Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
ii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hampir satu abad yang lalu, ahli saraf Perancis Guillain, Barre dan Strohl
menyatakan adanya dua tentara yang mengalami kelumpuhan akut dengan
arefleksia sembuh secara spontan. Mereka menemukan adanya kombinasi
peningkatan konsentrasi protein dengan jumlah sel yang normal dalam CSF, atau
adanya disosiasi albuminositologikal, yang membedakannya dari kondisi
poliomielitis. Meskipun fakta bahwa Landry sudah melaporkan kasus serupa di
tahun 1859, kombinasi fitur klinis dan laboratorium ini tetap dikenal sebagai
sindrom Guillain-Barre (GBS). Sampai sekarang, GBS tetap merupakan diagnosis
deskriptif dengan tidak adanya tes diagnostik spesifik. Kombinasi dari kejadian
yang cepat, progresif, kelemahan simetris pada lengan dan kaki dengan atau tanpa
gangguan sensorik, hipofleksia atau arefleksia, dan ketiadaan reaksi selular CSF,
tetap menjadi acuan diagnosis klinis GBS. Selama 20 tahun, percobaan acak
terkontrol (RCTs) telah menunjukkan efektivitas plasma tukar (PE) dan
imunoglobulin intravena (IVIg), serta beberapa faktor tertentu, seperti
Campylobacter jejuni, juga infeksi lain sebelumnya yang menginduksi antibodi
antiganglioside telah ditemukan sebagai informasi penting dalam patogenesis
GBS. Fokus disini adalah pada diagnosis dan memperluas spektrum klinis GBS,
sering terjadinya nyeri dan disfungsi otonom, dan wawasan baru mengenai
patogenesis sindrom.1
GBS adalah salah satu contoh terbaik dari penyakit kekebalan post
infeksius dan menggambarkan mekanisme kerusakan jaringan dalam penyakit
autoimun
lainnya
secara
lebih
umum.
Studi
epidemiologi
terkontrol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Epidemiologi
GBS adalah penyebab umum kelumpuhan neuromuskular, dan telah
dilaporkan di seluruh dunia. Kejadian tahunan GBS dilaporkan 1,2-2, 3 per
100.000. Sebagian studi telah menemukan bahwa insiden meningkat linear dengan
usia dan laki-laki sekitar 1-5 kali lebih mungkin banyak daripada wanita. Sebuah
laporan epidemiologi dari Amerika Serikat mengindikasikan bahwa insiden GBS
antara pasien berusia 18 tahun atau lebih tua tidak berubah selama periode 20002004. Laporan sementara peningkatan insiden GBS adalah sangat jarang. Salah
satu laporan yang paling mencolok datang dari sebuah penelitian di Cina, yang
menunjukkan peningkatan axonal, varian GBS motorik selama musim panas
tahun 1991 dan 1992 di daerah pedesaan. Telah diamati juga adanya kenaikan
sementara insiden GBS dari 1,6 menjadi 3,1 per 100.000 selama periode 19871999 di pulau Karibia Curaao. Namun, tidak diterbitkan pengamatan yang
menunjukkan bahwa peningkatan sementara insiden di Curaao hampir kembali
normal pada tahun 2006.1
nyeri, mati rasa, paraestesia, atau kelemahan di tungkai. Gambaran utama dari
GBS adalah progresifcepat bilateral dan relatif simetris pada kelemahan anggota
badan dengan atau tanpa keterlibatan otot pernapasan atau saraf kranial yang
mempersarafi otot. Kriteria diagnostik khas GBS ditunjukkan dalam tabel 1.
Kelemahan sama-sama dapat mempengaruhi semua otot tungkai, atau didominasi
distal atau proksimal otot di lengan atau kaki. Refleks tendon dalam pasien telah
menurun atau tidak ada sama sekali, setidaknya pada anggota badan yang terkena.
Punksi lumbal hampir selalu dilakukan pada pasien yang dicurigai GBS.
