Вы находитесь на странице: 1из 7

Kebudayaan dalam Keperawatan

PENGARUH BUDAYA DALAM KESEHATAN


Persepsi seseorang terhadap kondisi kesehatannya dipengaruhi budaya atau
kebudayaan yang dimilikinya. Pada masyarakat non industri menurut Helman (1994),
pada umumnya mengartikan sehat sebagai suatu keseimbangan hubungan manusia
dengan manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan supernatural. Pada
masyarakat barat kondisi sehat diartikan mencakup aspek-aspek fisik, psikologi, dan
perilaku. Namun, persepsi terhadap tingkat kesehatannya berbeda-beda tergantung
dari golongan tempat seseorang masuk didalamnya, hal ini juga dibuktikan hasil
penelitian tentang penggunaan pelayanan preventif.
Dalam setting penanganan kesehatan jiwa, budaya akan mempengaruhi
bagaimana orang :
1. Menyebutkan dan mengkomunikasikan masalah.
2. Menjelaskan penyebab masalah.
3. Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa.
4. Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa.
Bagaimana kita dapat maju selangkah dan memberikan penanganan yang
terbaik apabila kita tidak mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dari orang yang
kita bantu? Bagaimana kita dapat mengatasi kesulitan bahasa, perbedaan budaya,
pandangan setempat tentang sakit jiwa, persoalan gender, dan metode pengajaran /
pelatihan yang berbeda.
B.PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan yang sudah ada sejak manusia ada di
bumi ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban
teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus
berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan didunia :
Mother Instink
Pekerjaan keperawatan sudah ada sejak manusia diciptakan, keperawatan ada
sebagai suatu naluri (instink). Setiap manusia dalam tahap ini menggunakan akal
pikirannya untuk menjaga kesehatan, menggurangi stimulus kurang menyenangkan,
merawat anak, menyusui anak, dan perilaku masih banyak perilaku lainya.
Animisme
Manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa keadaan sakit adalah
disebabkan oleh arwah / roh halus yang ada pada manusia yang telah meninggal atau
pada manusia yang hidup atau pada alam (batu besar, pohon, gunung, sungai, api, dll).

Dan untuk penyembuhannya manusia yang sakit maka roh jahat harus diusir
para dukun untuk menggupayakan proses penyembuhan dengan berusaha mencari
pengetahuan tentang roh.Keperawatan Penyakit Akibat Kemarahan Para Dewa
Pada tahap ini manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-dewa,
manusia yang sakit disebabkan oleh kemarahan dewa. Untuk membantu penyembuhan
orang sakit dilakukan pemujaan kepada para dewa di tempat pemujaan (kuil), dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kuil adalah tempat pelayanan terhadap kesehatan.
Ketabiban Mulai Berkembang Sejak + 14 Abad SM
Pada masa ini telah dikenal teknik pembidain, hygiene umum, anatomi manusia.
Diakones dan Philantrop Berkembang + 400 SM
Para diakones memberikan pelayanan perawatan yang diberikan dari rumah ke rumah,
tugas mereka adalah membantu pendeta memberikan pelayanan kepada masyarakat
dan pada masa ini merupakan cikal bakal berkembangnya ilmu keperawatan kesehatan
masyarakat. Philantop adalah kelompok yang mengasingkan diri dari keramaian dunia,
dimana mereka merupakan tenaga inti yang memberikan pelayanan dipusat pelayanan
kesehatan pada masa itu.
Perkembangan Ilmu Kedokteran Islam Pada Tahun 632 M
Agama Islam melalui Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya menyebarkan
agama Islam keseluruh pelosok dunia. Selain menyebarkan agama Beliau juga
menyebarkan ilmu pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan pengobatan
terhadap penyakit (kedokteran).
Perawat Terdidik (600 - 1583)
Pada masa ini pendidikan keperawatan mulai muncul, dimana progam itu
menghasikan perawat-perawat terdidik. Pendidikan keperawatan diawali dihotel Dien
dan Lion Prancis yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit terbesar disana.
Tokoh perawat yang terkenal pada saat (1182-1226) itu adalah St Fransiscas dari
Asisi Italia.
Perawat Profesional (abad 18 - 19)
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk ilmu
kedokteran dan keperawatan. Florence Nightingale (1820 1910) adalah tokoh yang
berjasa dalam perkembangan ilmu keperawatan, beliau mendirikan sekolah
keperawatan moderen pada tahun 1960 di RS St Thomas di London.
A.KEBUDAYAAN
Pengertian budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanserketa yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut cultur, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau

mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata cultur
juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Istilah untuk pendapat itu sendiri adalah Cultural Determinism. Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari suatu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan stuktur- stuktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat.
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehinga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai mahluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni,
dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan masyarakat.

