Вы находитесь на странице: 1из 31

Fisika merupakan bagian dari sains yang tersaji secara kuantitatif

sehingga harus bisa dinyatakan dalam bentuk angka. Penyajian angka hanya
mungkin bila dilakukan pengukuran. Mengukur adalah membandingkan
antara besaran yang diukur dengan satuan standarnya. Satuan adalah ukuran
pembanding yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Jelaslah bahwa fisika
yang berobjek alam dan peninjauan secara kuantitatif selalu bersifat objektif,
sebab seniua pemyataan ada pembanding nilai standar yang disebut satuan.
Besaran fisika adalah segala pengertian yang kepadanya dapat dikenai
ukuran, seperti panjang, waktu, massa, gaya, torsi, dll. Jika telah diuji oleh
banyak kali pengukuran, maka diperolehlah formulasi hukum alam secara
lebih seksama sehingga dapat meramalkan peristiwa alam berdasarkan
keteraturan hukum alam. Hukum alam, yang disebut pula hukum fisika, tidak
lain adalah pola dan aturan pada interaksi antarbesaran fisika dalam melukiskan alam. Contoh, di alam selalu terjadi gaya tarik antarmassa yang dilandasi
oleh Hukum Gravitasi Umum Newton. Antara 2 buah benda yang masingmasing bermassa ///, dan m2 serta berjarak
terjadi gaya interaksi antara
kedua benda itu dinyatakan oleh rumusan:

setiap 1 m/s kelajuan putar magnet ggl induksi oleh koil sebesar Bl volt.
Selanjutnya tegangan keluaran dari koil dihubungkan dengan penyearah,
OpAmp, ADC dan akhirnya terhubung dengan unit penampil 7 segmen
atau LCD.

1.2 Besaran dan Satuannya


Pemaparan tentang besaran dan satuannya ini terdiri dari pembahasan tentang
ragam besaran dan satuan, serta dimensi dan besaran. Berikut ini disajikan
pemaparan selengkapnya.

1.2.1 Ragam Besaran dan Satuan


Setiap besaran (fisika) selalu memiliki satuan dan sebuah besaran dapat
memiliki lebih dari 1 sistem satuan. Misalnya, satuan massa dapat berupa kg
(dalam sistem Satuan Internasional = SI), atau slug (dalam sistem British).
Satuan merupakan ukuran pembanding yang telah dipeijanjikan terlebih
dahulu sehingga setiap satuan pasti telah memiliki acuan pembanding yang
bernilai tetap. Acuan itu disebut satuan standar. Anda tentu telah mengenal
beragam satuan standar. Sejarah telah menunjukkan bahwa satuan standar
pada besaran yang sama pada waktu tertentu diganti dengan satuan standar
baru yang lebih konsisten. Misalnya saja, dahulu (sebelum tahun 1990) 1
sekon didefinisikan sebagai waktu getar atom Cesium oleh transisi tertentu
dikalikan dengan angka 9.192.631.770. Sekarang (tahun 2006 dan seterusnya), 1 sekon sebagai waktu yang diperlukan oleh cahaya untuk merambat
lurus di vakum sejauh 299.792.458 meter. Juga, satuan standar 1 meter pada
tahun 1960-an sebagai panjang gelombang cahaya, pada sebuah transisi aras
tenaga pada atom-atom di dalam gas Kripton, dikalikan dengan angka
1.650.763,73. Sekarang (tahun 2006 dan seterusnya) 1 meter sebagai jarak
yang ditempuh oleh cahaya ketika merambat lurus di vakum selama
1/299.792.458 s. Diharapkan acuan satuan standar meter dan sekon sudah
tidak berubah lagi. Ini disebabkan kelajuan cahaya di vakum (c) adalah termasuk tetapan alam. Untuk selanjutnya, c di medium vakum ataupun udara
dianggap senilai, yaitu 300.000.000 m/s. Selain c, di alam juga dikenal
tetapan alam yang lain, misalnya angka n (= 22/7), bilangan alam (e),
permeabilitas magnet di vakum (/u o ), dan permitivitas listrik di vakum ( e o ) .

Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari besaran dan satuan


inaka besaran dan satuan dikelompokkan dalam beberapa kelompok, yaitu
ln'saran dan satuan dasar, turunan, serta pelengkap.
ii. Besaran dasar
Besaran ini disebut pula besaran pokok, yaitu besaran yang bersifat
mendasari besaran lain. Artinya, besaran yang lain itu selalu didasari
oleh besaran dasar. Besaran dasar dipilih karena memiliki 2 sifat berikut:
1. Bcbas terhadap besaran yang lain, artinya bahwa besaran yang
satu harus tidak bergantung (bebas) dari besaran dasar yang lain.
Misalnya, besaran massa tidak mungkin bersama dengan besaran
gaya sebagai besaran dasar. Ini disebabkan antara besaran massa
dengan gaya tidaklah saling bebas. Contohnya, menurut Hukum
Gravitasi Umum Newton, gaya interaksi antarmassa bergantung
pada besar masing-masing massa yang berinteraksi. Selain itu,
besaran panjang bebas dengan besaran waktu, dan massa bebas
dengan besaran kuantitas zat. Atas dasar itu kita tidak dibenar-kan
mendefinisikan massa sebagai banyaknya zat yang dikandung benda.
Banyaknya (kuantitas) zat yang dikandung adalah besaran dasar
yang bersatuan mol, yang harus bebas dari besaran massa. Definisi
massa yang benar adalah massa sebagai ukuran kemalasan terhadap
gaya (dasarnya, Hukum II Newton, pada sistem SI, massa tetap),
atau sebagai ukuran kemampuan menarik benda lain di sekitamya
(dasarnya, Hukum Gravitasi Umum Newton). Kalau Anda membuat
definisi, khususnya besaran fisika, hendaknya Anda menggunakan
salah satu hukum fisika sebagai acuan.
2.

Bersifat lebih makroskopis sehingga mudah diukur, misalnya,


besaran arus listrik dipilih sebagai besaran dasar, bukannya muatan
listrik. Pada hal arus listrik merupakan jumlah muatan listrik yang
melewati penampang penghantar per satuan waktu. Itu karena untuk
mengukur arus listrik lebih mudah (cukup dengan amperemeter),
bila dibanding mengukur muatan listrik pada kawat penghantar.
Sekarang sudah ada alat ukur muatan listrik (disebut coulombmeter),
namun alat ukur itu belum memasyarakat dan hasilnya pun masih
kurang teliti.

Saat ini terdapat 7 buah besaran dasar (Tabel 1.1). Apakah jumlah
besaran dasar bisa bertambah? Hal itu mungkin saja terjadi asalkan
memenuhi sifat untuk disebut besaran fisika, yaitu kuantitatif atau dapat
dinyatakan dalam bentuk angka yang memiliki satuan tertentu. Selain itu juga
harus memenuhi 2 syarat besaran dasar di atas. Besaran lain, yang boleh jadi
prospektif untuk menjadi besaran dasar baru, misalnya: bau, rasa, dan cinta.
Sayangnya sampai sekarang fisikawan belum berhasil membuat satuan
standar untuk: bau, rasa, ataupun cinta. Artinya, syarat sebagai satuan saja
belum terpenuhi, walaupun untuk 2 syarat besaran dasar sudah terpenuhi.
Bukankah kita belum tahu, ukuran 1 harum itu setara dengan berapa ampegl
Rasa berhubungan dengan lidah, 1 manis ada berapa pahit? Suami istri sering
cekcok, tetapi kok banyak anak?
Tabel 1.1 Besaran Dasar
No.

