Korean Land and Housing
Corporation (KLHC) di Korea Selatan, Perbadanan Kemajuan Negeri Selangor (PKNS) di
Malaysia, maupun Housing Development Board (HDB) dan Urban Redevelopment Authority (URA)
di Singapura. Selanjutnya, badan otorita seperti ini menata kawasan-kawasan kota dan membangun
kawasan-kawasan baru sembari mengembangkan kapasitas bersama-sama dengan pemerintah daerah,
kota maupun distrik.
Sebagai kesimpulan akhir, melalui kerja keras dan upaya yang sungguhsungguh untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat yang terus semakin
meningkat, dan untuk menjalankan langkah-langkah aksi yang diperlukan,
niscaya target untuk mencapai rumah layak untuk setiap orang serta
menjadikan kota-kota yang berkelanjutan bebas kumuh bukanlah sesuatu yang
mustahil dapat diwujudkan.Faktor politik di tingkat elit, faktor pengelolaan
pengetahuan kelas menengah perkotaan maupun kesadaran di tingkat rakyat
kecil, akan menentukan sukses atau gagalnya program perumahan rakyat dan
pengembangan
permukiman.
Memperhatikan
perkembangan
yang
memprihatinkan ini, kiranya Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden perlu
mengambil langkah-langkah perbaikan. Momentum Pilpres 2014 perlu
Dewasa ini penduduk dunia sedang diajak berfikir mengenai segala sesuatu yang lebih memperhatikan
alam dan lingkungan. Alam dan lingkungan sebagai sumber daya yang sedemikian rupa sudah
diberdayakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Manusia mengambil setiap hal
dari alam/lingkungan tanpa memperhatikan keseimbangan lingkungan yang harus dipelihara agar
keberlangsungan kehidupan dapat terus berlanjut hingga masa yang cukup lama. Bahkan sering terjadi
manusia tidak memperhatikan sumber daya alam yang terbatas, dan menggunakannya dengan tidak
terukur, dengan ketersediaan yang sangat terbatas.
Adanya ketidakseimbangan kondisi pemakaian dan ketersediaan memberikan dampak tertentu kepada
kehidupan manusia. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, akan membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk mereklamasi lahan menjadi normal kembali. Hutan yang pohon-pohonnya
ditebang untuk keperluan industri, akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan
pohon-pohon itu lagi, serta berbagai hal yang manusia ambil dari alam tetapi manusia tidak memberikan
timbal balik yang baik terhadap alam itu sendiri.
Berkurangnya hutan tropis, meningkatnya curah hujan, meningkatnya panas bumi, memberikan dampak
yang saat ini kita sebut dengan Global Warming. Isyu mengenai Global Warming, telah banyak memicu
perhatian dunia akan pentingnya menjaga dan melestarikan alam/lingkungan. Dunia semakin sadar akan
pentingnya keseimbangan alam/lingkungan sebelum alam/lingkungan itu sendiri akan memberikan
bencana besar terhadap kehidupan manusia.
Sejak saat itu, dalam setiap hal yang dilakukan, manusia selalu memperhatikan keterlibatan setiap
kegiatannya dengan alam/lingkungan. Hal tersebut tidak terkecuali terjadi pada perencanaan suatu
kawasan, desain sebuah kompleks perumahan dan permukiman penduduk. Pembangunan suatu
kawasan perumahan atau pemukiman, umumnya selalu berkonsentrasi kepada segi ekonomi, karena
lebih kepada pemikiran keuntungan dalam suatu usaha pengembangan. Kebutuhan penghuni dan
kondisi kondisi alam sering tidak mendapat perhatian yang cukup. Usaha dan pendekatan untuk
mewujudkan ruang terbuka, dan ruang privat masih menjadi perhatian tertentu, dan hal tersebut belum
mendapat perhatian yang pantas hingga abad 21.
Prisip pengembangan keberlanjutan (sustainability) dilakukan dengan pendekatan yang lebih baik.
