Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. W
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 26 tahun
Alamat
Pekerjaan
: TNI-AD
Agama
: Islam
ANAMNESIS
Diambil dari Autoanamnesis tanggal 29 februari 2012, jam 10.30 WIB
Keluhan Utama:
Timbul bintik- bintik kemerahan di kelopak mata sebelah kanan dan kiri.
Keluhan Tambahan
Rasa panas dan perih pada kelopak mata kiri dan kanan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh timbul bintik- bintik kemerahan pada daerah kelopak
mata kiri dan kanan. Keluhan tersebut baru disadari pasien pada saat baru
bangun tidur. Sebelum nya pasien tidak merasakan keluhan apapun pada
daerah kelopak. Pasien mengaku bintik- bintik tersebut muncul secara tibatiba. Pasien juga mengeluhkan timbul rasa panas dan perih di kedua kelopak
mata terutama kelopak mata sebelah kanan. Rasa gatal tidak di keluhkan oleh
pasien. Pasien mengaku baru pulang pelatihan dari hutan di Sumatra Utara.
Pada malam hari sebelum timbul keluhan, pasien tidur dengan lampu yang
menyala.
2 bulan yang lalu pasien pernah mengalami keluhan yang sama yaitu
timbul bintik- bintik kemerahan pada daerah kelopak mata sebelah kiri dan
STATUS GENERALIS
Keadaaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Keadaan gizi
: baik
Vital Sign
: Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 81 x/menit
Pernafasan
: 18 x/menit
Suhu
: afebris
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
: tidak dilakukan
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
IV.
STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi
Effloresensi
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
VI.
RESUME
Pasien Tn. W, usia 26 tahun mengeluh timbul bintik- bintik kemerahan pada
kelopak mata sebelah kanan dan kiri. Keluhan tersebut muncul secara tibatiba saat pasien baru bangun tidur. Sebelum nya pasien tidak merasakan
keluhan apapun pada daerah kelopak mata. Pasien pernah mengalami keluhan
yang sama sekitar 2 bulan yang lalu dan telah mendapat obat salep dan telah
sembuh. Teman- teman pasien di barak tempat tingal pasien, juga sering
mengalami hal yang sama. Kebersihan pasien selalu di jaga, mandi 3 kali
sehari. Pasien mengaku baru pulang pelatihan dari hutan di Sumatra Utara, dan
sebelumnya tidur dengan lampu menyala. Status generalis dalam batas normal.
Status dermatologikus pada daerah kelopak mata kanan dan kiri tampak
bercak eritematosa berukuran numular, berbatas kurang tegas dengan beberapa
papul milier dan pustul diatasnya.
VII.
DIAGNOSA KERJA
Dermatitis Venenata
VIII.
DIAGNOSIS BANDING
Tidak ada
IX.
X.
PEMERIKSAAN ANJURAN
Tidak ada
PENATALAKSANAAN
Non- Medikamentosa :
Medikamentosa
XI.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
:bonam
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad sanationam
: bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DERMATITIS KONTAK IRITAN
4
I. PENDAHULUAN
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan nonimunologik
pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen.
Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan
faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini.1
Pada tahun 1898, dermatitis kontak pertama kali dipahami memiliki lebih dari
satu mekanisme, dan saat ini secara general dibagi menjadi dermatitis kontak iritan
dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan berbeda dengan dermatitis
kontak alergi, dimana dermatitis kontak iritan merupakan suatu respon biologis pada
kulit berdasarkan variasi dari stimulasi eksternal atau bahan pajanan yang
menginduksi terjadinya inflamasi pada kulit tanpa memproduksi antibodi spesifik.2
Dermatitis kontak iritan lebih banyak tidak terdeteksi secara klinis disebabkan
karena penyebabnya yang bermacam-macam dan interval waktu antara kontak dengan
bahan iritan serta munculnya ruam tidak dapat diperkirakannya. Dermatitis muncul
segera setelah pajanan dan tingkat keparahannya ditentukan berdasarkan kuantitas,
konsentrasi, dan lamanya terpajan oleh bahan iritan tersebut.3
Penanganan dermatitis kontak tidak selamanya mudah karena banyak dan
seringnya faktor-faktor tumpang tindih yang memicu setiap kasus dermatitis.
Pencegahan bahan-bahan iritasi kulit adalah strategi terapi yang utama pada dermatitis
kontak iritan.4
II.
ETIOLOGI
Dermatitis kontak iritan adalah penyakit multifaktor dimana faktor eksogen
tubuh yang terpajan dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan, gesekan atau
goresan. Kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu dingin menurunkan kadar air
pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahn iritan.1
Faktor Endogen
a. Faktor genetik
Ada hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu untuk
mengeluarkan radikal bebas, untuk mengubah level enzym antioksidan, dan
kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya
dibawah kontrol genetik. Faktor tersebut juga menentukan keberagaman
respon tubuh terhadap bahan-bahan ititan. Selain itu, predisposisi genetik
terhadap kerentanan bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan. 1 Pada
penelitian, diduga bahwa faktor genetik mungkin mempengaruhi kerentanan
terhadap bahan iritan. TNF- polimorfis telah dinyatakan sebagai marker
untuk kerentanan terhadap kontak iritan.3
b. Jenis Kelamin
Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, dan
wanita dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Dari hubungan antara
jenis kelamin dengan dengan kerentanan kulit, wanita lebih banyak terpajan
oleh bahan iritan, kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki.
Tidak ada pembedaan jenis kelamin
pada kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan
iritan daripada kulit putih.3
e. Lokasi kulit
Ada perbedaan sisi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan,
sehingga kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan
terhadap dermatitis kontak iritan. Telapak tangan dan kaki jika dibandingkan
III.
lebih resisten.3
PATOGENESIS
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan
melalui kerja kimiawi atau fisis. Ada empat mekanisme yang dihubungkan dengan
dermatitis kontak iritan, yaitu:3
1.