Keperawatan Lintas Budaya (Antropologi)


Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka
perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi
terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir
kritis dalam menangani hal tersebut. Seorang perawat professional Dr. Medeleine
Leininger membuat konsep tentang Transcultural Nursing sebuah konsep yang
berkembang dari ilmu antropologi.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,
termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin
besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara

(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan


keperawatan.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal
tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien
sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan
seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis.
Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis
pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia
mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien
karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh
perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan.

B. Argumentasi
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum
dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan
pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana
ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan
tempat lainnya.

Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,
dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
keputusan.
Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi
tindakan dan keputusan.
Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai
nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi
(Leininger, 1985).
Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia
Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang
tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik
diantara keduanya.
Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

Goncangan budaya berkenaan dengan seseorang yang tidak mampu memberikan


respon yang tepat pada budaya orang lain.
Relativitas kebudayaan yaitu suatu tempat yang mempunyai budaya yang unik harus
dinilai dan dibantu atau dilestarikan.
Kebutaan budaya yaitu ketidakmampuan seseorang untuk menghargai gaya hidup
orang lain.
Dalam berinteraksi menurut Leininger terdapat lima fenomena yang mendasarinya
yaitu pertemuan budaya, perpaduan budaya, penyesuaian diri, bermasyarakat dan
penerimaan.
Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.
Gagasan utama yang berhubungan dengan konsep Culture care yaitu seorang
perawat mampu mempertimbangkan antara yang spesifik dengan yang umum.
Spesifik datang dari culture care namun lebih terbagi lagi menjadi lebih spesifik
yang hanya dibutuhkan seorang klien. Sedangkan umum kebutuhan secara umum yang
dibutuhkan oleh orang-orang pada masyarakat tersebut. Jika perawat tanpa
mengetahui kebudayaan seseorang ataupun mengerti kebudayaan kliennya maka akan
terjadi konflik culture care. Seorang perawat juga harus mengerti bagaimana
seseorang mendeskripsikan waktu, baik itu waktu yang telah lalu, sekarang atau masa
depan yang akan mempengaruhi pola fikir maupun tindakannya.
Budaya mengacu pada terapi perawatan yang memenuhi syarat keperawatan
transkultur yang menawarkan bantuan, dukungan dan fasilitatif penolakan dan
praktek-praktek penyembuhan bagi individu yang mengalami culture pain, kesakitan,
penghinaan, sakit hati, dan masalah terkait lainnya.
Dalam mengembangkan bidang keperawatan transkultur dua ide yang sangat penting
dikembangkan untuk mengidentifikasi berbagai jenis perawatan, yaitu, generic
perawatan dan perawatan profesional, yang sebagian besar didasarkan pada
perawatan emik dan etik. Kedua istilah tersebut membantu perawat menyadari
keperawatan dengan membedakan sumber-sumbernya, makna dan ekspresi yang
digunakan merawat seseorang.

Keperawatan Transkultural
Keperawatan transkultural yang dikembangkan oleh Leininger merupakan teori yang
perlu diaplikasikan oleh seorang perawat ketika memberikan asuhan keperawatan
kepada klien yang memiliki latar belakang yang berbeda dengan menghargai perilaku
caring, nursing care, perilaku sehat-sakit. Mempelajari budaya secara spesifik dan
umum dalam keperawatan dapat meningkatkan kesehatan orang lain atau membantu
mereka dalam tiap kondisi.
Selain hal tersebut penulisan kali ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Antropologi Kesehatan sebagai suatu syarat untuk nilai ujian tengah semester.
Yang mudah-mudahan niat dari penugasan kali ini memberikan wawasan keilmuan
penulis.

Вам также может понравиться