Nama besaran

Lambang

1
2
3
4
5
6
7

panjang
waktu
massa
arus listrik
suhu tcrmodinamika
kuantitas zat
Intcnsita cahaya

L
T
M
1
T

N
1

Satuan
(MKS)
meter (m)
sekon (s)
kilogram (kg)
ampere (A)
kclvin(K)
mol
kandela (Cd)

Dimensi

[L]
[T]
[M]
[1]
[K]
[n]

rn

b. Besaran turunan
Besaran ini selalu tersusun oleh 2 besaran dasar atau lebih. Jumlah dari
besaran turunan ini tak hingga sebab setiap susunan besaran dasar mernberikan besaran turunan baru. Untuk mempersingkat penulisan, satuan
dari besaran turunan yang sudah terkenal diberi nama satuan tersendiri.
Misalnya, besaran gaya yang bersatuan kgm/s: disebut pula newton.
Satuan usaha adalah newton meter, disebut pula joule (disingkat J),
satuan daya yaitu joule per sekon sama dengan watt (disingkat W), dan
satuan perlajuan 10 ' crn/s2 disebut juga 1 miligal. Satuan miligal biasa
dipakai untuk menyatakan nilai percepatan gravitasi bumi di sebuah
tempat. Itu biasa digunakan oleh ahli fisika bumi (geofisika). Istilah
miligal mengambil dari nama Galileo yang merupakan salah seorang
tokoh ilrnu fisika.

o.

Besaran pelengkap
Besaran ini terdiri dari 2 besaran, yaitu suclut datar (bersatuan radian,
disingkat rad) dan sudut ruang (bersatuan steradian atau St). Sudut
datar, maksimum bernilai 360 (=2 n rad), dan sudut ruang isotrop (ke
seluruh arah pada permukaan bola) bernilai 4 n steradian. Satuan dari
besaran pelengkap ini sifatnya hanyalah melengkapi, artinya ditulis
boleh dan tidakpun juga boleh (Gambar 1.5).

Menurut nilai satuannya, dikenal beberapa sistem satuan, yaitu sistem


British dan sistem SI (Satuan Internasional). Sistem SI masih dikelompokkan
ke dalam dua sistem satuan lagi, yaitu MKS (meter, kilogram, sekon) dan cgs
(sentimeter, gram, sekon). Sistem British dahulu biasa dipakai di Inggris dan
Amerika Serikat, tetapi sekarang kedua negara itu sudah mulai beralih ke
sistem SI (Blatt, FJ 1996).

Gambar 1.5 Besaran pelengkap: Sudut datar rad = 9Cf(a), dan sudut ruang
Q (b).

1.2.2 Dimensi dan Besaran


Dimensi dari sebuah besaran adalah cara tersusunnya besaran dasar sehingga
membentuk besaran itu. Misalnya, dimensi besaran gaya [F] tersusun dari
besaran massa [M] dan percepatan [a] = [LT 2 ] sehingga [F] = [M][a] =
|MLT 2 ]. Dimensi tenaga gerak [K] dari benda massa m yang berkelajuan v
oleh persamaan K=~mv2 sehingga dimensi itu [K] = [M][LT'] 2 = [ML2T2].
Angka

pada persamaan tenaga gerak tidak ditulis sebab angka itu

merupakan tetapan yang tidak berdimensi. Pemahaman tentang dimensi dapat


digunakan untuk menguji kebenaran rumusan yang ditulis, yaitu suku di
sebelah kiri tanda "=" harus sama dengan di sebelah kanan tanda "=".

Contoh 1.1:

Sebuah mobil, saat awal, berada 50 meter di sebelah timur


mobil saat mulai bergerak. Empat sekon berikutnya mobil
bergerak ke arah timur pada kelajuan 10 m/s. Hitunglah jarak
yang ditempuh mobil saat 4 sekon dari tempat mobil mulai
bergerak.

Penyelesaian: Seandainya jarak keseluruhan yang ditempuh mobil adalah d


(berdimensi [L]), dan saat awal telah menempuh jarak d0 yang
panjangnya 50 m maka berdasarkan hubungan antardimensi,
pernyataan untuk d dapat ditulis d = d0+x di mana jc merupakan
jarak yang ditempuh mobil selama 4 sekon pada kelajuan (v) 10
m/s. Hubungan antardimensi dapat dinyatakan x = Avt, dan
mengingat [x] = [LT/T] = [L], maka A = 1 sehingga x = (10
m/s)(4s) = 40 meter. Selanjutnya, jarak keseluruhan yang
ditempuh oleh mobil d = (50 + 40) m = 90 m.
Contoh 1.2:

Fluks bahang atau panas (I) dinyatakan dalam satuan joule/


sekonmeter, melewati pelat logam lebar a. Diketahui fluks
bahang sumber adalah I0 sehingga di posisi beijarak x dari
tepi kiri memenuhi hubungan / = IQe~ax (Gambar 1.5), di
mana a adalah tetapan positif. Tentukan dimensi dari a .

Penyelesaian:

Gambar 1.6 Fluks


bahang (!) di pelat
logam.

Dilihat dari dimensinya maka [I] di sebelah kiri


tanda "=" harus sama dengan dimensi besaran di
sebelah kanan, yaitu /. Hal itu dipenuhi mengingat [e~ a x ] hanyalah bilangan yang tidak
berdimensi sehingga [ ax ] juga tidak berdimensi,
atau [ax] = [1] = [a][L], berarti dimensi a
adalah [a] = [I/1].

1.3 Deret Puluhan


Penulisan satuan selayaknya mengikuti aturan baku yang telah ada. Aturan
baku itu bisa Anda dapatkan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Kamus Fisika, ataupun aturan penulisan EYD. Melalui acuan itu diharapkan

pcnyajian paparan Anda tidak salah arti, misalnya ketika menulis satuan
besaran fisika dapat terhindar dari kerancuan pada penulisan nama orang.
Selain itu juga hendaknya menyajikan nilai ukur secara efisien. Artinya, kalau
dcret puluhan bisa diganti dengan lambang pada satuan sehingga penulisan
lebih singkat, ya lakukanlah. Aturan dan ketentuan itu diuraikan berikut ini.
1.

Nama satuan, bila ditulis lengkap, huruf depannya berupa huruf kecil
dan bila disingkat harus disajikan dalam huruf kapital. Contohnya,
penulisan satuan arus listrik, bukan ditulis 2 Ampere, melainkan harus
ditulis 2 ampere atau disingkat 2 A. Juga penulisan satuan gaya 7
Newton adalah salah, yang benar 7 newton atau 7 N. Penulisan 2
Ampere dan 7 Newton berturut-turut memiliki makna 2 orang bernama
Ampere, dan 7 orang bernama Newton. Adapun 2 ampere dan 7 newton
berturut-turut memiliki makna arus listrik sebesar 2 kali 1 ampere, dan
gaya sebesar 7 kali 1 newton.

2.