Keberlanjutan (sustainability) dalam pemenuhan kebutuhan, hingga kebutuhan yang dibutuhkan oleh
generasi masa datang.
berlebihan,
sehingga
menyebabkan
ketidak
berlanjutan
dengan
tidak
terbatas,
dan
bahwa
pengembangan yang dilakukan secara praktis menyebabkan kerusakan lahan, penebangan hutan, polusi
udara, dan pencemaran air.
Pemikiran tersebut menjadi dasar dari beberapa pandangan luas yang diterima, dan satu hal yang
menjadi perhatian yaitu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui di muka bumi ini adalah hal
yang penting (CMHC,2000). Beberapa tahun kemudian, pemikiran tersebut telah menuntun ketetapan
WCED, yang juga mengacu sebagai the Brundland Commission, yang lebih dikenal akan pemikiranpemikiran internasionalnya. Pada tahun 1987 sesuai dengan Our Common Future yaitu Komisi yang
menterjemahkan
pengembangan
keberlanjutan
(sustainability)
sebagai
pengembangan
yang
mempertemukan kebutuhan saat ini tanpa kompromi pada kemampuan dari generasi masa datang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Definisi ini menguatkan sebuah pendekatan konseptual terhadap pengembangan dimana setiap tindakan
yang diambil harus memikirkan efek-efek yang akan terjadi dikemudian hari. Komisi tersebut juga
menciptakan sebuah paradigma untuk pengembangan terhadap siapa yang berperan utama dalam
pemenuhan kebutuhan dengan modal masyarakat sendiri, tidak bekerjasama dengan distribusi seimbang
mengenai sumber daya antar negara dalam kebutuhan untuk memperbaiki kembali yang disebabkan
oleh konflik tekanan pengembangan dan lingkungan. Lebih jauh tiga hal utama dan hubungan
diantaranya telah menjadi standar kesuksesan dari semua kegiatan pengembangan.
Sebuah perspektif pada kemampuan social untuk meraih keberlanjutan (sustainability) telah
diekspresikan oleh Charles Kilbert dalam The Promises and Limits of Sustainability(1999). Kilbert
menanyakan apakah saat ini system alam dan sumber daya dapat memenuhi bermacam permintaan dari
si kaya dan si miskin sementara sumber daya yang tersisa dan kualitas lingkungan lebih baik untuk
generasi masa datang. Menurut Kilbert, keberlanjutan (sustainability) yang sebenarnya saat ini mengacu
pada strategi reduce-reuse-recycle untuk mendidik masyarakat bahwa sumber daya harus digunakan
pada tingkat tertentu, untuk terjadinya biodiversitas. Pertanyaan Kilbert bagaimana mencapai tujuan ini
seperti menghadapi tantangan teknologi, perilaku manusia yang tidak baik, dan masalah hukum fisik
murni.
Kilbert menyatakan bahwa dengan mengadopsi prinsip-prinsip sustainability, pengurangan penggunaan
energi dapat terjadi tetapi pengurangan tersebut terjadi lebih baik, seperti penyesuaian pertumbuhan
penduduk dengan jumlah sumber daya yang ada. Kilbert mengusulkan bahwa pada saat kita melawan
pandangan anthropocentric (the planet is here for human use) melawan pandangan gaia ( Earth is a
living system destroyed by human), keberlanjutan (sustainability) berarti mengenali bahwa kedua
pandangan berlaku, dimana, sementara manusia akan selalu merusak sumber daya alam, kita juga akan
menjadi pintar dan adaptif, dan kita akan lebih efisien, mengurangi konsumsi material dan mengadopsi
perilaku bersahabat dengan lingkungan.
Kilbert percaya bahwa ketertarikan manusia untuk melakukan sustainability akan terlihat dalam beberapa
tingkatan, pertama dengan mengontrol polusi, kedua dengan mengurangi dampak daur hidup, dan ketiga
dengan mengembangkan teknologi dalam mensingkronisasi dengan sistem-sistem alam. Upaya yang
ditanamkan dalam mengurangi biaya dari bangunan harus diperluas untuk merencanakan bangunan
yang akhirnya dapat secara keseluruhan digunakan kembali dan didaurulang. Masa depan, menurut
Kilbert, berada dalam kesadaran kita bagaimana manusia tanpa pengharapan melawan tekanan besar
dari alam; kita harus menghormati sistem alam untuk memastikan kondisi fisik kita, ekonomi dan social.