Pemeriksaan CSF biasanya menunjukkan peningkatan protein CSF dengan jumlah
sel darah putih yang normal. Kesalahpahaman umum adalah bahwa protein CSF
selalu meningkat pada GBS; konsentrasi protein CSF pada pasien dengan GBS
justru sering normal dalam minggu pertama, tetapi meningkat lebih dari 90% pada
akhir minggu kedua. Dalam sebuah studi yang besar, pasien dengan Miller Fisher
sindrom (MFS), subtipe GBS, proporsi pasien dengan peningkatan protein total
CSF meningkat dari 25% pada minggu pertama menjadi 84% pada minggu
ketiga.1
Tabel 1. Diagnosis GBS tipikal1
Diagnosis GBS tipikal
Gambaran umum diagnosis
Kelemahan progresif pada kedua lengan dan tungkai (dapat diawali dengan
kelemahan hanya pada tungkai)
Arefleksia (atau penurunan reflex tendon)
Gambaran yang memperkuat diagnosis
Progresi gejala-gejala lebih dari satu hari sampai 4 minggu
Gejala-gejala relatif simetris dari gejala-gejala
Gejala atau tanda sensori yang ringan
Perubahan nervus kranialis, khususnya kelemahan bilateral otot fasialis
Disfungsi autonom
Nyeri (sering ada)
7
Pada pasien yang khas dengan GBS, diagnosis biasanya dapat langsung
ditegakkan. Namun, pada pasien yang atipikal, peningkatkan jumlah sel CSF
dapat
meningkatkan
kemungkinan
penyakit
lain,
seperti
keganasan
asimetris, pada mereka dengan kelemahan yang pada awalnya hanya di lengan,
pada pasien yang dengan cepat mengalami penurunan prograsif dari fungsi paru
dengan kekuatan otot yang relative masih baik di ekstremitas, dan pada pasien
dengan nyeri yang menonjol atau disfungsi otonom sebagai gejala utama.1
Tabel 3. Diagnosis banding GBS1
Diagnosis banding GBS
II.3 Patogenesis
Infeksi terdahulu
Sekitar dua pertiga dari pasien memiliki gejala infeksi dalam 3 minggu
sebelum onset kelemahan. Sebuah penelitian di Jepang menemukan bahwa gejala
yang paling sering dari GBS terkait demam (52%), batuk (48%), sakit
tenggorokan (39%), pilek (30%), dan diare (27%). Dalam kebanyakan studi GBS,
gejala infeksi sebelumnya di saluran pernapasan bagian atas atau saluran cerna
mendominasi, meskipun banyak jenis infeksi telah dilaporkan. Selanjutnya,
10
sebuah pendapat menyataka sifat post infeksius GBS secara khas adalah gambaran
monofasik klinis penyakit (gambar 1). Penyebab paling sering yang diidentifikasi
dari infeksi adalah C. jejuni. Jenis infeksi lain yang berkaitan dengan GBS adalah
cytomegalovirus, virus Epstein Barr, Mycoplasma pneumoniae dan Haemophilus
influenzae.1
Vaksinasi dan peristiwa antesenden lainnya
Banyak laporan telah mendokumentasikan terjadinya GBS tak lama
setelah vaksinasi, operasi, atau peristiwa stres, tetapi hubungan khusus dengan
GBS masih diperdebatkan. Perdebatan ini terutama muncul setelah pengamatan
adanya sedikit peningkatan dalam insiden GBS setelah vaksin influenza babi yang
diberi di Amerika Serikat pada tahun 1976. Vaksin influenza lainnya belum
dikaitkan dengan risiko yang sama. Sebuah studi retrospektif dari 1992 sampai
1994 saat kampanye vaksin di Amerika Serikat diidentifikasi bahwa keterkaitan
vaksin memang sangat kecil, tetapi signifikan, peningkatan risiko GBS menjadi
satu kasus GBS per satu juta vaksin. Survei kasus kontrol yang melibatkan sekitar
200 pasien dengan GBS dari Inggris tidak menunjukkan hubungan yang
signifikan antara GBS dan imunisasi sebelumnya. Studi lain pada pasien yang
telah menderita GBS tidak menunjukkan adanya peningkatan risiko GBS lagi
setelah vaksinasi. Namun, dalam sebuah laporan terakhir dan efek sampingnya,
tidak hanya vaksinasi influenza, tetapi juga vaksinasi hepatitis juga dihubungkan
dengan terjadinya GBS. Kehati-hatian khusus mungkin diperlukan ketika
mengulang vaksinasi tetanus, telah dijumpai pasien yang mengalami kekambuhan
GBS dua kali setelah vaksinasi tetanus. Namun, ini tidak membuktikan bahwa
11
tetanus dan GBS yang berhubungan, dan belum juga dilakukan dalam survei
besar, tetapi hal ini menggambarkan bahwa pada setiap orang yang telah pulih
dari GBS, vaksinasi apapun harus ditimbang risikonya.1
Beberapa GBS langka lainnya terkait dengan peristiwa yang telah
dilaporkan seperti operasi, kanker, penyakit autoimun, penggunaan obat-obatan,
anestesi melalui tulang belakang, limfoma non-Hodgkin, sengatan serangga, leigh
sindrom, anestesi epidural-umum, bedah untuk obesitas, kehamilan, administrasi
olanzapine, dan operasi transplantasi. Beberapa kasus telah ditemukan menderita
GBS setelah terapi injeksi preparat gangliosida otak bovine.3
Imunobiologi
Studi pada pasien dan hewan telah memberikan bukti yang meyakinkan
tentang GBS, setidaknya dalam beberapa kasus, disebabkan oleh infeksi yang
disebabkan oleh penyimpangan respon imun yang merusak saraf tepi. Empat
faktor kunci telah diidentifikasi yang mengontrol proses ini (gambar 2).1
12
Antibodi antigangliosid
Sekitar setengah dari pasien dengan GBS, serum antibodi terhadap
berbagai gangliosid telah ditemukan di saraf tepi manusia, termasuk LM1, GM1,
GM1b, GM2, GD1a, GalNAc-GD1a, GD1b, GD2, GD3, GT1a, dan GQ1b.