Terdapat aturan penyingkatan pada penulisan satuan. Sebagai contoh,


pada penulisan satuan waktu sekon, satuan itu disingkat ,v dan bukan
det. Satuan grain disingkat g, dan bukannya gr. Selanjutnya, penulisan 5
gram disingkat 5 g, dan bukannya 5 gr sehingga satuan 7 kilogram
disingkat menjadi 7 kg dan bukannya 7 kgr.

3.

Untuk efisiensi penulisan nilai besaran fisika, kelipatan atau deret


puluhan dapat diganti dengan awalan pada satuan. Awalan itu boleh
disingkat, namun tidak boleh terjadi awalan rangkap. Selanjutnya,
perkalian antarsatuan juga melibatkan perkalian awalan pada satuan itu.
Perhatikan Tabel 1.2, kelipatan 1000 bisa diganti awalan kilo pada
satuan, dan kalau disingkat k. Adapun 1 ()'' diganti awalan giga atau
disingkat G. Contoh, 1000 gram dapat ditulis dengan pemberian awalan
k (= kelipatan 1000) menjadi 1 kg, dan satuan volume 1 km3 berarti
(1000)-meter = 1.000.000.000 meter3 (ingat kata kilo berarti 1000).
Namun Anda tidak boleh menulis 1.000.000.000 meter sebagai 1 kkkm
atau 1 Mkm, sebab awalan satuan tidak boleh rangkap. Beberapa
lambang awalan dan arti kelipatan terhadap satuannya ditampilkan pada
Tabel 1.2.

4.

Notasi ilmiah juga berlaku pada penyajian satuan. Penulisan notasi


ilmiah diartikan sebagai penggantian angka kelipatan puluhan dengan
puluhan berpangkat. Misalnya 100.000 meter dapat diganti dengan 10"
meter. Pada penulisan itu, angka 5 disebut eksponen. Contoh lainnya,
12.000 km sama dengan 12 x 103 km, dan 100 m x 500 m = 102 x 5 x

103 m2 = 5 x 10<2+3) m2 = 5 x 105 m2. Paparan mengenai sejumlah


parameter di alam dalam notasi ilmiah pada satuan meter dan sekon
tersaji pada Tabel 1.3.
Pemberian awalan satuan pada setiap kelipatan tertentu dari satuan itu
berhubungan erat dengan bidang ilmu atau profesi mereka yang memanfaatkannya. Misalnya, bidang pertanian dan peternakan terbiasa menggunakan
angka satuan panjang dalam cm untuk menyatakan dimensi tumbuhan dan
binatang. Bidang Teknik Sipil biasa menggunakan ukuran bangunan dalam
meter, dan Geodesi terbiasa dengan ukuran km. Enakkah Anda menyatakan
bahwa jarak dari Jogja ke Jakarta adalah 600.000.000 mm? Pengucap dan
pendengar tentu merasa lebih nyaman dan lebih mudah membayangkan kalau
dinyatakan 600 km. Selain itu keberadaan awalan yang ditulis di depan
satuan biasa dimanfaatkan untuk mempersingkat penulisan, sebab di alam
terdapat berbagai jangkauan pengukuran. Misalnya, diameter proton hanya
berorde 10 15 meter, sedangkan jejari jagat raya berode 1026 meter (lihat Tabel
1.3).
Tabel 1.2 Awalan dari Satuan
Kelipatan

Awalan

Lambang

Kelipatan

Awalan

Lambang

exa

10'

desi

10"

peta

I0"2

senti

I0 1 2

tera

I0J

mill i

10"

giga
mega

I0" 6

mikro

I0- 9

nano

kilo

10

piko

I0 2

hekto

I015

femto

P
f

10

deka

da

I018

atto

I0'

I0 6
I0

12

Agar tidak salah makna pada penyajian nomor urutan, hendaknya


nomor urutan itu diletakkan di depan nama yang diurutkan. Misalnya,
penulisan: Hukum I Newton, dan Hukum II Newton adalah benar. Namun
bila ditulis menjadi Hukum Newton I dan Hukum Newton II menjadi salah.
Itu karena makna penyajian Hukum I, II Newton bermakna 2 hukum fisika
yang ditemukan oleh seorang fisikawan bernama Newton. Adapun Hukum
Newton I, II bermakna hukum fisika yang dibuat oleh 2 orang, yaitu Newton
dan anak atau juniomya.

Tabel 1.3 Ukuran beberapa parameter di alam dalam notasi ilmiah


Kelipatan

Jcnis parameter alam


(dalam meter)

Kelipatan

Jenis parameter alam


(dalam sekon)

I017

io-2-'

waktu cahaya melewati proton

I0-' 5
10"'

eksperimen untuk
menentukan struktur inti
atom
diameter proton
diameter atom

10"
I0"8

I0"K

panjang ribosom

I0" 2 -- I0 9

10-"

panjang gelombang cahaya


dan bakteri
tinggi manusia
jejari bumi
1 tahun cahaya
jarak ke galaksi terdekat
jejari jagat raya

I0 7

periode gelombang cahaya


waktu untuk mengemisi cahaya
dari keadaan eksitasi
skala hidup manusia (sejak dari
sigot)
satu tahun (3,1 Cx 107 sekon)

I0'7
I0 1 8

uniur bumi
umur jagat raya

10
I0 7
I0 1 6
I0 2 2
I0 2 6

1.4 Ketelitian Pengukuran dan Angka


Penting
Ilmu fisika dilandasi oleh pengukuran besaran fisika. Atas dasar pengukuran
itu, dapat diketahui jejari atom, massa bumi, jarak bumi ke matahari, dsb.
Terkait dengan pengukuran itu, berkembang pula ragam alat ukur, yang
berarti pula berkembangnya teknologi. Telah disebutkan bahwa mengukur
berarti membandingkan nilai besaran itu dengan satuan. Satuan merupakan
ukuran pembanding yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Tujuan setiap
orang ketika mengukur adalah untuk mendapatkan hasil berupa nilai ukur
yang tepat benar. Tujuan itu tidak pemah tercapai karena setiap alat ukur
yang digunakan memiliki ketelitian yang terbatas. Hal yang dapat dicapai
adalah untuk dapat diperoleh hasil ukur yang paling boleh jadi benar.
Terkait Subbab 1.3, sebenarnya setiap penyajian paparan ilmiah, termasuk fisika, Anda tidak hanya wajib menuliskan bahasa dan satuan dengan
benar, menulis angka yang efisien, namun juga memperhatikan angka
penting. Dengan menuliskan hasil ukur dengan penyajian angka penting
secara benar maka tulisan Anda menjadi lebih informatif. Pembaca dapat.
mengenal alat ukur yang digunakan sebagai pengukur melalui penulisan hay'
ukur yang memperhatikan angka penting dengan benar. Anda tentu \ /