Hubungan mengenai lingkungan, ekonomi dan social juga dilakukan oleh Stephen Wheeler dalam
Planning for Sustainability (2004). Wheeler menjelaskan mengenai Three Es, yang terdiri dari
Environment, Economy dan Equity. Menurut sejarahnya, Wheeler mengatakan bahwa sejak tahun 1960,
para pengacara telah memfokuskan masalahnya pada dampak lingkungan yang disebabkan oleh
bangunan (tingkat tinggi). Dalam hal ini Environmental diterjemahkan sebagai lingkungan, Economy
diterjemahkan sebagai ekonomi dan Equity diterjemahkan sebagai kemampuan diri sendiri.
memberikan gambaran mengenai sejaran manusia. Mereka yang menghargai sejarah, menyumbangkan
kualitas bangunan di masa depan. Mengkonversi dan memperbaharui bangunan tua, juga menolong
mengurai konsumsi sumber daya alam yang dapat digunakan untuk konsumsi pembangunan gedung
baru.
Membantu keberlanjutan ekonomi adalah obyek lain untuk perencanaan komunitas. Daya tolaknya
adalah menghindari pengaliran biaya, hasil dari keputusan saat ini, digunakan untuk generasi
mendatang.
Keberlanjutan lingkungan berhubungan dengan beban ekologis yang diciptakan oleh konstruksi dan
pemeliharaan satu pengembangan, termasuk jalan-jalan, ruang terbuka dan rumah-rumah. Istilah cradle
to grave berguna dalam hal merencanakan sebuah pengembangan. Hal ini bukan saja mengacu pada
efek bahan yang dipilih, sebagai contoh, tetapi juga mengacu pada berapa lama kekuatan bahan dan
kemampuan daur ulang ketika bahan tersebut selesai digunakan.
Ketiga factor kritis yang sangat penting akan pengembangan keberlanjutan (sustainability) dapat dilihat
secara terpisah. Jika kita melihat lebih dalam pada pengembangan perumahan, mendesain dan
membangun dengan prisip keberlanjutan (sustainability), dapat dilihat bahwa penggabungan dari ketiga
aspek menghasilkan satu irisan dari ketiganya yang berpengaruh dalam membangun sebuah lingkungan.
Ketiga hal yang saling tumpang tindih mewakili sebagai sebuah cara dimana konsep dapat dibentuk dan
diterapkan sesuai dengan ilustrasinya.
Sejak awal abad 21, khususnya setalah Perang Dunia II, pengembangan perumahan yang sederhana
memiliki catatan buruk terhadap sekitar/lingkungan. Hutan dan kebun, banyak berkurang untuk
pembukaan lahan perumahan dengan jalan yang lebar dan kebun rumput. Rumah-rumah makin luas dan
lebih kompleks, dan mengkonsumsi energi dalam jumlah yang banyak untuk tetap hangat pada saat
musim salju dan dingin pada saat musim panas. Seperti aktifitas yang memiliki dampak langsung dan
dampak jangka panjang terhadap lingkungan local dan keseluruhan.
Memperkecil dampak negative adalah jalan keberlanjutan (sustainable) yang merupakan sebuah
pembuat keputusan terhadap usaha perencanaan apapun yang akan dipilih-sebuah jalan yang akan
memperkecil dampak negative pada faktor lingkungan, social dan ekonomi dari sebuah proyek.
Sebuah proyek dapat juga mengakibatkan adanya permasalahan perekonomian, misalnya, sebuah
proyek yang bernilai tinggi yang berlokasi di dekat unit penyewaan berharga rendah, akan menyebabkan
nilai property mahal tersebut turun menjadi sebuah kondominium dan akan menyebabkan penghuni
meninggalkan area tersebut.
B.