Antibodi lain mungkin mengikat campuran atau kompleks gangliosid berbeda
bukan gangliosid individu. Gangliosid ini memiliki jaringan distribusi khusus di
saraf tepi dan berada di mikrodomain fungsional khusus yang disebut rakit
lipid, dan memainkan peran dalam pemeliharaan struktur membran sel.
Menariknya, kebanyakan antibodi ini khusus untuk sub GBS. Antibodi terhadap
GM1, GM1b, GD1a, dan GalNAc-GD1a berhubungan dengan GBS motorik
murni atau GBS varian aksonal, sedangkan antibodi GD3, GT1a dan GQ1b
berkaitan dengan oftalmoplegia dan MFS (tabel).1
14
15
gangliosid.
Sebuah
putaran
gen
yang
teridentifikasi
yang
diinduksi produksi anti GM1 antibodi dan itu berwujud klinis sebagai neuropati
aksonal, mirip dengan yang ditemukan pada pasien GBS yang C. jejuni nya
diasingkan. Berdasarkan hasil ini, GBS, setidaknya yang terkait Campylobacter
GM1 yang berhubungan dengan kasus, dianggap kasus contoh mimikri molekul
yang berhubungan dengan penyakit. Mimikri molekuler dan reaktivitas silang
respon imun juga telah diidentifikasi setelah beberapa jenis infeksi sebelumnya,
termasuk H. influenzae.1
Aktivasi komplemen
Studi post mortem telah menunjukkan bahwa aktivasi komplemen lokal
terjadi di situs kerusakan saraf, seperti axolemma pada pasien dengan AMAN dan
membrane sel Schwann pada pasien dengan AIDP. Dengan demikian, model tikus
GBS menunjukkan bahwa beberapa antibodi antigangliosid sangat beracun untuk
saraf tepi. Efek serupa -latrotoxin dapat diinduksi pada tikus, yang ditandai
dengan
pelepasan
dramatis
asetilkolin,
mengakibatkan
berkurangnya
neurotransmitter ini di terminal saraf, dan transmisi akhir blokade saraf dan
menjadi awal kelumpuhan saraf otot. Saraf terminal dan sel Schwann perisinaptik
juga dihancurkan. Antibodi terhadap GM1 mempengaruhi saluran natrium pada
nodus Ranvier saraf perifer kelinci. Semua efek ini tampaknya menjadi
bergantung pada aktivasi komplemen dan pembentukan membran serangan
kompleks. Efek neurotoksik antibodi ini yang terhambat oleh imunoglobulin dan
komplemen inhibitor eculizumab.1
17
Faktor host
Kurang dari 1 dari 1000 pasien dengan infeksi C. jejuni akan menjadi
GBS. Meskipun beberapa insiden peningkatan sementara telah diuraikan, epidemi
atau wabah GBS tidak dilaporkan, bahkan tidak dalam keluarga yang terinfeksi
gangliosid tiruan varian C. jejuni. Faktor-faktor host mungkin mempengaruhi
kerentanan terhadap GBS, atau sejauh mana kerusakan saraf dan hasil. Ditemukan
adanya hubungan antara HLA alel kelas II dan GBS. Selain itu, polimorfisme
nukleotida tunggal (SNP) dalam respon imun gen lain menunjukkan asosiasi tidak
konsisten dengan kerentanan terhadap GBS. Namun, SNP ini mungkin
memainkan bagian seperti memodifikasi faktor penyebab penyakit. Asosiasi telah
ditunjukkan antara keparahan penyakit atau luaran dan SNP dalam pengkodean
gen untuk mengikat mannose lektin, Fc gamma reseptor III, matriks
metalloproteinase 9, dan tumor nekrosis faktor . Studi ini memerlukan
konfirmasi dalam kelompok-kelompok besar dan titik tujunya adalah pasien, dan
efek fungsional asosiasi genetik ini perlu ditampilkan.1
18
GBS, terjadi pada sekitar 70% pasien. Saraf bulbar dan oculomotor yang kurang
sering terkena, kecuali pada pasien dengan Sindrom antibodi antiGQ1b. MFS
adalah varian saraf kranial GBS. Pasien biasanya memiliki trias oftalmoplegia,
ataksia, dan areflexia. MFS dan sindrom tumpang tindih yang melibatkan
disfungsi saraf kranial dan kelemahan ekstremitas mungkin lebih umum di Jepang
daripada di Eropa. Varian GBS saling berhubungan dan antibodi antigangliosid
tertentu kadang-kadang terlibat (tabel).1
19
Adanya temuan ensefalitis batang otak Bickerstaff menjadi sangat penting, karena
gangguan ini mungkin meningkat setelah PE, pengobatan yang, meskipun tidak
dibuktikan dengan adanya RCT, dapat terlibat dalam memperparah kondisi.1
Tabel 4. Beberapa penyakit yang menyerupai sindroma Guillai-Barre dan
karakteristik yang membedakannya6
Beberapa Penyakit yang Menyerupai Sindroma Guillai-Barre dan Karakteristik
yang Membedakannya
sepertiga dari pasien dengan GBS tetap mampu berjalan. Pada pasien dengan GBS
yang sedang dirawat di rumah sakit dan tidak berjalan, sekitar 25% memerlukan
ventilasi buatan karena didominasi kelemahan otot pernapasan. Walaupun efek
pengobatan IVIg atau PE pada sekitar 20% dari pasien yang terkena dampak berat
tetap tidak dapat berjalan setelah 6 bulan. Selain itu, banyak pasien tetap
dinyatakan cacat atau sangat lelah. Bahkan 3-6 tahun setelah onset, GBS memiliki
dampak besar pada kehidupan sosial dan kemampuan untuk melakukan kegiatan.