mengenal beragam alat ukur yang biasa digunakan pada kehidupan seharihari. Besaran yang biasa diukur, misalnya besaran massa, suhu, arus listrik,
waktu, panjang, dll. Besaran massa biasa diukur dengan neraca, suhu dengan
termometer dan termokopel, arus listrik dengan amperemeter, dan waktu
dengan stopwatch atau arloji. Alat ukur panjang bisa berupa mistar, jangka
sorong, atau mikrometer sekrup. Alat ukur besaran yang sama memiliki
kawasan ukur sendiri-sendiri. Misalnya, termometer batang baik untuk mengukur suhu pada kawasan -10C sampai dengan 110C. Termokopel dapat
digunakan untuk mengukur suhu sampai 1.100C, dan pada suhu ini tidak
mungkin untuk menggunakan termometer batang. Bagaimana untuk alat ukur
panjang? Mistar (Gambar 1.7.1) sebaiknya digunakan untuk nilai ukur orde
10 cm (misalnya panjang pensil). Jangka sorong (Gambar 1.7.2) lebih baik
digunakan untuk mengukur pada kawasan nilai ukur 1 cm (misalnya diameter
pensil), dan mikrometer sekrup (Gambar 1.7.3) untuk kawasan ukur 0,5 cm
(misalnya diameter kawat).
Mengapa alat ukur tertentu baik untuk
kawasan ukur tertentu, dan tidak baik untuk
kawasan ukur yang lain? Anda dapat mengukur beras 5 kg menggunakan neraca pegas,
tetapi alat itu tidak dapat digunakan untuk
mengukur massa elektron. Pengukuran massa
elektron harus dilakukan dengan metode lain
yang jauh lebih teliti dibanding neraca pegas.
Namun untuk mengukur keliling lapangan
sepak bola, agar teliti, janganlah menggunakan
mistar atau jangka sorong. Jelaslah alat yang
dipilih untuk mengukur berhubungan dengan
ketelitian alat ukur dan kesesuaian ketelitian itu
dengan benda yang diukur.

Gambar 1.7.1 Sebuah


mistar berketelitian
0,05 cm.

Gambar I.7.2 Sebuahjangka sarong berketelitian 0,01 cm.

Gambar 1.7.3 Sebuah mikrometer sekrup berketelitian 0,001 cm.

Ketelitian alat ukur berhubungan dengan jumlah angka penting pada


sederetan angka hasil ukur yang menggunakan alat ukur itu. Ini berarti
penyajian angka hasil ukur tidak sama dengan penyajian angka dari hitungan
dengan kalkulator. Berikut ini contoh 3 jenis alat ukur panjang dan perbandingan jumlah angka pentingnya. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian
lebih baik dibanding jangka sorong, dan jangka sorong lebih baik dibanding
mistar. Ketelitian mistar adalah 0,05 cm, jangka sorong 0,01 cm dan mikrometer sekrup 0,001 cm. Angka ketelitian mistar 0,05 cm bermakna bahwa
mistar dapat untuk mengukur dengan saksama pada nilai lebih dari 0,05 cm.

Ini berarti angka pentingnya adalah 1 angka desimal, dan angka pada desimal
kedua sudah mengandung ketidakpastian. Hal itu berarti pula bahwa angka
penting untuk jangka sorong adalah 2 angka desimal, dan 3 angka desimal
pada mikrometer sekrup.
Bagaimanakah cara menyajikan hasil ukur besaran fisika?
Jika Anda mengukur besaran x dengan nilai terbolehjadi benar x dan
ralat pengukuran itu Ax, maka hasil ukur itu disajikan dalam bentuk
x = (x Ax)

(1.2)

Nilai ukur itu bermakna tidak tepat pada sebuah angka tertentu,
melainkan berada di kawasan antara xmin = (x - Ax) sampai dengan
x
mak = (* + A*) -ted' hasil ukur besaran fisika tidaklah eksak nilai tertentu,
tetapi pasti berada di antara xmin sampai dengan xmak. Nilai x merupakan nilai
rerata hasil pengukuran bila pengukuran diulang beberapa kali, atau nilai
yang paling dipercaya dengan akal sehat bila pengukuran itu teijadi sekali
ukur. Adapun Ax, untuk 1 kali ukur, senilai dengan angka ketelitian alat
ukur yang digunakan. Misalnya, Anda mengukur panjang pensil menggunakan mistar dengan hasil ukur (10,00 0 , 0 5 ) cm, diameter pensil dengan
jangka sorong terukur (1,52 0,01) cm, dan diameter kawat dengan mikrometer sekrup terukur (0,512 0,001) cm.
Apakah makna hasil ukur tersaji dari: panjang pensil, diameter pensil,
dan diameter kawat itu?
Penyajian hasil ukur itu, bermakna bahwa panjang pensil pasti berada
pada kawasan antara 9,95 cm sampai dengan 10,05 cm. Diameter pensil
berada antara 1,51 cm sampai dengan 1,53 cm dan diameter kawat berada
antara 0,511 cm sampai dengan 0,513 cm.
Mengapa hasil tersaji di atas, alat ukur jangka sorong dinyatakan
dalam 2 angka desimal dan 3 angka desimal pada alat ukur mikrometer
sekrup? Bolehkah jumlah angka desimal yang tersaji pada angka terbolehjadi tidak sama dengan jumlah angka desimal pada nilai ralatnya?
Alat ukur jangka sorong memiliki 1 angka penting di belakang koma
dan angka kedua di belakang koma merupakan angka tak pasti. Ini disebabkan jangka sorong memiliki ketelitian 0,01 cm. Lain halnya dengan mikrometer sekrup, memiliki 2 angka penting di belakang koma sebab ketelitian-

nya mencapai 0,001 cm. Tabel 1.4 memperlihatkan contoh penyajian hasil
ukur yang terkait dengan alat ukur yang digunakannya.
Tabel 1.4 Contoh Penyajian Angka Hasil Ukur
Angka perhitungan (cm) Mistar (cm)

Jangka Sorong (cm)

Mikrometer sekrup (cm)

VI456

(5,15 0 , 0 5 )

(5,15 0 , 0 1 )

(5,146 0 , 0 0 1 )

2,10367

( 2 , 1 0 0,05)
Tidak dengan mistar

(2,10 0,01)

(2,104 0 , 0 0 1 )

(0,31 0 , 0 1 )

(0,311 0 , 0 0 1 )

0,310765

('ontoh 1.3: Bolehkah menyajikan hasil ukur x = (5,24 0,05)cm?


Juwab:

Boleh, pengukuran itu (diperkirakan menggunakan mistar)


memiliki 1 angka penting di belakang koma. Penyajian yang
tidak diperkenankan adalah x = (5,2 + 0,05) cm. Jelaslah 5,2
berbeda dengan 5,20 ataupun 5,24.

Contoh 1.4: Diketahui 2 buah benda masing-masing bermassa mt - (252,5


1,3) gram, dan nu = (12,3 0,1) gram. Hitunglah: (a) m, + my,
(b) mt-ni 2 .
Jawab:

m, + m2 = (252,5 l,3)g + (12,3 0,l)g = (264,8 l,4)g


/,-/, = (252,5 l,3)g-(12,3 0,1 )g = (240,2 l,4)g

I lal penting untuk diketahui dan diingat ialah bahwa tidak ada aturan yang
inenyatakan

ketelitian

alat ukur adalah

sama

dengan

setengah

skala

terkecilnya. Hanya saja, untuk mistar berskala terkecil 1 mm, sehingga


ketelitian alat ini senilai 0,05 cm yang kebetulan senilai dengan setengah
skala terkecilnya. Perhatikan Gambar 1.8.
Mengacu penunjukan jarum di gambar itu
jelaslah angka itu lebih dari 2,7 dan lebih
kecil dari 2,9, sehingga angka terboleh
jadinya 2,8. Angka ketakpastiannya 0,1. Jika
Anda mengambil ketelitian alat ukur itu V2
skala terkecil berarti ralatnya 0,5 sehingga
hasil ukurnya (2,8 0,5). Jelaslah angka itu
terlalu pesimis dan tidak realistis.
Gambar 1.8 Penunjukan
skala alat ukur.