Ketika
sebuah
pengembangan
direncanakan,
meminimalisasi
dampak
tertentu
sebagai
satu
prioritas. Kelangsungan suatu proyek dapat juga dilihat sebagai proses pendukung diri dari sumber daya
dan aktifitas. Secara metafora, kita dapat mengacu bahwa energi yang digunakan dalam sebuah konsep
proyek dan gedung sebagai sebuah generator dari sumber daya tambahan untuk kekuatannya bahkan
berkontribusi terhadap terhadap penciptaan proyek yang sama.
Sebagai contoh ketika perumahan didesain dan dibangun dengan menggunakan photovoltaic panel atau
solar collector, energi akan disalurkan melalui keduanya dan dapat memberikan power dalam rumah dan
terhindar dari fasilitas umum. Hal tersebut sama dengan ketika air hujan dikumpulkan, dimurnikan, dan
dirubah untuk dijadikan air minum, rumah mempunyai sumber air yang berkelanjutan. Jika kelebihan
daya energi atau air dihasilkan, hal ini dapat digunakan untuk kebutuhan orang banyak. Tambahan
penyimpanan energi, sebagai contoh, dapat digunakan untuk tenaga lampu jalan.
C.
Mendukung Hubungan
Dasar prinsip lain dari proyek keberlanjutan (sustainable) adalah hubungan dari bagian-bagian sangat
penting. Ketika sebuah dukungan hubungan didirikan, atribut dari satu komponen dapat menggerakkan
aktifitas dengan yang lain. Pengaruh antar disiplin dan efek satu dengan lainnya akan menciptakan
sebuah sistem pendukung. Sebuah desain yang didapatkan untuk meninggalkan sedikit masalah
lingkungan di lapangan, akan melakukan sedikit penebangan pohon dan dapat menjadikan sebuah
pemasaran yang sukses. Hasil sebuah proyek ekonomi dapat menguntungkan klien yang akan tertarik
pada proyek sesuai dengan kesan hijau. Sebuah nilai tambah yang menguatkan antara lingkungan dan
daya tarik moneter.
Penggunaan
produk
dengan
harga
murah
mengharapkan
material
dapat
didaur
ulang
yang memperhatikan lingkungan tetapi dapat juga memberikan keuntungan pada pengembang terhadap
kompetitor dan keuntungan kepada proyek secara finansial. Membangun rumah-rumah lebih kecil dalam
sebuah konfigurasi lingkungan, akan menghasilkan pengurangan para gelandangan. Hal tersebut juga
menghemat biaya lahan dan infrastruktur ketika digunakan oleh penghuni sehingga perumahan terbeli.
D.
Penanda
dari
keputusan
baik-menjadikan
sebuah
sistem
keberlanjutan(sustainability)
adalah
kemampuan proyek itu sendiri untuk berlanjut melalui keseluruhan daur hidupnya. Menjadikannya melalui
setiap dari tiap komponennya atau hubungan timbal balik mereka, konsepsi dan pembangunan
diperlukan untuk lebih meyakinkan bahwa atribut asli dari proyek akan memberikan nilai tambah selama
bertahun-tahun mendatang. Jika sebuah proyek berhasil dengan baik dan sukses secara ekonomi,
pemilik rumah akan senang untuk berinvestasi dalam pemeliharaan dan menjaga, seperti mengganti
jendela lama dengan model yang lebih efisien dalam hal energi, dimana akan mendukung penghematan
energi. Sebuah gedung yang baik akan menghemat pengeluaran pemilik pada pemeliharaan dan
pengoperasian yang berlangsung.
Ketika sebuah tempat tinggal dibangun agar beradaptasi dan dapat dengan mudah memodifikasi
kebutuhan penghuni berikutnya, keusangan dan perobohan dapat dicegah. Pandangan yang sama harus
terus dipakai ketika aturan dan hukum diciptakan. Mereka seharusnya menyediakan sebuah kerangka
kerja untuk dikerjakan, belum membatasi pengenalan dari amandemen dan perubahan ketika waktu dan
keadaan akan diperkenalkan.
Surabaya, Actober 2012...untuk ANYA dan TATA...mommy loves you so much!