2.
3.
4.
Gambar 1 : (a-d) mekanisme imunologis terjadinya dermatitis kontak iritan (DKI). (a) bahan iritan fisik dan kimia memicu
pelepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya yang disebut sinyal bahaya. (b) sel epidermis dan dermis merespon sinyal
bahaya tersebut. (c) setelah itu, sitokin inflamasi dikeluarkan dari sel residen dan sel inflamasi yang sudah terinfiltrasi.
Sitokin utama pada proses ini adalah CXCL 8 (bentuk yang dikelan adalah IL-8) (d) sebagai akibatnya, dari produksi sitokin
inflamasi, banyak sel inflamasi termasuk neutrofil diserang dan dibawa pengaruh picuan inflamasi mengeluarkan mediator
inflamasi. Hasilnya dapat dilihat secara klinis pada DKI. Dikutip dari kepustakaan [4]
kulit
apabila
serangga
ini
remuk
akibat
refleks
10
Gambar 3 : DKI kronis akibat efek korosif dari semen Dikutip dari
kepustakaan [7]
DIAGNOSIS
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis yang akurat. DKI akut lebih mudah diketahui karena
munculnya lebih cepat sehingga penderita lebih mudah mengingat penyebab
terjadinya. DKI kronis timbul lambat serta mempunyai gambaran klinis yang luas,
sehingga kadang sulit dibedakan dengan DKA. Selain anamnesis, juga perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan untuk lebih memastikan diagnosis DKI.6
A. Anamnesis
13
Anamnesis yang detail sangat dibutuhkan karena diagnosis dari DKI tergantung
pada anamnesis mengenai pajanan yang mengenai pasien. Anamnesis yang dapat
mendukung penegakan diagnosis DKI (gejala subyektif) adalah:10
- Pasien mengklain adanya pajanan yang menyebabkan iritasi kutaneus
- Onset dari gejala terjadi dalam beberapa menit sampai jam untuk DKI akut.
DKI lambat dikarakteristikkan oleh causa pajanannya, seperti benzalkonium
klorida
-
(biasanya
terdapat
pada
cairan
disinfektan),
dimana
reaksi
B. Pemeriksaan Fisik
Menurut Rietschel dan Flowler, kriteria dignosis primer untuk DKI sebagai
berikut: 10
- Makula eritema, hiperkeratosis, atau fisura predominan setelah terbentuk
-
vesikel
Tampakan kulit berlapis, kering, atau melepuh
Bentuk sirkumskrip tajam pada kulit
Rasa tebal di kulit yang terkena pajanan
C. Pemeriksaan Penunjang.
Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontak iritan.
Ruam kulit biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan. Terdapat beberapa
tes yang dapat memberikan indikasi dari substansi yang berpotensi menyebabkan
DKI. Tidak ada spesifik tes yang dapat memperlihatkan efek yang didapatkan dari
setiap pasien jika terkena dengan bahan iritan. Dermatitis kontak iritan dalam
beberapa kasus, biasanya merupakan hasil dari efek berbagai iritans.9,10
1. Patch Test
Patch test digunakan untuk menientukan substansi yang menyebabkan kontak
dermatitis dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasi yang
digunakan harus tepat. Jika terlalu sedikit, dapat memberikan hasil negatif
palsu oleh karena tidak adanya reaksi. Dan jika terlalu tinggi dapat
terinterpretasi sebagai alergi (positif palsu). Patch tes dilepas setelah 48 jam,
hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan
kemabali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya
didapatkan ruam kulit yang membaik, maka dapat didiagnosis sebagai DKI,1,7
14
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari dermatitis kontak iritan dapat dilakukan dengan
melakukan dengan memproteksi atau menghindakan kulit dari bahan iritan. Selain itu,
prinsip pengobatan penyakit ini adalah dengan menghindari bahan iritan, melakukan
proteksi (seperti penggunaan sarung tangan), dan melakukan substitusi dalam hal ini,
mengganti bahan-bahan iritan dengan bahan lain.1,4,5,6,9
Selain itu, beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita
dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut:
1. Kompres dingin dengan Burrows solution
Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan
membantu mengurangi pertumbuhan bakteri.5,17 Kompres ini diganti setiap 2-3
jam.5
2. Kortikosteroid topikal
Untuk mengatasi peradangan dapat di berikan kortikosteroid topikal, misalnya
hidrokortison atau untuk kelainan yang kronis dapat diawali dengan
kortikosteroid dosis yang lebih kuat.6
3. Antibiotik dan antihistamin
Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi
sekunder oleh bakteri. Perubahan pH kulit dan mekanisme antimikroba yang telah
dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi, persisten,
dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara
klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah
perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan,
glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan
antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis
akibat iritan. Terdapat percobaan klinis secara acak mengenai efisiensi
antihistamin untuk dermatitis kontak iritan, dan secara klinis antihistamin
biasanya diresepkan untuk mengobati beberapa gejala simptomatis.5
15
VIII. PROGNOSIS
Prognosisnya kurang baik jika bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak
dapat disingkirkan dengan sempurna. Keadaan ini sering terjadi pada DKI kronis yang
penyebabnya multifaktor.1,6
DAFTAR PUSTAKA
1. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors.
Fitzpatricks Dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill;
2008.p.396-401.
2. Chew AL and Howard IM, editors. Ten Genotypes Of Irritant Contact Dermatitis.
In: Chew AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis. Germany: SpringerVerlag Berlin Heidelberg; 2006.p.5-8
16
17