1.5 Rangkuman
Hukum Fisika (HF) : interaksi antarbesaran fisika dalam melukiskan
alam.
Penampilan HF

: kalimat, persamaan matematika, grafik, tabel data


percobaan.

Besaran Fisika

: segala pengertian yang kepadanya dapat dikenai


ukuran.

Satuan

: ukuran pembanding yang telah diperjanjikan


terlebih dahulu.

Massa

: ukuran kemalasan benda terhadap peubah gerak


translasi (=gaya).

Jumlah besaran

: besaran dasar (7 buah), besaran turunan (tak


hingga), dan besaran pelengkap (2 buah).

Notasi ilmiah

: penyajian angka kelipatan puluhan ke dalam


bentuk angka eksponen pada puluhan.

Awalan satuan

: berlatar belakang bidang ilmu dan profesi


pengguna sehingga angka tersaji mudah
dibayangkan besarnya.

Dimensi

: cara tersusunnya besaran dasar sehingga


membentuk besaran turunan.

Penyajian paparan fisika hendaknya benar (sesuai kaidah EYD), efektif


(penyajian tersingkat pada deret puluhan), dan memperhatikan angka penting
(pada penyajian hasil ukur).

Soal-soal Latihan Bab 1


I

Satuan tahun cahaya biasa digunakan oleh astronom untuk menyatakan


jarak antarbintang. Panjang 1 tahun cahaya didefinisikan sebagai jarak
tempuh cahaya selama 1 tahun. Jika diketahui bahwa kelajuan cahaya
300.000 km/s, nyatakanlah 1 tahun cahaya ke dalam satuan meter.

2.

Diketahui massa jenis air adalah l,00xl03kg/m3. Nyatakan ukuran


tersebut ke satuan gram/cm3 dan lb/ft3. Gunakan daftar alihan satuan
yang tertera di lampiran buku ini.

3.

Dimensi dari molekul minyak tanah dapat ditentukan dengan cara


sederhana. Caranya, letakkan 8,4 x 10~7 kg minyak tanah ke permukaan
air yang datar (tidak bergelombang). Rentangkan permukaan minyak
seluas-luasnya sampai terukur 0,55 nr. Saat luas minyak maksimum,
tentunya tebal minyak senilai dengan tebal 1 molekul dari minyak itu.
Telah diketahui bahwa massa jenis dari minyak tanah adalah 920 kg/m3.
Hitunglah panjang dari molekul minyak tanah.

4.

Anggaplah bumi sebagai bola padat homogen yang berjejari 6,4x103km.


Direncanakan untuk niembuat sebuah terowongan untuk kereta api
bawah tanah yang menghubungkan kota Surabaya (SBY) dengan kota
Jakarta (JK) yang berjarak, menurut permukaan bumi, adalah 1200 km.
a. Berapa panjang terowongan lurus antara SBY-JK.
b. Berapa kedalaman terowongan tersebut dari permukaan bumi di kota
Jepara yang tepat berada di titik tengah antara kedua kota itu.

5.

Aluminium mumi 1 m3 diketahui tersusun oleh 6x102X atom Al, maka


berapakah volume dari atom aluminium itu? Jika atom Al bergeometri
bola, berapakah ukuran jejari atomnya?

6.

Berikut ini A; dinyatakan dalam meter, t dalam sekon, v dalam meter per
sekon dan perlajuan a dalam m/s2. Carilah satuan SI untuk setiap
kombinasi:

7.

Gunakan notasi ilmiah dan hitunglah: (a) 120 x 6000; (b) 3.000.000
dibagi 0,00015.

8.

a. Nyatakan satuan waktu 1 tahun ke dalam satuan sekon.


b. Jika seseorang dapat menghitung Rpl,00 per sekon, berapa tahun
waktu yang diperlukan untuk menghitung 1 trilyun rupiah.

9.

Satu liter adalah volume sebuah kubus yang berukuran 10cm x 10cm x
10cm. Nyatakan 1 liter itu dalam satuan cm3 dan nr.

i 10. Satuan SI untuk gaya, kgm/s2, disebut newton. Carilah dimensi dan
satuannya dalam SI pada konstanta Cavendish (G). Tetapan itu dapat
Anda jumpai pada Hukum Gravitasi Umum Newton.
11. Dua buah besaran fisika x dan y masing-masing diukur langsung dengan
hasil ukur x = (1,00 0,01) dan y = (2,00 0,03).
a. Hitunglah besaran fisika (z) sehingga diperoleh z = (zAz),
x+y.

b. Hitunglah 2 bila z = x-y.


c. Bila z = xy, hitunglah z.
x

d. Carilah z bila z = .
y
e. Hitung z bila z = jc, di mana a tetapan.

Kunci Jawaban Soal-soal Latihan Bab 1


1. 262,8X10' meter
3. 16,6x10"'" meter
5. V=\6,7x 1Q-30 m3; R = 3,4 x 10"' m
7. (a) 7,20x10s; (b) 2,00x10'
9. (a) 103 cm3; (b) 10"3

bila z =

BAB
2

Vektor
2.1 Pendahuluan
Bab ini memaparkan dasar-dasar pemahaman vektor yang nantinya digunakan sebagai landasan analisis dan penyelesaian persoalan fisika. Adapun
informasi penunjangnya berupa: hitung diferensial, operator, hitung integral,
goniometri dan perkalian matriks dapat Anda jumpai pada Lapiran L 1.1
hingga L 1.6. Tentu saja paparan ini berperan sebagai landasan bagi bab
berikutnya. Misalnya, vektor berhubungan dengan gaya dan keadaan gerak
(posisi, kecepatan dan percepatan). Diferensial dan integral berguna untuk
menyelesaikan masalah kinematika dan dinamika. Goniometri dan perkalian
matriks, antara lain, berguna untuk menentukan momen kelembaman benda
tegar.
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat melakukan hitung
vektor dan menerapkannya pada masalah fisika.

2.2 Vektor Satuan


Besaran fisika, selain dapat dibedakan menjadi besaran dasar, besaran
turunan, dan besaran pelengkap, dapat pula dikelompokkan berdasarkan nilai
(besar) dan arahnya. Atas dasar itu besaran fisika dapat dibedakan menjadi
besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar hanya memiliki nilai saja
sementara besaran vektor memiliki nilai dan arah. Untuk besaran A, kalau itu
termasuk besaran vektor, dilambangkan A sedangkan nilai skalarnya adalah
A atau | /i|. Sebuah besaran vektor digambarkan oleh sebuah anak panah.
Panjang anak panah melambangkan nilai skalar dari besaran vektor,
sedangkan arah anak panah melambangkan arah dari besaran vektor (Gambar

2.1). Penjumlahan atau pengurangan besaran vektor dapat dilakukan melalui


penggeseran letak gambar anak panah, asalkan panjang dan arahnya tetap.

Gambar 2.1 Penowpilan vektor A dan A

Dikenal vektor satuan dari A , yaitu A . Vektor satuan adalah vektor


yang arahnya sejajar dengan vektor itu, tetapi nilai skalamya satu. Artinya A
sejajar dengan A, dan

= 1. Selain itu A bersifat tidak bersatuan.

