Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam
kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang
heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan
siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima
perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada
pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat
bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang
baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok
adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).
Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (a) setiap anggota
memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap
anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan (Carin, 1993). Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu
penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang
sama untuk berhasil.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Urutan langkah-langkah prilaku
guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997)
adalah sebagaimana terlihat pada table 2.1 berikut :
Tabel 2.1
Fase Pembelajaran Kooperatif
Fase
Fase 1:
memotivasi siswa
Fase 2:
siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
Menyajikan informasi
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Fase 4:
Membimbing kelompok
Evaluasi
Fase 6:
Memberikan penghargaan
bahwa
penerapan metode kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata hasil evaluasi telah
mencapai standar KKM yang ditentukan sebesar 65. Nilai rata-ratanya adalah
76,4. Jumlah siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu
sebanyak 6 siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa hala antara lain kondisi kelas
sedikit tegang dengan menggunakan model pembelajaran yang baru. Akan tetapi
kondisi kembali normal selang beberapa waktu bahkan mulai agak gaduh. Siswa
masih kurang percaya diri menyelesaikan tugas evaluasi dan cenderung bertanya
kepada temannya.
Siklus II
Dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dapat dijelaskan bahwa penerapan
metode kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata hasil evaluasi telah mencapai
standar KKM yang ditentukan sebesar 65. Nilai rata-ratanya adalah 81,3. Jumlah
siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu sebanyak 2 siswa
Hal ini dikarenakan kondisi kelas sudah terasa rileks dan santai serta lebih
menyenangkan jika dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah tampak
keterampilan kooperatifnya
PEMBAHASAN
Penerapan Pembelajaran Kooperatif model STAD menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar dalam uji kompetensi. Hal ini didasarkan atas hasil
analisis data secara deskriptif. Fakta ini berarti bahwa implementasi Pembelajaran
Kooperatif model STAD bermakna dan menyenangkan. Berdasarkan perumusan
masalah, hasil pengumpulan data dan analisis data dapat digambarkan bahwa
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan melalui Pembelajaran Kooperatif
model STAD. Data kenaikan hasil belajar antara siklus I dan siklus II ditunjukkan
pada tabel berikut :
Tabel 1 Perbandingan Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II
Aspek Pembading
Siklus I
Rerata kelas
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Di bawah KKM
76,4
95
52,5
6
SikluII
81,3
97,5
55
2
Angka
4,9
2,5
2,5
4*)
Kenaikan
Persen (%)
6,36
2,63
4,76
66,67*)
KESIMPULAN
Dengan berdasar kepada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penerapan Pembelajaran Kooperatif model STAD dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas VI SDN Sidoharjo I Lamongan. Hal ini dibuktikan
dengan adanya kenaikan persentase hasil belajar siswa. Dengan demikian
penelitian ini dapat digunakan sebagai saran dalam mengatasi masalah
pembelajaran yang dihadapi siswa kelas VI di SDN Sidoharjo I Lamongan
Selain dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,penerapan
metode
kooperatfi tipe STAD juga mampu meningkatkan motivasi belajar siswa untuk
mempelajari kembali materi pelajaran yang telah dipelajarainya.
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas serta mengingat pentingnya
pengembangan strategi pembelajaran inovatif agar proses pembelajaran dan hasil
belajar menjadi bermakna, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai
berikut : Metode Pembelajaran Kooperatif model STAD dapat digunakan sebagai
alternatif untuk pendekatan pembelajaran matematika serta mata pelajaran lain di
SDN Blimbing Lamongan. Metode Pembelajaran Kooperatif model STAD dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi kelas, kondisi sekolah, karakteristik mata
pelajaran dan jenjang kelas.
DAFTAR RUJUKAN