GBS sering tetap menjadi penyakit parah yang perawatan lebih baik diperlukan,
setidaknya pada beberapa pasien.1
II.6 Terapi
Untuk perawatan umum, bahkan di negara maju pun 5% pasien meninggal
karena sindrom Guillain-Barre dari komplikasi medis seperti sepsis, terjadinya
emboli paru, atau gagal jantung yang dijelaskan mungkin terkait dengan
dysautonomia. Dengan demikian, manajemen memerlukan langkah-langkah untuk
deteksi dini komplikasi tersebut (tabel 5).5
Tabel 5. Manajemen GBS
Manajemen GBS
Monitoring disfungsi kardiak dan pulmonary
Elektrokardiografi, tekanan darah, pulse oximetry, kejenuhan oxyhemoglobin,
kapasitas vital, dan refleks menelan harus dimonitor secara teratur pada pasien yang
memiliki penyakit parah, dengan cek setiap 2-4 jam jika penyakit berkembang dan
setiap 6-12 jam jika stabil. Penyisipan alat pacu jantung sementara, penggunaan
ventilator mekanis, dan penempatan tabung nasogastrik harus dilakukan berdasarkan
hasil pemantauan.
23
24
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Sampai sekarang, GBS tetap merupakan diagnosis deskriptif dengan tidak
adanya tes diagnostik spesifik. Kombinasi dari kejadian yang cepat, progresif,
kelemahan simetris pada lengan dan kaki dengan atau tanpa gangguan sensorik,
hipofleksia atau arefleksia, dan ketiadaan reaksi selular CSF, tetap menjadi acuan
diagnosis klinis GBS.
GBS adalah salah satu contoh terbaik dari penyakit kekebalan post
infeksius dan menggambarkan mekanisme kerusakan jaringan dalam penyakit
autoimun
lainnya
secara
lebih
umum.
Studi
epidemiologi
terkontrol
25
III.2 Saran
Sindroma Guillain-Barre merupakan sindroma dengan definisi deskriptif
dan bukan sindroma dengan definisi klinis murni. Selain melalui fisik diagnostik,
patogenesis GBS harus dipelajari dan dipahami dengan baik agar dapat
membedakan GBS baik dari penyakit lainnya maupun untuk mengklasifikasikan
menjadi subtipe-subtipe GBS.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Van Doorn PA, Ruts L, Jacobs BC. Clinical features, pathogenesis, and
treatment of guillain-barr syndrome. Lancet Neurol 2008; 7: 939-50.
2. Orsini M, De Freitas MRG, Presto B, Mello MP, Reis CHM, Silveira V, Silva
JG, Nascimento OJM, Leite MAA, Pulier S, Sohler MP. Guideline for
Neuromuscular Rehabilitation in Guillain-Barr Syndrome: What can we do?.
Rev Neurocienc 2010; 18(4): 572-80.
3. Zhong M, Cai FC. Current perspectives on guillain-barr syndrome. World J
Pediatr 2007; 3 (3): 1-8.
4. Mantay KM, Armeau E, Parish T. Recognizing guillain-barr syndrome in the
primary care setting. The Internet Journal of Allied Health Sciences and
Practice 2007; 5 (1): 1-8.
5. Yuki N, Hartung HP. GuillainBarr syndrome. N Engl J Med 2012; 366:
2294-304.
6. Burns TM. Guillain-Barre syndrome. Semin Neurol 2008; 28 (2): 152-67.
27