Hubungan antara A dengan

dinyatakan oleh:
(2.1a)

A = AA = A A

atau
(2.1b)
A

Pada koordinat Cartesius, A dapat dinyatakan ke dalam komponen


sumbu x (=AX), sumbu y (=AV), dan sumbu z (=A:) sebagai:
A = iAx + jAy + kA.

di mana i, j,k adalah vektor satuan berturut-turut di sumbu x, y dan z.


Berdasardalil Phytagoras maka nilai skalar dari A adalah:
i

.
A = ^A

2
X+A y

Al

Selanjutnya, vektor satuannya dapat ditulis:


[iAx + jAy + kAz]
A =

A2 + A2 + A2

(2.2)

Hal itu dicontohkan, misalnya besaran vektor itu adalah posisi ( r ). Di


koordinat Cartesius, vektor posisi:
r =ix + jy + kz
sedangkan skalarnya

(2.3a)
Jr| = r = yjx2 + y2 + z2 . Adapun

hubungannya

dengan vektor satuan ( r ) dinyatakan r = rr , sehingga:


r =

ix+

jy + kz

(2.3b)

x2 + y2 + z2

Sifat itu dapat dikenakan pada vektor lain, seperti kecepatan, percepatan, dan
momentum linear.

2.3 Komponen Vektor


Kita telah mengenal istilah vektor satuan (Persamaan 2.1 dan 2.2). Vektor
satuan di sumbu x biasa dilambangkan / , dan berturut-turut j,k

untuk

sumbu y dan sumbu z. Selanjutnya, r (Persamaan 2.3a) mempunyai


komponen di sumbu x adalah x, dan berturut-turut di sumbu y, z adalah y dan
z yang merupakan skalar. Jelasnya, komponen vektor adalah sebuah skalar,
sedangkan besaran vektor adalah vektor satuan di sumbu itu. Setiap operasi
vektor, besaran vektor itu harus diuraikan dalam vektor komponennya
(disebut juga vektor satuan). Jadi vektor komponen adalah hasil kali antara
komponen vektor dengan vektor satuan di sumbu itu.
Operasi vektor juga berlaku pada semua besaran vektor, dengan syarat
tertentu. Sifat operasi yang teijadi pada besaran vektor berupa operasi jumlah
(+), selisih (-), perkalian skalar atau dot product (), dan perkalian vektor
atau cross product (x) .

Semua vektor dapat dioperasikan secara jumlah (+) dan selisih (-),
dengan syarat: pertama, semua besaran yang dioperasikan (+ atau -)
merupakan besaran vektor; kedua, besaran vektor itu sejenis. Contohnya,
besaran gaya F\ = iF\x + jFyy + kF\z, F2 = iF2x + jF2y + kF2z, dan besaran
vektor posisi

r, - ix^ + jyl + kz]\ f2 = ix2 + jy2 + kz2.

Operasi yang

diperkenankan adalah F\ + F2;F\ -F2,

^r2,

bukannya F\+F2

atau

2-r2
(karena melanggar syarat pertama) dan juga F{ r atau r2 - F2
(melanggar syarat kedua). Operasi + dan - (walaupun pada besaran yang
sama) dapat dilakukan hanya jika semua besaran yang dioperasikan
merupakan besaran vektor. Ft + F2 diperkenankan, tetapi F] + F2, dan
r] - r2 tidak dapat dilakukan sebab terdapat F2 dan r2 yang merupakan
skalar.
Uraian dari operasi + dan - itu bila dinyatakan dalam komponen
vektor di sumbu x, y dan z berbentuk:
F\+F2F\ + h

Fl+F2
Ft~F2=
Misalnya
F]+F2=i+2j

i(F]x + F2x) + j{F\y +Fly) + k(F]z +F2z),


= [F\x + Fix A y + FlyAz

atau

+ F2z ]

- yj(F]x + F2x )2 + (Fly + F2y )2 + {Ft, + F2z )2


i(Fu -F2x)
F\ -2i +
+ k,

Fl+F2

+ j(Fly
j-k

-F2y)
dan

= V6 ,

k(Fu-F2z)

F2 = -i +j + 2k

dan

F.-F2

maka

- 3/ - 3k ;

IF, - F 2 | = V l 8 .
Bagan operasi penjumlahan dan pengurangan besaran vektor di atas
ditampilkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Operasijumlah dan selisih antara 2 buah besaran vektor.

Operasi penjumlahan dan pengurangan biasa digunakan untuk


monentukan vektor resultan. Misalnya saja posisi resultan sebuah sistem
pnrtikel yang disebut posisi pusat massa. Selain itu penentuan gaya (ada buku
yang menyebut kakas) dan torka (disebut juga torsi atau mometi gaya)
resultan yang bekerja pada benda juga menggunakan operasi penjumlahan
dan pengurangan vektor.

2.4 Perkalian Skalar


Perkalian skalar antara gaya F dengan vektor posisi r , ditulis

Fr,

merupakan perkalian antara F dengan hasil proyeksi r di F, atau hasil


perkalian antara r dengan proyeksi F di r . Jika r berarah 6 terhadap F
((iambar 2.3), maka F r = Frcos 6.

Gambar 2.3 Proyeksi F di r , dan sebaliknya.

Mengacu persamaan (2.3a) dan sifat r -r = r2 cos 0 = r2, sehingga


A

/ i = i i cosO = 1, dan selanjutnya pada vektor satuan berlaku sifat:

i i = j j = k ic = 1, sementara itu i j = i - k = j -k= 0. Berikutnya


perkalian skalar antara F dan r dipenuhi F r = Fxx + Fyy + F.z

serta

diperoleh kaitan:
xF

cos# =

+ yFy +

zF

y l x 2 + y 2 + z 2 j F } + F ? + F2
Pemahaman tentang perkalian skalar amat diperlukan sebab terdapat
beberapa persamaan fisika yang harus disajikan dalam bentuk perkalian
skalar. Misalnya saja elemen usaha (dIV) yang merupakan hasil perkalian

skalar antara gaya yang bekeija pada benda ( F ) dengan pergeseran yang
teijadi ( d r ) , sehingga dW = F-dr=Fdrcos(9,

di mana 0 merupakan

sudut yang terbentuk antara F dengan dr . Elemen usaha itu dapat pula
dinyatakan dalam bentuk dW = (iFx + jFy + kFz) (idx + jdy + kdz) atau
dW = Fxdx + Fydy + Fzdz.

Secara umum perkalian skalar antara a(=iax + jay+kaz)

dengan

vektor lain, sebut saja b(- ibx + jby + kbz), adalah:


a-b = \a\ b | cos 6 = axbx + a yby + a.bz

(2.4)

Selanjutnya, sudut yang dibentuk antara kedua vektor itu ( 0 ) , memberikan:


cos G =
^a2x

aYbY +avbv + a7b.


* *
^
' '
+ a2y + a] ^b* + b) + bl

(2.5)

Perkalian skalar itu bersifat antikomutatif, artinya a b = b - a .


Syaratnya, kedua besaran yang dioperasikan harus berupa vektor, walau tidak
harus besaran fisika yang sama. Misalnya, gaya dengan posisi, posisi dengan
kecepatan, kecepatan dengan gaya. Perkalian skalar antara 2 besaran vektor
yang sama menghasilkan nilai kuadrat dari skalar vektor itu, misalnya:
v v = v 2 , dan r -r = r2.
Contoh 2.1:

Hitunglah besar sudut yang terbentuk antara 2 buah vektor,


masing-masing
A = i + j + k dan B = i + j .

Penyelesaian: Jika sudut terbentuk antara vektor A, /? adalah 0 serta


mengacu persamaan (2.5), maka diperoleh kaitan
A-B 1 + 1 + 0
..
.
.
.
cos0 =
= r- r- = J = 0,82 . Berarti nilai sudut
AB
V2
V3
yang dimaksud adalah 6 = arccos0,82 = 35,3.

C ontoh 2.2:

Sebuah benda diketahui bermassa 1 kg dan bergerak pada


A
yv A
keeepatan v = [2i + 4 j + 4k]m / s . Tentukan nilai tenaga
gerak benda itu.
Penyelesaian: Tenaga gerak (K) dari benda yang bermassa rn dan bergerak
1 2 1
pada keeepatan v dinyatakan K =mv = - m v - v sehingga
diperoleh: K^{\)[2i

+ 4 j + k]-[2i + 4j + k] =

j[4 + 16 + 1] = 10,5 joule .


('ontoh 2.3:

Seekor kupu-kupu terbang pada keeepatan v^ = [qi + 3 j + k]


m/s.

Saat

itu

angin

berhembus

pada

keeepatan

va = [qi -qj + 2k] m/s. Diketahui, vk berarah tegak lurus


terhadap va . Hitunglah va dan v k , serta ke manakah arah
gerak kupu-kupu relatif terhadap tanah?
Penyelesaian: Mengingat vk berarah tegak lurus terhadap v0
perkalian skalarnya:
h 'Va =[qi+y
q2-2q

+ k]-[qi-qf

+ 2=(q-2)(q-1)

maka

+ 2k] =

=0

sehingga diperoleh q, = 2 dan q2 = 1. Selanjutnya nilai q


dimasukkan pada vk dan va dan diperoleh:
vk] = 2i +3] + k;vk{ =^22 + 3 2 + 1 = Vl4
va] =2 ( i - j + k)-,va] =2^3
Vkl ~ + 3 j + k\ vk2 - V1 + 3 2 + 1 = VlT
va2 =i-j

+ 2k-va2 =V6

Penampilan keeepatan angin pada kemungkinan 1 dan 2 (v o l 2 ) dan


keeepatan kupu-kupu pada kemungkinan 1 dan 2 (v^ 2 ) diperlihatkan pada

Gambar 2.4. Diperoleh kecepatan resultan yang merupakan kecepatan relatif


kupu-kupu pada kemungkinan 1 dan 2 terhadap tanah (v H 2 ) sehingga
~ Vk\ + Va\ = 4/ + J + 3k m/s, v,.2 = 2 i +2 j + 3k m/s.

2.5 Perkalian Vektor


Perkalian vektor (crossproduct, berlambang x ) antara F terhadap r , ditulis
rxF adalah senilai dengan F yang dikalikan dengan r sinus sudut apit antara
r

terhadap F , dan hasilnya berarah tegak lurus bidang ( r , F ) searah

dengan arah ibu jari tangan kanan atau searah dengan arah maju sekrup putar
kanan. Seandainya rxF

dilambangkan r , sudut apit antara r dengan

F sebesar 0, serta arah tegak lurus bidang ( r , F ) sesuai dengan arah maju
sekrup disebut N , maka perkalian vektor itu (Gambar 2.5) ditulis:
r = rxF = rF sin ON

(2.6)

Iika
/

dan

Fdinyatakan

ix + jy + kz

dan

dalam vektor satuan ( i , j , k )


F = iFx + jF

+ kF,

di mana

sehingga

r =

I 2 2
2 I 2
2
2
//'sin? = sin#^jr + y +z JFX + Fy + Fz . Berdasarkan sifat perkalian
vektor (persamaan 2.6) dapat diperoleh informasi sifat perkalian vektor
.mlarvektor satuan i,j,k.

Vektor satuan pada koordinat cartesius berarah

saling
tegak

V
/ N
/lurus sehingga i x j = jxi - k\kx
i xi = jx j = kxk = 0, selanjutnya diperoleh:

j = i;kxi

= j,

r = r x F = [ix + jy + kz]x[iFx + jFy + kFz ] =


kyFz

-zFy]

+ j[zFx-xFz]

+ k[xFy

-yFx]

Secara umum, sinus sudut antara F d a n r ditulis:


J(yFz

sin 0 =

)2 +

-zF

(zFx-xFz)2+(xFy-yFx)2

. ,

(2.7)

Untuk vektor sembarang A(= iAx + jAv + kA_) dan B(= iBx + jBy + kBz)
maka
AxB

= i[AyB.

AxB

= yj(AyBz

- A,By] + j[AzBx

- AXBZ] + k[AxBy

AyBx]

dan
-AzBy)2

+(AZBX

-AXBZ)2

+(AxBy

-AyBx)2

Operasi perkalian vektor ini perlu dimengerti sebab beberapa peristiwa


fisika berikut ini memerlukan pemahaman tentang perkalian vektor.
(a) Sekrup diputar ke kanan, menyebabkan sekrup bergerak maju, dan
sebaliknya pada sekrup putar kiri maka gerak sekrup berarah
mundur. Peristiwa ini juga terjadi pada putaran gabus penutup
botol ketika Anda menutup (dengan memutar searah putaran j arum
jam) atau membuka botol (putaran ke arah kiri).

(b) Adanya

pengaruh

gaya

magnet

F,

(disebut Gaya

Lorentz)

terhadap muatan q yang berarah tegak lurus terhadap arah gerak


pada keeepatan ( v ) , dan medan magnet ( B ) , dalam kaitan
F, = qvx B. Pernyataan gaya lorentz itu dilandasi kenyataan
bahwa bila q bergerak lurus pada keeepatan v dan tiba-tiba
memasuki ruang bermedan magnet B , maka besar v tetap, tetapi
arahnya berubah dan memiliki lintasan melingkar. Pada peristiwa
itu terdapat peubah gerak (gaya), yaitu Ft, yang disebabkan oleh

(c)

Pelurti lepas dari senapan,

di sepanjang lintasan translasinya

peluru itu sambil berputar ke kanan (searah putaran jarum jam). Ini
membuat lintasan peluru lebih lurus sehingga dapat mengenai
sasaran lebih akurat.
Contoh 2.4:

Terdapat 3 buah vektor, yaitu a , b , c yang membentuk


sebuah paralel epipedum (Gambar 2.7). Apakah luasan
paralelogram (jajaran genjang) yang dibentuk oleh a dan
b merupakan besaran vektor? Bila ya, ke manakah arahnya?
Bagaimana pula tentang volume yang dibentuk oleh a\b dan
c . Ingat! Untuk perhitungan, besaran vektor boleh digeser
asalkan panjang dan arahnya tetap.

Penyelesaian: Seandainya a dan b dapat digambarkan sebagai paralelogram (Gambar 2.7a), dan dengan c sehingga membentuk
paralel epipedum (Gambar 2.7b) maka Gambar 2.7a memiliki

luas A - a x b ~ a\ci2 sin OA , sehingga A merupakan


besaran vektor yang berarah normal pada bidang luasan itu.
Berikutnya, Gambar 2.7b memberi informasi bahwa volume
paralel epipedum (V) adalah perkalian antara nilai luas alas
(A) terhadap tingginya (t) sebagai
A),

atau V = c axb

V = At = ax bit =

A = (a x b) c

Jadi V merupakan skalar, sebab didapat dari hasil perkalian


skalar antara (axb)

terhadap c .

1?

(a)

(b)

Gambar 2.7 Sebuah paralelogram (a), dan paralel epipedum (b).

Contoh 2.5:

Sebuah benda diketahui bermassa (m) 1 satuan, dalam


keadaan bergerak sehingga posisinya ( r ) merupakan fungsi
waktu (/) sebagai r = 5[/ cos cot + j sin cot), dan co adalah
tetapan positif. Hitunglah percepatan ( a ) yang dialami
benda, dan gaya ( F m r ) yang diderita oleh benda itu.
Hitung pula torka ( f = rxF)

dan momentum sudutnya

(L rxmv) di mana v adalah lambang dari keeepatan.


Penyelesaian: Rumusan vektor posisi benda ( f ) sebagai fungsi waktu (t)
memberi
informasi
tentang
keeepatan

2v -r = 5 &>[-/ sin cot + j cos cot], percepatan a = r = -co r .


Selanjutnya gaya yang diderita benda F =
ma=-0)2r.
Adapun torka dan momentum sudut berturut-turut:
2
2
T - rxF - rx(-co

L - rxmv = 25cok

r)-

-co {rxr) = 0;

Jika Anda ingin memelajari lebih mendalam tentang hitung vektor dan
sejumlah ragam hitung matematika yang nantinya Anda jumpai pada
pemaparan bab-bab berikutnya, silahkan Anda memelajari Lampiran 1.
Termasuk, bila Anda merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal latihan
pada bab ini.

2.6 Rangkuman

Vektor berlambang v memiliki nilai skalar v = |v|, dan vektor satuan


v yang dinyatakan dalam kaitan v = vv. Di koordinat Cartesius,
komponen v di sumbu x (= vv), di sumbu y (= v,,), dan di sumbu z (= v,).
A
A
**
I 1
0
1
Diperoleh bentuk: v = ivx + jvy + kvz; v = | v| = J vx + v^, + v z , dan
V:

'X

+ Jvr + kv-.
I
1
1

, +v;+v;
Operasi pada besaran vektor: jumlah, selisih, perkalian skalar dan
perkalian vektor.
AB = AxBx+AyBy

+ AzBz

A cos#, di mana 0 sudut antara

kedua vektor itu.


AxB = i(AyBz

- AzBy) + ](AZBX - AXBZ) + k(AxBy'-

AyBx)

Operator : peubah fungsi menjadi fungsi lain.


d

Contoh operator skalar

d2

' dt' dt2 ' dx'

d2
dx2

Operator vektor berlambang V (dibaca nubia), pada koordinat Cartesius


,

, -

- d

,a

dx

' dy

berbentuk V = / + / + k .
dz

Operasi nabla dapat terjadi pada fungsi skalar (misalnya V), dan fungsi
vektor (misalnya F = iFx + jFv + kF_). Operasi itu dapat berbentuk:

...
dV
~.dV
dV
(a) V K = gradien V=grad V= ti
+/
+ kr
dx
dy
dz
M t i r /

- dFr
(b) V F = divergensiF = divF =
dx
(c) VxF*dFz
i (
dy

rotF = curlF
dFy

QF
+ j(
dz

dz

dFv

dF,

dy

dz

=.
QF
dx

dFy
+ k(
dx

df
dy

-)

Soal-Soal Latihan Bab 2


1.

Dua buah vektor masing-masing v, dan v 2 , berturut-turut nilai


skalarnya 6 dan 9. Bila kedua vektor itu dijumlahkan maka memberikan
vektor resultan yang nilainya

Hitunglah (a) v, -v 2 , dan (b)

|v,xv,|
2.

Sebuah kapal berlayar dari pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) ke


Banjarmasin dan berikutnya ke Makassar. Kota tujuan pertama bejjarak
1200 km berarah 60 dari arah utara. Kota tujuan kedua beijarak 600 km
dan berarah ke timur dari kota tujuan pertama. Berapakah jarak antara
Jakarta - Makassar, dan tentukan arah Makassar relatif terhadap Jakarta.

3.

Sebuah vektor besarnya 16 satuan dan membentuk sudut 140" terhadap


sumbu x. Hitunglah komponen vektor itu terhadap sumbu x dan y.

4.

Hitunglah besar gaya resultan oleh 2 buah gaya sama besar (yaitu 30 N)
dan sudut yang terbentuk antara kedua gaya itu: (a) 37 ,(b) 90,(c) 150.

5.

Dua buah gaya, masing-masing F{ dan F2, bekerja pada sebuah benda
sehingga memberikan gaya resultan 45 N dan berarah ke sepanjang
sumbu y. Jika F, = 35 N berarah ke sepanjang sumbu x, hitunglah F2.

6.

Benda

bermassa

kg

ditarik

F, = (2/ + 3 j + 4 k ) N , dan F2 =(-!

oleh
+ ]-

buah

k)N.

gaya,

yaitu

Hitunglah sudut

yang terbentuk antara kedua gaya itu dan hitung pula besar gaya
resultannya.
7.

Gaya ( F ) disebut sebagai gaya konservatif, bila V x F = 0. Apakah


gaya berikut ini termasuk gaya konservatif?
(a) F = ix + jy + kz
(b) F = i + j + k
N
/
A
A J
(c) F = i ( 2 x y z ) + jxz + kxy

8.

Diketahui 3 titik dalam ruang masing-masing A, B, C berturut-turut


berada di koordinat (xyj): (0,0,10), (6,8,10), dan (-6,3,0). Hitunglah
panjang AB, BC, dan AC.

9.

Gaya sentral merupakan gaya fungsi posisi yang arahnya menuju atau
menjauhi titik pusat. Misalnya saja, planet yang mengorbit matahari
maka gaya sentral yang diderita planet berarah ke matahari dan matahari
sebagai pusatnya. Gaya sentral dapat ditulis F = f (r)r, di mana f(r)
adalah sebuah fungsi yang bergantung jarak dari matahari (r), dan f
merupakan vektor satuan yang berarah menjauhi pusat. Apakah pada
peristiwa itu planet tidak menderita torka? Buktikan!
Petunjuk: Torka f = = (rxmv), di mana ' v berturut-turut
dt
dt
merupakan lambang dari momentum sudut, posisi, dan keeepatan dari
benda yang bermassa m.

10. Tiga buah


Hitunglah:

vektor,

A-(B + C)-,{A + B)-C-,


A-(BxC);(AxB)-C
Ax(BxC);(AxB)xC

masing-masing

A-2i

+ j\B = i +k\C = 4 / .

Kunci Jawaban Soal-soal Latihan Bab 2


1.

(a) 13,5

3. (a)F v = -12,2
5.

(b) 52,3
(b) Fy= 10,3

F, = 5 ( - 7 / + 9 / )

7. (a) konservatif, (b) konservatif, (c) non-konservatif

Вам также может понравиться